Digital Library: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T09:02:09ZEPrintshttp://digilib.unila.ac.id/images/sitelogo.pnghttp://digilib.unila.ac.id/2022-04-01T04:49:17Z2022-04-01T04:49:17Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57302This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/573022022-04-01T04:49:17ZPENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA
TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH NILEM
(Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842)
Bonylip barb (Osteochillus hasselti) is one of freshwater fish comunity, that most
liked cause has a tasty meat. Bonylip barb usually lived in the river that has clarity
and stream. There are many problem to cultured bonylip barb. Slow growth of
bonylip barb be major problem that caused by feeding management. The feeding
frequency has they role to differences growth of bonylip barb. The aim of the
researched is to different growth rate of bonylip barb with different feeding
frequency. This research used a Completely Randomized Design, with 3
treatments consist 2 times, 3 times, and 4 times of feeding frequency. The bonylip
barb used have 5-6 cm in length. The results of this research showed that the
treatment has no significant effect to growth rate of bonylip barb. This result
shown that feeding frequency not correlated with the metabolic rate. Metabolic
rate of bonylip barb could be measured with gastric emptying rate that longer than
feeding frequency.
Keywords: bonylip barb, feed, feeding frequency, growth
Nilem merupakan ikan air tawar yang banyak digemari oleh masyarakat, karena
memiliki daging yang gurih dan enak. Ikan ini biasa hidup di sungai-sungai
berarus sedang dan jernih. Pada kegiatan budidaya nilem terdapat beberapa
kendala salah satunya yaitu pertumbuhan dari nilem yang cukup lambat. Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan nilem yang lambat salah satunya adalah pakan
yang dikonsumsi, dikarenakan frekuensi atau komposisi dari pakannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi pemberian pakan yang efektif
terhadap pertumbuhan nilem. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap, dengan 3 perlakuan yang dicobakan yaitu frekuensi pemberian pakan
yang berbeda, terdiri dari perlakuan dengan frekuensi 2 kali, 3 kali, dan 4 kali
sehari. Hewan uji yang digunakan adalah benih nilem berukuran 5-6 cm. Hasil
analisis dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh perlakuan
terhadap pertumbuhan benih nilem. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan
frekuensi pemberian pakan yang berbeda tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan, karena efesiensi pakan diduga berkaitan dengan tingkat
metabolisme ikan. Tingkat metabolisme dapat diukur dengan laju pengososngan
lambung pada nilem membutuhkan waktunya yang lama.
Kata kunci : nilem, pakan, frekuensi pakan, pertumbuhan
1514111052 YULIA ERDA KURNIATI-2022-04-01T04:49:15Z2022-04-01T04:49:15Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57296This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572962022-04-01T04:49:15ZKAJIAN PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN
KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus (Forskal, 1775) PADA SUHU
MEDIA YANG BERBEDAWater temperature has an influence on the development and growth of fish larvae.
The appropriate water temperature can caused the development and growth of fish
larvae optimum. This research aimed to study the effect of water temperature on
the development and growth of brown marbled grouper larvae. This experimental
design used a completely randomized design that had 3 treatments (26-28°C, 28-
30°C, 30-32°C) equipped with 3 replications each. The parameters observed were
the duration of yolk absorption, morphogenesis of larvae, and growth of body
length. Data of larval morphogenesis development were analyzed descriptively,
while the duration of yolk absorption and larval growth were analyzed of variance
and post hoc test using the Least Significant Difference (LSD). The results
showed that water temperature influenced morphogenesis development, the
duration of yolk absorption, and the growth of larval significantly different. The
result showed, larvae had morphological development and duration of yolk
absorption faster in warmer incubation media.
Key words : Brown Marbled Grouper, Temperature, Duration of Yolk
absorpSuhu air menpengaruhi perkembangan dan pertumbuhan larva ikan. Temperatur
air yang sesuai menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan larva ikan
optimum. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu air terhadap
perkembangan dan pertumbuhan larva ikan kerapu macan. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan (26-
28°C, 28-30°C, 30-32°C), masing-masing memiliki 3 ulangan. Parameter yang
diamati meliputi durasi penyerapan kuning telur, morfogenesis larva, dan
pertumbuhan panjang tubuh. Data perkembangan morfogenesis larva dianalisis
secara deskriptif, sedangkan durasi penyerapan kuning telur dan pertumbuhan
larva dianalisis menggunakan Anova dan diuji lanjut dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan larva ikan mengalami
perkembangan morfologenesis dan durasi penyerapan kuning telur lebih cepat
pada media inkubasi yang lebih hangat.
Kata kunci : Larva Kerapu Macan, Suhu, Penyerapan Kuning Telur,
Pertumbuhan Panjangtion, Growth Length
1514111054 Virgia Wulandari-2022-04-01T04:49:13Z2022-04-01T04:49:13Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57293This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572932022-04-01T04:49:13ZPENGARUH PENAMBAHAN MINERAL POTASIUM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
UDANG VANAME Litopenaeus vannamei (Boone, 1931)
PADA MEDIA SALINITAS RENDAHVaname shrimp is one of the aquaculture commodities that has the ability to adapt
to extensive salinity with range of 2 to 40 ppt so that it can be cultivated in fresh
water. The low potassium mineral content in fresh water can cause shrimp to be
difficult to absorb the minerals needed by the body, so that it can be overcome by
adding mineral pottasium. Potassium plays an important role in crustacean
metabolism, this mineral is linked to osmoregulation enzyme activity, Na + K +
ATPase. This study aims to determine the effect of potassium mineral addition in
feed with different doses on the growth and survival of vaname shrimp
Litopenaeus vannamei (Boone 1931) which is maintained in media low salinity.
The research was conducted from July to August 2018, for 40 days at the
Integrated Field Laboratory of the Faculty of Agriculture, University of Lampung.
This research used 5 treatments and 3 replications that is A (0% K), B (0.25% K),
C (0.50% K), D (75% K) and E (1% K). The parameters observed were growth,
survival, feed convertion ratio (FCR), and water quality parameters. The results
showed that the addition of different minerals had an effect on the growth and
survival rate of vannamei shrimp. Pottasium addition of 0.50% K is the best
addition of minerals and produces the highest value for growth of 3.44 ± 0.01
gram and survival rate of 81.7 ± 2.88%.
Keywords: Growth, Osmoregulation Enzyme, Pottasium, Survival
Udang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang
mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap salinitas yang luas dengan kisaran
salinitas 2 sampai dengan 40 ppt sehingga dapat dibudidayakan pada air tawar.
Rendahnya kandungan mineral potasium pada air tawar dapat menyebabkan
udang susah untuk menyerap mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga dapat
diatasi dengan penambahan mineral pottasium. Potasium berperan penting dalam
metabolisme krustasea, mineral ini terhubungkan dengan aktivitas enzim
osmoregulasi, Na+K
+ ATPase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan mineral potasium dalam pakan dengan dosis berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vaname (Litopenaeus vannamei,
Boone 1931) yang dipelihara pada media salinitas rendah. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2018, selama 40 hari di
Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan dan 3 ulangan yaitu A (0% K), B (0,25%
K), C (0,50% K), D (75% K) dan E (1% K ). Parameter yang diamati adalah
pertumbuhan, kelangsungan hidup, feed convertion ratio (FCR), dan parameter
kualitas air. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan mineral yang
berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang
vannamei. Penambahan pottasium sebesar 0,50% K merupakan penambahan
mineral terbaik dan menghasilkan nilai tertinggi bagi pertumbuhan sebesar
3,44±0,01 gram dan kelangsungan hidup sebesar 81,7±2,88 %.
