@article{eprints12675, month = {Februari}, title = {EVALUASI INBRED JAGUNG GENERASI SELF DUA BELAS DARI PEDIGRI CARGILL DAN SRIKANDI PADA KERAPATAN POPULASI TINGGI}, author = {Fitri Handayani 0714011034}, year = {2012}, journal = {Digital Library}, url = {http://digilib.unila.ac.id/12675/}, abstract = {Abstrak Pemeliharaan inbred perlu dilakukan untuk menjaga kemumian genetik suatu inbred dan melestarikan plasma nutfah yang sudah ada. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menanam benih inbred tersebut kemudian dipolinasi self. Untuk memperbanyak benih inbred yang dihasilkan, maka dapat dilakukan penanaman dengan jarak tanam yang lebih rapat. Jarak tanam yang rapat menyebabkan jumlah tanaman menjadi lebih banyak, sehingga kerapatan populasi tanaman menjadi lebih tinggi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah biji yang dihasilkan per satuan luas. Namun, kerapatan tinggi juga menyebabkan persaingan antartanaman menjadi lebih tinggi. Inbred yang unggul akan mampu tumbuh dengan baik pada kondisi tersebut. Inbred ini diharapkan tetap menghasilkan benih yang fungsional sehingga dapat digunakan sebagai bahan tanam selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui keragaan vegetatif dan generatif keempat lini inbred yang ditanam pada kerapatan tinggi; (2) mengetahui ragam Fitri Handayani genetik (erg) dan heritabilitas broad-sense (h2bs) keempat lini inbred yang ditanam pada kerapatan tinggi.. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. Bahan tanam yang digunakan adalah benih inbred jagung generasi self 12 yaitu UL2.02 (Universitas Lampung 2.02), UL2.03, UL2.07, dan UL4.01. Data pengamatan diuji Bartlett dan Levene untuk kehomogenan ragam, kemudian dilakukan analisis ragam. Semua peubah pengamatan dibandingkan dengan standar inbred menggunakan analisis boxplot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keempat lini inbred yang ditanam pada kerapatan tinggi mengalami penurunan keragaan vegetatif dan generatif dibandingkan pada kerapatan normal. Penurunan tersebut disebabkan oleh kerapatan tinggi bukan faktor genetik; (2) keempat lini inbred yang ditanam pada kerapatan tinggi mengalami penurunan o2g dan h2bs dibandingkan pada kerapatan normal. Kata kunci: inbred jagung, kerapatan populasi tinggi, ragam genetik, heritabilitas broad-sense Abstract Maintenance of inbred is important to maintain genetic purity of inbred and conserve the germplasm. This can be done by planting the seeds of inbred and selfing. To multiply the resulting inbred seed, the planting can be done with a closer spacing. Spacing causes the plant to be meeting more, so the plant population density is higher. It is expected to increase the number of seeds produced per unit area. However, high density also cause to higher competition between plants. Superior inbred will be able to grow well in this conditions. This inbred is expected to continue producing the functional seed so it can be used as further planting material. This study aims to (1) study the vegetative and generative performance four inbred lines grown at high density; (2) study the genetic diversity and broadsense heritability (h2bs) four inbred lines grown at high density . The research were arranged in randomized complete design with three replications. Plant material tested were inbred line of twelve self generation; UL2.02 (Universitas Lampung UL2.02), UL2.03, UL2.07, and UL4.01. Data Fitri Handayani were tested following Bartlett and Levene for homogeneity variance, then data were analized following Analysis of variance. All of variables observed in comparison with standard inbred using boxplot analysis. The results showed (1) the four inbred lines planted at high density has decreased vegetative and generative performance compared to the normal density. The decline was caused by high densities rather than genetic factors; (2) the four inbred lines planted at high density has decreased c2g and h2bs compared to the normal density. Key words: maize inbred, high population density, genetic diversity, heritability broad-sense} }