%A LUTFIASARI MELISA %T TUPPING SEBAGAI PROPERTI TARI DI DESA KURIPAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN: KAJIAN SEMIOTIKA BARTHESIAN %X Tupping di masyarakat Lampung dikenal sebagai aset budaya yang ditampilkan pada pertunjukkan yaitu tari Tupping dan arak-arakan. Tupping adalah properti yang berasal dari desa Kuripan kecamatan Penengahan kabupaten Lampung Selatan dan melekat pada Tari Tupping. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna dan mitos yang terdapat pada properti Tupping yang berjumah 12 berdasarkan semiotika Roland Barthes. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Sumber data pada penelitian ini didapatkan melalui wawancara dengan tokoh adat di desa Kuripan, Budayawan di desa Kuripan, penjaga Tupping Keratuan Darah Putih, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung Selatan, penari Tupping, masyarakat desa Kuripan serta hasil analisis menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Analisa pada penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes dengan melakukan kajian makna Denotatif, makna Konotatif dan juga Mitos terhadap Tupping 12. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kedua belas Tupping memiliki makna denotasi, konotasi dan mitos. Hasil denotasi menganalisis yang terlihat dari wajah Tupping seperti warna Tupping, bentuk mata, bentuk hidung dan bentuk mulut sedangkan hasil konotasi penjabaran lebih rinci dari makna denotasi serta hal yang dipercayai oleh masyarakat desa Kuripan yang dianalisis berdasarkan fungsi dari Tupping. Tupping memiliki mitos diantaranya; memiliki kekuatan ghaib, Larangan dalam membicarakan bentuk Tupping, Tupping sebagai tolak bala dan Tupping sebagai representasi maskulinitas. Kata Kunci: Properti, Semiotika, Tupping. Tupping in Lampung society is known as a cultural asset that is performed with namely Tupping dance and procession. Tupping is a property that originates from Kuripan village, Penengahan subdistrict, South Lampung regency and is associated with the Tupping Dance. This study aims to describe the meanings and myths associated with the twelve Tupping properties based on Roland Barthes semiotics. This study uses qualitative methods with interview, observation and documentation techniques. Data sources were obtained through interviews with traditional figures in Kuripan village, cultural experts in Kuripan village, guards of Tupping Keratuan Darah Putih, South Lampung Tourism and Culture Office, Tupping dancers, Kuripan village community and analysis result using Roland Barthes' semiotic theory. The analysis in this study uses Roland Barthes' semiotic theory by examining the Denotative meaning, Connotative meaning and Myths of the twelve Tupping. The results of this study indicate that the twelve Tuppings have denotations, connotations and mythological meanings. The results of the denotation analyzed what was seen from the face of Tupping, such as the color of Tupping, the shape of the eyes, the shape of the nose and the shape of the mouth while the results of the connotation provide more detailed explanation of the denotative meanings and the beliefs of Kuripan village community that were analyzed based on the function of Tupping. Tupping has myths among them; supernatural powers, prohibitions on discussing the form of Tupping, Tupping as a repellent of misfortune and Tupping as a representation of masculinity. Key words: Property, Semiotic, Tupping. %C UNIVERSITAS LAMPUNG %D 2024 %I FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN %L eprints82880