Kata Kunci : Enzim Osmoregulasi, Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan,
Potasium1414111076 TRI YANA WULAN SARI-2022-04-01T04:49:12Z2022-04-01T04:49:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57289This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572892022-04-01T04:49:12ZPENAMBAHAN TEPUNG PUCUK INDIGOFERA PADA PAKAN
TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI IKAN NILA JANTAN
Oreochromis niloticus (Linn, 1758)Tilapia had a fast reproduction cycle. One of the supporting factors needed to got
quality broodstocks and seed was feed. Feed was a very influence on development
of gonad both egg and sperm. Indigofera zollingeriana has high protein,
carotenoid, and vitamin E content compared to commercial feed. This study aims
to determine the reproductive performance of male tilapia with feed added by
Indigofera zollingeriana. The research design used was a Completely
Randomized Design (CRD) with four treatments and three replications. The
treatments were different proportions of indigofera leaf flour, namely treatments
A (0%), B (10%), C (20%), D (30%), and E (40%). The parameters observed
included weighting of tilapia, gonad sampling, sperm fluid volume, duration of
sperm motility, sperm count, pH, DO, and temperature. Data of weight, SR, and
water quality parameters were analyzed using variance with 95% confidence
intervals, if duncan was significantly different. The results showed that the
addition of the best indigofera shoot flour for male reproductive performance of
tilapia was 40%.
Keywords: gonads, indigofera, reproduction, Tilapia
Ikan nila memiliki siklus reproduksi yang cepat. Salah satu faktor pendukung
yang dibutuhkan untuk mendapatkan induk dan benih berkualitas adalah pakan.
Pakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan gonad baik telur dan sperma.
Indigofera zollingeriana memiliki kandungan protein, karotenoid, dan vitamin E
yang tinggi dibanding pakan komersil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
performa reproduksi ikan nila jantan dengan pakan yang ditambahkan Indigofera
zollingeriana. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan berupa
proporsi tepung daun indigofera yang berbeda yaitu perlakuan A (0%), B (10%),
C (20%), D (30%), dan E (40%). Parameter yang diamati meliputi pertambahan
bobot ikan nila, pengambilan sampel gonad, volume cairan sperma, durasi
motilitas sperma, jumlah sperma, pH, DO, dan suhu. Data parameter bobot, SR,
dan kualitas air dianalisis menggunakan sidik ragam dengan selang kepercayaan
95%, jika berbeda nyata dilakukan uji duncan. Hasil penelitian menunjukkan
penambahan tepung pucuk indigofera yang terbaik untuk performa reproduksi
ikan nila jantan yaitu sebanyak 40%.
Kata Kunci : Nila, indigofera, reproduksi, gonad
1214111065 Tatang Purnama-2022-04-01T04:49:09Z2022-04-01T04:49:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57284This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572842022-04-01T04:49:09ZPERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN UDANG VANAME
Litopenaeus vanname (BOONE, 1931) PADA SALINITAS 5 ppt
DENGAN KEPADATAN BERBEDAVaname shrimp (Litopenaeus vannamei) is one of the marine fisheries
commodities that have high economic value. Vaname shrimps have many
advantages such as living environment with low salinity and resistance to high
density. Stocking density plays an important role in aquaculture activities to
determine the number of fries that will be ready to be stocked and the width of the
media used. The aims of this research is to determine the growth and survival of
vaname shrimp (Litopenaeus vannamei) at a salinity of 5 ppt with different
densities. The data was collected in Juli-August 2018. The research method used
in this study was a completely randomized design method (CRD) consisting of
three treatments and each repeated three times. The difference is in the density of
each treatment container, namely 50 individu/40 L, 75 individu/40 L, and 100
individu/40 L. The frequency of feeding is done three times a day using
commercial feed. The result showed that the treatment of different densities in
vaname shrimp cultivation had a significant effect on absolute growth, daily
growth rate, FCR, and survival, the best treatment was on 50 individu/40 L where
it has the highest absolute growth, daily growth rate, FCR, and survival.
Keywords: density, growth, salinity, survival, vaname shrimp
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas
perikanan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Udang vaname memiliki
banyak keunggulan seperti hidup di perairan dengan salinitas rendah dan tahan
kepada kepadatan yang tinggi. Padat tebar berperan penting dalam kegiatan budidaya
untuk menentukan jumlah benur yang akan siap ditebar dan luas media yang akan
digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan
kelulushidupan udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada salinitas 5 ppt
dengan kepadatan yang berbeda. Penelitian dilakukan pada Juli- Agustus 2018.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan dan masing-masing diulang
sebanyak tiga kali. Perbedaan terdapat pada kepadatan masing-masing wadah
perlakuan yaitu 50 ekor/40 L, 75 ekor/40 L, dan 100 ekor/40 L. Frekuensi
pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari menggunakan pakan komersil. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan berbeda pada budidaya
udang vaname memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan mutlak, laju
pertumbuhan harian, FCR, dan kelulushidupan pada padat tebar 50 ekor/40 L
yang merupakan perlakuan terbaik dari semua perlakuan.
Kata kunci: kelulushidupan, padat tebar, pertumbuhan, salinitas, udang vaname.
1414111072 S. WALSEN P.L. TOBING-2022-04-01T04:49:06Z2022-04-01T04:49:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57281This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572812022-04-01T04:49:06ZPENGGUNAAN EKSTRAK DAUN SAMBUNG NYAWA Gynura procumbens
(Lour) Merr. UNTUK PENGOBATAN INFEKSI Vibrio alginolyticus PADA
IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775)Ikan Kerapu Macan merupakan salah satu komoditas ikan air laut yang cukup
digemari oleh masyarakat dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.Masalah yang
dihadapi oleh petani adalah adanya serangan penyakit Vibriosis salah satunya
disebabkan oleh bakteri Vibrio alginolyticus.Penggunaan antibiotik sintetik telah
banyak digunakan tetapi menimbulkan banyak dampak buruk, sehingga perlu
alternatif baru untuk pengobatan penyakit Vibriosis. Salah satunya yaitu dengan
penggunaan ekstrak daun sambung nyawa. Tanaman sambung nyawa (Gynura
procumbens) mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, tannin, dan
saponin yang bersifat antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis
terbaik dari ekstrak daun sambung nyawa untuk pengobatan penyakit Vibriosis pada
ikan kerapu macan.Penelitian dilakukan secara dua tahap yaitu secara in vitro dan in
vivo. Sebelum ikan diberi perlakuan pakan yang telah diberi ekstrak daun sambung
nyawa, ikan di uji tantang dengan menggunakan bakteri Vibrio alginolyticus dengan
kepadatan 108 CFU/mL sebanyak 0,1 mL/ekor kemudian diberi pakan perlakuan dan
dipelihara selama 21 hari. Hasil penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa
ekstrak daun sambung nyawa pada dosis 700 ppm mempunyai daya hambat yang luas
terhadap V. alginolyticus, yaitu sebesar 10,47 mm dibandingkan perlakuan lain.
Sedangkan pada saat dilanjutkan untuk uji in vivo, dosis 350 ppm secara umum sudah
dapat diaplikasikan untuk pengobatan serangan Vibrio alginolyticus pada ikan kerapu
macan.
Kata Kunci :Daun Sambung Nyawa, Pengobatan, Vibriosis
Tiger Grouper is one of the sea water fish commodities that is quite popular with the
community and has a high economic value. The problem faced by farmers is the
attack of Vibriosis, one of which is caused by the Vibrio alginolyticus bacteria. The
Utilization of synthetic antibiotics has been widely used but has many adverse
effects, so it needs new alternatives for the treatment of Vibriosis disease. One of
them is by using the sambung nyawa leaf extract. Sambung Nyawa (Gynura
procumbens) sustaining plants contain secondary metabolites such as flavonoids,
tannins, and antibacterial saponins. This study aims to determine the best dosage of
sambung nyawa leaf extract for the treatment of Vibriosis disease in tiger grouper.
