Fahrunnisa, Bela Amas (2024) PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK PADA MASYARAKAT HUKUM ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG GUNUNG TAPA KABUPATEN TULANG BAWANG. HUKUM, UNIVERSITAS LAMPUNG.
|
File PDF
ABSTRAK - Fahrunnisa Bela Amas.pdf Download (49Kb) | Preview |
|
![]() |
File PDF
PERBAIKAN SKRIPSI FULL - Fahrunnisa Bela Amas.pdf Restricted to Hanya staf Download (1189Kb) | Minta salinan |
|
|
File PDF
PERBAIKAN SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASSAN - Fahrunnisa Bela Amas (1).pdf Download (1241Kb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Sebagai upaya pemberdayaan eksistensinya, Hukum Adat Lampung Pepadun ini mewajibkan masyarakat adatnya menikah hanya dengan sesama suku Lampung guna meneruskan garis keturunan marganya pada anak lelakinya (sistem kekeluargaan patrilineal). Apabila seseorang hendak menikah dengan orang di luar suku maka orang luar tersebut wajib di-angkon (proses pengangkatan anak untuk memasukkan orang tersebut ke dalam silsilah masyarakat adat Lampung). Tetapi tidak semua perkawinan membuahi anak laki-laki sebagai penerus keluarga patrilineal. Apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki anak laki-laki atau hanya memiliki anak perempuan, maka keluarga tersebut diperbolehkan secara hukum adatnya untuk mengangkat anak laki- laki lainnya (nyubung silih tegi). Penelitian ini akan menelaah mengenai pelaksanaan pengangkatan anak angkat serta akibat hukumnya menurut hukum adat Lampung Pepadun di Kampung Gunung Tapa yang masih kerap melangsungkan angkonan dan nyubung silih tegi. Metode penelitian menggunakan penelitian empiris dan bersifat deskriptif, yaitu melalui wawancara untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis mengenai pelaksanaan serta akibat hukum pengangkatan anak pada Masyarakat Hukum Adat Lampung Pepadun di Kampung Gunung Tapa Kabupaten Tulang Bawang. Pelaksanaan pengangkatan anak pada masyarakat adat Kampung Gunung Tapa ini dikenal dengan dua cara, yaitu pengangkatan anak secara tertutup dan pengangkatan anak secara terang dan terbuka. Kedua cara ini menghasilkan akibat hukum yang berbeda, yaitu pengangkatan anak secara tertutup tidak mengalihkan hak dan kewajiban orang tua kandung kepada orang tua angkatnya sebab hubungan anak angkat akan tetap terikat dengan orang tua kandungnya sedangkan pengangkatan anak secara terang dan terbuka akan mengalihkan hak dan kewajiban orang tua kandungnya kepada orang tua angkat sebab hubungan anak angkat akan terputus dengan keluarga kandungnya dan dialihkan ke keluarga angkatnya. Kata Kunci : Pengangkatan Anak, Masyarakat Adat, Lampung Pepadun. As an effort to empower its existence, the Lampung Pepadun Customary Law requires traditional people to marry only members of the Lampung tribe in order to pass on their clan lineage to their sons (patrilineal family system). If someone wants to marry someone outside the tribe, the outsider must be angkon (the process of adopting a child to include the person in the lineage of the Lampung traditional community). But not all marriages produce sons as successors to the patrilineal family. If a family does not have sons or only daughters, then the family is permitted by customary law to adopt another son (nyubung silih tegi). This research will examine the implementation of the adoption of adopted children and its legal consequences according to the traditional law of Lampung Pepadun in Gunung Tapa Village which is still often carried angkonan dan nyubung silih tegi. The research method uses empirical and descriptive research, namely through interviews to obtain research results that provide a systematic description of the implementation and consequences of child adoption law in the Lampung Pepadun Traditional Law Community in Gunung Tapa Village, Tulang Bawang Regency. The implementation of child adoption in the indigenous community of Kampung Gunung Tapa is known in two ways, namely closed adoption and open and open adoption. These two methods produce different legal consequences, namely that a closed adoption of a child does not transfer the rights and obligations of the biological parents to the adoptive parents because the adopted child's relationship will remain tied to the biological parents, whereas a clear and open adoption of the child will transfer the rights and obligations of the adopted child. biological parents to adoptive parents because the adopted child's relationship will be severed with his biological family and transferred to his adoptive family. Keywords : Adoption of Children, Indigenous Peoples, Lampung Pepadun.
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | 300 Ilmu sosial 300 Ilmu sosial > 340 Ilmu hukum |
Program Studi: | FAKULTAS HUKUM (FH) > Prodi S1-Ilmu Hukum |
Pengguna Deposit: | . . Yulianti |
Date Deposited: | 07 May 2025 06:55 |
Terakhir diubah: | 07 May 2025 06:55 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/86737 |
Actions (login required)
![]() |
Lihat Karya Akhir |