Ade Irawan, 0714111020 (2015) PENGARUH KELIMPAHAN FITOPLANKTON BERBAHAYA (HABs) TERHADAP TINGKAT KEMATIAN IKAN YANG DIBUDIDAYAKAN DI KARAMBA JARING APUNG PANTAI RINGGUNG TELUK LAMPUNG. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
|
File PDF
ABSTRACT.pdf Download (13Kb) | Preview |
|
|
File PDF
COVER DALAM.pdf Download (109Kb) | Preview |
|
|
File PDF
HALAMAN PERSETUJUAN.pdf Download (119Kb) | Preview |
|
|
File PDF
HALAMAN PENGESAHAN.pdf Download (102Kb) | Preview |
|
|
File PDF
HALAMAN PERNYATAAN.pdf Download (119Kb) | Preview |
|
|
File PDF
DAFTAR ISI.pdf Download (49Kb) | Preview |
|
|
File PDF
DAFTAR TABEL.pdf Download (47Kb) | Preview |
|
|
File PDF
DAFTAR GAMBAR.pdf Download (48Kb) | Preview |
|
|
File PDF
BAB I.pdf Download (72Kb) | Preview |
|
|
File PDF
BAB II.pdf Download (69Kb) | Preview |
|
|
File PDF
BAB III.pdf Download (140Kb) | Preview |
|
File PDF
BAB IV.pdf Restricted to Hanya pengguna terdaftar Download (304Kb) |
||
|
File PDF
BAB V.pdf Download (7Kb) | Preview |
|
|
File PDF
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (54Kb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
ABSTRAK Kematian ikan di Teluk Lampung menimpa ikan-ikan yang dibudidayakan di karamba, khususnya Pantai Ringgung. Kematian ikan tersebut diduga akibat kelimpahan fitoplankton berbahaya yang terjadi karena peningkatan masukan bahan-bahan pencemar baik dari bahan kimia dan organik. Bahan kimia berasal dari limbah dan bahan kimia lainnya yang digunakan pembudidaya. Sedangkan bahan organik berasal dari pakan dan feses. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kemunculan fitoplankton berbahaya (HABs) terhadap jumlah dan frekuensi kematian ikan yang dibudidayakan dalam Karamba Jaring Apung di Pantai Ringgung Teluk Lampung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang fitoplankton berbahaya yang dapat menyebabkan kematian ikan. Dengan begitu dapat menjadi acuan sebagai upaya dalam optimalisasi hasil panen ikan budidaya. Penelitian dilakukan pada tiga stasiun penelitian berdasarkan kepadatan KJA. Stasiun pertama adalah KJA yang padat, stasiun kedua yang tidak ada aktivitas KJA, dan stasiun yang ketiga adalah KJA yang jarang. Hasil penelitian ditemukan 33 jenis fitoplankton. 14 jenis diantaranya potensial sebagai HABs yang dapat menyebabkan kematian ikan yaitu, Cerataulina bergonii, Nitzschia lanceolata, Pirodinium bahamense, dan Pseudo-nitzchia dari kelompok Bacillariophyceae; Ceratium furca, Ceratium tripos, Dinophysis homunculus, Gonyaulax apiculata, Gymnodinium, Noctiluca scintilans, Prorocentrum lima, Protoperidinium, dan Cochlodinium dari kelompok Dinophyceae; serta Trichodesmium erythraeum dari kelompok Cyanophyceae. Dengan tingkat populasi yang berbeda-beda. Dari 14 jenis tersebut, kelimpahan tertinggi adalah jenis Cochlodinium yang mencapai 63.738 sel/liter. Peningkatan populasi tersebut terjadi pada 19 Juni 2013 di stasiun 3 yang diduga menyebabkan kematian ikan mencapai 20 ekor di karamba tersebut. Pada tanggal tersebut, DO terendah yaitu 4.42. Dibandingkan 2 stasiun lainnya yaitu 5.31 di stasiun 1 dan 5.24 di stasiun 2. Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton dengan nilai terendah terjadi di stasiun 3 pada tanggal 19 Juni 2013 yaitu 0.705. Dengan demikian kondisi perairan tersebut dalam kondisi tidak stabil, sehingga kematian ikan meningkat. Nilai keanekaragaman fitoplankton yang tertinggi terjadi di stasiun 2 pada tanggal 12 Juni 2013 yaitu 2.451. Hal ini diduga karena belum ada aktivitas karamba di stasiun 2. Nilai keseragaman fitoplankton di perairan Pantai Ringgung yang diperoleh termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai di atas 0.5 atau mendekati 1, yang menunjukkan bahwa penyebaran individu setiap jenis relatif merata. Kecuali di stasiun 3 yang memiliki nilai relatif rendah (0.228 pada 19 Juni 2013, 0.291 pada 26 Juni 2013, dan 0.446 pada 3 Juli 2013). Pengaruh kelimpahan fitoplankton berbahaya terhadap tingkat kematian ikan