The study was conducted in two stages, namely in vitro and in vivo. Before the fish
were treated with feed that had been given a sambung nyawa leaf extract, the fish
were challenged using Vibrio alginolyticus with a density of 108 CFU / mL as much
as 0.1 mL / head and then fed with treatment and maintained for 21 days. The results
of the in vitro study showed that the life of sambung nyawa leaf extract at a dose of
700 ppm had a broad inhibitory effect on V. alginolyticus, which amounted to 10.47
mm compared to other treatments. Whereas when continued for in vivo testing, a dose
of 350 ppm in general has been applied for the treatment of attacks of Vibrio
alginolyticus in tiger grouper.
Keyword :Sambung Nyawa Leaf, Treatment, Vibriosis
1514111005 Novi Santika-2022-04-01T04:49:04Z2022-04-01T04:49:04Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57280This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572802022-04-01T04:49:04ZEFEKTIVITAS SINBIOTIK TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN
BENIH KAKAP PUTIH (Lates calcarifer Bloch 1790)
Ikan kakap putih merupakan salah satu komoditas ikan air laut yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi. Namun produksi kakap putih belum mencapai target
produksinya. Salah satu kendala budidaya kakap putih yaitu keterbatasan benih
kakap putih. Benih kakap putih berukuran 3-7 cm mudah mengalami stres dan
memiliki pertahanan tubuh yang rentan terhadap serangan penyakit. Oleh karena
itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi kakap putih tersebut.
Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan laju pertumbuhan
kakap putih yaitu dengan pemberian aplikasi sinbiotik ke dalam pakan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sinbiotik terhadap performa
pertumbuhan benih ikan kakap putih. Komposis dosis yang digunakan adalah A (
Kontrol) B (Prebiotik 4ml/100g pakan Probiotik 4ml/100g pakan) C (Prebiotik
4ml/100g pakan Probiotik 6ml/100g pakan) D (Prebiotik 4ml/100g pakan
Probiotik 8ml/100g pakan) E (Prebiotik 6ml/100g pakan Probiotik 4ml/100g
pakan) F (Prebiotik 6ml/100g pakan Probiotik 6ml/100g pakan) G (Prebiotik
6ml/100g pakan Probiotik 8ml/100g pakan). Perlakuan prebiotik maupun
probiotik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak, laju
pertumbuhan harian, rasio konversi pakan serta retensi protein. Perlakuan
sinbiotik hanya berpengaruh nyata terhadap retensi protein. Dosis prebiotik 4
ml/100 g pakan dan probiotik 4 ml/100 g pakan meruapakan dosis terbaik.
Kata kunci : kakap putih, pertumbuhan, sinbiotik.
Barramundi is one of the seawater fish commodities which has high economic
value. But the production of barramundi has not reached it’s target. One obstacle
to barramundi cultivation is the limitation of barramundi larvae. Barramundi
larvae in the size range 3-7 cm are prone to be stress and have a body's defenses
that are vulnerable to disease. Therefore it is necessary to make efforts to increase
the production of the barramundi. One effort that can be used to increase the
growth rate of barramundi is by giving synbiotic application into the feed. This
study aims to determine the effectiveness of synbiotics on the growth performance
of barramundi larvae. The dosage composition used is, 1 (Prebiotic 4ml/100g
Feed, Probiotic 4ml/100g Feed), 2 (Prebiotic 4ml / 100g Feed, Probiotic6ml /
100g Feed), 3 (Prebiotic 4ml/100g Feed, Probiotic8ml/100g Feed), 4 (Prebiotic
6ml /100g Feed, Probiotic 4ml/100g Feed), 5 (Prebiotic 6ml/100g Feed, Probiotic
6ml/100g Feed), 6(Prebiotic 6ml/100g Feed, Probiotic 8ml/100g Feed). Prebiotic
and probiotic treatments significantly affect the growth of absolute weight, daily
growth rate, feed conversion ratio and protein retention. Synbiotic treatment only
has a significant effect on protein retention. Prebiotic doses of 4 ml/100 g of feed
and probiotics of 4 ml/100 g of feed are the best doses.
Keywords: Barramundi, growth, synbiotic1414111048 MEYLINDRA CICILIA NINGRUM-2022-04-01T04:49:02Z2022-04-01T04:49:02Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57273This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572732022-04-01T04:49:02ZPENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI TEPUNG WORTEL
Daucus carota L DAN TEPUNG LABU KUNING Cucurbita moschata Durch
PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN
NEMO Amphiprion percula (Lacepede, 1802)
Ikan nemo (Amphiprion percula) adalah ikan karang yang sudah dibudidayakan
sebagai ikan hias dan kualitasnya sangat ditentukan oleh warnanya. Kualitas
warna ikan badut dapat ditingkatkan melalui penambahan pigmen warna ke dalam
pakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penambahan
tepung wortel dan tepung labu kuning terhadap peningkatan kualitas warna ikan
badut. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan masing-masing dilengkapi 3 ulangan. Perlakuan yang
digunakan adalah sebagai berikut: K (tanpa penambahan tepung wortel dan labu
kuning), A (penambahan 12 g tepung wortel / kg pakan), B (penambahan 12 g
tepung labu kuning / kg pakan), C (penambahan 12 g tepung wortel + 6 g tepung
labu kuning / kg pakan), dan D (penambahan 6 g tepung wortel + 12 g tepung
labu / kg paka). Parameter yang diukur meliputi indeks kromatofor (CI), nilai
tampilan warna visual, parameter kualitas air, dan total karoten dalam pakan dan
sumber bahan pigmen yang digunakan (wortel dan labu). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh beberapa perlakuan terhadap peningkatan kualitas
warna ikan badut berbeda nyata (p> 0,05). Perlakuan C menyebabkan indeks
kromatofor tertinggi dan berbanding lurus dengan nilai penampilan warna visual.
Kata Kunci : Amphiprion percula, kualitas warna, kromatofor, tepung wortel,
tepung labu kuning.
Clownfish (Amphiprion percula) is a reef fish that has been cultivated as an
ornamental fish in which the quality is determined by its color. The color quality
of clownfish can be improved through the addition of color pigments into their
feed. The purpose of this research was to study the effect of adding carrot and
pumpkin meals on the color quality of clownfish enhancement. The experimental
design used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments with 3
replications each. The treatments were K (without carrot and yellow pumpkin
meals addition), A (addition of 12 g of carrot meals/kg of feed ), B (addition of 12
g of yellow pumpkin meals/kg of feed ), C (addition of 12 g of carrot meals + 6 g
of yellow pumpkin meals/kg of feed), and D (addition of 6 g of carrot meals + 12
g of pumpkin meals/kg of feed). The parameters measured included
chromatophore index (CI), the score of visual color enhancement, water quality
parameters, and total carotenoids in feed and source of pigment material used
(carrots and pumpkins). The results showed that the effect of some treatments on
the color quality enhancement of clownfish was different significantly (p> 0.05).
The C treatment caused the highest chromatophore index and it was directly
proportional to the scoring of visual color appearance.
