%0 Generic %A Anadaa , Nabilah Firdaus %C UNIVERSITAS LAMPUNG %D 2024 %F eprints:84877 %I SOSIAL DAN ILMU POLITIK %T SHUTTLE DIPLOMACY INDONESIA TERHADAP MYANMAR PASCA KUDETA MILITER TAHUN 2021 %U http://digilib.unila.ac.id/84877/ %X Pada awal tahun 2021 lalu, yaitu tanggal 1 Februari 2021, telah terjadi kudeta militer di Myanmar. Kudeta tersebut dilakukan oleh Junta Militer karena adanya sengketa pemilu yang diadakan pada bulan November 2020 antara National League for Democracy Party (NLDP) dan Union Solidarity and Development Party (USDP). Kudeta militer tersebut telah memicu protes keras dan kecaman global. Indonesia menunjukan keprihatinan atas apa yang terjadi pada Myanmar. Indonesia terus melakukan upayanya dengan berkontribusi dalam menemukan solusi untuk Myanmar dengan melakukan shuttle diplomacy. Hal yang disampaikan dalam diplomasi ini antara lain ialah terkait penghentian kekerasan, bantuan kemanusiaan kepada semua pihak di Myanmar, transisi demokrasi secara inklusif, rekonsiliasi nasional antara Junta Militer dengan Partai Liga Nasional Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi, dan kewajiban menghormati serta menaati prinsip-prinsip yang ada dalam ASEAN Charter dan Five Points Consensus. Penelitian ini menggunakan teori diplomasi dan shuttle diplomacy. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dengan tahap kondensasi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi. Dan sumber data yang peneliti gunakan ialah data sekunder dengan menggunakan buku, jurnal, perjanjian internasional, makalah, artikel, dan website sebagai sumber data untuk mengumpulkan informasi terkait kudeta militer di Myanmar tahun 2021. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa shuttle diplomacy yang Indonesia lakukan untuk Myanmar masih belum mencapai penyelesaian masalah karena pihak militer masih enggan menaati Five Point Consensus. Meskipun demikian Indonesia tidak menyerah dan terus menjembatani dialog dan memastikan bantuan kemanusiaan sampai. Karena fokus utama dalam kejadian ini ialah korban atau rakyat Myanmar. Jika kekerasan tidak dihentikan maka perdamaian tidak akan pernah tercapai. Kata kunci : kudeta militer, Indonesia, Myanmar, shuttle diplomacy. At the 1st of February, 2021, there was a military coup in Myanmar. The coup was carried out by the Military Junta because of a dispute over the elections held in November 2020 between the National League for Democracy Party (NLDP) and the Union Solidarity and Development Party (USDP). The military coup has sparked violent protests and global condemnation. Indonesia shows concern about what is happening to Myanmar. Indonesia continues to make efforts by contributing to finding a solution for Myanmar by carrying out shuttle diplomacy. The messages that will be sent in this diplomacy include cessation of violence, humanitarian assistance to all parties in Myanmar, inclusive democratic transition, national reconciliation between the Military Junta and the National League for Democracy (NLD) led by Aung San Suu Kyi, and the obligation to respect and comply with the principles contained in the ASEAN Charter and the Five Points Consensus. This research uses the theory of diplomacy and shuttle diplomacy. The analysis technique used in this research is a qualitative data analysis technique with data condensation, data presentation, conclusion and verification stages. And the data sources that researchers use are secondary data using books, journals, international agreements, papers, articles and websites as data sources to collect information related to the military coup in Myanmar in 2021. Based on the research results, it can be concluded that the shuttle diplomacy that Indonesia has carried out for Myanmar has not reached a solution to the problem because the military is still reluctant to comply with the Five Point Consensus. However, Indonesia did not give up and continued to bridge dialogue and ensure that humanitarian aid arrived. Because the main focus in this incident is the victims or the people of Myanmar. If violence is not stopped then peace will never be achieved. Keywords: Indonesia, military coup, Myanmar, shuttle diplomacy.