Digital Library: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T08:07:23ZEPrintshttp://digilib.unila.ac.id/images/sitelogo.pnghttp://digilib.unila.ac.id/2014-02-04T08:03:43Z2014-02-04T08:03:43Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/823This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/8232014-02-04T08:03:43ZREGENERASI IN VITRO EMPAT VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.) MELALUI ORGANOGENESIS
MENGGUNAKAN EKSPLAN BIJI YANG DIIMBIBISI DAN DIKECAMBAHKAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh metode pra-kultur yang
efektif dalam meningkatkan efisiensi regenerasi in vitro terhadap eksplan buku
kotiledon pada empat varietas kedelai. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dimulai dari Maret
sampai dengan Mei 2013. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak kelompok. Perlakuan yang diterapkan merupakan kombinasi dari
dua faktor yaitu varietas (Detam 1, Detam 2, Burangrang, dan Panderman) dan
metode pra-kultur (kecambah 6 hari dan imbibisi 20 jam) yang merupakan
perlakuan terhadap empat varietas benih kedelai tersebut sebelum ditanam pada
media inisiasi tunas. Perlakuan disusun secara faktorial (4x2) dengan 5 ulangan.
Setiap satuan percobaan terdiri dari empat eksplan buku kotiledon kedelai. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tunas adventif per eksplan
(RJTAPE) tidak dipengaruhi oleh metode pra-kultur, varietas dan interaksi antara keduanya. Sedangkan, persentase eksplan yang membentuk tunas adventif
(PEMTA) tidak dipengaruhi oleh metode pra-kultur namun dipengaruhi oleh
varietas dan interaksi antara kedua faktor tersebut. PEMTA tertinggi didapatkan
jika menggunakan varietas Detam 1 melalui perlakuan perkecambahan (70%) dan
varietas Panderman melalui perlakuan imbibisi (50%). Media pengakaran ½ MS
dan ½ MS + NAA 0,5 mg/l memiliki efektifitas yang sama terhadap persentase
tunas adventif yang membentuk akar fungsional (PTMAF) pada minggu kedua
setelah pengakaran. Dengan demikian, teknik regenerasi secara in vitro melalui
organogenesis pada varietas Detam 1 dengan perlakuan perkecambahan dan
varietas Panderman dengan perlakuan imbibisi lebih efisien digunakan untuk
transformasi genetik kedelai.
Kata kunci : Akar fungsional, Glycine max, imbibisi, kecambah, organogenesis,
tunas adventif, varietas. Mohammad Irham Fauzi Turmuji Basyir 2014-02-04T08:03:35Z2014-02-04T08:03:35Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/822This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/8222014-02-04T08:03:35ZREGENERASI IN VITRO EMPAT VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.) MELALUI ORGANOGENESIS
MENGGUNAKAN EKSPLAN BIJI YANG DIIMBIBISI DAN DIKECAMBAHKAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh metode pra-kultur yang
efektif dalam meningkatkan efisiensi regenerasi in vitro terhadap eksplan buku
kotiledon pada empat varietas kedelai. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dimulai dari Maret
sampai dengan Mei 2013. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak kelompok. Perlakuan yang diterapkan merupakan kombinasi dari
dua faktor yaitu varietas (Detam 1, Detam 2, Burangrang, dan Panderman) dan
metode pra-kultur (kecambah 6 hari dan imbibisi 20 jam) yang merupakan
perlakuan terhadap empat varietas benih kedelai tersebut sebelum ditanam pada
media inisiasi tunas. Perlakuan disusun secara faktorial (4x2) dengan 5 ulangan.
Setiap satuan percobaan terdiri dari empat eksplan buku kotiledon kedelai. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tunas adventif per eksplan
(RJTAPE) tidak dipengaruhi oleh metode pra-kultur, varietas dan interaksi antara keduanya. Sedangkan, persentase eksplan yang membentuk tunas adventif
(PEMTA) tidak dipengaruhi oleh metode pra-kultur namun dipengaruhi oleh
varietas dan interaksi antara kedua faktor tersebut. PEMTA tertinggi didapatkan
jika menggunakan varietas Detam 1 melalui perlakuan perkecambahan (70%) dan
varietas Panderman melalui perlakuan imbibisi (50%). Media pengakaran ½ MS
dan ½ MS + NAA 0,5 mg/l memiliki efektifitas yang sama terhadap persentase
tunas adventif yang membentuk akar fungsional (PTMAF) pada minggu kedua
setelah pengakaran. Dengan demikian, teknik regenerasi secara in vitro melalui
organogenesis pada varietas Detam 1 dengan perlakuan perkecambahan dan
varietas Panderman dengan perlakuan imbibisi lebih efisien digunakan untuk
transformasi genetik kedelai.
Kata kunci : Akar fungsional, Glycine max, imbibisi, kecambah, organogenesis,
tunas adventif, varietas. Mohammad Irham Fauzi Turmuji Basyir