Keywords : Amphiprion percula, color quality, chromatophore, carrot meals,
yellow pumpkin meals1414111036 LICHA TIFFANY-2022-04-01T04:49:00Z2022-04-01T04:49:01Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57269This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572692022-04-01T04:49:00ZAPLIKASI VAKSIN VIBRIO BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN
Vibrio vulnificus SECARA PERENDAMAN UNTUK PENGENDALIAN
VIBRIOSIS PADA BENIH BAWAL BINTANG (Trachinotus blochii
Lacepede, 1801)Snubnose Pompano (Trachinotus blochii Lacepede, 1801) has become one of the
sea fished commodities that are most cultivated because because it has a favorable
economic value. The obstacle that often inhibits this fish cultivation is the
frequent infection of pathogenic bacteria from the genus Vibrio. One effort that
can be done by prevention is vaccination of fish. This study aimed to analyze the
effect of different doses of Vibrio parahaemolyticus and Vibrio vulnificus
vaccines on specific and non specific immune system enhancements in snubnose
pompano fish of juvenile (Trachinotus blochii).
This research was conducted from January to March 2019 at the Lampung Center
for Marine Aquaculture (BBPBL) Hanura Village, Teluk Pandan Subdistrict,
Pesawaran District, Lampung Province. The research method uses a completely
randomized design (CRD) with 3 treatments and each given 3 repetitions.
The results showed that different doses of bivalent vibrio vaccine V.
parahaemolyticus and V. vulnificus gave significant differences (p <0.05) to total
leukocytes, phagocytosis rates, phagocytic indexes and useful antibody titers
preventing infection with V. parahaemolyticus and V. vulnificus on snubnose
pompano fish of juvenile. The highest total leukocytes were 108 CFU / ml 5.9 X
106
cells / ml. The highest level of phagocytosis and phagocytosis index was
found in the treatment of 108 CFU / ml 75% and 3.96. The antibody titer at the
end of the control treatment study only reached the 7th dilution, at treatment 107
CFU / ml achieved the 8th dilution, while the 10
8 CFU / ml treatment achieved the
10th dilution.
Keywords : Snubnose pompano, Vibriosis, Bivalent Vaccine, V. parahaemolyticus,
V. vulnificus
Bawal bintang (Trachinotus blochii Lacepede, 1801) menjadi salah satu
komoditas perikanan laut yang banyak dibudidayakan karena memiliki nilai
ekonomis menguntungkan. Kendala yang sering menghambat budidaya ikan ini
adalah seringnya terinfeksi bakteri patogen dari genus Vibrio sp. Salah satu upaya
yang bisa dilakukan dengan cara pencegahan yaitu dilakukan vaksinasi pada ikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian dosis vaksin
Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio vulnificus yang berbeda terhadap
peningkatan sistem kekebalan spesifik dan non spesifik pada Bawal bintang
(Trachinotus blochii).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2019 di Balai Besar
Perikanan Budidaya Laut Lampung (BBPBL) Desa Hanura Kecamatan Teluk
Pandan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Metode penelitian
menggunakan rangcangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vaksin vibrio bivalen V.
parahaemolyticus dan V. vulnificus dengan dosis yang berbeda memberikan
perbedaan nyata (p<0,05) terhadap total leukosit, laju fagositosis, indeks
fagositosis dan titer antibodi yang bermanfaat mencegah infeksi Vibrio
parahaemolyticus dan Vibrio vulnificus pada ikan bawal bintang. Nilai total
leukosit tertinggi pada perlakuan 108 CFU/ml 5,9 X 106
sel/ml. Nilai tertinggi laju
fagositosis dan indeks fagositosis terdapat pada perlakuan 108 CFU/ml 75% dan
3,96. Titer antibodi akhir penelitian pada perlakuan Kontrol hanya mencapai
pengenceran ke- 7, pada perlakuan 107 CFU/ml mencapai pengenceran ke- 8,
sedangkan pada perlakuan 108 CFU/ml mencapai pengenceran ke- 10.
Kata kunci: Vaksin Bivalen, Vibriosis, V. parahaemolyticus dan V. vulnificus
1514111042 Falqi Aljiz-2022-04-01T04:48:56Z2022-04-01T04:48:56Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57266This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572662022-04-01T04:48:56ZEFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MANGROVE Avicenia alba (Tomlinson,
1986) DALAM MENCEGAH BAKTERI Vibrio harveyi (Johnson & Shunk,
1936) PADA UDANG VANAME (Litopenaus vannamei) (Boone, 1931)Vibriosis is a disease that often infect shrimp culture, some of the most
dangerous types of Vibrio bacteria are V. harveyi. Mangrove is one of the natural
ingredients that can be used as an alternative in preventing diseases in the
fisheries sector, one of the mangrove species that has an antibacterial compound is
Avicennia alba. Avicennia alba has tannin, saponins, and steroid compounds that
can inhibit the function of cytoplasmic membranes and energy metabolism in
bacteria. This study was conducted to determine the effectiveness of Avicennia
alba leaf extract Avicenia alba in inhibiting Vibrio harveyi disease in vaname
shrimp (Litopenaeus vannamei). This research was conducted in several stages,
namely extraction of mangrove leaves, both in vivo and in vitro. The highest THC,
AF,IF, SR, RPS and MTD values were obtained at the concentration of 250 mg/l. Avicenniai alba leaf extract was able to improve the shrimp immune system and
was able to prevent diseases caused by Vibrio harveyi, with the best results at an
extract concentration of 250 mg/l where the concentration has significantly higher
THC, AF, IF, SR, RPS, and MTD compared to other treatments.
Key word: Avicennia alba leaf extract, Vibrio harveyi, Litopenaeus vannamei
Penyakit Vibriosis merupakan penyakit yang sering menyerang pada
budidaya udang. Beberapa jenis bakteri Vibrio yang paling berbahaya adalah V.
harveyi. Mangrove merupakan salah satu bahan alami yang dapat digunakan
sebagai alternatif dalam pencegahan penyakit dibidang perikanan, salah satu
spesies mangrove yang memiliki senyawa antibakteri yaitu Avicennia alba. Bagian daun Avicennia alba memiliki senyawa saponin, tannin dan steroid yang
dapat menghambat fungsi membran sitoplasma dan metabolisme energi pada
bakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui evektifitas ekstrak daun
mangrove Avicenia alba dalam menghambat penyakit Vibrio harveyi pada udang
vaname (Litopenaeus vannamei). Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap
yaitu ekstraksi daun mangrove, uji in vitro, dan uji in vivo. Nilai THC, AF, IF, SR,
RPS dan MTD tertinggi pada konsentrasi 250 mg/l. Ekstrak daun mangrove
Avicenniai alba mampu meningkatkan sistem imun udang dan mampu mencegah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi, dengan hasil paling baik
pada konsentrasi ekstrak 250 mg/l dimana konsentrasi tersebut dapat
meningkatkan nilai THC, AF, IF, SR, RPS, dan MTD paling tinggi dibandingkan
dengan perlakuan yang lain.
Kata kunci: Ekstrak daun Avicennia alba, Vibrio harveyi, Litopenaeus
vannamei1414111023 Eka Nur Farida-2022-04-01T04:48:54Z2022-04-01T04:48:54Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57261This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572612022-04-01T04:48:54ZPENGGUNAAN EKSTRAK BUAH Avicennia alba (Tomlinson, 1986)
SEBAGAI BAHAN ANTIBAKTERI ALAMI UNTUK PENGOBATAN
PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH Vibrio parahaemolyticus (Fujino
et al., 1951) PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) (Boone, 1931) Vaname shrimp (Litopenaeus vannamei) has high economical value as an export
commodity. However, there are obstacles that cause a decline in the level of
shrimp exports in the world. One of the obstacle is shrimp disease is treated using
antibiotics. This method might caused pathogenic resistance and become a residue
when consumed by humans. Avicennia alba fruit extracthas benefits as natural
antibacterial ingredient that are safe to treat the shrimp which is infected by the
Vibrio parahaemolyticus. In this study, shrimp is infected with Vibrio
parahaemolyticus immersed using Avicennia alba with a concentration of 300 mg
L
-1
, 350 mg L-1
, and 400 mg L-1 for 21 days plus the control treatment. The
concentration of 400 mg L-1 showed better results compare to other concentration
on all observed parameters; faster recovery time, higher survival rate and relative
percent survival (RPS), also mild damage on hepatopancreas test.
