Rifki , Ardiyanto (2024) ANALISIS JARAK DILATASI PADA BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG BERDENAH U. TEKNIK, UNIVERSITAS LAMPUNG.
|
File PDF
ABSTRAK - Rifki Ardiyanto.pdf Download (9Kb) | Preview |
|
![]() |
File PDF
SKRIPSI FULL TANPA LAMPIRAN - Rifki Ardiyanto.pdf Restricted to Hanya staf Download (4Mb) | Minta salinan |
|
|
File PDF
SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN - Rifki Ardiyanto.pdf Download (3225Kb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Gempa menjadi perhatian terutama di Indonesia, terkhususnya di Lampung yang termasuk dalam daerah rawan gempa. Wilayah ini terletak di jalur gempa teraktif di dunia, karena berada di sepanjang cincin api Pasifik. Indonesia berpotensi besar untuk mengalami gempa dalam skala besar, baik saat ini maupun di masa mendatang. Kerugian dari gempa bumi, terutama pada bangunan asimetris bertingkat tinggi, dapat berupa perpindahan horizontal maupun vertikal. Untuk mencegah hal ini, struktur bangunan harus dirancang dengan dilatasi guna mengurangi ketidakberaturan akibat gempa. Untuk memahami perilaku struktur yang telah diberi dilatasi dan menentukan jarak dilatasi yang aman untuk digunakan. Tiga model bangunan digunakan dalam analisis, dengan model yang pertama adalah bangunan utuh dengan denah U, sementara model kedua dan ketiga adalah pemisahan dari bangunan utuh dengan dua kolom dilatasi. Bangunan tersebut memiliki jarak antar lantai masing-masing setinggi 4 meter. Analisis menggunakan program analisis struktural komersial. Dalam perhitungan yang terjadi pada simpangan antar lantainya dengan data gempa yang digunakan berpedoman pada Respon Spektra Kota Natar. Dari hasil analisa didapatkan jarak dilatasi yang aman yaitu 70 mm namun jarak tersebut tidak memenuhi standar dari jarak aman minimalnya yaitu 75 mm menurut SNI 1726 2019. Kata Kunci: Bangunan Asimetris, Dilatasi, Gempa. Earthquakes are a concern especially in Indonesia, especially in Lampung which is an earthquake-prone area. The region is located in the world's most active earthquake path, as it sits along the Pacific ring of fire. Indonesia has great potential to experience earthquakes on a large scale, both now and in the future. Losses from earthquakes, especially in high-rise asymmetrical buildings, can be in the form of horizontal or vertical displacement. To prevent this, building structures must be designed with dilation to reduce irregularities caused by earthquakes. To understand the behavior of structures that have been dilated and determine the safe dilation distance to use. Three building models were used in the analysis, with the first model being a complete building with a U plan, while the second and third models were splits from the intact building with two dilated columns. The building has a distance between each floor as high as 4 meters. Analysis using a commercial structural analysis program. In calculating the deviations between floors, the earthquake data used is based on the Spectra Response of Natar City. From the analysis results, it was found that the safe dilatation distance is 70 mm, but this distance does not meet the minimum safe distance standard, namely 75 mm according to SNI 1726 2019. Keywords: Asymmetrical Building, Dilation, Earthquake.
Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
---|---|
Subyek: | 600 Teknologi (ilmu terapan) 600 Teknologi (ilmu terapan) > 620 Ilmu teknik dan ilmu yang berkaitan |
Program Studi: | FAKULTAS TEKNIK (FT) > Prodi S1-Teknik Sipil |
Pengguna Deposit: | . . Yulianti |
Date Deposited: | 08 Sep 2025 06:15 |
Terakhir diubah: | 08 Sep 2025 06:15 |
URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/90294 |
Actions (login required)
![]() |
Lihat Karya Akhir |