%A NANDA FITRIA PRIMALITA %T RESPONS PERTUMBUHAN TAJUK DAN AKAR SETEK DUA KLON SINGKONG (Manihot esculenta Crantz.) YANG DIPOTONG DENGAN MESIN PEMOTONG DAN DIKERAT DENGAN MESIN PENGERAT TERHADAP APLIKASI NAA %X Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu (1) respons pertumbuhan tajuk dan kemampuan berakar dua klon setek batang singkong terhadap berbagai konsentrasi NAA dan (2) respons pertumbuhan tajuk dan kemampuan berakar setek singkong klon Maryono terhadap aplikasi NAA dan jumlah keratan. Kedua percobaan dilaksanakan di Lahan Percontohan Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Hajimena, Lampung Selatan, mulai bulan Februari hingga Juni 2023. Kedua Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan tiga ulangan. Perlakuan percobaan 1 disusun secara faktorial (2x5), dengan faktor pertama dua klon singkong (Maryono dan Garuda) dan faktor kedua lima level konsentrasi NAA (0, 500, 1000, 1500, dan 2000 ppm). Perlakuan percobaan dua disusun secara faktorial (2x4) dengan faktor pertama dua level konsentrasi NAA (0 dan 2000 ppm) dan faktor kedua adalah empat level jumlah keratan pada setek (tanpa keratan, satu keratan, dua keratan, dan tiga keratan). Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 setek yang ditanam dengan jarak tanam 1 m x 1 m, dalam petakan berukuran 1,5 m x 5 m. NAA diaplikasikan dalam bentuk pasta yang dioleskan pada bagian dasar setek sepanjang 9 cm sebelum setek ditanam. Pengamatan dilakukan pada tanaman berumur 16 minggu setelah tanam (MST) untuk variabel tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar daun, bobot segar batang, jumlah akar total, jumlah akar produktif, panjang akar, bobot segar akar, dan bobot segar total tanaman. Data hasil pengamatan dianalisis ragamnya menggunakan analisis ragam dan jika terdapat perbedaan nyata antar perlakuan, dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa pada umur 16 MST, singkong klon Maryono memiliki rata-rata tinggi tanaman, bobot segar batang dan jumlah akar total yang lebih tinggi daripada klon Garuda. Aplikasi NAA meningkatkan tinggi tanaman, bobot segar daun, bobot segar batang, jumlah akar total, jumlah akar produktif, bobot segar akar dan bobot segar total tanaman pada kedua klon. Aplikasi auksin pada singkong klon Maryono secara signifikan meningkatkan jumlah akar total, bobot segar akar dan bobot segar total tanaman mulai dari 500, 1500 dan 2000 ppm NAA, dengan nilai rata-rata yang tidak berbeda satu sama lain. Pada klon Garuda, aplikasi NAA secara signifikan meningkatkan jumlah akar total dan jumlah akar produktif pada 1000 ppm dan 2000 ppm, sedangkan peningkatan bobot segar akar dan bobot segar total tanaman terjadi pada aplikasi NAA 2000 ppm. Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa aplikasi NAA pada konsentrasi 2000 ppm pada setek singkong Klon Maryono secara signifikan meningkatkan jumlah akar total dan jumlah akar produktif. Pelukaan setek dengan tiga keratan menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar daun, bobot segar batang dan bobot segar total tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa keratan, satu dan dua keratan. Tanpa aplikasi NAA, semua perlakuan keratan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tajuk maupun akar singkong, namun jika setek diaplikasi 2000 ppm NAA, semua perlakuan keratan meningkatkan jumlah akar total, dengan jumlah terbanyak didapatkan pada perlakuan dua keratan. %D 2024 %I UNIVERSITAS LAMPUNG %L eprints81482