@mastersthesis{eprints24766, month = {Desember}, title = {UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN MCK PLUS DAN IPAL KOMUNAL BERBASIS SANIMAS}, school = {Universitas Lampung}, author = {1420011003 ERNAWATI}, year = {2016}, url = {http://digilib.unila.ac.id/24766/}, abstract = {Data menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat dalam menggunakan MCK Plus dan IPAL Komunal di Provinsi Lampung masih terbilang rendah yaitu sebesar 60,8\% dan secara nasional sekitar 69\% (Laporan Tahunan Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung, 2015). Rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat tersebut maka perlu dilakukan penelitian ini dengan tujuan: (1). Menetapkan pengaruh kelompok variabel sosial demografi, fisik wilayah, dan kinerja sosial capital terhadap tingkat kepatuhan masyarakat dalam menggunakan fasilitas komunal tersebut, (2). menentukan model peluang kepatuhan masyarakat Dusun Margo Dalom, Ketapang I dan Ketapang II. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap: tahap pertama memisahkan kelompok masyarakat yang memiliki WC keluarga terhadap yang tidak melalui wawancara terhadap 150 responden dalam survey di ke 3 lokasi tersebut sekaligus mendapatkan data sosial demografi (kelamin, umur, pendapatan, penyuluhan, believe), fisik wilayah (kondisi jalan, waktu, jarak ke badan air, kondisi lingkungan, asal usul) dan kinerja sosial kapital (trust, network, norm, norma agama). Data tersebut kemudian dipilah sehingga diperoleh 103 responden yang tidak memiliki WC dan dilanjutkan pada pengamatan tahap ke 2, dengan menggunakan informan untuk mengetahui responden yang tidak patuh menggunakan fasilitas MCK Plus dan IPAL Komunal. Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan model peluang binary, jika seorang responden patuh, Y=1 dan 0 jika lainnya, dengan variabel penjelas: KLM (kelamin)= 1 jika pria dan 0 jika perempuan; UMR (umur dalam tahun); PDPT (Rp); PNY (penyuluhan) jika 1 tidak pernah, jika 2 sekali, jika 3 dua kali dan 4 jika 3 atau lebih; BLV (kepercayaan) jika 1 kuat, jika 2 tetap dan 3 jika lemah; KJL (kondisi jalan)= 1 jika baik, jika 2 sedang dan 3 jika buruk; WKT (waktu dalam menit); J\_BAP (jarak dalam meter); D1\_MGDL dan D1\_KTP1 (keadaan lingkungan ke 2 dusun dan 1 pembanding); AU (asal usul warga)= jika 1 pindahan dan 0 jika asli; TRST (rasa percaya); NTWRK (jaringan kerja); NRM (norma); NA (norma agama). Kesimpulan yang diperoleh yaitu believe (kepercayaan) dengan nilai yang besar akan 2x lebih patuh daripada believe yang rendah, penyuluhan yang lebih sering atau tinggi akan 5x lebih patuh daripada yang tidak mendapat penyuluhan, waktu tempuh di perkecil maka kepatuhan dapat meningkat 1/0.84 kali semula waktu tempuh yang besar, domisili yang asli akan 1x lebih patuh daripada yang pindahan, trust dengan nilai yang tinggi akan 3x lebih patuh daripada yang trust yang rendah dan network yang besar akan 12x lebih patuh daripada yang networknya kecil. Variabel-variabel berpengaruh nyata ini terlihat dari nilai Pvalue {\ensuremath{<}} 0.05 yang berarti bahwa tolak H0. Kata Kunci : kepatuhan, sosial demografi, fisik, kinerja sosial kapital. abstract The previous data from research showed that the level of society obedience in using Public Toilet and Communal WWTP at Lampung province still considered low in rate of 60,8\% (compared to 69\% in national rate) (Laporan Tahunan Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung, 2015). This research was conducted for that reason in purpose of: 1) deciding the effect of variable group of socio-demographic, physical area condition, and social capital work on the level of society obedience on using communal facility; and 2) deciding the suitable model describing society obedience of Dusun Margo Dalom, Ketapang I and Ketapang II. This research was conducted on 2 stages; the first stage was to select and sort community owns private Public Toilet and Communal WWTP with interview and survey method on 150 respondents at 3 locations for collecting socio-demographic data (sex, age, earnings, counseling, believe), physical area (road area; time and range to reach water body; environmental condition; origins) and social-capital work (trust, network, norm, religion). Data that has been gathered then was sort to get 103 respondents unable to own private toilet. Then, the second stage was conducted by using informants to observe the low obedience event of society using ?Public Toilet and Communal WWTP. Hypothesis was test with binary probability model; if a respondent become obedient then Y=1 and if doesn;t or else than Y=0; with various variable such as KLM (age) = 1 (male) or 0 (female); UMR (age); PDPT (earnings in Indonesian rupiah); PNY (counseling event) = 1 (never), 2 (once), 3 (twice), or 4 (more than twice); BLV (believ) = 1 (strong), 2 (medium), or 3 (weak); KJL (road condition) = 1 (good), 2 (medium), or 3 (bad); WKT (time in minute); J\_BAP (the distance to water bodies in metre); D1\_MGDL dan D1\_KTP1 (environmental condition on both two villages with 1 comparison); AU (the origin people) = 1 (newcomer) or 0 (native); TRST (trust); NTWRK (working network); NRM (norm); NA (religion). This research concluded that 1) the variable BLV (believe) at high level gives more effect for increasing obedience level than at low level (twice level of increasing), 2) the more often counseling event conduct, the more increasing level of obedience can be gotten, 3) the more minimizing at time scale to reach the MCK facility, the more obedience level can be increased (1/0.84 and more), 4) native inhabitants are more willing to be obedient than the newcomer, 5) The higher level of trust increased obedience level to three times higher, and 6) The higher range of network increased obedience level to twelve times higher. These variables has been tested with randomized analysis and were proved to be significant at P value = 5\% (H0 rejected). Keyword : obedience, social-demographic, physical, social-capital work } }