MAKNA MAHAR ADAT DAN STATUS SOSIAL PEREMPUAN DALAM PERKAWINAN ADAT BUGIS DI DESA PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Imam Ashari, 1116011042 (2016) MAKNA MAHAR ADAT DAN STATUS SOSIAL PEREMPUAN DALAM PERKAWINAN ADAT BUGIS DI DESA PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS LAMPUNG.

[img]
Preview
FIle PDF
ABSTRAK (ABSTRACT).pdf

Download (9Kb) | Preview
[img] FIle PDF
SKRIPSI FULL.pdf
Restricted to Hanya pengguna terdaftar

Download (1683Kb)
[img]
Preview
FIle PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf

Download (1441Kb) | Preview

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mahar adat dalam sistem perkawinan adat masyarakat Bugis di Lampung Selatan. Mahar adat adalah sesuatu yang berbeda dengan mahar menurut agama Islam, sebagaimana agama yang dianut oleh masyarakat Bugis. Mahar adat dalam masyarakat Bugis adalah sebidang tanah yang tidak bisa digantikan dengan benda lain ataupun uang. Mahar adat ini adalah suatu kewajiban bagi pihak calon mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan. Apabila ini tidak terpenuhi maka perkawinan akan mengakibatkan kegagalan. Metode Penelitian ini adalah kualititatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, pengamatan dan dokumentasi. Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahar adat adalah sebuah inti kebudayaan, dimana sesuatu yang sulit berubah. Hal ini dibuktikan dengan tidak bisanya digantikan tanah dengan benda lainnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tanah merupakan simbol yang memiliki makna, dimana maknanya adalah berupa status sosial bagi kedudukan seorang perempuan Bugis dan keluarga besarnya. Semakin luas tanah maka semakin tinggi nilai dari status sosial perempuan tersebut. Analisis ini mengikut kepada Geertz (1973;1983) tentang teori kebudayaan khususnya mengenai simbol dan makna dalam masyarakat. Kata kunci : Mahar, Adat, Perkawinan, Gengsi Sosial, Status Sosial, Suku Bugis. THE MEANING OF CUSTOM DOWRY AND WOMEN SOCIAL STATUS IN THE WEDDING OF BUGIS ETHNIC IN PENENGAHAN VILLAGE SOUTH LAMPUNG DISTRICT This study aims to assess the customary dowry in the marriage customs system Bugis community in South Lampung. Customary dowry is something different with a dowry according to Islam, as the religion professed by the Bugis. Mahar customary in Bugis society is a piece of land that can not be replaced with another object or the money. This traditional dowry is a requirement that the prospective bridegroom to the bride. If this is not met then the marriage will lead to failure. This research method is qualitative data collection techniques in depth interview, observation and documentation. Data analysis technique in this research is by way of data reduction, data presentation and conclusion. The results showed that the customary dowry is a core culture, in which something that is difficult to change. This is evidenced by the inability of the soil replaced with other objects. The results also show that the land is a symbol that has meaning, where the meaning is in the form of social status for the position of a Bugis woman and her extended family.

Jenis Karya Akhir: Skripsi
Subyek: > HM Sociology
Program Studi: Fakultas ISIP > Prodi Sosiologi
Pengguna Deposit: 6640596 . Digilib
Date Deposited: 14 Apr 2016 03:23
Terakhir diubah: 14 Apr 2016 03:23
URI: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/21702

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir Lihat Karya Akhir