EMBRIOGENESIS SOMATIK EKSPLAN DAUN MUDA UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) VARIETAS VAMAS-1 MENGGUNAKAN PICLORAM, 2,4-DICHLOROPHENOXYACETIC ACID (2,4-D) ATAU DICAMBA

Vernanda , Saktilas (2024) EMBRIOGENESIS SOMATIK EKSPLAN DAUN MUDA UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) VARIETAS VAMAS-1 MENGGUNAKAN PICLORAM, 2,4-DICHLOROPHENOXYACETIC ACID (2,4-D) ATAU DICAMBA. PERTANIAN, UNIVERSITAS LAMPUNG.

Preview	File PDF ABSTRAK_VERNANDA SAKTILASdocx - Vernanda Saktilas.pdf Download (198Kb) | Preview
	File PDF SKRIPSI FULL TANPA LAMPIRAN_VERNANDA SAKTILAS - Vernanda Saktilas.pdf Restricted to Hanya staf Download (2420Kb) | Minta salinan
Preview	File PDF SKRIPSI BAB 1-3 DAN 5_VERNANDA SAKTILAS - Vernanda Saktilas.pdf Download (2413Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

Upaya perbanyakan varietas unggul tanaman ubi kayu melalui embriogenesis somatik dapat mendukung upaya peningkatan produktivitas ubi kayu di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis auksin dan konsentrasi dalam media perlakuan terhadap pembentukan dan perkembangan embrio somatik yang berasal dari eksplan daun pucuk ubi kayu varietas Vamas-1. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal berupa penambahan jenis dan konsentrasi ZPT yaitu: kontrol (MS + NAA 6 mg/l), MS + Picloram (8 mg/l dan 12 mg/l) + NAA 6 mg/l, MS + 2,4-D (8 mg/l dan 12 mg/l) + NAA 6 mg/l, dan MS + Dicamba (8 mg/l dan 12 mg/l) + NAA 6 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu muncul kalus tercepat dihasilkan pada konsentrasi picloram 12 mg/l yaitu 8,66 HSI, sedangkan konsentrasi dengan waktu muncul kalus terlama dihasilkan oleh dicamba 12 mg/l pada 11,9 HSI. Picloram 12 mg/l dan 2,4-D 8 mg/l merupakan konsentrasi terbaik dalam persentase eksplan berkalus yaitu 100%, sedangkan konsentrasi terendah terjadi pada perlakuan dicamba 8 mg/l yaitu 83 ± 1,77%. Terdapat pengaruh nyata perlakuan terhadap persentase pembentukan kalus per eksplan pada 3 MSI dimana perlakuan picloram 12 mg/l merupakan konsentrasi terbaik dengan skor pembentukan kalus sebesar 3,78 (51-75%). Perlakuan tersebut berbeda nyata terhadap perlakuan dicamba 12 mg/l yang menghasilkan skor terendah yaitu 1,77 (>25%). Persentase eksplan berembrio pada penelitian ini menunjukkan bahwa hanya ZPT picloram yang mampu menginduksi embrio somatik dengan konsentrasi picloram 12 mg/l menghasilkan persentase sebesar 13,9 ± 0,06%, sedangkan pada picloram 8 mg/l 5,6 ± 0,04%. Jumlah embrio somatik terbaik dihasilkan oleh perlakuan picloram 12 mg/l dengan jumlah embrio somatik sebanyak 57 embrio dan rerata jumlah embrio per eksplan sebesar 11,4 ± 3,33 embrio, sedangkan pada picloram 8 mg/l menghasilkan jumlah embrio somatik sebanyak 13 embrio dan rerata jumlah embrio per eksplan sebesar 6,5 ± 1,06 embrio. Kata Kunci: 2,4-D, Dicamba, Embriogenesis somatik, Picloram, Singkong Efforts to propagate superior cassava varieties through somatic embryogenesis can support the increase in cassava productivity in Lampung Province. This study aimed to determine the effect of auxin type and concentration in the treatment medium on the formation and development of somatic embryos from the leaf explants of the Vamas-1 cassava variety. This research used a Completely Randomized Design with a single factor, namely the addition of types and concentrations of PGRs: control (MS + NAA 6 mg/l), MS + Picloram (8 mg/l and 12 mg/l) + NAA 6 mg/l, MS + 2,4-D (8 mg/l and 12 mg/l) + NAA 6 mg/l, and MS + Dicamba (8 mg/l and 12 mg/l) + NAA 6 mg/l. The results showed that the fastest callus emergence time was achieved with 12 mg/l picloram, occurring at 8.66 days after induction (DAI), while the longest callus emergence time was with 12 mg/l dicamba at 11.9 DAI. Picloram at 12 mg/l and 2,4-D at 8 mg/l were the best concentrations for the percentage of explants forming callus, both achieving 100%, while the lowest percentage occurred with 8 mg/l dicamba at 83 ± 1.77%. There was a significant effect of the treatments on the percentage of callus formation per explant at 3 weeks after induction (WAI), with 12 mg/l picloram being the best concentration, achieving a callus formation score of 3.78 (51-75%). This treatment was significantly different from 12 mg/l dicamba, which had the lowest score of 1.77 (>25%). The percentage of embryogenic explants in this study showed that only picloram was able to induce somatic embryos, with 12 mg/l picloram resulting in a percentage of 13.9 ± 0.06%, while 8 mg/l picloram resulted in 5.6 ± 0.04%. The best number of somatic embryos was produced by the 12 mg/l picloram treatment, with 57 somatic embryos and an average of 11.4 ± 3.33 embryos per explant, while 8 mg/l picloram produced 13 somatic embryos with an average of 6.5 ± 1.06 embryos per explant. Keywords: 2,4-D, Cassava, Dicamba, Somatic embryogenesis, Picloram

Jenis Karya Akhir:	Skripsi
Subyek:	600 Teknologi (ilmu terapan) 600 Teknologi (ilmu terapan) > 630 Pertanian dan teknologi yang berkaitan
Program Studi:	FAKULTAS PERTANIAN (FP) & PASCASERJANA > Prodi S1 Agronomi
Pengguna Deposit:	. . Yulianti
Date Deposited:	22 May 2025 03:30
Terakhir diubah:	22 May 2025 03:30
URI:	http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/87507

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir