JESIKA AGNES DEBORA SIMANJUNTAK , 1316011043 (2017) SINAMOT DAN BUJANG TUA: KAJIAN MAHAR ADAT PADA MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DI SEKINCAU LAMPUNG BARAT. FAKULTS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS LAMPUNG.
|
File PDF
ABSTRAK.pdf Download (19Kb) | Preview |
|
File PDF
SKRIPSI FULL.pdf Restricted to Hanya pengguna terdaftar Download (2409Kb) |
||
|
File PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf Download (612Kb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses pemberian sinamot dalam sistem perkawinan Batak Toba, makna sinamot dan perubahan makna sinamot di Sekincau Lampung Barat, serta alasan para bujang di Sekincau menunda pernikahan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi dan dilakukan di Sekincau Lampung Barat. Sumber data dari penelitian ini berasal dari wawancara mendalam dengan informan, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini Penelitian ini mendukung beberapa teori yang sudah ada sebelumnya yaitu teori kerabat dan bukan kerabat dari Brunner (2006), bahwa orang Batak akan mencari orang Batak yang satu agama tetapi beda marga dengannya, karena bagi orang Batak sesama orang Batak yang semarga dengannya akan dianggap kerabat yang tidak boleh untuk dinikahi. Bagi orang Batak laki-laki atau perempuan yang semarga dengannya disebut iboto). Penelitian ini juga selaras dengan teori Netting (1981) bahwa manusia selalu dalam keadaan seimbang (equilibrium) untuk mencapai sesuatu yang dikira sulit dan serupa dengan itu dalam penelitian ini juga terbukti bahwa suku Batak menganut sistem patrilineal yang akan terus mengusahakan kehadiran anak laki-laki untuk meneruskan garis keturunannya, namun penelitian ini memiliki perbedaan yaitu dalam teori Netting (1981) gereja melarang pernikahan sepupu sedangkan adat Batak menginginkan pernikahan antar pariban. Kata kunci : Sinamot, bujang tua, mahar adat. ABSTRACT This research was conducted to investigate the process of giving sinamot in Batak Toba wedding, meaning of sinamot and the change of sinamot meaning in Sekincau West Lampung, with the reason why the bachelors delay their wedding. This research used etnography qualitative research method and was conducted in Sekincau West Lampung. The data resource of this research was gained from depth interview, observation and documentation. Data analysis technique which used in this research was data reduction, data presentation and data verification. The result of the research was sinamot is a brideprice which given by bridegroom to the bride’s family to expense the custom party. Part of sinamot is given during the process of customs marhata sinamot, then the rest will be given during customs party, in front of the invitation. The money of sinamot also has significance to Batak people, namely as pride of family. For Batak people who have a daughter, they will be proud if their daughter is bought at the high price as sinamot. According to Batak people in Sekincau, the meaning of sinamot never changes, buy the way how to fulfill the sinamot is assortment. High price of sinamot which decided by bride’s family makes the bachelor avoids the wedding by eloping. Keyword : Sinamot, old bachelor, brideprice.
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | > HM Sociology |
Program Studi: | Fakultas ISIP > Prodi Sosiologi |
Pengguna Deposit: | 2524524 . Digilib |
Date Deposited: | 28 Feb 2017 01:29 |
Terakhir diubah: | 28 Feb 2017 01:29 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/25816 |
Actions (login required)
Lihat Karya Akhir |