%0 Journal Article %A 0856011008, Dewi Wulan Tisyah %D 2012 %F eprints:10584 %J Digital Library %T ANALISIS KEKERASAN PADA MASA PACARAN (DATING VIOLENCE) %U http://digilib.unila.ac.id/10584/ %X ABSTRAK ANALISIS KEKERASAN PADA MASA PACARAN (DATING VIOLENCE) Oeh Dewi Wulan Tisyah Kekerasan pada masa pacaran merupakan salah satu bentuk dari tindakkan kekerasan terhadap perempuan. Namun herannya kekerasan pada masa pacaran itu sendiri kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Hal ini dikarenakan masih cukup banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan, sebab pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah, dimana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata-kata yang dilakukan dan diucapkan sang pacar. Selain itu, kurangnya informasi yang menyoroti masalah kekerasan pada masa pacaran berdampak pula pada kurangnya perhatian pada masa pacaran itu sendiri. Sehingga cukup banyak perempuan yang menjadi korban dalam hal ini mempertahankan hubungannya bahkan hingga ke jenjang pernikahan. Padahal ketika mereka menikah kekerasan yang mereka alami bukan berkurang namun semakin bertambah buruk. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan tentang penyebab terjadinya kekerasan tersebut, bentuk-bentuk kekerasan yang dialami pada masa pacaran, dampak-dampaknya, perspektif si korban dan cara penyelesaiannya. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus dengan tipe penelitian kualitatif. Penentuan informan dengan menggunakan purposive sampling dimana pemilihan inform dipilih secara sengaja berdasarkan criteria yang telah ditentukan dan menggunakan orang lain sebagai key person atau perantara untuk dapat mengenal dan berhubungan dengan informan. Teknik pengumpulan data adalah melalui wawancara mendalam dan dokumentasi. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kekerasan yang terjadi pada masa pacaran disebabkan adanya budaya yang tidak adil gender, budaya patriarki dan relasi kuasa yang tidak setara yang telah berkembang dan membudaya di masyarakat. Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami informan pada masa pacaran umumnya adalah dalam bentuk kekerasan psikis. Namun ada juga yang mengalami kekerasan dalam bentuk fisik dan seksual. Dampak-dampak yang terjadi adalah kebanyakan dari informan merasa tidak bebas dalam bergaul dengan teman-temannya dan merasa minder atau malu. Sedangkan cara penyelesaian atau penghentian yang dilakukan kelima informan ketika dating violence terjadi atau dialami pada saat itu adalah dengan slaing introspeksi diri, menyimpan persoalan, memutuskan hubungan, membicarakannya dengan kepala dingin, da melibatkan teman dekat untuk mancari solusi terbaik. Dengan demikian, berdasarkan fenomena yang telah ada tentang kasus dating violence, untuk mewujudkan hubungan pacaran tanpa adanya unsure kekerasan di dalamnya, maka diperlukan sosialisasi mengenai pemahaman terhadap dating violence itu sendiri kepada seluruh lapisan masyarakat terutama kepada remaja perempuan. selain itu, perlu juga dibentuk lembaga yang khusus menangani persoalan dating violence beserta safe home/shelter yang dapat memberikan konseling kepada korban kekerasan pada masa pacaran serta mampu menampung mereka sementara waktu, sehingga terjaga keselamatan jiwanya serta mampu berpikir jernih dalam mengambil keputusan bagi kelanjutan hubungan pacarannya. Sosialisasi mengenai pemahaman terhadap UU kekerasan pada perempuan oleh lembaga yang peduli pada kekerasan yang dialami perempuan khususnya kekerasan pada masa pacaran melalui detik hukum juga dianggap penting, agar pelaku dapat lebih mengerti bahwa apa yang dilakukannya adalah bentuk dari tindak kejahatan yang bisa berakibat pada hukum pidana. Kata Kunci : Kekerasan ABSTRAK ANALISIS KEKERASAN PADA MASA PACARAN (DATING VIOLENCE) Oeh Dewi Wulan Tisyah Kekerasan pada masa pacaran merupakan salah satu bentuk dari tindakkan kekerasan terhadap perempuan. Namun herannya kekerasan pada masa pacaran itu sendiri kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Hal ini dikarenakan masih cukup banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan, sebab pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah, dimana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata-kata yang dilakukan dan diucapkan sang pacar. Selain itu, kurangnya informasi yang menyoroti masalah kekerasan pada masa pacaran berdampak pula pada kurangnya perhatian pada masa pacaran itu sendiri. Sehingga cukup banyak perempuan yang menjadi korban dalam hal ini mempertahankan hubungannya bahkan hingga ke jenjang pernikahan. Padahal ketika mereka menikah kekerasan yang mereka alami bukan berkurang namun semakin bertambah buruk. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan tentang penyebab terjadinya kekerasan tersebut, bentuk-bentuk kekerasan yang dialami pada masa pacaran, dampak-dampaknya, perspektif si korban dan cara penyelesaiannya. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus dengan tipe penelitian kualitatif. Penentuan informan dengan menggunakan purposive sampling dimana pemilihan inform dipilih secara sengaja berdasarkan criteria yang telah ditentukan dan menggunakan orang lain sebagai key person atau perantara untuk dapat mengenal dan berhubungan dengan informan. Teknik pengumpulan data adalah melalui wawancara mendalam dan dokumentasi. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kekerasan yang terjadi pada masa pacaran disebabkan adanya budaya yang tidak adil gender, budaya patriarki dan relasi kuasa yang tidak setara yang telah berkembang dan membudaya di masyarakat. Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami informan pada masa pacaran umumnya adalah dalam bentuk kekerasan psikis. Namun ada juga yang mengalami kekerasan dalam bentuk fisik dan seksual. Dampak-dampak yang terjadi adalah kebanyakan dari informan merasa tidak bebas dalam bergaul dengan teman-temannya dan merasa minder atau malu. Sedangkan cara penyelesaian atau penghentian yang dilakukan kelima informan ketika dating violence terjadi atau dialami pada saat itu adalah dengan slaing introspeksi diri, menyimpan persoalan, memutuskan hubungan, membicarakannya dengan kepala dingin, da melibatkan teman dekat untuk mancari solusi terbaik. Dengan demikian, berdasarkan fenomena yang telah ada tentang kasus dating violence, untuk mewujudkan hubungan pacaran tanpa adanya unsure kekerasan di dalamnya, maka diperlukan sosialisasi mengenai pemahaman terhadap dating violence itu sendiri kepada seluruh lapisan masyarakat terutama kepada remaja perempuan. selain itu, perlu juga dibentuk lembaga yang khusus menangani persoalan dating violence beserta safe home/shelter yang dapat memberikan konseling kepada korban kekerasan pada masa pacaran serta mampu menampung mereka sementara waktu, sehingga terjaga keselamatan jiwanya serta mampu berpikir jernih dalam mengambil keputusan bagi kelanjutan hubungan pacarannya. Sosialisasi mengenai pemahaman terhadap UU kekerasan pada perempuan oleh lembaga yang peduli pada kekerasan yang dialami perempuan khususnya kekerasan pada masa pacaran melalui detik hukum juga dianggap penting, agar pelaku dapat lebih mengerti bahwa apa yang dilakukannya adalah bentuk dari tindak kejahatan yang bisa berakibat pada hukum pidana. Kata Kunci : Kekerasan