@unpublished{eprints14654, month = {September}, title = {WARNA LOKAL DALAM NOVEL MARYAMAH KARPOV KARYA ANDREA HIRATA DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS }, school = {Universitas Lampung}, author = {Gustira Eka Putri 0543041014}, year = {2011}, url = {http://digilib.unila.ac.id/14654/}, abstract = {Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah warna lokal dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata dan kelayakannya sebagai alternatif bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan warna lokal Belitong yang terkandung dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata, dan menentukan kelayakan novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata sebagai alternatif bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata. Hasil penelitian novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata mengandung warna lokal Melayu (Belitong) yaitu ekspresi (orang Melayu Belitong). Ekspresi tersebut digambarkan penulis melalui mimik wajah, dialog antartokoh dan perilaku antartokoh. Kebiasaan (orang Melayu Belitong) ialah tradisi unik yang telah melekat secara turun temurun pada orang Melayu Belitong sehingga menjadi Warna lokal juga tampak dalam humoristik (orang Melayu Belitong). Humor tersebut bersifat spontan, tanpa rencana, lugu dan mejadi lucu bukan karena substansi humor tersebut melainkan karena cara tokoh tersebut mengomunikasikannya. Warna lokal juga muncul dalam penjulukan (orang Melayu Belitong). Penjulukan ialah julukan yang timbul pada tokoh utama dan pendukung lainnya yang menjadi ciri tersendiri bagi tokoh tersebut. Biasanya julukan tersebut berkaitan dari hal yang amat sederhana misalnya ciri fisik atau yang lebih kompleks seperti profesi, kebiasaan, obsesi dan kejadian. Novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata layak dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) karena sesuai dengan kriteria pemilihan bahan pembelajaran sastra.} }