%0 Generic %A SIGIT PRATAMA, 1215151051 %C UNIVERSITAS LAMPUNG %D 2017 %F eprints:26940 %I FAKULTAS TEKNIK %T KARAKTERISASI SITE EFFECT DENGAN HVSR MIKROTREMOR DAN ANALISIS BAHAYA KEGEMPAAN DENGAN METODE DSHA DI KOTA BANDA ACEH %U http://digilib.unila.ac.id/26940/ %X ABSTRACT Banda Aceh has many earthquake disaster due to close of quake sources and standing above the alluvium which vulnerable against earthquakes. To determine the level of vulnerability against earthquakes, the research applied site effect characterization and making scenario of site seismic hazards with DSHA method. Site effect characterization using microtremor data as form of predominant frequency, amplification and VS30. These three parameters are used to describes conditions and local soil response against earthquakes. Meanwhile, the analysis of seismic hazards with DSHA method will generate value of Peak Ground Acceleration (PGA) in the bedrock and ground surface based on Aceh-Andaman Subduction, Aceh Fault and Seulimeum Fault. From this research, have been known that Banda Aceh city is dominated by Class 3 Soil (f 0 value 0-1,333 Hz) according to Kanai Classification (1983), dominated by the amplification of 4,4-8,4 times and dominated by Class E Soil (V S30 value 0-183 m/s) According to NEHRP Classification (2000). It shows that Banda Aceh was dominant compiled by Soft Soil which has high hazard vulnerability against earthquake disaster. Based on the PGA values which had been calculated from DSHA method, known that the city has a bedrock PGA at 0,2260,415 g and ground surface PGA at 0,387-0,733 g with seismic source controllers are Fault Form of Aceh. From the site effect characterization and PGA estimation can concluded that Banda Aceh city has a high earthquake disaster vulnerability, with most vulnerable areas are in southwest part which composed by thick and soft soil, also located adjacent to Aceh Fault. Keywords: Banda Aceh City, site effect, predominant frequency, amplification, VS30, DSHA, PGA ABSTRAK Kota Banda Aceh telah banyak mengalami bencana gempabumi akibat letaknya yang dekat dengan sumber-sumber gempa dan berdiri di atas endapan aluvium yang rentan terhadap gempabumi. Untuk mengetahui tingkat kerentanan kota ini terhadap gempabumi maka dilakukan karakterisasi site effect dan pembuatan skenario bahaya kegempaan dengan metode DSHA. Karakterisasi site effect menggunakan data mikrotremor berupa frekuensi dominan, amplifikasi dan V S30 . Ketiga parameter tersebut digunakan untuk menggambarkan kondisi dan respon tanah setempat terhadap gempabumi. Sedangkan, analisis bahaya kegempaan dengan metode DSHA akan menghasilkan nilai percepatan tanah maksimum (PGA) di batuan dasar dan permukaan tanah berdasarkan Subduksi Aceh-Andaman, Sesar Aceh dan Sesar Seulimeum. Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Kota Banda Aceh didominasi tanah Kelas 3 (f 0 bernilai 0-1,333 Hz) menurut Klasifikasi Kanai (1983), didominasi amplifikasi sebesar 4,4-8,4 kali dan didominasi tanah dengan jenis Kelas E (V S30 bernilai 0-183 m/s) menurut Klasifikasi NEHRP (2000). Hal ini menandakan Kota Banda Aceh dominan disusun oleh tanah lunak yang memiliki kerentanan bencana yang tinggi terhadap gempabumi. Berdasarkan nilai PGA hasil dari metode DSHA dapat diketahui bahwa kota ini memiliki PGA batuan dasar sebesar 0,226-0,415 g dan PGA permukaan tanah sebesar 0,387-0,733 g dengan sumber gempa pengontrol berupa Sesar Aceh. Dari karakterisasi site effect dan estimasi PGA tersebut dapat disimpulkan bahwa Kota Banda Aceh memiliki tingkat kerentanan bencana gempabumi yang tinggi, dengan daerah yang paling rentan berada di bagian barat daya yang diduga tersusun oleh tanah lunak dan tebal serta berdekatan dengan Sesar Aceh. Kata Kunci: Kota Banda Aceh, site effect, frekuensi dominan, amplifikasi, VS30,DSHA, PGA