Roki Andi Saputra, 1516011028 (2019) SABUNG AYAM ORANG BALI DI LAMPUNG: NARSISME LAKI-LAKI, KEJANTANAN DAN STATUS SOSIAL. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.
|
File PDF
ABSTRAK.pdf Download (91Kb) | Preview |
|
File PDF
SKRIPSI FULL.pdf Restricted to Hanya staf Download (1551Kb) |
||
|
File PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf Download (1470Kb) | Preview |
|
|
File PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf Download (1470Kb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, proses pelaksanaan tradisi sabung ayam orang Bali di Lampung beserta perubahannya, dan menganalisis makna sabung ayam bagi laki-laki Bali di Lampung. Penelitian ini memiliki ciri khas tersendiri karena melakukan penelitian terhadap sebuah tradisi dari suku minoritas di Kecamatan Banjit, akan tetapi mampu menarik minat dari masyarakat suku non Bali di Desa Temakung dan masih tetap eksis hingga sekarang. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap tradisi sabung ayam. Penelitian ini merupakan tipe penelitian melalui pendekatan kualitatif, sumber data yang diperoleh melalui kat-kata dan tindakan serta foto. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Landasan teori yang digunakan adalah teori tafsir kebudayaan dari Clifford Geertz. Dari analisis data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan Tradisi sabung ayam adalah dua ekor ayam yang dipasangkan taji dan di adu sampai ada pemenangnya dan darah dari ayam itu menetes ke bumi untuk menyiram tempat di adakannya sabung ayam tersebut agar menetralisir hawa negatif menjadi positif, sabung ayam ini bagian dalam acara mecaru. Dalam pelaksanaan sabung ayam di dalam upacara mecaru tidak boleh ada taruhan atau mencari keuntungan sendiri. Adapun taji ayam adalah simbol kejantanan bagi laki-laki Bali. Kata KuncˆG×Budaya Bali, sabung ayam, kejantanan, dan status sosial Culture is a way of human life that develops and is developed by a group descended down, a culture that cannot originate from religion, language, customs, animals, clothing, food, art, buildings etc. Diverse culture can occur in Indonesia because of diverse tribes from various islands. The study entitled "Balinese Cockfighting in Lampung: Male Narcissism, Virility and Social Status", has a problem formulation of how the process of implementing the tradition of Balinese cockfighting in Lampung and its changes, and how the meaning of cockfighting for Balinese men in Lampung. The purpose of this study is to examine the process of implementing the tradition of Balinese Cockfighting in Lampung, and analyze the meaning of cockfighting for Balinese men in Lampung. This research is a type of research through a qualitative approach, the source of data obtained through words and actions and photographs. Data collection techniques used in this study were in-depth interviews, observation, and documentation. The theoretical basis used is the theory of cultural interpretation from Clifford Geertz. From the data analysis, it is concluded that the cockfighting tradition is that two chickens are paired with spurs and fought until there is a winner and the blood from the chicken drips into the earth to water the place where the cockfight is in order to neutralize negative air into positive, this cockfight is part of the mecaru event. In the implementation of cockfighting in the mecaru ceremony there should be no betting or self-seeking. The chicken spurs are a symbol of virility for Balinese men. Keywords: cockfighting, culture, virility
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | |
Program Studi: | Fakultas ISIP > Prodi Sosiologi |
Pengguna Deposit: | UPT . Digilib8 |
Date Deposited: | 24 Mar 2022 16:13 |
Terakhir diubah: | 24 Mar 2022 16:13 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56042 |
Actions (login required)
Lihat Karya Akhir |