@misc{eprints15864, month = {Nopember}, title = {Bahasa Bintil (Studi Pada Bahasa Verbal dan Nonverbal Komunitas Gaya Lentera Muda Lampung)}, author = {1116031056 Oktora Imelda}, address = {Universitas Lampung}, publisher = {Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik}, year = {2015}, url = {http://digilib.unila.ac.id/15864/}, abstract = {Abstrak Bahasa Indonesia: Waria atau banci merupakan bentuk kehidupan yang unik bagi banyak orang. Bahasa waria mencerminkan sifat-sifat waria tersebut yang peka kerena pada dasarnya waria adalah orang-orang kreatif. Oleh sebab itu, bahasa waria mewakili bentuk-bentuk kreativitas bahasa yang merupakan pelesetan-pelesetan kata yang menarik, singkat dan mudah diingat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan penggunaan bahasa verbal dan nonverbal antara Waria, Gay dan LSL (Lelaki Seks Lelaki) dalam Komunitas Gaya Lentera Muda (Gaylam) dan mendeskripsikan kata-kata apa saja yang digunakan komunitas gaylam. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan menggunakan teori interaksi simbolik sebagai teori analisis penelitian. Penelitian ini menemukan perbedaan yang terdapat diantara Gay, Waria dan LSL ialah hanya pada intonasi mereka dalam menyampaikan bahasa tersebut karena dengan intonasi dapat memberikan makna tersendiri terhadap dirinya dan ada 62 contoh kata yang biasa digunakan dalam komunitas, seperti: Eke Senandung sama Kanua, Apa kabose, Banjaran, Benyong, Bodrek, Barbie, Pepsi / Kencana wungu, Centong, Capcus, Dese, Duta, Endul / Endang, Gedung, Gilda / Gilingan, Hitachi / Puput melati, Gretong / Gretongan, Inang, Eim / Ember / Um, Jalinan kasih, Jengong, Lagi apose, Lapangan bola, Lekong / Laksa, Lambreta, Lupus, Maharani / Mehong, Makarena / Mekong, Malay, Mandala, Maram / Murka / Merong, Mawar kemandul, Mebra / Motorola, Pecongan, Pere? / Pewong / Racun, Polo / Polda, Puyung hai / Peniti / Puspa, Sepiring / Sepoi, Sindang, Sirsak, Tinta dan Tandus. Kata Kunci : Bahasa, Waria, dan Interaksi Simbolik Abstract Bahasa Inggris: Effeminate man is a unique form of life for most of people. Effeminate language reflects the effeminate characters which is sensitive because basically effeminate men are creative people. Therefore, the effeminate language represents the creativity forms of language as slang words which are fascinating, brief, and recall simply. This research aim is to describe the difference of verbal and nonverbal language usage among Effeminate Men, Gay, and LSL (man sex man) in Gaya Lentera Muda Community. This research method used descriptive kualitative method and Symbolic Interaction Theory as research analysis theory. This research found the difference among Gay, Effeminate Men, and LSL is only at their intonation when they are stating the language. Because through the intonation it can give their own intention to theirself and there are 62 word examples which are usually used in community, likes: Eke Senandung sama Kanua, Apa kabose, Banjaran, Benyong, Bodrek, Barbie, Pepsi / Kencana wungu, Centong, Capcus, Dese, Duta, Endul / Endang, Gedung, Gilda / Gilingan, Hitachi / Puput melati, Gretong / Gretongan, Inang, Eim / Ember / Um, Jalinan kasih, Jengong, Lagi apose, Lapangan bola, Lekong / Laksa, Lambreta, Lupus, Maharani / Mehong, Makarena / Mekong, Malay, Mandala, Maram / Murka / Merong, Mawar kemandul, Mebra / Motorola, Pecongan, Pere? / Pewong / Racun, Polo / Polda, Puyung hai / Peniti / Puspa, Sepiring / Sepoi, Sindang, Sirsak, Tinta dan Tandus. Keywords: Language, Effeminate Men, and Symbolic Interaction. } }