PENGEMBANGAN AGROFORESTRI KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA MENGGALA MAS, KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH, KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

Yanne Permata, Sari (2024) PENGEMBANGAN AGROFORESTRI KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA MENGGALA MAS, KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH, KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT. FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS LAMPUNG.

[img]
Preview
File PDF
ABSTRAK.pdf

Download (193Kb) | Preview
[img] File PDF
SKRIPSI FULL.pdf
Restricted to Hanya staf

Download (4Mb) | Minta salinan
[img]
Preview
File PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf

Download (1028Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

Petani memilih mengembangkan agroforestri karet untuk memenuhi berbagai tujuan, termasuk memperoleh penghasilan selain dari hasil getah karet itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola tanam dan pengembangan agroforestri karet di Desa Menggala Mas, Provinsi Lampung, Indonesia. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Data diperoleh dengan pengamatan terlibat, wawancara mendalam (in depth interview) dan studi dokumentasi, kemudian dianalisis untuk mengetahui pola tanam dan pengembangan agroforestri karet yang dilakukan masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa ditemukan tiga penerapan pola tanam agroforestri yaitu Alley Cropping (pola lorong), Trees Along Border (pola pagar) dan Random Mixture (pola acak). Kombinasi dominan pada Alley Cropping yaitu antara karet-pulai, karet-mentru-kayu afrika. Kombinasi dominan pada Trees Along Border yaitu antara karet-akasia, karetnangka- cempedak, karet-petai-jati. Kombinasi dominan pada Random Mixture yaitu antara karet-jengkol, karet-petai-jengkol-akasia, karet-nangka-cempedak, karet-pulai-mengkudu-jengkol, karet-pisang-gadung-sungkai. Proses pengolahan getah karet pada agroforestri dilakukan secara tradisional, mulai dari proses penyadapan; pengasaman getah; pemanenan getah (Napeu); pemisahan getah; penjualan dan pemanenan hasil tanaman agroforestri. Masyarakat mengembangkan lahan agroforestri menurut kondisi lahan dan kemampuan mereka dalam mengelola lahan. Kemampuan tersebut datang dari pengetahuan lokal yang mereka miliki. Pengetahuan lokal masyarakat didapat secara turunmenurun dari orang tua dengan maksud memperkecil biaya pengolahan getah karet dari bahan-bahan yang mahal, sehingga masyarakat lebih banyak memperoleh keuntungan. Hal ini sudah terbukti jika masyarakat lokal mampu mengelola lahannya dengan baik yang dapat menjadi sumber mata pencaharian jangka panjang. Pemerintah perlu memberikan pendampingan mengenai strategi dalam pengolahan getah karet sekaligus pengelolaan lahan agroforestri karet untuk meningkatkan pengetahuan dan hasil panen petani. Kata kunci: agroforestri, tanaman karet, pola tanam, pengetahuan lokal This research aims to determine planting patterns and development of rubber agroforestry in Menggala Mas Village, Lampung Province, Indonesia. This research approach is qualitative. Data was obtained through involved observation, in-depth interviews, and documentation studies, then analyzed to determine the planting patterns and development of rubber agroforestry carried out by the community. The research results showed that three applications of agroforestry planting patterns were found, namely Alley Cropping (alley pattern), Trees Along Border (fence pattern), and Random Mixture (random pattern). The dominant combination in Alley Cropping is rubber-pulai and rubber-mentru-African wood. The dominant combinations in Trees Along Border are rubber-acacia, rubberjackfruit- cempedak, rubber-petai-teak. The dominant combinations in the Random Mixture are rubber-jengkol, rubber-petai-jengkol-acacia, rubber-jackfruitcempedak, rubber-pulai-mengkudu-jengkol, rubber-banana-gadung-sungkai. The rubber latex processing process in agroforestry is carried out traditionally, starting from the tapping process; sap acidification; sap harvesting (Napeu); sap separation; sales, and harvesting of agroforestry crops. Communities develop agroforestry land according to land conditions and their ability to manage the land. This ability comes from the local knowledge they have. The community's local knowledge has been passed down from their parents to reduce the costs of processing rubber latex from expensive materials so that the community can gain more profits. This has been proven if local communities can manage their land well which can become a long-term source of livelihood. The government needs to assist with strategies for processing rubber latex as well as managing rubber agroforestry land to increase farmers' knowledge and harvest yields. Keywords: agroforestry, rubber plants, planting patterns, local knowledge

Jenis Karya Akhir: Skripsi
Subyek: 000 Ilmu komputer, informasi dan pekerjaan umum > 001 Ilmu pengetahuan
500 ilmu pengetahuan alam dan matematika > 502 Aneka ragam tentang ilmu pengetahuan alam
500 ilmu pengetahuan alam dan matematika > 580 Tumbuh-tumbuhan, tanaman, botani, flora
600 Teknologi (ilmu terapan) > 630 Pertanian dan teknologi yang berkaitan
Program Studi: Fakultas Pertanian dan Pascasarjana > Prodi Kehutanan
Pengguna Deposit: 2308967622 . Digilib
Date Deposited: 17 Jan 2024 02:53
Terakhir diubah: 17 Jan 2024 02:53
URI: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/78090

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir Lihat Karya Akhir