YULLIA , INDRIANI (2023) KANDUNGAN BIOTOKSIN PARALYTIC SHELLFISH POISONING DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb, Cu, DAN Cd PADA KERANG HIJAU Perna viridis (Linnaeus, 1758) YANG DIBUDIDAYAKAN DI PERAIRAN PULAU PASARAN DAN LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNG. Masters thesis, UNIVERSITAS LAMPUNG.
|
File PDF
ABSTRAK.pdf Download (1731Kb) | Preview |
|
File PDF
TESIS FULL.pdf Restricted to Hanya staf Download (2282Kb) | Minta salinan |
||
|
File PDF
TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf Download (2284Kb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Budidaya kerang hijau telah berkembang pesat di perairan Pulau Pasaran Bandar Lampung dan perairan Desa Muara Gading Mas, Labuhan Maringgai. Namun demikian budidaya kerang hijau mutlak memerlukan lokasi yang bebas dari pencemaran terutama logam berat dan cemaran biotoksin paralytic shellfish poisoning atau PSP. Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi budidaya kerang hijau. Sampel penelitian berupa air dan kerang hijau akan dianalisis pada 3 laboratorium berbeda, yaitu Laboratorium Balai Besar Perikanan Budi daya Laut (BBPBL) untuk uji kualitas air, Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi (LTSIT) Unila untuk uji cemaran logam berat, serta Laboratorium Balai Karantina Ikan dan Penjaminan Mutu Jakarta Timur untuk uji toksin PSP. Selain itu juga dilakukan uji korelasi bivariate dengan model Pearson untuk mengetahui hubungan karakteristik antara kelimpahan plankton HABs dengan variable fisika-kimia perairan di setiap lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi budi daya di Pulau Pasaran 4 parameter yaitu nitrat, amonia, phosphat dan kecerahan telah melebihi baku mutu lingkungan adapun pada lokasi budi daya Labuhan Maringgai terdapat 5 parameter yaitu pH, kecerahan, nitrat, nitrit, dan phosphat. Kelimpahan rata rata fitoplankton Habs tertinggi selama penelitian terjadi di lokasi budi daya kerang hijau Labuhan Maringgai dengan nilai 88.753,33 sel/l yang didominasi oleh spesies Guinardia sp dengan kelimpahan sebesar 76.456 sel/l, diikuti lokasi budi daya Pulau Pasaran yaitu sebesar 71.883,67 sel/l yang didominasi oleh spesies Pseudon-Nitzschia sp dengan kelimpahan 58.342,33 sel/l. Adapun kandungan saksitoksin PSP tertinggi terjadi di lokasi Labuhan Maringgai yaitu sebesar 23,87 μg/kg diikuti oleh lokasi Pulau Pasaran sebesar 2,6 μg/kg. Struktur komunitas plankton di perairan Pulau Pasaran yaitu indeks keanekaragaman (H’) sebesar 0,78, indeks keseragaman (E) sebesar 0,10 dan indeks dominansi (D) sebesar 0,67 sedangkan pada perairan Labuhan Maringgai indeks keanekaragaman (H’) sebesar 0,63, indeks keseragaman (E) sebesar 0,08 dan indeks dominansi (D) sebesar 0,74. Kandungan logam berat pada produk kerang hijau di lokasi budi daya Pulau Pasaran yaitu Pb sebesar 2,76 mg/kg, Cd sebesar 0,24 mg/kg, dan Cu sebesar 6,22 mg/kg. Adapun di lokasi budi daya Labuhan Maringgai yaitu Pb sebesar 1,47 mg/kg, Cd sebesar 1,05 mg/kg, dan Cu sebesar 4,38 mg/kg. Simpulannya adalah kondisi perairan pada kedua lokasi penelitian kurang memenuhi baku mutu atau nilai yang direkomendasikan untuk keoptimalan budi daya kerang hijau. kandungan PSP di kedua lokasi penelitian tidak melebihi batas baku mutu yang telah ditetapkan. nilai H’ dan E pada kedua lokasi budi daya termasuk dalam kategori rendah dan terdapat dominansi spesies dari Guinardia sp dan Pseudon-Nitzschia sp. produk daging kerang hijau hasil budi daya di Pulau Pasaran terindikasi tercemar logam Pb sedangkan di Perairan Labuhan Maringgai telah tercemar logam Pb dan Cd. Terdapat hubungan yang signifikan – sangat signifikan antara parameter DO, arus, nitrat, amonia, phosphat terhadap kelimpahan fitoplankton penyebab HABs. Kata Kunci : Fitoplankton, Habs, Kerang Hijau, Logam Berat, Paralytic Shellfish Poisoning Green