@misc{eprints29301, month = {Oktober}, title = {INTEGRASI BUDIDAYA Azolla microphylla DENGAN BUDIDAYA IKAN LELE}, author = {1314071022 FANYA ALFACIA ARAFAT}, address = {UNIVERSITAS LAMPUNG}, publisher = {FAKULTAS PERTANIAN}, year = {2017}, url = {http://digilib.unila.ac.id/29301/}, abstract = {Lele telah dibudidayakan oleh banyak orang di Indonesia, karena merupakan ikan yang berkembang cepat dan tidak membutuhkan air kolam yang sangat bersih. Air kolam mengandung banyak polutan yang berasal dari metabolisme ikan dan sisa pakan, itu dapat menjadi racun bagi ikan lele. Biasanya kualitas air kolam ikan lele dikelola dengan mengganti air kolam secara teratur. Cara ini tidak efisien atau ekonomis, karena mengganti air kolam akan membutuhkan banyak air, sehingga mengkonsumsi banyak energi dan biaya. Di sisi lain, air limbah mengandung banyak bahan organik yang dapat bermanfaat sebagai biofertilizer untuk tanaman, terutama tanaman terapung seperti azolla. Azolla bersymbiosis dengan Anabaena, mampu memperbaiki nitrogen di udara. Biasanya azolla diproduksi dan dipanen untuk bahan pakan ternak, secara langsung atau tidak langsung. Jika air limbah kolam digunakan untuk budidaya azolla, keuntungan tambahan bisa didapat oleh petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui populasi mikrofilm Azolla yang dibutuhkan oleh ikan lele, sehingga kualitas airnya baik untuk ikan dan Azolla, berdasarkan tingkat amonia. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan standar amonia, pereaksi Nessler, aquades, benih lele berumur 7 - 8 minggu, dan tanaman Azolla microphylla. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yang berbeda. Tahap pertama digunakan untuk membandingkan kinerja dari 3 sistem akuaponik dengan penggantian air. Masing-masing sistem terdiri dari 3 ember ikan dan kotak Azolla 60x60x10 cm3. Ember ikan diisi dengan jumlah lele yang berbeda, masingmasing 5, 10, dan 15 ekor dan masing-masing dari 3 kotak Azolla diisi dengan 500 gram Azolla. Ember ikan dan kotak Azolla dihubungkan dengan sebuah pompa kecil untuk menyirkulasikan air, air diganti seminggu sekali. Tahap kedua digunakan untuk membandingkan kinerja 3 sistem akuaponik tanpa penggantian air. Masing-masing sistem juga terdiri dari sistem akuaponik yang sama, 3 ember ikan diisi dengan jumlah benih lele yang berbeda; masing-masing 1, 3, dan 5 ekor dan 500 gram Azolla. Tahap ketiga digunakan untuk membandingkan kinerja sistem akuaponik (dengan budidaya Azolla) terhadap kinerja budidaya ikan lele (tanpa budidaya Azolla). Masing-masing ember lele diisi dengan 5 ekor ikan lele, sedangkan kotak Azolla 60x60x10 cm3 diisi dengan 500 gram Azolla. Parameter yang diamati adalah amonia, pH, EC, suhu, kekeruhan air, BOD5, TS, TFS, TSS, Biomassa Azolla microphylla dan bobot lele. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap pertama penelitian, tingkat pertumbuhan Azolla adalah 4.47, 1.15, dan 0.38 gram/ekor/hari dengan kadar amonia maksimum 24.93, 66.32, dan 94.84 mg/l dan laju pertumbuhan ikan lele 1.91, 1.85, dan 1.57 gram/ekor/hari. Dengan demikian sistem dengan 5 ekor ikan lele merupakan sistem akuaponik yang paling optimal. Pada tahap kedua, tingkat pertumbuhan Azolla adalah 21.41, 14.34, 4.61 gram/ekor/hari, dengan tingkat amonia maksimum 7.54, 7.83, 11.37 mg/l, dan laju pertumbuhan ikan lele 0.18, 0.85, dan 1.01 gram/ekor/hari. Dengan demikian sistem dengan 5 ekor ikan lele merupakan sistem akuaponik yang paling optimal. Pada tahap ketiga penelitian, 5 ekor lele dibudidayakan selama 37 hari dengan pergantian air pada hari ke-8 dan hari ke-18, laju pertumbuhan Azolla 4,54 gram/ekor/hari, laju pertumbuhan ikan lele pada minggu ke-2 pada perlakuan dengan Azolla dan tanpa Azolla masingmasing sebesar 1,91 dan 1,81 gram/hari/hari, pada minggu ke-4 laju pertumbuhan lele sebesar 1.43 dan 1.80 gram/ekor/hari dengan kadar amonia maksimum 24,93 mg/l, namun bila tanpa azolla kadar amonia maksimum 53,20 mg/l untuk 5 ekor ikan yang