@phdthesis{eprints61841, title = {POLITISASI IDENTITAS PADA KAMPANYE PEMILIHAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2019}, school = {UNIVERSITAS LAMPUNG}, author = {1826021011 Beny Iswanto}, year = {2021}, url = {http://digilib.unila.ac.id/61841/}, abstract = {Telah terjadi politisasi identitas pada pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pringsewu Tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui politisasi identitas yang dilakukan para calon anggota DPRD Kabupaten Pringsewu Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan dokumentasi, penentuan informan yakni calon anggota DPRD Kabupaten Pringsewu, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU) Kabupaten Pringsewu, pemilih, tokoh masyarakat, akademisi. Analisis yang digunakan yaitu pendekatan intrumentialisme dari Pierre Van De Bergh. Hasil penelitian menunjukan bahwa politiasi identitas terjadi dalam 3 bentuk: (1) politisasi etnis dilakukan para calon untuk merebut pemilih mayoritas Jawa dengan menggunakan simbol dan bahasa Jawa dialat peraga kampanyenya baik calon yang beretnis Jawa dan Non-Jawa, (2) politisasi agama dilakukan dengan menggunakan simbol keagamaan, pendekatan dengan tokoh agama, lebih sering datang ke acara-acara pengajian, pakaian yang lebih Islami. Politisasi tersebut dilakukan oleh para calon baik yang beragama Islam maupun Non-Islam, (3) politisasi wilayah dilakukan para calon untuk mengamankan suara di daerah calon tinggal dengan menggunakan isu putra daerah, wonge dewe kemasyarakat sekitar dan mencegah calon lain masuk ke wilayah pemilihanya. Politisasi etnis, agama, dan wilayah digunakan sebagai alat untuk memobilisasi massa untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan para calon. Strategi dengan menggunakan politisasi identitas yang dilakukan para calon tersebut ada yang berhasil dan ada juga gagal. Kata Kunci: Politisasi identitas, Pemilihan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah There has been a politicization of identity in the election of members of the Pringsewu Regency Regional People's Representative Council (DPRD). Collecting data using interview and documentation methods, determining informants namely candidates for members of the Pringsewu Regency DPRD, the Regional General Election Commission (KPU) of Pringsewu Regency, voters, community leaders, academics. The analysis used is the instrumentalism approach of Pierre Van De Bergh. The results of the study show that identity politicization occurs in 3 forms: (1) ethnic politicization is carried out by candidates to win the majority of Javanese voters by using symbols and Javanese language in their campaign props for both Javanese and non-Javanese ethnic candidates, (2) religious politicization is carried out by use religious symbols, approach religious leaders, attend recitation events more often, dress more Islamically. The politicization is carried out by candidates both Muslim and non-Muslim, (3) the politicization of territory is carried out by candidates to secure votes in the area where the candidate lives by using the issue of the son of the region, wonge dewe to the surrounding community and preventing other candidates from entering their electoral area. The politicization of ethnicity, religion, and territory is used as a tool to mobilize the masses to seize and maintain the power of the candidates. Some of the strategies using identity politicization carried out by these candidates have been successful and some have failed. Keywords: Identity politicization, Election, Regional House of Representatives} }