ANALISIS REPRESENTASI FENOMENA BEAUTY PRIVILEGE DALAM FILM IMPERFECT: KARIER, CINTA, DAN TIMBANGAN

KIRANA , QONITA RAIS (2025) ANALISIS REPRESENTASI FENOMENA BEAUTY PRIVILEGE DALAM FILM IMPERFECT: KARIER, CINTA, DAN TIMBANGAN. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS LAMPUNG.

[img]
Preview
File PDF
ABSTRAK.pdf

Download (236Kb) | Preview
[img] File PDF
SKRIPSI FULL.pdf
Restricted to Hanya staf

Download (2962Kb) | Minta salinan
[img]
Preview
File PDF
SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf

Download (2825Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

Kecantikan sebagai konstruksi sosial membentuk nilai dan status individu dalam masyarakat modern. Film Imperfect menyoroti diskriminasi yang dialami Rara karena tidak sesuai standar kecantikan, sekaligus menunjukkan bagaimana beauty privilege memengaruhi akses terhadap kesempatan dan penerimaan sosial di lingkungan kerja dan keluarga. Penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena ini juga terkait dengan ideologi yang lebih besar seperti kapitalisme dan individualisme, yang membuat individu mengorbankan jati diri mereka demi validasi sosial dan kemajuan karier. Penelitian ini bertujuan menganalisis representasi beauty privilege dalam film Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan karya Ernest Prakasa. Beauty Privilege merujuk pada perlakuan istimewa terehadap individu yang memiliki penampilan sesuai dengan stanadr kecantikan yang berkembang pada mayoritas kelompok. Film menjadi pilihan sebagai objek penelitian dikarenakan media film dapat membentuk dan menyebarluaskan pandangan sosial melalui narasi dan elemen pendukung sinematik. Pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika John Fiske melalui tiga level:realitas, representasi, dan ideologi digunakan pada penulisan ini untuk mengidentifikasi berbagai tanda yang merepresentasikan fenomena beauty privilege dalam film. Penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa film tersebut memperlihatkan adanya perlakuan berbeda terhadap individu berdasarkan tingkat kedekatan terhadap standar kecantikan yang telah terbentuk. Individu yang tidak memenuhi standar kecantikan cenderung akan mengalami diskriminasi, sebaliknya jika memenuhi standar akan mendapatkan perlakuan lebih baik. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa film dapat merefleksikan struktur sosial yang ada dan memperkuat ataupun mempertanyakan konstruksi sosial mengenai kecantikan. Kata kunci: Beauty Privilege, Film Imperfect, Semiotika John Fiske, Representasi, Standar Kecantikan.

Jenis Karya Akhir: Skripsi
Subyek: 300 Ilmu sosial
300 Ilmu sosial > 320 Ilmu politik (politik dan pemerintahan)
Program Studi: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP) > Prodi S1-Ilmu Komunikasi
Pengguna Deposit: 2507067881 Digilib
Date Deposited: 10 Oct 2025 09:20
Terakhir diubah: 10 Oct 2025 09:20
URI: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/91009

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir Lihat Karya Akhir