Keywords: Litopenaeus vannamei, antibiotics, Avicennia alba, fruit extract
Vibrio parahaemolyticus
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi yang secara
ekonomis bernilai tinggi sebagai komoditi ekspor karena diminati oleh pasar
dunia. Namun terdapat kendala yang menyebabkan penurunan tingkat ekspor di
dunia salah satunya penyakit pada udang yang diatasi menggunakan antibiotik
yang dapat menyebabkan resistensi patogen dan menjadi residu apabila
dikonsumsi oleh manusia. Ekstrak buah Avicennia alba memiliki manfaat sebagai
bahan antibakteri alami yang aman digunakan untuk pengobatan udang yang
terserang Vibrio parahaemolyticus. Dalam studi ini udang yang terinfeksi Vibrio
parahaemolyticus direndam menggunakan ekstrak buah Avicennia alba dengan
konsentrasi 300 mg L-1
, 350 mg L-1
, dan 400 mg L-1 selama 21 hari ditambah
dengan perlakuan kontrol. Konsentrasi 400 mg L-1 menunjukkan hasil yang lebih
baik dengan konsentrasi lain pada semua parameter; waktu pemulihan lebih cepat,
kelangsungan hidup dan relative percent survival udang vaname menunjukkan
hasil yang lebih tinggi. Uji histopatologi hepatopankreas udang menunjukkan
kerusakan ringan pada setiap perlakuan.
Kata Kunci: udang vaname, antibiotik, ekstrak buah Avicennia alba, Vibrio
parahaemolyticus
1414111020 Dwi Arum Mufidah-2022-04-01T04:48:52Z2022-04-01T04:48:52Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57258This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572582022-04-01T04:48:52ZPEMANFAATAN EKSTRAK DAUN Avicennia alba (Tomlinson, 1986)
UNTUK PENGOBATAN Vibrio harveyi (Jhonson & Shunk, 1936) PADA
UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) (Boone, 1931)Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ekstrak daun Avicennia
alba dengan berbagai konsentrasi sebagai bahan antibakteri alami terhadap
serangan Vibrio harveyi pada udang vaname. Udang vaname (total 120 ekor)
dengan bobot 10±2 gr/ekor disuntik bakteri V.harveyi dengan kepadatan
106 CFU/ml secara instramuscular. Pasca munculnya gejala klinis, udang
direndam menggunakan ekstrak daun Avicennia alba dengan perlakuan
konsentrasi yang berbeda-beda : 0 ppm, 150 ppm, 250 ppm, dan 350 ppm selama
21 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun Avicennia
alba sebagai bahan antibakteri alami dengan konsentrasi 250 ppm berpengaruh
dalam meningkatkan kelangsungan hidup hingga 80% dan mampu melindungi
udang (RPS) dari infeksi V.harveyi hingga 70±15% serta rerata waktu kematian
(MTD) lebih lama (106±18,33 jam) dibandingkang dengan kontrol. Gejala klinis
yang diperoleh adalah perubahan morfologi dan tingkah laku. Berdasarkan hasil
analisis histopatologi hepatopankreas udang yang diberi ekstrak daun Avicennia
alba menunjukkan penurunan kerusakan tubula berupa nekrosis dan vakuolisasi
oleh infeksi vibrio, menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak
daun Avicennia alba bisa melindungi hepatopankreas udang dari kerusakan
infeksi V.harveyi. Kata kunci : daun Avicennia alba, Litopenaeus vanname, pengobatan, Vibrio
harveyi
The aim of the research is to examine the effect various concentration of
Avicennia alba leaves extract to Vibrio harveyi infection on vaname shrimp.
Vaname shrimps (total of 120 shrimps) with a weight of 10±2g/ind were injected
intramuscularly with V.harveyi bacteria in 107 CFU/ml density, after the
occurrences of clinical symptoms, the shrimps were immersed in to Avicennia
alba leaves extract with different concentration: 0 ppm, 150 ppm, 250 ppm, and
350 ppm for 21 days. The results showed that the addition of Avicennia alba
leaves extract with a concentration of 250 ppm can increase shrimps’ survival rate
to 80% and increase the shrimps’ ability to prevent (RPS) V.harveyi infection with
the highest number of 70±15%. The mean time to death (MTD) after immersion
was 106±18.33 hours. Clinical symptoms observed were changes in morphology
and behavior. Based on the results of histopathology analysis of hepatopancreas,
shrimps which were given Avicennia alba leaves extract, showed a decrease in
tubular damage in the form of necrosis and vacuolization from vibrio infection,
this showed that the compounds contained in Avicennia alba leaves extract can
protect the shrimp hepatopancreas from damage caused by V. harveyi infection.
Keyword: Avicennia alba leaf, Litopenaeus vanname, treatment, Vibrio harveyi1414111019 Dian Rusadi-2022-04-01T04:48:51Z2022-04-01T04:48:51Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57256This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572562022-04-01T04:48:51ZRANGSANGAN KEMATANGAN GONAD IKAN BAUNG Hemibagrus
nemurus (Valenciennes, 1840) MELALUI INDUKSI HORMON OOCYTE
DEVELOPER (Oodev) Oodev hormone application has been applied to stimulate gonadal maturity so fish
fry could be available outside the spawning season. This research aimed to study
the effect of Oodev hormone on the gonadal maturity of asian redtail catfish
Hemibagrus nemurus (Valenciennes, 1840). This research method used a
completely randomized design (CRD) with 4 doses treatments, i.e 0; 0,25; 0,50;
and 1,00 ml/kg. A total of 8 fish were used as replications for each treatment. The
parameters measured were the gonado somatic index (GSI) and egg diameter. The
results showed that the effect of Oodev hormone on GSI and egg diameter was
significantly different (P<0,05). A higher Oodev hormone dose caused an increase
of GSI and egg diameter size. The recommended Oodev dose for application was
1 ml/kg.
Kata kunci : Hemibagrus nemurus, gonad maturity, Oodev hormone.
Aplikasi hormon Oodev telah banyak diterapkan untuk merangsang kematangan
gonad sehingga benih ikan dapat tersedia di luar musim pemijahannya. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh hormon Oodev terhadap kematangan
gonad ikan baung. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan, yaitu 0; 0,25; 0,5; dan 1,00 ml/kg. Sebanyak 8 ekor
ikan digunakan untuk ulangan individu setiap perlakuan. Parameter yang diukur
adalah indeks kematangan gonad (IKG) dan diameter telur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh hormon Oodev pada IKG dan diameter telur
berbeda nyata (P<0,05). Dosis hormon Oodev yang lebih tinggi menyebabkan
peningkatan IKG dan diameter telur. Dosis Oodev yang disarankan untuk aplikasi
adalah 1 ml/kg.
Kata kunci : Ikan baung, kematangan gonad, hormon Oodev.
