Sarisma, Laras (2025) KOMUNIKASI RAJA PARHATA PADA UPACARA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.
|
File PDF
1. ABSTRAK.pdf Download (125Kb) | Preview |
|
![]() |
File PDF
2. SKRIPSI FULL.pdf Restricted to Hanya staf Download (1494Kb) | Minta salinan |
|
|
File PDF
3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf Download (1374Kb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Pelaksanaan upacara pernikahan adat Batak Toba tidak terlepas dari proses komunikasi dimana Raja Parhata berperan penting sebagai pemimpin adat dalam menyampaikan pesan-pesan adat. Di tengah kehidupan modern dan multikultural seperti di Tangerang, masyarakat Batak Toba tetap melaksanakan upacara ini sebagai bentuk menjaga identitas budaya, menghormati nilai-nilai leluhur, dan memperkuat solidaritas sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses komunikasi yang dilakukan oleh Raja Parhata dalam upacara pernikahan adat Batak Toba di perantauan, yakni di Tangerang. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini mengkaji proses komunikasi berdasarkan elemen komunikasi SMCRE dan teori interaksionalisme simbolik. Informan dalam penelitian ini terdiri dari seorang Raja Parhata dan empat masyarakat Batak Toba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Raja Parhata memainkan peran sebagai komunikator simbolik dalam upacara pernikahan adat Batak Toba. Ia menafsirkan pesan adat seperti umpasa, nasihat, dan simbol adat melalui saluran verbal berupa komunikasi lisan serta saluran non verbal seperti bahasa tubuh dan penggunaan simbol-simbol adat. Penerima pesan dalam upacara ini meliputi pihak-pihak adat seperti Hula-Hula, Dongan Tubu, dan Boru yang merespons melalui sikap hormat, partisipasi aktif, dan kepatuhan terhadap alur adat. Efek dari komunikasi tersebut terlihat dalam kelancaran pelaksanaan upacara serta terjaganya nilai-nilai budaya. Dalam teori interaksionalisme simbolik, pikiran (mind) Raja Parhata terbentuk melalui proses refleksi dan pengalaman sosial dalam memahami serta menghidupkan pesan adat. Konsep dirinya (self) dibentuk oleh pelabelan dan ekspektasi masyarakat Batak Toba yang menempatkannya sebagai tokoh adat yang dihormati. Sementara itu, masyarakat (society) menjadi ruang berlangsungnya komunikasi adat dan pewarisan nilai budaya. Kata Kunci: Komunikasi, Raja Parhata, Upacara Pernikahan, Adat Batak Toba, Interaksionalisme Simbolik, SMCRE
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | 300 Ilmu sosial 300 Ilmu sosial > 306 Kultur, ilmu budaya, kebudayaan dan lembaga-lembaga, institusi |
Program Studi: | FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP) > Prodi S1-Ilmu Komunikasi |
Pengguna Deposit: | 2301843530 . Digilib |
Date Deposited: | 12 Jun 2025 08:46 |
Terakhir diubah: | 12 Jun 2025 08:46 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/88437 |
Actions (login required)
![]() |
Lihat Karya Akhir |