PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP ATAU VASEKTOMI

Eva Nofiani, 1016011044 (2014) PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP ATAU VASEKTOMI. Universitas Lampung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

[img]
Preview
File PDF
COVER LUAR.pdf

Download (17Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
ABSTRAK.pdf

Download (12Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
ABSTRACT.pdf

Download (83Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
COVER DALAM.pdf

Download (13Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
MENYETUJUI.pdf

Download (580Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
MENGESAHKAN.pdf

Download (533Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
SURAT PERNYATAAN.pdf

Download (259Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
PERSEMBAHAN.pdf

Download (41Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
MOTO.pdf

Download (23Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
RIWAYAT HIDUP.pdf

Download (19Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
SANWACANA.pdf

Download (49Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
DAFTAR ISI.pdf

Download (67Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
DAFTAR GAMBAR.pdf

Download (38Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
BAB I.pdf

Download (72Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
BAB II.pdf

Download (252Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
BAB III.pdf

Download (134Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
BAB IV.pdf

Download (663Kb) | Preview
[img] File PDF
BAB V.pdf
Restricted to Hanya pengguna terdaftar

Download (432Kb)
[img]
Preview
File PDF
BAB VI.pdf

Download (49Kb) | Preview
[img]
Preview
File PDF
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (82Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

Indonesia merupakan salah negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi oleh karena itu pemerintah membuat berbagai kebijakan salah satu kebijakan tersebut yaitu program keluarga berencana, dimana keluarga sebagai sasaran utamanya, karena keluarga merupakan akseptor utama yang menggunakan alat kontrasepsi, namun kebanyakan perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi, sedangakan partisipasi pria masih sangat sedikit, sementara terdapat berbagai macam alat kontrasepsi untuk pria salah satunya yaitu MOP atau vasektomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) persepsi suami terhadap pengetahuan alat kontrasepsi MOP atau vasektomi, (2) persepsi suami terhadap dampak alat kontrasepsi MOP atau vasektomi, (3) persepsi suami terhadap kendala alat kontrasepsi MOP atau vasektomi, dan (4) persepsi suami terhadap aksesibilitas alat kontrasepsi MOP atau vasektomi. Penelitian ini dilakukan di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) pengetahuan suami terhadap alat kontrasepsi MOP atau vasektomi masih minim, karena suami belum mengetahui berbagai macam alat kontrasepsi pria yang sudah disediakan oleh pihak kesehatan, dan belum adanya sikap dari suami untuk terlibat dalam KB. (2) suami masih merasa asing dengan MOP atau vasektomi, selain itu suami juga masih menyamakan antara kebiri dengan MOP atau vasektomi yang sebenarnya sangat berbeda, dan masih adanya rasa egoisme pria untuk tidak menggunakan salah satu alat kontrasepsi. (3) keterlibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Desa Kalirejo masih mengalami kegagalan, karena ketua RT sendiri tidak mengetahui bahwa sudah pernah ada sosialisasi tentang MOP atau vasektomi dari pihak kesehatan, selain itu belum ada tokoh agama yang menjelaskan haram atau tidaknya MOP atau vasektomi. (4) masih adanya rumor yang beredar bahwa vasektomi bisa menyebabkan impotensi hal ini berdampak pada tidak adanya minat pria untuk menggunakan vasektomi, (5) banyaknya kendala yang di hadapi oleh informan ketika akan melakukan operasi vasektomi salah satunya yaitu tidak ada dukungan dari istri, karena takut suami akan berselingkuh (6) jarak tempuh untuk melakukan operasi vasektomi cukup jauh, selain itu biaya yang harus di keluarkan cukup mahal jika tidak mendapatkan surat pengantar dari PLKB untuk melakukan operasi vasektomi, dan belum adanya tenaga medis yang bisa melakukan operasi MOP atau vasektomi. (7) suami tidak mengetahui bahwa sudah pernah ada penyuluhan tentang MOP atau vasektomi, sehingga suami tidak mengetahui informasi tentang MOP atau vasektomi secara jelas. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu : (1) Persepsi suami terhadap pengetahuan alat kontrasepsi MOP atau vasektomi di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah masih sangat rendah, hal ini terjadi karena belum adanya kesadaran pria untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana dan belum adanya kesetaraan gender. (2) Persepsi suami terhadap alat kontrasepsi MOP atau vasektomi di Desa Kalirejo masih rendah, karena sebagian informan hanya bisa menjelaskan tentang MOP, namun mereka hanya sekedar tahu secara sederhana tidak secara luas, sehingga mereka tidak tahu apa manfaat dan akibat yang akan terjadi jika menggunakan MOP. Kurangnya pengetahuan infroman tentang MOP menyebabkan sebagian informan masih menyamakan MOP dengan kebiri yang sebenarnya sangat berbeda antara kebiri dan MOP, selain itu masih adanya rasa egoisme pria sehingga pria tidak mau menggunakan alat kontrasepsi termasuk MOP. (3) Persepsi suami terhadap dampak MOP atau vasektomi terjadi karena adanya rumor yang beredar bahwa vasektomi bisa menyebabkan impotensi, padahal vasektomi tidak menyebabkan impotensi, hal ini sudah di buktikan oleh informan yang sudah menggunakan vasektomi, dan lebih di pertegas oleh penjelasan PLKB bahwa vasektomi tidak menyebabkan impotensi. (4) Persepsi suami terhadap kendala MOP atau vasektomi terjadi karena informan belum mendapatkan dukungan dari pasangannya (isteri), walaupun ada juga informan yang mendapatkan dukungan