RESISTENSI GULMA Cyperus rotundus, Dactyloctenium aegyptium, Asystasia gangetica TERHADAP HERBISIDA BROMACIL DAN DIURON PADA PERKEBUNAN NANAS DI LAMPUNG TENGAH

Heri Hendarto, 1324011008 (2016) RESISTENSI GULMA Cyperus rotundus, Dactyloctenium aegyptium, Asystasia gangetica TERHADAP HERBISIDA BROMACIL DAN DIURON PADA PERKEBUNAN NANAS DI LAMPUNG TENGAH. Masters thesis, UNIVERSITAS LAMPUNG.

[img]
Preview
File PDF
ABSTRAK.pdf

Download (13Kb) | Preview
[img] File PDF
TESIS FULL.pdf
Restricted to Hanya pengguna terdaftar

Download (1960Kb)
[img]
Preview
File PDF
TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf

Download (970Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

ABSTRAK Pengendalian gulma menggunakan herbisida bromacil dan diuron pada perkebunan nanas di Lampung Tengah dilakukan secara rutin pada kisaran 30 tahun terakhir. Hal ini telah mengakibatkan daerah tersebut terpapar herbisida dan memunculkan beberapa jenis gulma yang sulit dikendalikan menggunakan herbisida tersebut. Perkiraan adanya gulma resisten terhadap bromacil dan diuron mendorong dilaksanakannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya resistensi gulma terhadap herbisida bromacil dan diuron. Penelitian dilaksanakan di Desa Hajimena Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dari bulan Mei sampai dengan September 2015. Sebagai gulma indikator digunakan gulma Cyperus rotundus (golongan teki), Dactyloctenium aegyptium (golongan rumput) serta jenis gulma Asystasia gangetica (golongan daun lebar). Herbisida yang digunakan terdiri atas dua jenis bahan aktif yaitu bromacil dan diuron. Percobaan disusun dengan rancangan percobaan petak-petak terbagi (Split-split Plot Design) dengan 6 ulangan. Faktor pertama adalah asal gulma: yaitu gulma terpapar dan tidak terpapar herbisida. Faktor kedua adalah jenis gulma yang terdiri atas 3 jenis gulma, yaitu Cyperus rotundus, Dagtyloctenium aegyptium, dan Asystasia gangetica. Faktor ketiga adalah taraf dosis herbisida , yaitu 0, 1, 2, 4, 8, dan 16 kg b.a /ha. Analisis ragam dilakukan terhadap data, homogenitas diuji dengan uji Bartlet, sedangkan aditivitas data diuji dengan uji Tuckey. Untuk membedakan nilai tengah perlakuan, dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulma Dactyloctenium aegyptium yang terpapar herbisida mengalami resistensi tingkat rendah terhadap herbisida bromacil dengan perbandingan nilai LD50 bromacil 2,2 kali lebih tinggi dan mengalami resistensi tingkat tinggi terhadap herbisida diuron dengan perbandingan nilai LD50 diuron 261.517 kali lebih tinggi dibandingkan gulma yang tidak terpapar herbisida. Gulma Cyperus rotundus dan Asystasia gangetica sensitif terhadap herbisida bromacil dan diuron. Perbandingan nilai LD50 gulma terpapar bromacil 1,7 kali lebih tinggi (sensitif) dibandingkan gulma yang tidak terpapar. Sedangkan perbandingan nilai LD50 gulma terpapar diuron 3,7 kali lebih tinggi ( resistensi tingkat rendah) dibandingkan gulma yang tidak terpapar herbisida. Kata kunci: Resistensi gulma, Cyperus rotundus, Dactyloctenium aegyptium, Asystasia gangetica, bromacil, diuron. ABSTRACT Weed controll using bromacil and diuron herbicides on a pineapple plantation in Central Lampung were done routinely in the last 30 years. After continuosly exposed to herbicides, several appears weeds to be resistant to herbicides application. The possibility of herbiside resistant weeds species to bromacil and diuron is the reason why this study was conducted. This study aims to confirm the occurance of weed resistance to bromacil and diuron herbicides. Research was conducted at the experiment station at Hajimena Village Natar District, South Lampung Province from May to September 2015. Three weed species: Cyperus rotundus (sedge), Dactyloctenium aegyptium (grass) and Asystasia gangetica (broad leave) were used. Two types of active ingredients, namely bromacil and diuron were tested. The experiment was arranged Split Plot Design with six replications. The first factor is the origin of weeds: herbicide exposed weeds and unexposed weeds. The second factor is the type of weed: Cyperus rotundus, Dagtyloctenium aegyptium, and Asystasia gangetica. The third factor is the level of herbicide doses, ie 0, 1, 2, 4, 8, and 16 kg a.i / ha. Data homogeneity was tested with Bartlett, whereas the additivity data was tested with Tuckey. To distinguish the middle value treatment, Least Significant Difference Test (BNT) at the 5% significance level were used. Results showed that Dactyloctenium aegyptium experienced a low level of resistance to bromacil with LD50 ratio 2.2 times higher and experiencing high levels of resistance to diuron with LD50 ratio 261.517 times higher than the unexposed weeds. Cyperus rotundus and Asystasia gangetica were sensitive to bromacil and diuron herbicides. LD50 of bromacil for exposed weeds is 1.7 times higher (sensitive) than unexposed weeds, whereas for diuron, LD50 value ratio is 3.7 times higher (low-level resistance) compared to unexposed for herbicides. Keywords: Weed resistance, Cyperus rotundus, Dactyloctenium aegyptium, Asystasia gangetica, bromacil, diuron

Jenis Karya Akhir: Tesis (Masters)
Subyek: > Budidaya tanaman
Program Studi: Fakultas Pertanian dan Pascasarjana > Prodi Magister Agronomi
Pengguna Deposit: 68669697 . Digilib
Date Deposited: 21 Jul 2017 01:57
Terakhir diubah: 21 Jul 2017 01:57
URI: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/27344

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir Lihat Karya Akhir