Meti Destriyana, (1318011107) (2017) HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. UNIVERSITAS LAMPUNG, FAKULTAS KEDOKTERAN .
|
File PDF
ABSTRAK (INGGRIS & INDONESIA).pdf Download (28Kb) | Preview |
|
|
File PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf Download (1239Kb) | Preview |
|
File PDF
SKRIPSI FULL.pdf Restricted to Hanya pengguna terdaftar Download (1340Kb) |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Kurang energi kronis (KEK) pada wanita usia subur (WUS) merupakan risiko timbulnya masalah kesehatan (morbiditas, mortalitas dan disabilitas). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi budaya (pantang makan, usia menikah, paritas) dan ras terhadap KEK pada WUS di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan metode pengambilan sampel berupa cluster sampling pada bulan Oktober–November 2016. Sampel adalah WUS (20–45 tahun) di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 73 responden yang didapatkan dari rumus analitik kategorik tidak berpasangan. Variabel persepsi budaya didapatkan dengan menggunakan kuesioner dan KEK didapatkan dengan mengukur lingkar lengan atas (LiLA). Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji mutlak Fisher. Hasil penelitian menunjukkan 4,1% responden KEK; 16,4% responden memiliki pantang makan; 29% responden menikah pada usia risiko tinggi; 4,1% responden dengan paritas tinggi; 74% responden dengan ras Jawa. Hasil uji mutlak Fisher menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara pantang makan, usia menikah, paritas, ras dengan KEK (p–value = > 0,05). Kesimpulan dari penelitian adalah tidak terdapatnya hubungan bermakna antara persepsi budaya dan ras terhadap KEK pada WUS di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. Kata kunci: kek, kurang energi kronis, persepsi budaya, ras, wus abstract Chronic energy malnutrition (CEM) on women of childbearing age is the high–risk of health problem (morbidity, mortality, disability). Within wide scale, CEM could be a threat apply to nation strength and viability. The objective of thi study was to determine the relationship between cultural perceptions (food taboo, marriageable age, parity) and race toward CEM risk in Terbanggi Besar, Central Lampung Regency. This study used cross sectional design with cluster sampling method in October–November 2016. The sample came from women of childbearing age (20–45 years old) in Terbanggi Besar, Central Lampung Regency with total 73 respondents obtained by independent category analysis formula. Cultural perception variable was gained by filling questionnaire and CEM risk was measured by upper arm circumtance (UAC). Data was analyzed by univariate and bivariate using Fisher test. The results showed 4.1% of respondents CEM risk; 16,4% food taboo respondents; 29% high–risk mariageable age respondents; 4.1% high parity respondents; 74% Java race respondents. Results showed no significant relation between food taboo, marriageable age, parity, race with CEM risk (p–value = > 0.05). The study conclusion was the absence of significant relationship between perception of culture and race toward CEM risk on women of childbearing age in Terbanggi Besar, Central Lampung regency. Keywords: chronic energy malnutrition, cultural, race, women of childbearing age
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | > R Medicine (General) |
Program Studi: | Fakultas Kedokteran > Prodi Pendidikan Dokter |
Pengguna Deposit: | 0026558 . Digilib |
Date Deposited: | 27 Jan 2017 03:53 |
Terakhir diubah: | 27 Jan 2017 03:53 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/25237 |
Actions (login required)
Lihat Karya Akhir |