positif dari pasangannya (isteri). Selain itu adanya rasa takut menjalani operasi dan sebagian informan mengatakan males meggunakan karena ribet, dan adanya anggapan jika menggunakan vasektomi akan mengurangi rasa kepuasan dan kejantanan saat berhubungan. (5) Persepsi suami terhadap aksesibilitas MOP atau vasektomi terjadi karena belum adanya penyuluhan tentang MOP sehingga pengetahuan informan tentag MOP masih sangat rendah, walaupun sebenarnya sudah di lakukan penyuluhan, selain itu adanya jarak tempuh yang jauh untuk menuju rumah sakit umum, dan biaya yang sebenarnya informan sendiri tidak mengetahui apakah mengeluarkan biaya besar atau tidak mengeluarkan biaya, namun menurut PLKB akseptor yang melakukan operasi vasektomi dan mendapatkan surat pengantar dari PLKB akan gertis. Di sisi lain akseptor masih takut karena kurangnya pelayanan tenaga medis vasektomi. abstract bahasa inggris Indonesia is one of country with a high population density. Therefore government creates various policies, one of the policy is the family planning program, in which family as the main target, because family is the primary acceptor which uses contraception, but women use much more contraceptives, while male participation was still very low, while there were many kinds of contraceptives for men one of them is MOP or vasectomy. This study intended to find out: (1) the husband’s perceptions toward the knowledge of MOP or vasectomy contraceptives, (2) the husband's perception of the impact of MOP or vasectomy contraceptives, (3) the husband's perception of the constraints MOP or vasectomy contraceptives, and (4) the husband’s perception toward the accessibility of MOP or vasectomy contraceptives. This research was conducted in Kalirejo, Central Lampung. The research used qualitative research method. The results showed that: (1) husband’s knowledge toward MOP or vasectomy contraception was still low, because the husband did not understand yet about various kinds of male contraception that was already provided by the health authorities, and the absence of the husband’s attitude to engage in family planning. (2) the husband was still strange to MOP or vasectomy, otherwise husband is still equate the gelding with MOP or vasectomy which was actually very different, and man was still has sense of selfishness not to use one of contraception itself. (3) the involvement of community leaders and religious leaders in Kalirejo was still being failed, because RT itself did not know that there had been a socialization about MOP or vasectomy from health authorities, beside that there was no religious figures who explained whether MOP or vasectomy was unlawful or not. (4) there were still rumors that vasectomy may cause impotence, this may affected men were lack of interest for using vasectomy, (5) the number of constraints faced by informants when will do a vasectomy operation that there was no support from his wife, because they were afraid of her husband would be cheating (6) the distance to perform a vasectomy was far enough, otherwise it costs to be in spend was quite expensive if not get a letter of introduction from field officers to perform a vasectomy, and the lack of medical personnel that can perform vasectomy or MOP operation. (7) the husband did not know that there have been a publication about MOP or vasectomy, so the husband did not know about the MOP or vasectomy information clearly. The conclusions of this study were: (1) husband’s perception toward MOP or vasectomy contraception knowledge in Kalirejo, Central Lampung was still very low, this happened because of the lack of awareness of men to participate in family planning and the lack of gender equality. (2) husband’s perception toward MOP or vasectomy contraception in Kalirejo was still low, because some of the informer could only explain about MOP, but they just know it simply, not extensively, so they did not know what the benefits and consequences that would occur if using MOP. Lack of informer’s knowledge about MOP caused some informers still equate MOP with a gelding that was actually very different, besides it was still a sense of men’s selfishness so that men did not want to use contraceptives including MOP. (3) husband’s perceptions toward the impact of MOP or vasectomy occured due to rumors that vasectomy may cause impotence, whereas vasectomy did not cause impotence, it had been proved by informers who had already used vasectomy, and affirmed by the explanation of PLKB that vasectomy did not cause impotence. (4) husband’s perceptions of the constraints of MOP or vasectomy occured because the informers have not been supported by their partner (wife) yet, although there was also the informaer who received positive support from their partner (wife). Besides the fear of surgery and some informers said lazy to use it because it was complicated, and the notion that if using a vasectomy would reduce the sense of satisfaction and virility during intercourse. (5) husband’s perception toward the accessibility of MOP or vasectomy occured because of the lack of education on the knowledge about MOP so that the informer’s knowledge was still very low, although publication was already done, in addition to the existence of a far distance to go to public hospitals, and the informers did not know the actual cost whether to pay or not to pay large, but according to field officers someone who perform vasectomy acceptors and obtain a letter of introduction from the field officers will be free. On the other hand acceptors were still being afraid because of the lack of medical personnel to vasectomy services.

Jenis Karya Akhir: Skripsi
Subyek:
Program Studi: Fakultas ISIP > Prodi Sosiologi
Pengguna Deposit: 435576 . Digilib
Date Deposited: 15 Aug 2014 06:30
Terakhir diubah: 15 Aug 2014 06:30
URI: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/2573

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir Lihat Karya Akhir