1414111017 DEVIKA KHARISMA PUTRI-2022-04-01T04:48:48Z2022-04-01T04:48:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57252This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572522022-04-01T04:48:48ZPENGARUH FEEDING RATE YANG BERBEDA TERHADAP
PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN NILEM Osteochilus hasselti
(Valenciennes, 1842)
Nilem fish (Osteochilus hasselti) is one type of fish from the family Cyprinidae
which is widely found in West Sumatra and West Java. Important component in
aquaculture activities is feed. Feed take effect the growth of nilem fish. The
purpose of this research is to get the best feeding rate according to size of the fish
on the growth performance of nilem fish. Nilem fish used are size 3 – 5 cm, 5 – 7
cm, and 11 – 13 cm with a density of 1 fish/3 liters. This research used a
randomized block design consisting of 3 factors, 3 levels, and 3 repetitions. The
treatment used is FR 3%, FR 5%, and FR 7%. The parameters observed included
absolute weight growth, daily growth rate, absolute length growth, feed
efficiency, survival, and water quality. The result of the study showed that FR 3%,
FR 5%, and FR 7% had no significant effect on growth in absolute weight and
survival rates. At the size of 3 – 5 cm obtained the best result at FR 5%, size 5 – 7
cm aat FR 5%, and size 11 – 13 cm at FR 3%. The water quality parameters
obtained optimal result for the growth of nilem fish.
Keyword: nilem fish, feeding rate, feed, growth
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan salah satu jenis ikan dari family
Cyprinidae yang banyak terdapat di Sumatera Barat dan Jawa Barat. Komponen
penting dalam kegiatan budidaya yaitu pakan. Pakan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan nilem. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan
feeding rate yang tepat sesuai dengan ukuran ikan terhadap performa
pertumbuhan ikan nilem. Ikan nilem yang digunakan berukuran 3 – 5 cm, 5 – 7
cm, dan 11 – 13 cm dengan kepadatan 1 ekor/3 liter. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 3 faktor, 3 taraf, dan 3
perlakuan. Perlakuan yang digunakan yaitu FR 3%, 5%, dan 7%. Parameter yang
diamati meliputi pertumbuhan berat mutlak, laju pertumbuhan harian,
pertumbuhan panjang mutlak, efisiensi pakan, kelangsungan hidup, dan kualitas
air. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa FR 3%, FR 5%, dan FR
7% tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak dan tingkat
kelangsungan hidup. Pada ukuran 3 – 5 cm diperoleh hasil terbaik pada FR 5%,
ukuran 5 – 7 cm pada FR 5%, dan ukuran 11 – 13 cm pada FR 3%. Pada
parameter kualitas air didapatkan hasil yang optimal bagi pertumbuhan ikan
nilem.
Kata Kunci: ikan nilem, feeding rate, pakan, pertumbuhan
1514111050 WUNI ALFIONITA-2022-04-01T04:48:46Z2022-04-01T04:48:46Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57249This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572492022-04-01T04:48:46ZEFEKTIVITAS PENAMBAHAN TEPUNG RED MARIGOLD (Tagetes
patula) PADA PERUBAHAN WARNA MASKOKI (Carassius auratus)Goldfish (Carassius auratus) is one species of ornamental fish that has attractive
body shapes and the diverse colours. However, the main problem is the declining
colour quality due to application of intensive system culture, improper handling
and low quality of feed ingredients. One alternative is by added carotenoids from
plant, which namely is red marigold (Tagetes patula) meal. The aim of this study
were to evaluate colour quality, total carotenoids, absolute growth rate and
survival rate by feeding juvenile goldfish with different level of red marigold. The
treatments were different level of red marigold flour (0; 0.5: 1; 1.5; 2 %) with 3
replications. The juveniles initial body weight 7.04 ± 1.13 g and initial body
length 6.83 ± 0.54 cm. The treatments were applied to juvenile goldfish for 42
days. The results showed that the effect of treatments were significantly different
on colour quality and the total of carotenoids in the fins as well as in the skin but
were not significantly different in the muscle, absolute growth, and survival rate.
In resume, the best treatments to improve colour quality became orange is by
adding red marigold 1.5% in feed with chroma 12.12%, total caretonoids in the
fins and in the skin, 83.55 and 62.25 ppm, respectively.
Keyword: goldfish, red marigold meal, carotenoids, colour quality.
Maskoki (Carassius auratus) adalah salah satu jenis ikan hias yang memiliki
bentuk tubuh menarik serta warna yang beragam. Namun, masalah utamanya
adalah menurunnya kualitas warna yang disebabkan oleh penerapan sistem
budidaya intensif dan penanganan bahan pakan yang tidak tepat. Salah satu
alternatif adalah menambahakan karotenoid dari tanaman yaitu red marigold
(Tagetes patula). Tujuan dari penelitian untuk mengevaluasi kualitas warna, total
karotenoid, pertumbuhan dan kelangsungan hidup dengan memberi pakan benih
maskoki dengan level yang berbeda dari tepung red marigold. Perlakuan
menggunakan level tepung red marigold yang berbeda (0; 0,5; 1; 1,5; 2%) dengan
tiga ulangan. Bobot awal benih 7,04 ± 1,13 g dan panjang awal 6,83 ± 0,54 cm.
Perlakuan diaplikasikan terhadap benih maskoki selama 42 hari. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pengaruh perlakuan berbeda secara signifikan pada kualitas
warna dan total karotenoid dalam sirip maupun pada kulit tetapi tidak berbeda
secara signifikan dalam total karotenoid pada otot, pertumbuhan, dan
kelangsungan hidup. Simpulan, perlakuan terbaik untuk meningkatkan kualitas
warna menjadi oranye adalah menambahkan tepung red marigold 1,5% dalam
pakan dengan nilai chroma 12,12%, total karotenoid dalam sirip dan kulit sebesar
83,55 dan 62,25 ppm.
Kata kunci: maskoki, tepung red marigold, karotenoid, kualitas warna.
1514111035 Winda Waryanti-2022-04-01T04:48:45Z2022-04-01T04:48:45Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57247This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572472022-04-01T04:48:45ZPERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus, Linnaeus 1758)
DALAM SISTEM AKUAPONIK DENGAN PENAMBAHAN BIOFILTER
(Pilsbryoconcha exilis, Lea 1838)Aquaponics with with resirculation system can be provided growth on fish and
plants as the same time. Besides, addition of fresh water mussels that can be used
as filtration for media water quality improvement in aquaculture. This study was
aimed to find out growth and survival rate of nila and pakcoy on aquaponics with
resirculation system. The initial sizes of juvenile were 3-4 cm. There were three
treatments used, P1 (control, without fresh water mussels addition), P2 (15 ind. of
fresh water mussels addition), and P2 (30 ind. of fresh water mussels addition)
with three replications. The results showed that application of resirculation
aquaponics system affect significantly (P<0,05) for absolute body weight, absolute
body length, feed conversion rate, and survival rate (O. niloticus), also for the
number and height of pakcoy (Brassica. Rapa. L.) leaves
Key words: aquaponic, nila, kijing fresh water, pakcoy
Kegiatan akuaponik dengan sistem resirkulasi dapat memberikan pertumbuhan
terhadap ikan dan tanaman dalam waktu bersamaan. Selain itu, penambahan
kijing air tawar yang dapat digunakan sebagai filtrasi pada media perbaikan
kualitas air selama pemeliharaan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila dan sayur pakcoy
pada kegiatan akuaponik dengan sistem resirkulasi. Ukuran benih nila awal yang
digunakan 3-4 cm. Terdapat tiga perlakuan yang digunakan yaitu P1 (kontrol,
tanpa penambahan kijing air tawar), P2 (penambahan 15 individu kijing air
tawar), dan P3 (penambahan 30 individu kijing air tawar) dengan masing�masing menggunakan 3 pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan sistem akuaponik resirkulasi pada pertumbuhan ikan nila dan
tanaman pakcoy dengan perlakuan penambahan filter kijing berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap pertambahan berat mutlak, pertambahan panjang mutlak, laju
pertumbuhan harian, rasio konversi pakan dan tingkat kelangsungan hidup ikan
nila (O. niloticus) juga terhadap jumlah serta tinggi daun pada tanaman pakcoy
(Brassica. Rapa. L).
