SLAMET, RIYADI (2024) LEKRA SEBAGAI LEMBAGA KEBUDYAAN KAUM SOSIALIS DI INDONESIA TAHUN 1950-1965. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN, UNIVERSITAS LAMPUNG.
|
File PDF
ABSTRAK - SLAMET RIYADI.pdf Download (90Kb) | Preview |
|
![]() |
File PDF
SKRIPSI FULL - SLAMET RIYADI.pdf Restricted to Hanya staf Download (1463Kb) | Minta salinan |
|
|
File PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN -SLAMET RIYADI.pdf Download (1234Kb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Lembaga Kebudayaan Rakyat adalah organisasi kebudayaan yang berhaluan pada prinsip revolusioner dan memihak pada rakyat. Lembaga Kebudayaan Rakyat didirikan oleh D.N. Aidit, M.S. Ashar, A.S.Dharta dan Njoto pada tanggal 17 Agustus 1950. Dalam perkembangannya, Lembaga Kebudayaan Rakyat berperan penting dalam membentuk identitas kebudayaan Indonesia. Lembaga Kebudayaan Rakyat telah memungkinkan seluruh seniman, penulis, dan pekerja budaya untuk bahkan pekerja serta petani yang biasa melakukan kegiatan kebudayaan dapat bergabung dengan organisasi ini. Alhasil, Indonesia tidak banyak memasukkan unsur budaya asing dan justru bisa memiliki identitas kebudayaan sendiri. Penelitian ini memiliki tujuan yang diarahkan untuk mengidentifikasi Lekra sebagai lembaga kebudayaan kaum sosialis di Indoneisa 1950-1965. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber (heuristik), verifikasi data, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang berupa pendekatan historis, analisis deskriptif, dan analisis diagnostik. Hasil penelitian ini merujuk kepada identifikasi Lembaga Kebudayaan Rakyat yang dapat memunculkan sastrawan dengan karya berupa puisi, yaitu Matinja Seorang Petani karya Agam Wispi, Demokrasi karya Agam Wispi, Kidung Dobrak Salahurus karya D. N. Aidit, Kongres Rakjat Kepada Irian Barat karya Klara Akustia, dan Potret Seorang Komunis karya Sabar Anantaguna.Dalam bidang sosiokultural, Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) berpedoman pada realisme sosialis dan teori 1-5-1 yang dirumuskan pada Kongres Nasional Pertama pada tahun 1959. Pengalaman yang didapat melalui Turba selanjutnya ditransfer ke Institut Seni Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), lebih khusus lagi Institut Seni Rupa Indonesia, Institut Sastra Indonesia, Institut Seni Tari Indonesia, Institut Musik Indonesia, Institut Film Indonesia, dan Institut Seni Indonesia, serta Institut Seni Drama. Di sini, pengaruh Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) bergema di masyarakat luas melalui karya kreatifnya. Kata Kunci: Lembaga Kebudayaan Rakyat, Kebudayaan, Indonesia The People's Cultural Institute is a cultural organization that is guided by revolutionary principles and is on the side of the people. The People's Cultural Institute was founded by D.N. Aidit, M.S. Ashar, A.S.Dharta and Njoto on August 17 1950. In its development, the People's Cultural Institute played an important role in shaping Indonesia's cultural identity. The People's Cultural Institute has made it possible for all artists, writers and cultural workers, even workers and farmers who usually carry out cultural activities to join this organization. As a result, Indonesia does not incorporate many foreign cultural elements and can instead have its own cultural identity. This research aims to identify Lekra as a socialist cultural institution in Indonesia 1950-1965. This research uses historical research methods, namely topic selection, source collection (heuristics), data verification, interpretation, and historiography. The data collection techniques used are literature study and documentation study. This research uses data analysis techniques in the form of a historical approach, descriptive analysis and diagnostic analysis. The results of this research refer to the identification of People's Cultural Institutions that can produce writers with works in the form of poetry, namely Matinja A Peasant by Agam Wispi, Democracy by Agam Wispi, Song of Dobrak Salahurus by D. N. Aidit, Congress of the People for West Irian by Klara Akustia, and Portrait of a Man. Communist by Sabar Anantaguna. In the sociocultural field, the People's Cultural Institute (LEKRA) is guided by socialist realism and the 1-5-1 theory which was formulated at the First National Congress in 1959. The experience gained through Turba was then transferred to the Art Institute of the People's Cultural Institute ( LEKRA), more specifically the Indonesian Institute of Fine Arts, the Indonesian Institute of Literature, the Indonesian Institute of Dance, the Indonesian Music Institute, the Indonesian Film Institute, and the Indonesian Institute of Arts, as well as the Institute of Dramatic Arts. Here, the influence of the People's Cultural Institute (LEKRA) resonates in wider society through its creative work. Keywords: People's Cultural Institute, Culture, Indonesia.
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | 300 Ilmu sosial > 370 Pendidikan 900 Sejarah dan Geografi |
Program Studi: | FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) > Prodi S1 Pendidikan Sejarah IPS |
Pengguna Deposit: | UPT . Siswanti |
Date Deposited: | 20 May 2025 07:30 |
Terakhir diubah: | 20 May 2025 07:30 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/87341 |
Actions (login required)
![]() |
Lihat Karya Akhir |