PERSEPSI MASYARAKAT PADA TOKOH WAYANG PANDAWA (Studi Pada Masyarakat Jawa Dusun Tiga Desa Jati Agung, Kecamatan Way Huwi, Kabupaten Lampung Selatan

NN, Ummi Zakiah Maulida (2012) PERSEPSI MASYARAKAT PADA TOKOH WAYANG PANDAWA (Studi Pada Masyarakat Jawa Dusun Tiga Desa Jati Agung, Kecamatan Way Huwi, Kabupaten Lampung Selatan. Digital Library.

[img]
Preview
File PDF
new abstrak.pdf

Download (92Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

Wayang merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang telah mampu bertahan dari waktu ke waktu, dengan mengalami perubahan dan perkembangan sampai berbentuk seperti sekarang ini. Daya tahan wayang yang luar biasa terhadap berbagai perubahan pemerintahan, politik, sosial budaya maupun kepercayaan membuktikan bahwa wayang mempunyai fungsi dan peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Saat ini, fungsi dan peranan wayang tidak lagi difokuskan pada upacara-upacara ritual dan keagamaan, tetapi telah bergeser ke acara “Hiburan” yang mengutamakan inti cerita dengan berbagai macam pengetahuan, filsafat hidup dan nilai-nilai budaya. Wayang sebagai suatu bentuk kesenian tradisional telah berakar kuat dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, maka ia relatif memiliki kedekatan-kedekatan nilai, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dengan masyarakat setempat. Sebagai kesenian tradisional, wayang pun relatif memiliki kapasitas tinggi untuk “dititipi” pesan-pesan pembangunan, sehingga eksistensinya sebagai media komunikasi tidak hanya pelengkap tetapi merupakan “mitra sejajar” dari berbagai media komunikasi modern yang selama ini digunakan, baik media elektronika maupun media cetak. Wayang Pandawa Lima mewakili beberapa karakteristik wayang di Indonesia yang sifat-sifatnya bisa dijadikan contoh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa di Dusun Tiga Desa Jati Agung Kecamatan Way Huwi dalam kehidupan sehari-hari untuk bisa menjadi lebih baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Persepsi Masyarakat Jawa Dusun Tiga Desa Jati Agung Kecamatan Way Huwi Kabupaten Lampung Selatan Pada Tokoh Wayang Pandawa dengan tujuan penelitian untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Jawa Dusun Tiga Desa Jati Agung Kecamatan Way Huwi Kabupaten Lampung Selatan Pada Tokoh Wayang Pandawa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, dengan pemilihan responden menggunakan teknik snowball. Analisis yang dilakukan berdasarkan teoritik tentang wayang Pandawa secara verbal dan nonverbal yaitu Yudistira dilambangkan dengan jari jempol sebagai contoh sopan santun dalam hidup. Bima dilambangkan dengan jari telunjuk simbolisasi dalam mengingatkan kesalahan kepada orang lain. Arjuna dilambangkan dengan jari tengah sebagai simbol pesona abadi. Nakula dilambangkan dengan jari manis sebagai simbol keindahan dan keharmonisan. Sadewa dilambangkan dengan jari kelingking sebagai simbol kebersihan. Hasil yang didapat dari persepsi masyarakat terhadap tokoh wayang Pandawa Lima berupa persepsi positif yang dapat dilihat dari cara berinteraksi di lingkungan masyarakat, mereka sangat menjunjung tinggi pesan dan nilai-nilai kebudayaan wayang untuk melestarikan kebudayaan jawa dan menjaga kehidupan yang harmonis antar sesama manusia. abstract Puppet or also called Wayang by society of Javanese is one of the nation's cultural heritages that have survived from time to time, with changes and developments to the shape it is today. Endurance extraordinary puppets against various changes of government, political, social, culture and faith proved that the puppet has the function and role in the social life of the community. Currently, the function and role of the puppets are no longer focused on ceremonies and religious rituals, but has shifted to the show "Entertainment" that prioritizes the core story with different kinds of knowledge, philosophy of life, and cultural values. Wayang it as a form of traditional art has been deeply rooted in the culture of the people of Indonesia, especially Javanese, so he has a close relative-closeness values, beliefs, traditions and so forth with the local community. As a traditional art, the puppet was also relatively high capacity for "entrusted" the development of messages, so that their existence as a medium of communication not only supplement but an "equal partner" of a variety of modern communication media that has been used, both electronic and print media. Puppet Pandawa Lima represent some characteristic puppet in Indonesia that its properties can be used as examples of Indonesian society, especially the Javanese society of Jati Agung Village Three, Sub-District of Way Huwi in daily life to be better. The formulation of the problem in this study is how the Javanese society perception of Jati Agung Village Three, Sub-District of Way Huwi District of South Lampung on the Puppet Pandawa with the purpose of the determine the public perception of the Javanese Society Jati Agung Village Three, Sub-Distric of Way of South Lampung on the content of Puppet Pandawa. The research was conducted using qualitative methods with the selection of respondents using the snowball technique, obtained by theoretical analysis of the puppet verbal and nonverbal Pandawa. Yudhisthira is symbolized by the thumb as an example of good manners in life. Bima forefinger symbolization in reminding the blame on others. Arjuna middle finger as a symbol of timeless charm. Nakula ring finger as a symbol of beauty and harmony. Sadewa little finger as a symbol of cleanliness. Public perception of the Pandawa Lima puppet form a positive perception which can be seen from how to interact in society, they highly value messages and cultural values the wayang to preserve Javanese culture and maintain a harmonious life among humans.

Jenis Karya Akhir: Artikel
Subyek:
Pengguna Deposit: tik 15 . Digilib
Date Deposited: 15 Jan 2016 07:40
Terakhir diubah: 15 Jan 2016 07:40
URI: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18127

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir Lihat Karya Akhir