ditunjukkan dengan analisis regresi. Koefisien korelasi pada stasiun 1 menunjukkan nilai 0.5208. Sedangkan pada stasiun 2 menunjukkan 0.6937. Kelimpahan fitoplankton berbahaya terbukti mempengaruhi tingkat kematian ikan di karamba jaring apung Pantai Ringgung. Fitoplankton berbahaya telah memicu berkurangnya kadar oksigen di perairan yang berpotensi menyebabkan kematian ikan-ikan liar maupun yang dibudidayakan di karamba jaring apung Kata kunci: kematian ikan, fitoplankton berbahaya, karamba jaring apung ABSTRACT Fish mortality in the Lampung Bay not only affects wild fish, but also farmed fish in cages, especially Ringgung Beach. The fish deaths allegedly caused by harmful algal blooms that occur due to increased input contaminants from both natural and anthropogenic sources. Natural sources come from fish feed, feces and urine of farmers who stay at the location of cages. While chemical contaminants derived from waste and other chemicals used cultivators. This study aims to analyze the influence of harmful algal blooms (HABs) the amount and frequency of fish mortality in cage culture Ringgung Beach Lampung Bay. The results of this study are expected to provide information about the harmful algal that causes the fish mortality. With so may be a reference as an attempt to optimize the yield of farmed fish. The study was conducted at three research stations based on the density of cage culture. Cage culture first station is a solid, the second station is nothing cage culture, and the third station is a rare cage culture. The results of the study found 33 species of phytoplankton. 14 species have potential as HABs could the fish mortality, they are Cerataulina bergonii, Nitzschia lanceolata, Pirodinium bahamense, and Pseudo-nitzchia of Bacillariophyceae group; Ceratium furca, Ceratium tripos, Dinophysis homunculus, Gonyaulax apiculata, Gymnodinium, Noctiluca scintilans, Prorocentrum lima, Protoperidinium, and Cochlodinium of Dinophyceae group; and Trichodesmium erythraeum of Cyanophyceae group. With a burst rate of different populations. Of the 14 species, the highest is Cochlodinium explosion that reached 63.738 cells/ liter. The population explosion occurred on June 19, 2013 at 3 stations that allegedly caused 20 fish mortality in the cages. On that date, the lowest DO is 4.42. Compared to two other stations are 5.31 at station 1 and 5.24 at station 2. Phytoplankton diversity index with the lowest value occurred at station 3 on June 19, 2013 is 0.705. This happens because there is the possibility of heavily polluted water quality. Thus the condition of the waters in an unstable condition, increasing fish mortality. The highest phytoplankton diversity values occurred at Station 2 on June 12, 2013 is 2.451. This is presumably because there has been no activity cages at station 2 Value uniformity Ringgung Beach phytoplankton in waters obtained in the high category with a value above 0.5 or close to 1, which indicates that the spread of the individual of any kind relatively evenly. Except at station 3 which has a relatively low value (0.228 on June 19, 2013, 0.291 on June 26, 2013, and 0.446 on July 3, 2013). Effect of HABs on the fish mortality rate is indicated by regression analysis. Correlation coefficient at station 1 shows the value of 0.5208. While on station 2 shows 0.6937. Harmful algal blooms affect fish mortality in cage culture Ringgung Beach. They have triggered reduced oxygen levels in the water that could potentially cause the mortality of wild fish and on cage culture. Keywords: fish mortality, harmful algal, cage culture
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | > Karya Karya Umum = 000 |
Program Studi: | Fakultas Pertanian dan Pascasarjana > Prodi Budidaya Perairan |
Pengguna Deposit: | 008533 . Digilib |
Date Deposited: | 17 Dec 2014 01:49 |
Terakhir diubah: | 17 Dec 2014 01:49 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/5810 |
Actions (login required)
Lihat Karya Akhir |