%0 Generic %A MONICA SEPTIANI , 1216031065 %C UNIVERSITAS LAMPUNG %D 2017 %F eprints:26643 %I FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK %T ADAPTASI MAHASISWA PAPUA DI BANDAR LAMPUNG (Studi Pada Mahasiswa Asal Papua di Universitas Lampung) %U http://digilib.unila.ac.id/26643/ %X Beasiswa Adik (afirmasi pendidikan tinggi) yang diberikan oleh Dikti, membuat putra-putri daerah Papua yang menerima beasiswa tersebut berangkat ke Universitas Lampung untuk dapat melanjutkan kuliahnya. Adaptasi merupakan hal yang harus dilakukan untuk dapat bertahan hidup dan melanjutkan tujuan pendidikan mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan proses adaptasi mahasiswa asal Papua di Bandar Lampung mulai dari tahapan pra-migrasi, awal migrasi, hingga adaptasi sampai saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teori adaptasi yang disesuaikan dengan model komunikasi antar budaya milik Gudykunst dan Samovar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum berangkat ke Provinsi Lampung mahasiswa asal Papua mengalami anxiety atau kecemasan dalam beradaptasi dikarenakan stereotip yang mereka dengar sebelum berangkat ke Provinsi Lampung. Adapun faktor yang menjadi alasan mereka untuk tetap berangkat ke Lampung ialah faktor pendidikan, ekonomi, dan psikologis. Pada awal migrasinya di Lampung mereka masih mengalami anxiety dan sempat mengalami tindakan bully-ing (name-callings) oleh mahasiswa lainnya. Sedangkan masalah yang mereka alami pada awal migrasi ialah memahami bahasa daerah dan logat Lampung yang sangat khas seperti geh, kan, dan lainnya. Kemudian penyesuaian logat menjadi suatu solusi bagi mereka untuk mengatasi masalah tersebut. Adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa asal Papua ialah meneysuaikan diri dengan lingkungan (autoplastis). Dalam penelitian ini juga ditemukan pola adaptasi yang dinamakan pola adaptasi terbuka sementara. Kata kunci : Adaptasi, Proses Adaptasi, Mahasiswa Asal Papua abstract The Adik’s scholarship (Affirmation higher education) given by Dikti, made the students of Papua received the scholarship to continue their study at Lampung University. In order to survive and continue their education in Lampung University, they should be adaptation to their new environment. The purpose of the study is to find out the process of adaptation students from Papua in Bandar Lampung from pre-migration, early migration, and the process adaptation all this time. This study is using qualitative approaches with adaptation theory and adjusted with communication culture model Gudykunst’s and Samovar’s. The result of this research indicates that before they went to Lampung, the Papua students feel an anxiety in adaptation caused by stereotype that they heard before. The main factors that becoming the reason to continue their study is education, economic, and psychological factor. As the beginning of their migration, they still felt anxiety and directly experienced bully-ing act (name-callings) by other students. Meanwhile, the problem in the beginning of their migration is to understand the local language and Lampung accent which is very distinctive for the example geh, kan, and others. Then, the accent adjustment becoming the only solution for them to resolve the issue. Adaptations made by students from Papua is to adjust to the environment (autoplastis). In this study also found a pattern of adaptation, called ‘temporary open adaptation system’. Keywords: adaptation, adaptation process, students from Papua.