%0 Thesis %9 Masters %A Ike , Nurafni %B FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK %D 2025 %F eprints:88990 %I UNIVERSITAS LAMPUNG %T COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH KOPI PEKON SUKAJAYA KECAMATAN SUMBER JAYA KABUPATEN LAMPUNG BARAT %U http://digilib.unila.ac.id/88990/ %X Permasalahan pada penelitian ini adalah kualitas kopi yang belum optimal, faktor penghambat yaitu pupuk yang belum sesuai, pemeliharaan kebun belum sesuai, dan cuaca ekstrem. Pada tahun 2020 Sekolah Kopi direalisasikan oleh Bupati Lampung Barat periode 2019-2023 dan dialih fungsikan kepada UPTD Dinas Perkebunan dan Peternakan. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji atau menganalisis collaborative governance dalam pengembangan Sekolah Kopi. Pendekatan collaborative governance dari Ansell dan Gash (2008) dilihat dari aspek 1. Kondisi Awal (Starting Conditions), 2. Fasilitas Kepemimpinan (Facilitative Leadership), 3. Proses Kolaboratif (Collaborative Process), 4. Desain Kelembagaan (Institutional Design). Tipe penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data primer yang melibatkan 9 (sembilan) informan dua Dinas, UPTD Kebun Induk Kopi, Badan Penyuluh Pertanian, Kecamatan, Pekon, dan masyarakat peserta pelatihan. Analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kolaborasi di Sekolah Kopi berhasil dalam perkembangannya. Keberhasilan terlihat pada dimensi 1). Kondisi Awal dan 2). Proses Kolaboratif yang dapat membangun kerja sama dan komunikasi antar stakeholders. Proses kolaborasi yaitu a. Kolaborasi dengan PT.LDC sebagai penyediaan alat untuk keberlangsungan program pelatihan untuk masyarakat terkhusus petani kopi, b. Kolaborasi dengan Pupuk Indonesia membuat demplot sebagai sarana praktik untuk masyarakat yang mengikuti pelatihan, c. Kolaborasi dengan Rumah Kopi Ranin sebagai pengelolaan kurikulum dalam pengembangan program pelatihan petani kopi, dan d. Kolaborasi dengan Dinas PUPR bekerja sama dalam membuat sarana jalan dan paving blok untuk akses jalan yang memadai. Namun pada dimensi 3). Fasilitas Kepemimpinan dan 4).Desain Kelembagaan masih lemah yaitu karena, a. lemahnya koordinasi antara Dinas dengan Kecamatan dan Pekon, b. Birokrasi yang masih terpusat pada keputusan dari Kepala Dinas, c. Ketergantungan Sekolah Kopi pada anggaran APBD sehingga berdampak pada program pelatihan yang kurang optimal, dan d. sumber daya manusia (SDM) masih sangat terbatas dalam mengelola media informasi dan promosi sehingga Sekolah Kopi sulit untuk berkembang. Kata Kunci: Collaborative Governance, Sekolah Kopi, Kolaborasi, Lampung Barat.