PEMBINAAN NARAPIDANA REMAJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Kota Metro)

Ayu Octis Pratiwi, 1212011060 (2016) PEMBINAAN NARAPIDANA REMAJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Kota Metro). FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS LAMPUNG.

[img]
Preview
FIle PDF
ABSTRAK (ABSTRACT).pdf

Download (100Kb) | Preview
[img] FIle PDF
SKRIPSI FULL.pdf
Restricted to Hanya pengguna terdaftar

Download (1156Kb)
[img]
Preview
FIle PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf

Download (1037Kb) | Preview

Abstrak

Lembaga Pemasyarakatan sebagai sub sistem paling terakhir yang langsung berhadapan dengan narapidana untuk melaksanakan pembinaan, mempunyai posisi yang strategis dalam mewujudkan tujuan akhir dari Sistem Peradilan Pidana. Untuk mewujudkan pelaksanaan pidana yang efektif dan efisien, maka Lembaga Pemasyarakatan dibagi berdasarkan usia yaitu Lembaga Pemasyarakatan untuk Anak, Lembaga Pemasyarakatan untuk Pemuda dan Lembaga Pemasyarakatan untuk Dewasa. Sebelum adanya Lembaga Pemasyarakatan Pemuda di Kota Metro narapidana remaja dapat dilakukan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Dewasa dengan memperhatikan kesinambungan pembinaan anak, berdasarkan rekomendasi dari Pembimbing Pemasyarakatan dan adanya memisahkan blok untuk narapidana remaja. Menggunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Adapun pemasalahannya adalah: a)bagaimanakah pelaksanaan pembinaan narapidana remaja (studi Lembaga Pemasyarakata kelas II A Kota Metro)? dan b)apakah faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana remaja (studi Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Kota Metro)? Peneliti menggunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Adapun sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan dengan wawancara di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Metro dan kalangan akademisi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas lampung. Dan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. AyuOctisPratiwi Berdasarkan hasil dari penelitian pelaksanaan pembinaan dalam sistem pemasyarakatan bentuk bertahap untuk narapidana sudah berjalan dengan baik, tahap pertama yaitu tahap orientasi pengenalan dimana narapidana meliputi penerimaan narapidana, pendaftaran narapidana dan penempatan sementara narapidana, pengenalan paling lama 1 bulan. Tahap kedua yaitu asimilasi dalam arti sempit berlangsung selama 1/3 sampai 1/2. Tahap ketiga yaitu tahap asimilasi dalam arti luas dan telah dijalani ½ dari masa pidana. Tahap ke empat yaitu tahap integrasi dengan masyarakat telah menjalani 2/3 dari masa pidana atau sekurangnya selama 9 bulan. Adapun kendala yang terjadi karena petugas Lembaga Pemasyarakatan yang kurangnya pelatihan, sarana dan prasarana yang masih kurang memadai. Masyarakat pula belum bisa menerima seseorang yang berstatus bekas narapidana. Pelaksanaan pembinaan untuk narapidana remaja berjalan dengan baik dan efektif di Lembaga Pemasyarakatan Metro, namun perlu dilakukan peningkatan terhadap kualitas terhadap petugas LAPAS agar dapat melakukan tugasnya melakukan pembinaan dengan maksimal. Penambahan fasilitas yang masih terkait dengan masalalah pendidikan seperti buku perpustakaan, adanya sekolah tambahan, sosialisasi dengan ilmu-ilmu yang baru dan alat-alat pelatihan. Pembangunan tempat hunian/blok yang terpisah agar lebih nyaman bagi mereka. Dan sosialisasi untuk masyarakat luas agar dapat menerima seseorang yang berstatus sebagai bekas narapidana. Kata Kunci: Lembaga Pemasyarakatan, Remaja, Pembinaan COACHING OF YOUTH CONVICT IN CORRECTIONAL INSTITUTION (study of Correctional institution class IIA Mtero City) Correctional institution as the last sub systems directly dealing with an inmate to implement development, have a strategic position in achieving the ultimate goal of criminal justice systems. To realize the criminal efficient,then correctional institution of youth and correctional institutiun for adults. Before there is correctional institution youth in the Metro city, youth convict can be coach in adult’s correctional institution with regard to the continuity child’s coaching, based on recomendation from tutors and give separated block to youth convict. Using approach normative juridical and empirical. But the problems are: a) how the coaching convicts teenager (study correctional institution class II A Metro City)? b) what in the barrier in the coaching convicts teenager (study correctional institution class II A Metro City)? Researchers using the approach in a juridical manner normative and juridical empirical. And now the source of a type of data in this study is primary data obtained from field studies by interviews in correctional institution class II A Metro City and part of academics criminallaw faculty university of lampung. And data sekunder obtained from the study of literature. Based on the results of the research implementation guidance in the form of a gradual penitentiary system for prisoners has been running well, the first stage is the stage where the prisoners include the introduction orientation inmate reception, registration and placement of inmates while prisoners, the introduction of a maximum of 1 month. The second stage of assimilation in the strict sense lasts for 1/3 to 1/2. The third stage is the stage of assimilation in a broad sense and has lived half of a criminal past. The fourth stage is the stage of integration with the community has undergone 2/3 of a criminal past or for at least 9 months. The obstacles that occur due to the lack of Penitentiary officer training, facilities and Ayu Octis Pratiwi infrastructure are still inadequate. Similarly community can not accept a person with the status of former prisoners. Implementation coaching for teenage inmates run properly and effectively in Metro Correctional Institution, but it is necessary to improve the quality of the prisons officer in order to perform its duties to provide guidance to the maximum. Extra facilities are still related to education masalalah such as library books, their additional schools, socialize with new science and training tools. Construction of shelter / blocks apart to make it more convenient for them. And outreach to the wider community in order to receive a person's status as a former prisoner. Key word : correctional institution, youth, coaching.

Jenis Karya Akhir: Skripsi
Subyek:
Program Studi: Fakultas Hukum > Prodi Ilmu Hukum S1
Pengguna Deposit: 9798326 . Digilib
Date Deposited: 09 Aug 2016 07:18
Terakhir diubah: 09 Aug 2016 07:18
URI: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/23365

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir Lihat Karya Akhir