Duryat, - (2025) KAJIAN KEANEKARAGAMAN, ETNOFARMAKOLOGI, DAN BIOPROSPEKSI TUMBUHAN MANGROVE DI PROVINSI LAMPUNG. [Disertasi]
|
File PDF
File ABSTRAK DISERTASI (DURYAT).pdf Download (231Kb) | Preview |
|
![]() |
File PDF
File FULL DISERTASI (DURYAT).pdf Restricted to Hanya staf Download (4Mb) |
|
|
File PDF
File FULL DISERTASI TANPA PEMBAHASAN (DURYAT).pdf Download (3635Kb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Hutan mangrove memiliki peran ekologis, sosial, dan ekonomi yang sangat penting, terutama dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir serta sebagai sumber potensial bahan obat alami. Penelitian ini bertujuan untuk: pertama, mengidentifikasi keanekaragaman vegetasi mangrove di Provinsi Lampung (Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Pesawaran); kedua, mendokumentasikan pemanfaatan etnofarmakologi oleh masyarakat pesisir Lampung dalam penggunaan tumbuhan mangrove; ketiga, mendapatkan profil senyawa bioaktif dan mengkaji potensi terapeutiknya. Penelitian tahap pertama dilaksanakan melalui analisis vegetasi untuk mengidentifikasi struktur dan komposisi jenis penyusun vegetasi hutan mangrove. Sampel ditarik menggunakan metode cluster sampling, dan ditetapkan 18 stasiun pengamatan yang tersebar pada empat sentra mangrove, yaitu Pesawaran (3 stasiun), Lampung Timur (6 stasiun), Tulang Bawang (4 stasiun), dan Lampung Selatan (3 stasiun). Pada setiap stasiun diletakan jalur berpetak sebagai plot pengamatan untuk pengumpulan data vegetasi. Jenis tumbuhan, jumlah dan dimensinya (tinggi dan diameter) dikumpulkan untuk fase semai, sapihan, tiang dan pohon. Analisis data dilakukan dengan mengitung indeks nilai penting (INP), indeks keragaman Shanon (H’), indeks kekayaan jenis (D mg), dan Indeks kemerataan jenis (E). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan mangrove di Pesisir Lampung tersusun atas 28 spesies, dari 15 famili, dengan sebaran jenis bervariasi antar wilayah. A. marina, menjadi spesies paling dominan dan memainkan peran penting dalam ekosistem di hutan mangrove Tulang Bawang, Lampung Timur dan Lampung Selatan, sementara R. stylosa menjadi jenis paling penting di Pesawaran. Indeks keanekaragaman jenis (H’) di hutan mangrove Pesawaran, Lampung Timur dan Tulang Bawang terkategori sedang, sementara Lampung Selatan terkaterori rendah, dengan nilai H’ berturut-turut 1.9312, 1.9580, 1.2402 dan 0,90. Hutan mangrove Pesawaran memiliki indeks kekayaan jenis (D mg) terkategori sedang (2,64), sementara wilayah Tulang Bawang, Lampung Timur dan Lampung Selatan kekayaan jenisnya rendah dengan nilai D mg berturut-turut 2,28; 1,92; dan 2,03. Mangrove Pesawaran memiliki indeks kemerataan jenis terkategori sedang (E = 0,47), sedangkan wilayah Tulang Bawang, Lampung Timur dan Lampung Selatan kemerataanjenisnya rendah dengan nilai E berturut-turut 0,29; 0,21; dan 0,26. Penelitian tahap kedua dilakukan dengan metode etnografi melelui wawancara semi-struktur untuk menggali informasi pemanfaatan tumbuhan mangrove sebagai obat tradisional dan observasi partisipatif untuk lebih memahami praktik etnofarmakologi secara komprehensif. Data dianalisis menggunakan indeks nilai guna spesies (SUV), indeks nilai bagian tumbuhan (PPV), dan Tingkat kepercayaan (FL). Praktik etnofarmakologi kemudian didokumentasikan menjadi sebuah dokumen tertulis. Praktik etnofarmakologi mangrove terbukti ada dan hidup dalam tradisi masyarakat Pesisir Lampung, dengan memanfaatkan enam jenis tumbuhan mangrove, yaitu A. marina, S. caseolaris, A. ilicifolius, R. mucronata, B. gymnorrhiza, dan N. fruticans. Beberapa khasiat penting tumbuhan mangrove adalah peningkat stamina, mengobati diabetes, menurunkan kolesterol, meredakan sakit gigi, dan menyembuhkan luka. A. marina dan A. ilicifolius merupakan spesies dengan nilai guna tertinggi. Bagian tumbuhan yang paling sering dimanfaatkan dalam praktik pengobatan adalah daun, dengan nilai Plant part value (PPV) 60%. Secara umum, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap khasiat tumbuhan mangrove sebagai obat tergolong sedang, namun pemanfaatan S. caseolaris dan R. mucronata untuk mengobati penyakit diabetes dan kolesterol tergolong sangat tinggi (100%). Penelitian tahap ketiga dilakukan untuk mem-profiling kandungan senyawa bioaktif A. marina, spesies dengan sebaran dan nilai penting tertinggi secara ekologis, maupun pemanfaatan secara etnofarmakologi. Profiling senyawa bioakif dilaksanakan dalam tiga tahap utama yaitu pengambilan dan preparasi sampel; identifikasi kandungan senyawa bioaktif; dan identifikasi khasiat medis senyawa bioaktif. Sampel A, marina terdiri atas lima bagian tumbuhan yaitu daun, bunga dan buah, akar, kayu dan kulit batang. Preparasi sampel dilakukan melalui tahapan pengeringan, penepungan, maserasi, filtrasi dan untuk mendapatkan ekstrak A. marina. Identifikasi kandungan senyawa bioaktif dilakukan dengan analisis GC-MS dan LC-MS. Sifat medis senyawa bioaktif diidentifikasi berdasarkan basis data pada PubMed, Google Scholar, dan Chemical Abstracts. Hasil penelitian menemukan setidaknya 55 senyawa bioaktif pada tumbuhan A. marina. Senyawa-senyawa tersebut memiliki berbagai aktivitas farmakologis, seperti anti-inflamasi, anti-oksidan, anti-bakteri, proteksi pada sistem liver, pankreas, dan kardiovaskular, hingga anti-kanker. Temuan ini memvalidasi praktik etnofarmakologi oleh masyarakat Pesisir Lampung, karena khasiat yang diyakini oleh masyarakat sebagian besar sangat sesuai dengan bioaktif yang terkandung dalam A. marina. Menariknya, walaupun daun adalah bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan, namun berdasarkan bioprospeksi jenis senyawa bioaktif terbanyak justru ada pada buah.
Jenis Karya Akhir: | Disertasi |
---|---|
Subyek: | 600 Teknologi (ilmu terapan) > 630 Pertanian dan teknologi yang berkaitan |
Program Studi: | FAKULTAS PERTANIAN (FP) & PASCASERJANA > Prodi S3 Doktor Ilmu Pertanian |
Pengguna Deposit: | 2506296203 Digilib |
Date Deposited: | 01 Jul 2025 02:45 |
Terakhir diubah: | 01 Jul 2025 02:45 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/89975 |
Actions (login required)
![]() |
Lihat Karya Akhir |