%0 Generic %A FERA VERIANTI , 1813033022 %C UNIVERSITAS LAMPUNG %D 2022 %F eprints:61793 %I FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN %T EKSISTENSI LADA DI KARESIDENAN LAMPUNG ERA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1913 (KABUPATEN TANGGAMUS) %U http://digilib.unila.ac.id/61793/ %X Pada Tahun 1913 Lampung menduduki peringkat pertama sebagai wilayah produksi lada dengan jumlah produksi sebanyak 11.965.000 kg, dan menjadi pemasok utama lada di wilayah Kesultanan Banten dalam perdagangan internasional. Pusat penanaman lada di Lampung salah satunya yaitu di wilayah Kabupaten Tanggamus. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui eksistensi lada di Kabupaten Tanggamus era kolonial Belanda Tahun 1913. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan metode historis dengan empat langkah penelitian: Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data historis, kegiatan diawali dengan proses pengumpulan data, kritik sumber yang kemudian dikaitkan dengan teori serta metode-metode sejarah dan kemudian menjadi sebuah fakta sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan: Lada merupakan bahan rempah yang sangat diminati oleh orang-orang Eropa dan China, sehingga para pedagang asing berdatangan ke wilayah penghasil lada salah satunya yaitu di wilayah Semangka dan Kota Agung yang merupakan wilayah Kabupaten Tanggamus, hal ini dapat dibuktikan dengan Kota Agung mampu mengekspor lada melalui Teluk Semangka dengan jumlah 31.000 kg. Dampak negatif dari adanya perdagangan internasional pada Tahun 1913 mengakibatkan maraknya pencurian, pembunuhan, dan pembantaian yang dialami oleh para pekerja perkebunan lada yang didatangkan dari tempat lain untuk membantu menyukseskan jumlah ekspor lada. Sedangkan dampak positif dari adanya ekspor lada ini yaitu dibuatkan kompleks perumahan untuk 710 keluarga emigran maupun masyarakat dari Pulau Jawa, dibangunnya jalan dari Gedong Tataan ke Semangka serta para petani lada yang beragama muslim dapat pergi ke tanah suci. Kata Kunci: Eksistensi Lada, Karesidenan Lampung, Kabupaten Tanggamus In 1913 Lampung was ranked first as a pepper production area with a total production of 11,965,000 kg, and became the main supplier of pepper in the Sultanate of Banten in international trade. Pepper planting centers in Lampung, one of which is in the district of Tanggamus. The purpose of this research is to know the existence of pepper in Tanggamus Regency during the Dutch colonial era in 1913. The method used in this research is using the historical method with four steps of heuristic research. click. Interpretation, and Historiography The data analysis technique used is historical data analysis technique, the activity begins with the data collection process, source criticism which is then linked to historical theories and methods and then becomes a historical fact. The results of this study indicate that pepper is a spice that is in great demand by Europeans and Chinese, so that foreign traders come to pepper-producing areas, one of which is in the area of Watermelon and Kota Agung which is the area of Tanggamus Regency, this can be proven by the City of Agung was able to export pepper through Semangka Bay in the amount of 31,000 kg. The negative impact and the existence of international trade in 1913 resulted in rampant theft, murder and massacres experienced by plantation workers who were imported and elsewhere to help make the export of pepper successful. Meanwhile, the positive impact of the export of pepper noodles is the construction of a monitoring complex for 10 emigrant families and communities and the island of Java, the construction of a road from Giedong Tataan to Semangica and pepper farmers who are Muslim can go to the holy land. Keywords: Pepper Existence, Residency Of Lampung, Tanggamus Regency