mussel cultivation has developed rapidly in the waters of Pasaran Bandar Lampung Island and the waters of Muara Gading Mas Village, Labuhan Maringgai. However, the cultivation of green mussels absolutely requires a location that is free from pollution, especially heavy metals and paralytic shellfish poisoning or PSP biotoxin contamination. This research was conducted at two green mussel cultivation locations. Research samples in the form of water and green mussels will be analyzed in 3 different laboratories, namely the Marine Aquaculture Fisheries Center (BBPBL) Laboratory for water quality testing, Unila Integrated Laboratory and Technology Innovation Center (LTSIT) for heavy metal contamination tests, and the Quarantine Center Laboratory. East Jakarta Fish and Quality Assurance for PSP toxin test. In addition, a bivariate correlation test was also carried out using the Pearson model to determine the characteristic relationship between the abundance of plankton HABs and the physico-chemical variables in each study location. The results showed that at the cultivation location on Pasaran Island 4 parameters namely nitrate, ammonia, phosphate and brightness exceeded the environmental quality standards while at the Labuhan Maringgai cultivation location there were 5 parameters namely pH, brightness, nitrate, nitrite and phosphate. The highest average abundance of Habs phytoplankton during the study occurred at the green mussel cultivation location in Labuhan Maringgai with a value of 88,753.33 cells/l which was dominated by the species Guinardia sp with an abundance of 76,456 cells/l, followed by the Pasaran Island cultivation location which was 71,883.67 cells/l which was dominated by the species Pseudon-Nitzschia sp with an abundance of 58,342.33 cells/l. The highest PSP witnesstoxin content occurred at the Labuhan Maringgai location, which was 23.87 μg/kg, followed by the Pasaran Island location, which was 2.6 μg/kg. The plankton community structure in Pasaran Island waters is a diversity index (H') of 0.78, a uniformity index (E) of 0.10 and a dominance index (D) of 0.67 while in Labuhan Maringgai waters a diversity index (H') of 0.63, uniformity index (E) of 0.08 and dominance index (D) of 0.74. The content of heavy metals in green mussel products at the Pasaran Island cultivation site was Pb of 2.76 mg/kg, Cd of 0.24 mg/kg, and Cu of 6.22 mg/kg. As for the Labuhan Maringgai cultivation location, namely Pb of 1.47 mg/kg, Cd of 1.05 mg/kg, and Cu of 4.38 mg/kg. The conclusion is that the condition of the waters at the two research locations does not meet the quality standards or recommended values for optimal green mussel cultivation. PSP content in the two study locations did not exceed the established quality standards. the H' and E values at both cultivation locations were included in the low category and there was a dominance of species from Guinardia sp and Pseudon-Nitzschia sp. green mussel meat products cultivated on Pasaran Island are indicated to be polluted with Pb metal while in Labuhan Maringgai waters it has been polluted with Pb and Cd metals. There is a significant – very significant relationship between DO parameters, currents, nitrate, ammonia, phosphate and the abundance of phytoplankton causing HABs. Keywords: Phytoplankton, Habs, Green Mussels, Heavy Metals, Paralytic Shellfish Poisoning
Jenis Karya Akhir: | Tesis (Masters) |
---|---|
Subyek: | 000 Ilmu komputer, informasi dan pekerjaan umum 000 Ilmu komputer, informasi dan pekerjaan umum > 001 Ilmu pengetahuan |
Program Studi: | Pascasarjana Fakultas Pertanian dan Pascasarjana > Pascasarjana |
Pengguna Deposit: | 2301728114 . Digilib |
Date Deposited: | 07 Aug 2023 08:14 |
Terakhir diubah: | 07 Aug 2023 08:14 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/74212 |
Actions (login required)
Lihat Karya Akhir |