POTENSI ISOLAT Bacillus thuringiensis TERHADAP PERBAIKAN HISTOPATOLOGI JARINGAN KULIT MENCIT (Mus musculus L., 1758) YANG DIINFEKSI BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas

ADELINA , PUTRI NDOLA MARI (2025) POTENSI ISOLAT Bacillus thuringiensis TERHADAP PERBAIKAN HISTOPATOLOGI JARINGAN KULIT MENCIT (Mus musculus L., 1758) YANG DIINFEKSI BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM, UNIVERSITAS LAMPUNG.

[img]
Preview
File PDF
Adelina putri_Abstrak-revisi - ADELINA PUTRI.pdf

Download (188Kb) | Preview
[img] File PDF
Adelina Putri_skripsi lengkap - ADELINA PUTRI.pdf
Restricted to Hanya staf

Download (4073Kb) | Minta salinan
[img]
Preview
File PDF
Adelina Putri_skripsi tanpa pembahasan - ADELINA PUTRI.pdf

Download (3192Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

ABSTRAK Bakteri multi drug resistance menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka dan membentuk nanah (pus) pada kulit. Genus Bacillus berperan sebagai produsen antibiotik alami. Penggunaan Bacillus mengurangi resiko pengembangan strain resisten antibiotik, jika dibandingkan dengan salep antibiotik konvensional. Bakteri Bacillus thuringiensis memiliki kemampuan menghasilkan bakteriosin yang disebut thuricin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan P. aeruginosa sebagai salah satu agen penyebab infeksi luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian salep B. thuringiensis terhadap proses perbaikan histopatologi jaringan kulit mencit, serta untuk mengetahui konsentrasi salep B. thuringiensis yang efektif dalam menyembuhkan luka sayat pada mencit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Strain bakteri B. thuringiensis yang digunakan sebanyak 3 Strain (Bt1, Bt3, dan Bt7), dengan 6 perlakuan yaitu pemberian salep Bt1 konsentrasi 5% dan 10%, salep Bt3 konsentrasi 5% dan 10%, salep Bt7 konsentrasi 5% dan 10% disertai dengan pemberian infeksi bakteri S.aureus dan P.aeruginosa pada luka sayat mencit. Penelitian ini menggunakan 3 kontrol yaitu kontrol tanpa perlakuan, kontrol positif dengan salep antibiotik aminoglikosida, dan kontrol negatif tanpa pemberian salep. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, pemberian salep dilakukan secara topikal sebanyak 2x sehari selama 13 hari. Pengamatan dilakukan selama 14 hari dimulai pada hari ke-0 setelah dilakukan pembuatan luka sayat. Parameter yang diamati yaitu kepadatan kolagen, perubahan warna luka, pembengkakan luka, dan persentase penyembuhan luka. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan One- Way ANOVA serta uji lanjut dengan Post Hoc Tukey HSD pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian salep Bt1, Bt3, dan Bt7 berpotensi dalam membantu proses perbaikan dan penyembuhan histopatologi luka sayat kulit mencit yang diinfeksikan bakteri S.aureus dan P.aeruginosa berdasarkan parameter kepadatan kolagen, perubahan warna luka, dan persentase penyembuhan luka. Konsentrasi 5% merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam menyembuhkan luka sayat kulit mencit yang diinfeksikan bakteri S. aureus dan P. aeruginosa multi drug resistance. Kata Kunci: antibakteri, Bacillus thuringiensis, luka sayat, multi drug resistance Multi-drug resistant bacteria caused prolonged wound healing and pus formation on the skin. This can be caused by wound infection due to multi drug resistant bacteria such as S. aureus and P. aeruginosa. Antibiotics can inhibit the growth of multi drug resistance bacteria. Bacillus thuringiensis bacteria have the ability to produce bacteriocins called thuricin which can inhibit the growth of S. aureus and P. aeruginosa bacteria as one of the causative agents of wound infection. This study aims to determine the effect of B. thuringiensis ointment on the process of histopathological repair of mice skin tissue, and to determine the concentration of B. thuringiensis ointment that is effective in healing incision wounds in mice. There were 6 treatments used, which is 5% and 10% concentration of Bt1 Bt3, Bt7 ointment, positive control of the wound with aminoglycoside ointment, negative control of the wound without ointment, and normal control. Each treatment was repeated 3 times, the ointment was applied topically. Ointment was applied topically twice a day for 13 days. Data analysis was performed statistically using One- Way ANOVA and further test with Post Hoc Tukey HSD at 5% level. The results showed Bt1 Bt3, Bt7 ointment has the potential to help the process of histopathological repair of skin incision wounds of mice based on the parameters of collagen density, wound color changes, and percentage of wound healing. The 5% concentration is the most effective concentration in healing skin incision wounds of mice infected with S. auerus and P. aeruginosa. Keywords: antibacterial, Bacillus thuringiensis, multi drug resistance, wound

Jenis Karya Akhir: Skripsi
Subyek: 500 ilmu pengetahuan alam dan matematika
500 ilmu pengetahuan alam dan matematika > 570 Biologi
Program Studi: FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) > Prodi S1 Biologi
Pengguna Deposit: A.Md Cahya Anima Putra .
Date Deposited: 27 Oct 2025 01:27
Terakhir diubah: 27 Oct 2025 01:27
URI: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/91958

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir Lihat Karya Akhir