@article{eprints19871, month = {Januari}, title = {NEWS CONTRUCTION Of POLITICAL EVENTS IN MASS MEDIA (Framing Analysis of News Election Chairman of DPP Partai Golkar In VIII National Congress Golkar Party On SKH Kompas and Media Indonesia)}, author = {METASARI NN}, year = {2012}, journal = {Digital Library}, url = {http://digilib.unila.ac.id/19871/}, abstract = {Abstract Text news in mass media is a construction of reality. News can not be viewed as a copy of reality but as a product of the preparation of reality to become a meaningful discourse or story. So it is appropriate that same events differently expressed through the production process that reality. To find out how the media reality construction process can use framing analysis. Political events always attract media attention. This happens because of two factors: first politics is in mediation era, second political events in the form of behavior and statements of political actors usually have news value even if it is a routine political events purely. The Election Chairman of DPP Partai Golkar Party on VIII National Congress presents an interesting case for mass media. One of them is one of the chairman candidates of DPP Golkar Party has a relation with SKH Media Indonesia. It is a reason why Media Indonesia news text chosen as the text to be analyzed. Kompas is selected as the media who has no inclination or political affiliation with a particular candidates to be a comparison frame news of Media Indonesia. Framing analysis (Pan and Kosicki : 1993) is selected as a model to analyze the election news of DPP Chairman of Golkar Party in the VIII National Congress of the Golkar Party, because it does not lead to moral judgment. This means that there is no explanations about the moral values that are presented to explain the problem and there is no morality in the context of assessing the legitimacy or delegitimacy an action. This research aims are to look at, analyze, and compare the news construction of SKH Kompas and Media Indonesia in the news of DPP Golkar Party general chairman election of Golkar Party on National Meeting VIII. The results are, first the frame of news before the general chairman election held by the DPP Golkar, Kompas present that Surya Paloh is believed to restore the glory of Golkar Party. Tommy Suharto will not impact significantly on the battle map of national congress. Meanwhile, the Media Indonesia said that Surya Paloh is supported by many sides, Media Indonesia using the diction "unstoppable" to express the amount of support for Surya Paloh to strengthen this frame. The claim support by Aburizal Bakrie is not logic and Lapindo case will block the nomination of himself as chairman. Second, during the National Congress took place, Kompas said that chaotic is caused by the existence of multiple messengers from some of the DPD. Responding to this chaotic, Media Indonesia, blamed the leader of meeting who were deemed uncapable to lead the meeting. Third, after the elected general chairman, both newspapers emphasize on political attitudes of Golkar under the newly elected leader, Aburizal Bakrie. It is said that Golkar will move closer and strengthen the government of SBY. There are differences in how journalists emphasized the fact (rhetorical). Kompas includes the elements of why and how political attitudes are taken, whereas the Media Indonesian only focuses on selected political attitudes Bakrie without explaining why and how those attitudes will be executed. Kompas emphasize the fact by submitting ideas of administrators DPP of Golkar. Meanwhile, the Media Indonesia instead emphasizes the fact by telling the facts with the language of journalists. Keywords : News constructions, framing analysis, political events. Abstrak Teks berita di media massa merupakan konstruksi realitas. Berita tidak dapat dipandang sebagai copy realitas melainkan sebagai produk dari penyusunan realitas hingga menjadi sebuah wacana atau cerita yang bermakna. Sehingga sangat potensial peristiwa yang sama disajikan berbeda melaui proses produksi realitas tersebut. Untuk mengetahui bagaimana media melakukan proses konstruksi realitas dapat digunakan pendekatan analisis framing. Peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa. Hal ini terjadi karena dua faktor yaitu pertama politik berada di era mediasi, kedua peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka. Pemilihan Ketua Umum DPP Partai Golkar pada Munas VIII Partai Golkar menyajikan hal yang menarik bagi pemberitaan media massa. Salah satunya adalah keterkaitan salah satu kandidat Ketua DPP Partai Golkar dengan SKH Media Indonesia menjadi alasan dipilihnya teks berita Media Indonesia sebagai teks yang akan dianalis. Kompas dipilih sebagai media yang tidak memiliki kecenderungan atau afiliasi politik dengan kandidat tertentu menjadi pembanding bingkai berita Media Indonesia. Perangkat analisis framing model Pan dan Kosicki dipilih sebagai pisau analisis pemberitaan pemilihan Ketua Umum DPP Partai Golkar pada Musyawarah Nasional VIII Partai Golkar karena perangkat ini tidak mengarah kepada moral judgement. Artinya tidak terdapat penjelasan mengenai nilai moral yang disajikan untuk menjelaskan masalah serta tidak ada penilaian atas moral dalam rangka legitimasi atau delegitimasi suatu tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat, menganalis, dan membandingkan konstruksi berita SKH Kompas dan Media Indonesia dalam pemberitaan pemilihan ketua umum DPP Partai Golkar pada Munas VIII Partai Golkar. Hasil penelitian didapat bahwa, pertama bingkai berita sebelum pemilihan ketua umum DPP Partai Golkar berlangsung oleh Kompas adalah Surya Paloh dipercaya dapat mengembalikan kejayaan partai Golkar. Pencalonan diri Tommy Soeharto tidak akan berpengaruh signifikan pada peta pertarungan munas. Sedangkan Media Indonesia menyampaikan bahwa Surya Paloh didukung oleh banyak pihak, menguatkan bingkai ini, Media Indonesia menggunakan diksi ?tak terbendung? untuk menyatakan banyaknya dukungan bagi Surya. Klaim dukungan Aburizal Bakrie tidaklah logis dan kasus Lapindo akan mengganjal pencalonan dirinya sebagai ketua umum. Kedua, saat Munas berlangsung, Kompas menyatakan bahwa kericuhan yang terjadi disebabkan oleh adanya utusan ganda dari beberapa DPD. Menanggapi kekacauan ini, Media Indonesia menyalahkan pimpinan sidang yang dianggap tidak mampu memimpin sidang. Ketiga, setelah ketua umum terpilih, yang menjadi sorotan kedua media ini adalah sikap politik Golkar di bawah kepemimpinan Ketua Umum terpilih, Aburizal Bakrie, yaitu Golkar akan merapat dan memperkuat pemerintahan SBY. Hanya saja terdapat perbedaan pada cara wartawan menekankan fakta (retoris). Kompas memuat unsur mengapa dan bagaimana sikap politik tersebut diambil, sedangkan Media Indonesia hanya menekankan pada sikap politik yang dipilih Aburizal Bakrie tanpa menjelaskan mengapa dan bagaimana sikap tersebut akan dijalankan. Kompas menekankan fakta dengan menyampaikan gagasan partai Golkar melalui kutipan pernyataan pengurus DPP. Sedangkan Media Indonesia justru menekankan fakta dengan mengisahkan fakta dengan bahasa wartawan. Kata kunci : Konstruksi berita, analisis framing, peristiwa politik. } }