%0 Thesis %9 Masters %A , ZAINAL MUTAQIN %B Universitas Unila %D 2012 %F eprints:1681 %I Fakultas Pertanian %T ANALISIS KELEMBAGAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI DAS SEKAMPUNG HULU (STUDI KASUS PADA GAPOKTAN HIJAU MAKMUR) %U http://digilib.unila.ac.id/1681/ %X Salah satu lembaga pengelola HKm di DAS Sekampung hulu adalah Gapoktan Hijau Makmur (Gapoktan HM). Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kinerja Gapoktan HM dan pengaruhnya terhadap kelestarian sumberdaya hutan telah dilakukan penelitian mengenai analisis kelembagaan Gapoktan, yang bertujuan untuk: (1) memperoleh pengetahuan hubungan antara kelembagaan, prilaku, dan performa Gapoktan HM, (2) memperoleh pengetahuan tentang pengaruh perubahan kelembagaan terhadap performa Gapoktan HM, dan (3) mendapatkan alternatif kelembagaan yang diperkirakan sesuai untuk menghasilkan performa yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat hubungan yang kuat antara kelembagaan, prilaku, dan performa Gapoktan HM pada wilayah kerja yang Zainal Mutaqin tidak memiliki hambatan alamiah (natural barrier) dan tidak ada permasalahan jarak sosial karena tempat tinggal yang berjauhan (social distance); akan tetapi pada wilayah kerja yang memiliki hambatan alamiah (natural barrier) dalam bentuk bukit-bukit terjal dan terpencar yang mengakibatkan hubungan antar partisipan terpisah satu sama lainnya membuat hubungan antara kelembagaan, prilaku, dan performa sangatlah lemah, (2) Perubahan kelembagaan yang diikuti dengan penerapan teknologi budidaya tanaman dan sistem pertanian konservasi akan meningkatkan kinerja kelompok menjadi lebih baik dibandingkan dengan kondisi semula (pada kelompok IV, rekayasa kelembagaan yang minimum akan meningkatkan kinerja kelompok, sedangkan pada kelompok V, rekayasa kelembagaan harus dilakukan secara tegas dan kuat, antara lain, pembagian kelompok kedalam sub kelompok-sub kelompok, dan (3) pada wilayah kerja yang tidak memiliki hambatan alamiah (natural barrier) dan tidak ada permasalahan jarak sosial karena tempat tinggal yang berjauhan (social distance), maka bentuk kelembagaan yang besar (kelompok) merupakan kelembagaan yang paling sesuai; sedangkan pada wilayah kerja yang memiliki hambatan alamiah (natural barrier), maka bentuk kelembagaan yang kecil (sub kelompok-sub kelompok) dengan penerapan peraturan yang tegas dan kuat bagi anggota kelompok, dan mekanisme pengambilan keputusan organisasi melalui sub kelompok-sub kelompok merupakan bentuk kelembagaan yang sesuai.