MODEL PENGEMBANGAN DESA PENYANGGA BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA PENURUNAN FREKUENSI KONFLIK MANUSIA DAN HARIMAU SUMATERA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

GARNIS WIDIASTUTI, 1420011005 (2016) MODEL PENGEMBANGAN DESA PENYANGGA BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA PENURUNAN FREKUENSI KONFLIK MANUSIA DAN HARIMAU SUMATERA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS). Masters thesis, UNIVERSITAS LAMPUNG.

[img]
Preview
File PDF
ABSTRAK (ABSTRACT).pdf

Download (26Kb) | Preview
[img] File PDF
TESIS FULL.pdf
Restricted to Hanya pengguna terdaftar

Download (1365Kb)
[img]
Preview
File PDF
TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf

Download (865Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

Pulau Sumatera merupakan pulau terbesar kedua di Indonesia setelah pulau Kalimatan, dan merupakan kepulauan yang memiliki hutan dataran rendah terbesar ke 3 di dunia. Hutan di pulau Sumatera memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) merupakan salah satu dari taman nasional yang ada di Sumatera yang dapat mewakili tingkat keanekaragaman hayati. TNBBS memiliki kadar konversi lahan tercepat di Indonesia selama 12 tahun terakhir telah kehilangan 29% dari keseluruhan tutupan hutan. Perubahan lahan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, ketidakseimbangan ekosistem dan rendahnya keanekaragaman hayati dan terjadinya konflik. manusia dan satwa seperti konflik harimau sumatera dan manusia. Konflik ini menimbulkan kerugian dan ketakutan untuk masyarakat desa penyangga. Model desa penyangga yang rendah dalam menurunkan konflik diperlukan sebagai solusi mengurangi konflik manusia dan harimau sumatera. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2016, tempat penelitian dilaksanakan di desa penyangga sekitar TNBBS dengan menggunakan metode semi-directive interview. Sampel penelitian yaitu 210 responden masyarakat di desa penyangga TNBBS yang terkena dampak konflik manusia dan harimau sumatera. Beberapa variabel yang dapat menurunkan frekuensi konflik manusia dan harimau sumatera yaitu variabel jenis kelamin, umur, etnis suku dominan, jenis pekerjaan, penggunaan internet dan jumlah ternak merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang nyata dalam penurunan konflik pada taraf α 15 %. Desa Tampang merupakan model desa yang memiliki frekuensi konflik manusia dan harimau sumatera yang rendah, memiliki kearifan lokal budaya dan potensi wisata bahari. Desa Tampang dapat dijadikan sebagai model desa yang dapat menurunkan frekuensi konflik. Kata kunci : kearifan lokal, konflik, harimau sumatera abstract Sumatra Island is the second largest island in Indonesia after Borneo island and an archipelago that has the largest lowland forest to 3 in the world. Forests on Sumatra island has a high level of biodiversity, Bukit Barisan Selatan National Park (The park) is one of the national parks in Sumatra, which may represent a level of biodiversity. The park has the fastest land conversion levels in Indonesia over the last 12 years has lost 29% of the total forest cover. Land use change lead to environmental degradation, ecosystem imbalance and low biodiversity and conflict. humans and animals such as the Sumatran tiger and human conflict. These conflicts cause harm and fear to villagers buffer. Model villages buffer low in reducing conflicts is necessary as a solution to reduce human conflict and the Sumatran tiger. This research was conducted from August to September 2016, a study conducted at the village adjacent buffer TNBBS using semi-directive interview. The research sample is 210 respondents in rural communities buffer TNBBS conflict-affected people and the Sumatran tiger. Some of the variables that can reduce the frequency of human conflict and the Sumatran tiger is the variable gender, age, ethnic dominant, type of work, use of the Internet and the number of livestock is a variable that has a real impact in reducing conflict at the level of α 15%. Looks village a model village which has a frequency of human conflict and the Sumatran tiger is low, have local knowledge of culture and the potential for marine tourism. Looks villages can serve as a model village which can reduce the frequency of conflict. Keywords: Local wisdom, Conflict, Sumatran tiger

Jenis Karya Akhir: Tesis (Masters)
Subyek: > Pertanian ( Umum )
Program Studi: Fakultas Pertanian dan Pascasarjana > Prodi Magister Ilmu Lingkungan
Pengguna Deposit: 8796427 . Digilib
Date Deposited: 23 Jan 2017 07:00
Terakhir diubah: 23 Jan 2017 07:00
URI: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/25170

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir Lihat Karya Akhir