ZAKY SYAHPUTRA FAWWAS, - (2025) ANALISIS PEMBINAAN TERHADAP RESIDIVIS NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Pada Lapas Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung). FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS LAMPUNG.
|
File PDF
1. ABSTRAK -ZAKY SYAHPUTRA FAWWAS.pdf Download (101Kb) | Preview |
|
|
File PDF
3. SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN - ZAKY SYAHPUTRA FAWWAS (2).pdf Download (3214Kb) | Preview |
Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)
Residivis merupakan perbuatan pengulangann tindak pidana yang dilakukan oleh narapidana yang sudah pernah melewati pembinaan, namun narapidana tersebut mengulangi tindak pidana, sehingga tujuan pembinaan menjadi tidak tercapai, hal tersebut menjadi tantangan lembaga pemasyarakatan untuk terus mengoptimalkan pelaksanaan pembinaan hal ini yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Narapidana perempuan sering kali menghadapi tantangan psikologis dan sosial yang lebih kompleks, Pendekatan dalam pembimbingan pun lebih melibatkan perasaan, relasi interpersonal, dan perawatan diri bagi perempuan. Penelitian ini berfokus pada dua pertanyaan utama: pertama, bagaimanakah pembinaan residivis narapidana perempuan Di Lapas Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung; kedua, apa sajakah yang menjadi faktor penghambat sistem pembinaan narapidana perempuan sehingga mereka mengulangi tindak pidana Di Lapas Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung. Data yang digunakan terdiri dari data sekunder (bahan hukum primer, sekunder, dan tersier) yang diperoleh dari literatur, dokumen, dan undang-undang terkait, serta data primer yang diperoleh dari wawancara dengan narasumber, yaitu Kasi Binadik dan dosen akademisi hukum. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan studi lapangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung, pembinaan narapidana dilakukan melalui dua program utama, yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian berfokus pada pengembangan karakter serta kesadaran narapidana terhadap kesalahan mereka melalui kegiatan rohani dan bela negara. Sementara itu, pembinaan kemandirian bertujuan memberikan pelatihan keterampilan agar mereka lebih mandiri dan siap berkontribusi di masyarakat setelah bebas. Faktor yang mempengaruhi tindakan residivisme adalah faktor ZAKY SYAHPUTRA FAWWAS hukumnya sendiri, faktor penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, faktor pandangan masyarakat, dan faktor kebudayaan. rendahnya kemampuan mengendalikan diri, masalah kesehatan mental yang tidak tertangani, dan kurangnya keyakinan atau keimanan yang dapat membuat mereka mengulangi tindakan kriminal. Saran untuk meningkatkan efektivitas pembinaan narapidana dan mengurangi residivisme, beberapa langkah penting perlu diambil. Pertama, perlu ada peningkatan program pembinaan kepribadian dan kemandirian dengan pendekatan psikologis yang lebih mendalam dan pelatihan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja. Kedua, Lembaga Pemasyarakatan harus memperkuat dukungan dengan tenaga ahli seperti psikolog dan pelatih keterampilan yang dapat membantu narapidana dalam proses rehabilitasi terutama kepada narapidana perempuan yang memiliki mental dan pikiran yang lebih sensitif saat menjalani pembinaan. Selain itu, sosialisasi untuk mengurangi stigma terhadap mantan narapidana di masyarakat sangat penting agar mereka dapat reintegrasi dengan baik. Penegakan hukum yang adil dan konsisten juga diperlukan untuk menciptakan rasa keadilan, serta perbaikan sarana dan prasarana di lembaga pemasyarakatan untuk mendukung proses pembinaan secara optimal. Langkah- langkah ini diharapkan dapat mengurangi tingkat residivisme dan memperbaiki kualitas pembinaan bagi narapidana. Kata Kunci : Pembinaan, Residivis, Narapidana Perempuan Recidivism is the act of repeating criminal acts committed by inmates who have gone through coaching, but the inmate repeats the criminal act, so that the goal of coaching is not achieved, this is a challenge for correctional institutions to continue to optimize the implementation of coaching which is a problem in this study. Female inmates often face more complex psychological and social challenges, and the approach to counseling is more emotional, interpersonal relationships, and self- care for women. This research focuses on two main questions: first, how to foster female recidivism in the Class IIA Women's Prison in Bandar Lampung; second, what are the factors that hinder the coaching system of female inmates so that they repeat criminal acts in the Class IIA Women's Prison in Bandar Lampung. The data used consisted of secondary data (primary, secondary, and tertiary legal materials) obtained from literature, documents, and related laws, as well as primary data obtained from interviews with resource persons, namely Kasi Binadik and lecturers of legal academics. Data collection was carried out through literature studies and field studies. The results of this study show that in the Bandar Lampung Class IIA Women's Correctional Institution, inmate development is carried out through two main programs, namely personality development and independence development. Personality coaching focuses on character development and inmates' awareness of their mistakes through spiritual activities and defending the country. Meanwhile, independence coaching aims to provide skills training so that they are more independent and ready to contribute to society after being free. Factors that influence acts of recidivism are factors ABSTRACT ANALYSIS OF COACHING FOR FEMALE RECIDIVISTS IN CORRECTIONAL INSTITUTIONS (Study on Class IIA Women's Prison Bandar Lampung) By ZAKY SYAHPUTRA FAWWAS ZAKY SYAHPUTRA FAWWAS the law itself, law enforcement factors, facilities and infrastructure factors, community view factors, and cultural factors. low self-control abilities, unaddressed mental health issues, and a lack of faith or faith that can lead them to repeat criminal acts. Suggestions to improve the effectiveness of inmate coaching and reduce recidivism, some important steps need to be taken. First, there needs to be an increase in personality and independence development programs with a more in-depth psychological approach and skills training that is relevant to the world of work. Second, Correctional Institutions must strengthen support with experts such as psychologists and skill coaches who can help inmates in the rehabilitation process, especially for female inmates who have more sensitive mentality and mind when undergoing coaching. In addition, socialization to reduce the stigma against former inmates in society is very important so that they can reintegrate properly. Fair and consistent law enforcement is also needed to create a sense of justice, as well as improve facilities and infrastructure in correctional institutions to support the coaching process optimally. These measures are expected to reduce the rate of recidivism and improve the quality of coaching for inmates. Keywords: Coaching, Recidivism, Female Inmates
| Jenis Karya Akhir: | Skripsi |
|---|---|
| Subyek: | 300 Ilmu sosial 300 Ilmu sosial > 340 Ilmu hukum 300 Ilmu sosial > 340 Ilmu hukum > 345 Hukum pidana |
| Program Studi: | FAKULTAS HUKUM (FH) > Prodi S1-Ilmu Hukum |
| Pengguna Deposit: | UPT . Ery Elyasari |
| Date Deposited: | 03 Nov 2025 02:07 |
| Terakhir diubah: | 03 Nov 2025 02:07 |
| URI: | http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/92581 |
Actions (login required)
![]() |
Lihat Karya Akhir |