Kata Kunci: akuaponik, nila, kijing air tawar, pakcoy
1514111010 SEVIA FEBRIANI-2022-04-01T04:48:43Z2022-04-01T04:48:43Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57242This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572422022-04-01T04:48:43ZANALISIS FITOPLANKTON SELAMA PEMELIHARAAN
UDANG VANAME Litopenaeus vannamei (Boone, 1931)
PADA PADAT TEBAR YANG BERBEDA DI SALINITAS RENDAHUdang vaname merupakan salah satu komoditas budidaya yang memiliki
keunggulan mampu dibudidayakan dengan padat tebar yang tinggi. Selain itu
udang vaname bersifat eurihalin yang mampu beradaptasi pada perairan
bersalinitas 0,5-40 ppt. Keberhasilan dalam budidaya udang vaname dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu padat tebar yang digunakan dan kualitas
air. Fitoplankton memegang peranan penting dalam ekosistem air, karena mampu
melakukan proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplakton
merupakan sumber nutrisi utama bagi udang yang berperan sebagai konsumen.
Kelimpahan fitoplankton pada budidaya udang sistem intensif dipengaruhi oleh
keberadaan nutrient (nitrat dan fosfat). Semakin tinggi padat tebar yang digunakan
dalam budidaya semakin meningkat nutrien diperairan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan
dominansi fitoplankton pada budidaya udang vaname dengan padat tebar yang
berbeda di salinitas rendah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus
2018, bertempat di Laboratorium Terpadu Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan 3 ulangan yaitu A
(kepadatan 50 ekor), B (kepadatan 75 ekor), dan C (kepadatan 100 ekor)
Parameter yang diamati adalah indeks kelimpahan fitoplankton, indeks
keanekaragaman fitoplankton, indeks keseragaman fitoplankton, indeks
dominansi fitoplankton, dan parameter kualitas air. Hasil penelitian menunjukan
bahwa kelimpahan tertinggi terdapat pada kelimpahan hari ke-10 yaitu dengan
perlakuan A sebesar 2001 ind/ml, perlakuan B sebesar 2136 ind/ml, perlakuan C
sebesar 3068 ind/ml. Kelimpahan fitoplankton yang mendominasi berasal dari
kelas Baciilariophyceae. Kata kunci :Udang Vaname, Padat Tebar, Fitoplankton, Indeks, Dominansi,
Vaname shrimp is one of the cultivation commodities that has the advantage of
being able to be cultivated with high stocking densities. In addition, eurihalin
vaname shrimp is able to adapt to maternity waters from 0.5 to 40 ppt. Success in
vaname shrimp cultivation is influenced by several factors including the stocking
density used and water quality. Phytoplankton plays an important role in aquatic
ecosystems, because it is able to carry out photosynthesis. The photosynthesis
process carried out by phytoplactons is the main source of nutrition for shrimp
that acts as consumers. The abundance of phytoplankton in shrimp farming
intensive systems is influenced by the presence of nutrients (nitrate and
phosphate). The higher the stocking density used in cultivation, the more nutrients
in the water increase. The purpose of this study was to analyze the abundance,
diversity, uniformity and dominance of phytoplankton in vaname shrimp
cultivation with different stocking densities in low salinity. This research was
conducted in July-August 2018, at the Integrated Aquaculture Laboratory, Faculty
of Agriculture, University of Lampung. This study used 3 treatments 3
replications, namely A (density of 50), B (density of 75), and C (density of 100).
The parameters observed were phytoplankton abundance index, phytoplankton
diversity index, phytoplankton uniformity index, phytoplankton dominance index,
and water quality parameters. The results showed that the highest abundance was
in the abundance of the 10 day with treatment A of 2001 ind / ml, treatment B of
2136 ind / ml, treatment C of 3068 ind / ml. The abundance of the dominant
phytoplankton comes from the Baciilariophyceae class.
Keywords: Vaname Shrimp, Spread Solids, Phytoplankton, Index, Dominance,
Abundance, Diversity, Uniformity.1414111064 RATIH MELITA SARI-2022-04-01T04:48:41Z2022-04-01T04:48:41Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57239This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572392022-04-01T04:48:41ZPEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA IKAN BAWAL BINTANG Trachinotus
blochii (Lacepede, 1801) DAN BONGGOL PISANG Musa paradisiaca L. var.
sapientum SEBAGAI PUPUK UNTUK MEDIA PEMELIHARAAN RUMPUT
LAUT Kappaphycus alvarezii (Doty, 1985) SECARA IN VITROGenerally, fertilizers for seaweed (Kappaphycus alvarezii) cultivation are chemical
fertilizers, such as PES (provasoli enriched seawater), which are expensive. Liquid
organic fertilizer (LOF) from pompano fish (Trachinotus blochii) rearing waste and
banana hump (Musa paradisiaca L. var. sapientum) can be an alternative to
substitute PES. The fermentation of waste from pompano fish rearing added by
banana hump can be used as an organic liquid fertilizer for seaweed because it has
high nutrition.The purpose of this research was to study the effect of liquid organic
fertilizer (LOF) from pompano fish waste and banana hump on seaweed growth and
compared it to the growth of seaweed using PES fertilizer in vitro.The experiment
used a completely randomized design that had 4 treatments (PES in a concentration of
20 ml/l, LOF in the concentration of 1.75, 3.50, and 7.00 ml/l) equipped with 3
replications each. The seaweed parameters measured included growth in length and
weight, thallus diameter, and specific growth rate, then analyzed using analysis of
variance. The results showed that the effect of PES and LOF in various
concentrations was not significantly different (P>0.05) on the growth of length and
weight, thallus diameter, and specific growth rate so that this LOF could be applied to
seaweed cultivation in vitro and substituting PES.
Keywords: Pompano fish rearing waste, banana hump, liquid organic fertilizer,
Kappaphycus alvarezii seaweed
Pada umumnya pupuk untuk budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) adalah
pupuk kimia, seperti PES (Provasoli Enriched Seawater), yang harganya relatif
mahal. Pupuk organik cair dari limbah budidaya ikan bawal bintang (Trachinotus
blochii) dan bonggol pisang (Musa paradisiaca L. var. sapientum) dapat menjadi
alternatif pengganti PES.Fermentasi dari limbah budidaya ikan bawal bintang yang
ditambahkan bonggol pisang dapat digunakan sebagai pupuk cair organik untuk
rumput laut karena memiliki nutrisi yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari pengaruh pupuk organik cair (POC) dari limbah ikan bawal bintang dan
bonggol pisang terhadap pertumbuhan rumput laut dan membandingkannya dengan
pertumbuhan rumput laut yang menggunakan pupuk PES secara in vitro. Percobaan
yang dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap yang memiliki 4 perlakuan
(pupuk PES dengan konsentrasi 20 ml/l, LOF dengan konsentrasi 1,75, 3,50, dan
7,00 ml/l), dan masing-masing dileng-kapi dengan 3 ulangan.Parameter rumput laut
yang diukur meliputi pertumbuhan panjang dan berat, diameter talus, dan laju
pertumbuhan, kemudian dianalisis menggunakan analisis varian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh pupuk PES dan POC dalam berbagai konsentrasi tidak
berbeda nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan panjang dan berat, diameter talus, dan
laju pertumbuhan, sehingga pupuk organik cair tersebut dapat diaplikasikan untuk
budidaya rumput laut secara in vitro dan menggantikan pupuk PES.
