@misc{eprints73895, month = {Juli}, title = {UPAYA PEMBENTUKAN CITRA AMERIKA SERIKAT DALAM PERANG AFGANISTAN MELALUI FILM LONE SURVIVOR}, author = {Saputra Hafiz Julyan}, address = {UNIVERSITAS LAMPUNG}, publisher = {FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK}, year = {2023}, url = {http://digilib.unila.ac.id/73895/}, abstract = {AS mempunyai kepentingan nasional dalam penyebaran ideologi dan mempertahankan identitasnya di dunia. Perang di Afganistan adalah upaya ekspansi ideologi sembari memerangi terorisme untuk melindungi bangsanya dan dunia dari bahaya teroris. Serangkaian operasi militer telah dilakukan namun upaya ini tak kunjung menemui hasil yang diinginkan AS, karena justru banyak menimbulkan korban jiwa sipil dan non-sipil. AS perlu menjaga identitasnya dan dukungan juga perlu didapatkan, maka dari itu penggunaan film sebagai upaya propaganda digunakan. Propaganda AS pada film lone survivor menjadi indikasi upaya pembentukan citra heroik AS, karena dalam film ini terdapat kepentingan nasional AS dalam melindungi negaranya, dan upaya pembentukan citra militer AS di dalamnya. Kepentingan nasional AS sejalan dengan stabilitas keadaan Afganistan, menjaga keselamatan dalam dan luar negeri, serta memerangi teroris adalah kepentingan nasional mereka untuk membuat dunia lebih baik. Perang di Afganistan adalah agenda war on terror semenjak serangan teroris pada 9 September 2001, misi operation red wings adalah salah satu agendanya, kegagalan misi ini diadaptasi menjadi film propaganda AS. Filmnya berjudul Lone Survivor, yang menampilkan citra AS sebagai pihak baik yang heroik, humanis dan patirotik. Hal propaganda ini lazim, karena AS sering melakukannya guna melindungi kepentingan nasional. Terdapat sejumlah indikasi teknik propaganda dalam film lone survivor, dengan 7 teknik propaganda oleh IPA (Institute For Propaganda Analysis), ditemukanlah propaganda itu. Temuan campur tangan militer AS sangat kental dalam pembuatan film, menguatkan indikasi propaganda militer AS. Kepentingan nasional AS sejalan dengan stabilitas keadaan Afganistan, menjaga keselamatan dalam dan luar negeri, serta memerangi teroris adalah kepentingan nasional mereka untuk membuat dunia lebih baik. Perang di Afganistan adalah agenda war on terror semenjak serangan teroris pada 9 September 2001, misi operation red wings adalah salah satu agendanya, kegagalan misi ini diadaptasi menjadi film propaganda AS. Filmnya berjudul Lone Survivor, yang menampilkan citra AS sebagai pihak baik yang heroik, humanis dan patirotik. Hal propaganda ini lazim, karena AS sering melakukannya guna melindungi kepentingan nasional. Terdapat sejumlah indikasi teknik propaganda dalam film lone survivor, dengan 7 teknik propaganda oleh IPA (Institute For Propaganda Analysis), ditemukanlah propaganda itu. Temuan campur tangan militer AS sangat kental dalam pembuatan film, menguatkan indikasi propaganda militer AS. Kepentingan nasional AS sejalan dengan stabilitas keadaan Afganistan, menjaga keselamatan dalam dan luar negeri, serta memerangi teroris adalah kepentingan nasional mereka untuk membuat dunia lebih baik. Perang di Afganistan adalah agenda war on terror semenjak serangan teroris pada 9 September 2001, misi operation red wings adalah salah satu agendanya, kegagalan misi ini diadaptasi menjadi film propaganda AS. Filmnya berjudul Lone Survivor, yang menampilkan citra AS sebagai pihak baik yang heroik, humanis dan patirotik. Hal propaganda ini lazim, karena AS sering melakukannya guna melindungi kepentingan nasional. Terdapat sejumlah indikasi teknik propaganda dalam film lone survivor, dengan 7 teknik propaganda oleh IPA (Institute For Propaganda Analysis), ditemukanlah propaganda itu. Temuan campur tangan militer AS sangat kental dalam pembuatan film, menguatkan indikasi propaganda militer AS. Analisis narasi film lone survivor jelas mengarah pada wacana propaganda untuk melindungi kepentingan nasional AS, dengan memuliakan aksi mereka dan mendistorsi pihak Taliban, AS jelas berupaya untuk membentuk citranya dan sejarahnya mereka sudah sering melakukan itu.} }