ANGGELIA FITRI, 1514121164 (2019) DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN SIRIH DAN DAUN MENGKUDU TERHADAP Colletotrichum gloeosporioides Penz. PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PEPAYA. FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS LAMPUNG.
|
File PDF
1. ABSTRAK.pdf Download (657Kb) | Preview |
|
File PDF
2. SKRIPSI FULL.pdf Restricted to Hanya staf Download (4Mb) |
||
|
File PDF
3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf Download (4Mb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Penyakit antraknosa pada pepaya disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides.Penggunaan fungisida nabati merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit antraknosakarena ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia. Daun sirih dan daun mengkudu berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. gloeosporioides penyebab penyakit antraknosa pada buah pepaya, sehingga dapat dijadikan sebagai fungisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirih maupun daun mengkudu secara tunggal atau gabungan dalam menghambat C. gloeosporioides(in vitro) maupun intensitasserangan penyakit (in vivo) dan mengetahui perbandingan ekstrak daun sirih maupun daun mengkudu yang terbaik dalam menghambatC. gloeosporioides (in vitro)maupun intensitas serangan penyakit (in vivo). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada Maret sampai Juni 2019. Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan in vitro adalah Rancangan AcakLengkap (RAL) 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari A (kontrol), B (ekstrak daun sirih), C (ekstrak daun mengkudu), D (sirih:mengkudu 1:1), E (sirih:mengkudu 1:2), F (sirih:mengkudu 2:1), G (sirih:mengkudu 1:3), dan H (sirih:mengkudu 3:1). Homogenitas data diuji menggunakan uji Bartlett, apabila datahomogen dilanjutkan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%. Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan in vivo adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 9 ulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari A(kontrol), B(ekstrak daun sirih) dan H (sirih:mengkudu 3:1). Homogenitas data diuji menggunakan analisis ragam dan ortogonal kontras pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) ekstrak tunggal daun sirih lebih baik dalam menghambat pertumbuhan C. gloeosporioides secara in vitro, daripada ekstrak tunggal daun mengkudu, (2) ekstrak tunggal daun sirih lebih baik dalam menghambat intensitas serangan penyakit antraknosa secara in vivo, daripada ekstrak tunggal daun mengkudu, (3) perbandingan ekstrak daun sirih dan daun mengkudu (3:1) merupakan perbandingan ekstrak yang terbaik dalam menghambat pertumbuhan C. gloeosporioides (in vitro) dan persentase keparahan penyakit (in vivo). Kata kunci: C. gloeosporioides, daun sirih, daun mengkudu, ekstrak, penyakit antraknosa.
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | > Pertanian ( Umum ) |
Program Studi: | Fakultas Pertanian dan Pascasarjana > Prodi Agroteknologi |
Pengguna Deposit: | UPT . Desi Zulfi Melasari |
Date Deposited: | 19 Mar 2022 16:06 |
Terakhir diubah: | 19 Mar 2022 16:06 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55231 |
Actions (login required)
Lihat Karya Akhir |