%0 Thesis %9 Masters %A Gesit Yudha Puji Arsono, 1326021028 %B MIP FISIP %D 2015 %F eprints:8227 %I UNIVERSITAS LAMPUNG %T PERSAINGAN POLITIK CALON LEGISLATIF PEREMPUAN PADA PEMILIHAN UMUM 2014 DI LAMPUNG (Studi Terpilihnya Asmara Dewi, Eva Dwiyana, dan Dwie Aroem Hadiatie sebagai anggota legislatif) %U http://digilib.unila.ac.id/8227/ %X Perempuan menghadapi persaingan politik yang lebih ketat di tingkat internal partai, terutama PAN, PDIP, dan Golkar, dalam proses pencalonan anggota legislatif pada pemilu 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses persaingan, strategi pemenangan, serta peran keluarga dalam terpilihnya Asmara Dewi, Eva Dwiyana, dan Dwie Aroem Hadiatie sebagai anggota legislatif. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan teori transaksional dan SWOT. Adapun pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perempuan menghadapi persaingan politik yang sangat kompetitif di internal partai, khususnya pada proses penentuan nomor urut dan daerah pemilihan yang strategis. Mekanisme internal partai PAN menunjukkan adanya politik transaksional dalam menentukan nomor urut pencalonan anggota legislatif, dengan cara ditiadakannya rapat internal dan tanpa mempertimbangkan jabatan struktural di partai. Proses pencalonan di partai Golkar pada survei internal memberikan keberuntungan Dwie Aroem Hadiatie, sehingga memperoleh urutan teratas, hal itu berkaitan dengan adanya oligarkhi ayahnya, Alzier selaku ketua DPD Golkar Provinsi Lampung. Lain halnya dengan Eva Dwiyana popularitasnya dibutuhkan partai PDIP dalam meraih suara pada pemilu 2014, dan basis masa terstruktur berupa majelis taklim khususnya wilayah Bandar Lampung. Strategi pemenangannya dengan pendekatan langsung ke masyarakat berupa pengajian dan sosialisasi. Tingginya suara yang diperoleh Asmara Dewi dan Eva Dwiyana ini diketahui dari besarnya peran suami di mana keduanya adalah kepala daerah, Asmara Dewi sebagai istri Bupati Lampung Timur dan Eva Dwiyana istri Walikota Bandar Lampung. Dalam pemenangannya, kontribusi terbesar berasal dari jaringan birokrat dan dukungan suami sebagai kepala daerah. Kata kunci : persaingan politik, strategi mobilisasi, pemilihan umum Women face tighter competition in internal environment of political parties, especially PAN, PDIP, and Golkar, in their process to be elected as members of legislative in election 2014. The objective of this research was to find out the competition processes, wining strategies, and family roles on selected winning candidates of Asmara Dewi, Eva Dwiyana, and Dwie Aroem Hadiatie as member of legislative. This was a descriptive qualitative research with transactional and SWOT theories. Data were collected using observation, interview, and documentation methods. The research results showed that women faced very tight political competitions in internal environment of political parties, especially in process of determining number of candidate election and strategic voter regions. PAN internal party mechanism showed transactional politic in determining number of legislative candidate election, by not holding internal meeting and without considering structural positions in the party. The process of submitting candidate in Golkar party in internal survey benefited Dwie Aroem Hadiatie, so the she got top number for candidate election, and this was related to his father oligarchy, Alzhier, as the chairman of Golkar in Lampung regional branch. This was a different case with Eva Dwiayana, where her popularity was needed by PDIP in collecting voters in election 2014, and she had a structured mass basic in form of religious educative group, especially in Bandar Lampung. Her winning strategy was direct approach to public through religious education activities and socialization. High voter gains obtained by Asmara Dewi and Eva Dwiyana could be seen from big roles of their respective husbands as Lampung Timur regent and Bandar Lampung major. In their efforts of winning voters, biggest contributions came from bureaucrat networks and husbands’ supports as regional head authorities. Keywords: political competition, mobilization strategy, general election