dibudidayakan dalam 40 liter air. Kata kunci: Air Limbah, Ammonia, Azolla microphylla, Budidaya, Ikan Lele. ABSTRACT Catfish has been cultured by many people in Indonesia, because it is a rapidly growing fish and does not need very clean pond water. Pond water contains a lot of pollutants derived from fish metabolism and leftover feed residues. That could be toxic to catfish. Usually water quality of catfish pond is maintained by replacing the pond water regularly. The method is neither efficient nor economical, because it will require a lot of water, thus consume at a lot of energy and cost. On the other hand, the pond wastewater contains a lot of organic materials that can be useful as biofertilizer for plant cultivation, especially aquatic floating plant such as azolla. Azolla microphylla with Anabaena in mutual symbiosis, were able to fix atmospher nitrogen and make pond water quality better. Usually Azolla is produced and harvested for ingredients of animal feeds, directly or indirectly. If the pond wastewater is used to grow Azolla, additional profits could be earned by the growers. The purpose of this research is to determine the population of Azolla microphylla required by catfish, so that the water quality is good for both fishes and Azolla, based on ammonia levels. This research was conducted at Agricultural Engineering Department of Lampung University. The materials used in this research were ammonia standard solution, Nessler reagent, distilled water, baby catfish 7 - 8 weeks old, and Azolla microphylla plant. This research was carried out in 3 different stages. The first stage was used to compare performances of the 3 aquaphonic systems with water replacement. Each the systems consisted of a 3 fish bucket and a 60x60x10 cm3 Azolla box. The fish buckets were filled with different numbers of catfish; 5, 10, and 15 heads respectively, while each of the 3 Azolla boxes was filled with 500 gram Azolla. The fish bucket and the Azolla box were connected with a small pump to continuously circulated water, water was replaced once a week. The second stage was used to compare performances without water replacement. Each the systems also consisted of same aquaphonic system equipment, 3 of fish buckets were filled with 3 different numbers of baby catfish; 1, 3, and 5 heads respectively and with 500 gram Azolla. The third stage was used to compare performances of an aquaphonic system (with Azolla culture) to performance of a catfish culture (without Azolla culture). Each of catfish buckets was filled with 5 heads of baby catfish, while the same aquaphonic system equipment and with 500 gram Azolla. The parameters observed were ammonia, pH, EC, Temperature, water turbidity, BOD5, TS, TFS, TSS, Azolla microphylla Biomass and catfish weight. The results showed that in the first stage of research, the Azolla growth rate was 4.47, 1.15, and 0.38 gram/head/day with maximum ammonia level of 24.93, 66.32, and 94.84 mg/l and catfish growth rate of 1.91, 1.85, and 1.57 grams/head/day. Thus the system with 5 heads of catfish turned out to be the most optimum system of aquaphonic. In the second stage, the Azolla growth rate was 21.41, 14.34, 4.61 gram/head/day, with maximum ammonia level of 7.54, 7.83, 11.37 mg/l, and catfish growth rate of 0.18, 0.85, and 1.01 gram/head/day respectively. Thus the system with 5 heads of catfish seemed to be the most optimum system of aquaphonic. In the third stage of research, 5 catfish cultivated for 37 days with water replacement on day 8 and day 18, azolla growth rate of 4.54 gram/head/day. The catfish growth rate on second week on tha treatment with and without azolla respectively was 1.91 and 1.81 gram/head/day and on 4th week catfish growth rate was 1.43 and 1.80 gram/head/day with maximum ammonia 24.93 mg/l, however maximum ammonia without azolla 53.20 mg/l for 5 catfish cultivated in 40 liters of water. Keyword: Ammonia, Azolla microphylla, Catfish, Cultivation, Waste water.} }