@misc{eprints87100, month = {Mei}, title = {KESANTUNAN BERTUTUR TOKOH DALAM FILM ?MERINDU CAHAYA DE AMSTEL? KARYA HADRAH DAENG RATU DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA}, author = {- Suryaningsih }, address = {UNIVERSITAS LAMPUNG}, publisher = {FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN}, year = {2024}, url = {http://digilib.unila.ac.id/87100/}, abstract = {Masalah yang diangkat dalam penelitian ini mengenai kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa yang diteliti dalam penelitian ini adalah kesantunan bertutur tokoh dalam film ?Merindu Cahaya De Amstel? karya Hadrah Daeng Ratu. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kesantunan bertutur tokoh dalam film ?Merindu Cahaya De Amstel? karya Hadrah Daeng Ratu baik itu kesantunan dalam tindak tutur langsung maupun tindak tutur tidak langsung. Penelitian ini akan diimplikasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini mengacu pada kesantunan bertutur tokoh dalam film ?Merindu Cahaya De Amstel? karya Hadrah Daeng Ratu berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Data dalam penelitian ini adalah tuturan tokoh film ?Merindu Cahaya De Amstel? karya Hadrah Daeng Ratu yang mengandung kesantunan. Sumber data penelitian adalah seluruh tuturan tokoh yang ditranskripsikan menjadi dialog tokoh film ?Merindu Cahaya De Amstel? karya Hadrah Daeng Ratu. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data adalah teknik catatan lapangan dan teknik analisis heuristik. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penaatan dan pelanggaran kesantunan dalam tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Penaatan kesantunan dalam tindak tutur langsung terdapat 45 data berdasarkan enam maksim kesantunan yang ditandai dengan penanda kesantunan. Data yang paling banyak ditemukan pada penaatan kesantunan dalam tindak tutur langsung adalah maksim kesepakatan dan data yang paling sedikit adalah maksim kerendahan hati. Penanda kesantunan yang muncul pada penataan kesantunan dalam tindak tutur langsung adalah ayo, maaf, mohon, hendak, terima kasih, silakan, harap, sudi, cukup, dan baik. Pelanggaran kesantunan dalam tindak tutur langsung juga berdasarkan maksim kesantunan dengan jumlah data yaitu 32 data. Data yang paling banyak ditemukan pada pelanggaran kesantunan dalam tindak tutur langsung adalah maksim kesepakatan dan data yang paling sedikit adalah maksim kerendahan hati. Pada tindak tutur tidak langsung juga terdapat penaatan kesantunan yang berdasarkan tuturan interogatif dan deklaratif untuk mengekspresikan tuturan perintah, permohonan, ajakan, memberikan informasi, larangan, persilaan, dan tawaran dengan jumlah data yaitu 42 data. Pelanggaran kesantunan dalam tindak tutur tidak langsung yaitu berdasarkan maksim kesantunan, ditemukan sebanyak 20 data. Hasil dari penelitian ini lalu diimplikasikan pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA yang berbasis kurikulum merdeka, berupa tambahan materi atau contoh dalam modul ajar, untuk fase F kelas XI. Modul ajar ini harapannya dapat menjadi sumber inspirasi bagi guru dalam merancang pembelajaran bahasa Indonesia materi ?Menulis Drama?. Modul ajar ini dilengkapi dengan profil pancasila yang diharapkan dapat dicapai. Lalu, Capaian Pembelajaran (CP) yang difokuskan dalam modul ini adalah elemen menyimak dan berbicara/mempresentasikan. Kata Kunci: kesantunan, tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung,maksim kesantunan, implikasi, kurikulum merdeka} }