KELIMPAHAN RELATIF BABI HUTAN (Sus scrofa) PASCA PANDEMI AFRICAN SWINE FEVER DI BLOK INTI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BATUTEGI, PROVINSI LAMPUNG

Sau San , Lu’luah (2025) KELIMPAHAN RELATIF BABI HUTAN (Sus scrofa) PASCA PANDEMI AFRICAN SWINE FEVER DI BLOK INTI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BATUTEGI, PROVINSI LAMPUNG. FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS LAMPUNG.

Preview	File PDF ABSTRAK.pdf Download (155Kb) | Preview
	File PDF SKRIPSI FULL.pdf Restricted to Hanya staf Download (1806Kb) | Minta salinan
Preview	File PDF SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf Download (1328Kb) | Preview

Abstrak (Berisi Bastraknya saja, Judul dan Nama Tidak Boleh di Masukan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelimpahan relatif babi hutan (Sus scrofa) serta persepsi masyarakat terhadap keberadaannya di Blok Inti Hutan Lindung Batutegi, Provinsi Lampung. Data kuantitatif diperoleh dari hasil rekaman kamera jebak yang dipasang pada tiga periode pengamatan, yaitu tahun 2018, 2022, dan 2024. Sementara itu, data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan 32 responden yang merupakan anggota dari empat gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) di sekitar kawasan penelitian. Indeks Relative Abundance Index (RAI) digunakan untuk mengukur tingkat kelimpahan babi hutan, sedangkan analisis deskriptif digunakan untuk menilai persepsi masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perubahan nyata terhadap tingkat kelimpahan babi hutan dalam kurun waktu pengamatan. Pada tahun 2018, nilai RAI tercatat sebesar 3,179 dengan 83 independent events (IE). Namun, pada tahun 2022 terjadi penurunan drastis menjadi 0,554 dengan hanya 23 IE, yang diduga berkaitan erat dengan wabah African Swine Fever (ASF) yang menyebabkan kematian tinggi pada populasi babi hutan. Kondisi ini mulai membaik pada tahun 2024, ditandai dengan peningkatan nilai RAI menjadi 7,290 dengan 337 IE, mengindikasikan adanya pemulihan populasi setelah wabah tersebut mereda. Dari sisi sosial, sebagian besar petani (81%) menyebutkan bahwa populasi babi hutan sempat menurun pada periode 2019–2022, dengan beberapa laporan penemuan bangkai yang memperkuat dugaan adanya wabah ASF. Meskipun begitu, sekitar 66% responden menilai pentingnya menjaga kestabilan populasi babi hutan, dan 53% di antaranya menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan konservasi. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa penggunaan kamera jebak efektif untuk memantau dinamika populasi satwa liar, dan pemahaman masyarakat sekitar memiliki peran penting dalam upaya mitigasi konflik serta pelestarian ekosistem hutan. Kata Kunci: Sus scrofa, Kelimpahan Relatif, Kamera Jebak, African Swine Fever, Persepsi Masyarakat, Batutegi This study aims to determine the level of relative abundance of wild boar (Sus scrofa) and public perception of its existence in the Batutegi Protected Forest Core Block, Lampung Province. Quantitative data was obtained from the results of the recording of trap cameras installed in three observation periods, namely 2018, 2022, and 2024. Meanwhile, qualitative data was collected through in-depth interviews with 32 respondents who were members of four farmer groups (GAPOKTAN) around the research area. The Relative Abundance Index (RAI) is used to measure the level of wild boar abundance, while descriptive analysis is used to assess public perception. The results showed a marked change in the level of wild boar abundance during the observation period. In 2018, the value of RAI was recorded at 3,179 with 83 independent events (IE). However, in 2022 there was a drastic decrease to 0.554 with only 23 IEs, which is suspected to be closely related to the outbreak of African Swine Fever (ASF) which caused high mortality in wild boar populations. This condition began to improve in 2024, marked by an increase in the RAI value to 7,290 with 337 IE, indicating a recovery of the population after the outbreak subsided. On the social side, most farmers (81%) said that the wild boar population had declined in the 2019–2022 period, with several reports of carcasses being found that strengthened the suspicion of an ASF outbreak. However, about 66% of respondents assessed the importance of maintaining the stability of wild boar populations, and 53% of them expressed willingness to participate in conservation activities. The results of this study confirm that the use of camera traps is effective in monitoring wildlife population dynamics, and understanding the surrounding community has an important role in conflict mitigation efforts and forest ecosystem conservation. Keywords: Sus scrofa, Relative Abundance, Camera Trap, African Swine Fever, Public Perception, Batutegi

Jenis Karya Akhir:	Skripsi
Subyek:	600 Teknologi (ilmu terapan) > 630 Pertanian dan teknologi yang berkaitan
Program Studi:	FAKULTAS PERTANIAN (FP) & PASCASERJANA > Prodi S1 Kehutanan
Pengguna Deposit:	2507041877 Digilib
Date Deposited:	03 Dec 2025 07:14
Terakhir diubah:	03 Dec 2025 07:14
URI:	http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/93904

Actions (login required)

Lihat Karya Akhir