%A KURNIAWAN SYAILENDRA %T PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PERTUMBUHAN EKONOMI KUADRAT DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL TERHADAP PENCEMARAN UDARA DI KAWASAN BARAT INDONESIA DAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PERIODE 2014-2019 %X Hipotesis Kurva Lingkungan Kuznets (EKC) memprediksi hubungan berbentuk U terbalik antara pertumbuhan ekonomi dengan pencemaran udara. Selama tahap awal pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang naik akan diikuti oleh degradasi dan pencemaran yang meningkat. Namun, setelah melampaui beberapa tingkat pertumbuhan ekonomi dan melewati titik balik. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan dapat menurunkan degradasi dan pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis apakah EKC secara teori terjadi pada 10 provinsi di KBI dan KTI periode 2014-2019, dan (2) Menganalisis pengaruh perdagangan internasional terhadap pencemaran udara pada 10 provinsi di KBI dan KTI periode 2014-2019. Penelitian ini menggunakan masing-masing 10 provinsi di Kawasan Barat Indonesia Kawasan Timur Indonesia selama periode 2014-2019. Seluruh provinsi ini diambil menggunakan teknik pengambilan sampel secara disengaja dengan kriteria, 2 (dua) kawasan pembangunan di Indonesia. KBI mewakili kawasan yang pembangunannya lebih maju dan memiliki perekonomian yang tinggi dan stabil, sedangkan KTI mewakili kawasan yang pembangunannya masih lambat dan memiliki perekonomian yang belum stabil. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi data panel dengan menggunakan E-Views 9.00 sebagai instrumen analisisnya. Model terbaik diperoleh berdasarkan hasil dari uji Chow, Hausman dan Lagrange Multiplier. Penelitian ini menggunakan taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Hipotesis Kurva Lingkungan Kuznets secara teori terbukti terjadi pada 10 provinsi di KBI dan KTI selama periode 2014-2019, meskipun belum mencapai titik balik, ceteris paribus, dan (2) Perdagangan internasional terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencemaran udara pada 10 provinsi di KBI dan KTI selama periode 2014-2019, ceteris paribus. Secara khusus di Kawasan Barat Indonesia, Provinsi DKI Jakarta memiliki pencemaran udara paling tinggi yang disebabkan oleh tingginya emisi yang dihasilkan dari aktivitas di sektor transportasi, industri dan pembangkit listrik, sedangkan Provinsi Bali memiliki pencemaran udara paling rendah karena telah mengimplementasikan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan dan berbasis kearifan lokal pada aktivitas sektor pariwisata dan ekonomi lainnya. Secara khusus di Kawasan Timur Indonesia, Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki pencemaran udara paling tinggi yang disebabkan oleh tingginya emisi yang dihasilkan oleh aktivitas sektor pengadaan listrik dan gas, transportasi, perdagangan besar dan eceran, serta Provinsi NTT merupakan satu-satunya provinsi yang belum mengimplementasikan Program Langit Biru. Di sisi lain, Provinsi Maluku Utara memiliki pencemaran udara paling rendah karena telah mengimplementasikan pengelolaan sektor primer dengan cara yang sederhana dan berkelanjutan, khususnya pada pengelolaan batubara. Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional, pencemaran udara, EKC, KBI dan KTI. abstract The Kuznets Environmental Curve (EKC) Hypothesis predicts an inverted U-shaped relationship between economic growth and air pollution. During the early stages of development, increased economic growth will be accompanied by increased degradation and pollution. However, after surpassing several levels of economic growth and passing through turning points. Increased economic growth will be able to reduce degradation and pollution. This study aims to (1) analyze whether EKC in theory occurred in 10 provinces in KBI and KTI for the 2014- 2019 period, and (2) analyze the effect of international trade on air pollution in 10 provinces in KBI and KTI for the 2014-2019 period. This study used 10 provinces in Western Indonesia, Eastern Indonesia, during the 2014-2019 period. All of these provinces were taken using a deliberate sampling technique with the criteria, 2 (two) development areas in Indonesia. KBI represents an area whose development is more advanced and has a high and stable economy, while KTI represents an area whose development is still slow and has an unstable economy. The research method used is panel data regression using EViews 9.00 as an analytical instrument. The best model is obtained based on the results of the Chow, Hausman and Lagrange Multiplier tests. This study uses a significant level of 5%. The results of the study show that (1) The Kuznets Environmental Curve Hypothesis is theoretically proven to occur in 10 provinces in KBI and KTI during the 2014-2019 period, although it has not yet reached the turning point, ceteris paribus, and (2) International trade has proven to have a positive and significant effect on pollution air in 10 provinces in KBI and KTI during the 2014-2019 period, ceteris paribus. Specifically in the Western Region of Indonesia, DKI Jakarta Province has the highest air pollution caused by high emissions resulting from activities in the transportation, industry and power generation sectors, while Bali Province has the lowest air pollution because it has implemented environmentally friendly new renewable energy. and based on local wisdom in tourism and other economic sector activities. Specifically in the Eastern Region of Indonesia, East Nusa Tenggara Province has the highest air pollution caused by high emissions produced by the activities of the electricity and gas procurement, transportation, wholesale and retail trade sectors, and NTT Province is the only province that has not implemented the Program Blue sky. On the other hand, North Maluku Province has the lowest air pollution because it has implemented primary sector management in a simple and sustainable way, especially in coal management. Key words: economic growth, international trade, air pollution, EKC, the West of Indonesia and the East of Indonesia. %D 2023 %I UNIVERSITAS LAMPUNG %L eprints70048