Kata Kunci: Limbah budidaya ikan bawal bintang, bonggol pisang, pupuk
organik cair, rumput laut Kappaphycus alvarezii
1514111082 PUTRI YULIA-2022-04-01T04:48:39Z2022-04-01T04:48:39Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57236This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572362022-04-01T04:48:39ZPENGARUH HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN KERAPU
KERTANG TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI DAN
PERTUMBUHAN BOBOT MUTLAK NILEM Osteochilus hasselti (Cuvier
& Valenciennes, 1842) MELALUI METODE ORALSome problems in nilem culture are the eggs quality, eggs continuity, and limit of spawning
time. The purpose of this study is to evaluate the effect of recombinant giant grouper on
reproductive performance and absolute body growth of nilem by oral treatments. The study
design used 5 treatments, without egg yolks, phosphate buffer saline, and without r-ElGH
(A, K (-)), with the addition of egg yolks, phosphate buffer saline, and different r-ElGH
dose (0, 20, 35, 50 mg/kg of feed, B (K (+), C, D, and E) with individual replications. The
result showed that the addition of r-ElGH significant affected on reproductive performance:
fecundity 28,84 % and absolute body growth 14,32 % in nilem compared with K (-).
Keywords: Osteochilus hasselti, r-ElGH, reproductive performance, fecundity, absolute
body growth
Beberapa permasalahan dalam budidaya nilem adalah kualitas telur, kontinuitas
telur, dan terbatasnya waktu pemijahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi pengaruh hormon pertumbuhan rekombinan kerapu kertang terhadap
performa reproduksi dan pertumbuhan bobot mutlak nilem melalui metode oral.
Rancangan penelitian meggunakan lima perlakuan: tanpa kuning telur, phosphate
buffer saline, dan tanpa penambahan r-ElGH (A, K (-)), dengan penambahan
kuning telur, phosphate buffer saline, dan dosis r-ElGH berbeda (0, 20, 35, 50
mg/kg pakan; B (K (+)), C, D, dan E) dengan ulangan individu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan r-ElGH berpengaruh nyata terhadap performa
reproduksi: fekunditas 28,84 % dan pertumbuhan bobot mutlak 14,32 % pada nilem
dibandingkan dengan perlakuan K (-).
Kata Kunci : Osteochilus hasselti, r-ElGH, performa reproduksi, fekunditas,
pertumbuhan bobot mutlak1514111019 NADILA SUTRISNO-2022-04-01T04:48:37Z2022-04-01T04:48:37Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57232This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572322022-04-01T04:48:37ZPENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK Bacillus coagulans PADA PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG JERBUNG
(Fenneropenaeus merguensis de Man, 1888)Banana shrimp (Fenneropenaeus merguensis) is one of an endemic shrimp which
has a potential to be cultured widely. In banana shrimp’s culture, feed is one of
the important factor. The use of probiotic on feed will develop the quality of feed
and digestibility, one of the probiotic is Bacillus coagulans. This research was
aimed to learn the effect of B. coagulans on growth and survival rate of banana
shrimp. The method of this research used completely randomized design (CRD)
with 4 treatments and 3 replications i.e A (control), B (the addition of B.
coagulans 10 ml x 106 CFU/ml/ kg feed), C (the addition of B. coagulans 20 ml x
106 CFU/ml/ kg feed), and D (the addition of B. coagulans 30 ml x 106 CFU/ml/
kg feed). The result was the addition of B. coagulans on feed showed a significant
effect on growth but there was not a significant effect on survival rate of banana
shrimp. The best dosage in this research was treatment B (the addition of B.
coagulans 10 ml x 106 CFU/ml/ kg feed).
Key words : feed, local shrimp, probiotics
Udang jerbung (Fenneropenaeus merguensis) merupakan spesies alternatif udang
lokal Indonesia yang memiliki peluang untuk dibudidayakan secara komersil.
Pada budidaya udang, pakan merupakan salah satu faktor penting dalam
pertumbuhan. Penggunaan probiotik yang dicampur pada pakan mampu
membantu meningkatkan kualitas pakan dan tingkat kecernaan, salah satunya
dengan menggunakan Bacillus coagulans. Tujuan dari penelitian ini adalah
mempelajari pengaruh pemberian bakteri Bacillus coagulans terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang jerbung (Fenneropenaeus
merguensis). Perlakuan disusun dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
terdiri atas 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah A (kontrol), B
(penambahan B. coagulans 10 ml/kg pakan x 106 CFU/ml), C (penambahan B.
coagulans 20 ml/kg pakan x 106 CFU/ml), dan D (penambahan B. coagulans 30
ml/kg pakan x 106 CFU/ml). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
bakteri B. coagulans pakan menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap parameter
pertumbuhan tetapi menunjukkan hasil tidak berbeda nyata terhadap sintasan
udang jerbung. Perlakuan terbaik pada setiap parameter uji yaitu 10 ml/kg pakan x
106 CFU/ml.
Kata kunci : pakan, udang lokal, probiotik
1514111081 HANI TAQIYATIN-2022-04-01T04:48:34Z2022-04-01T04:48:34Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57229This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572292022-04-01T04:48:34ZRESPON IMUN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei (Boone, 1931)
DALAM SISTEM BIOFLOK YANG DIKOMBINASI
DENGAN PROBIOTIK Bacillus sp. D2.2 TERHADAP INFEKSI BAKTERI
Vibrio harveyiPenyakit pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, ataupun koinfeksi. Salah satu penyakit infeksi bakteri adalah
Vibriosis yang disebabkan oleh Vibrio harveyi. Penyakit tersebut telah berdampak
terhadap penurunan produksi budidaya dan kerugian ekonomi yang cukup tinggi.
Upaya pengendalian yang dilakukan adalah meningkatkan sistem imun pada
udang melalui aplikasi probiotik dan penerapan sistem bioflok. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian perlakuan dan menganalisis
perlakuan terbaik antara probiotik, bioflok, dan kombinasi keduanya untuk
meningkatkan respon imun udang vaname terhadap infeksi V. harveyi. Udang uji
yang digunakan mempunyai bobot rata-rata ±12 g dengan kepadatan 10 ekor/bak
dan terdapat lima perlakuan yaitu kontrol +, kontrol −, probiotik pakan, bioflok,
dan kombinasi probiotik pakan dan bioflok. Parameter yang diamati meliputi
Total Haemocyte Count (THC), aktivitas fagositosit, indeks fagositosis,
Differensial Haemocyte Count (DHC), Total Vibrio Count (TVC) dan total
Bacillus sp. D2.2, gejala klinis, Survival Rate (SR), Relatif Percent Survival
(RPS), dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan pemberian probiotik
Bacillus sp. D2.2 pada pakan dan bioflok berpengaruh terhadap respon imun
udang vaname yaitu dapat meningkatkan THC, AF, IF, Total Bacillus sp. D2.2,
SR, RPS, dan memperkecil gejala klinis infeksi V. harveyi dengan peningkatan
tertinggi pada perlakuan kombinasi probiotik pakan dan bioflok. Kata kunci : Penaeid, Imunostimulan, THC, Biokontrol, Vibrio
White shrimp (Litopenaeus vannamei) diseases can be caused by bacteria, viruses,
or co-infection. One of the bacterial infectious diseases is Vibriosis caused by
Vibrio harveyi. The disease has an impact on the decline in aquaculture
production and high economic losses. The controlling efforts that can be taken are
to improve the immune system in shrimp through the application of probiotics and
biofloc systems. This research aimed to study the treatment effect and analyze the
best treatment between probiotics, biofloc system, and a combination of both to
improve the immune response of white shrimp to V. harveyi infection. Shrimp test
used has an average weight of ± 12 g with a density of 10 fish/tank and there were
five treatments namely control +, control -, probiotic feed, biofloc system, and a
combination of feed probiotics and biofloc system. The parameters observed
included Total Haemocyte Count (THC), phagocytocyte activity, phagocytic
index, Differential Haemocyte Count (DHC), Total Vibrio Count (TVC) and total
Bacillus sp. D2.2, clinical symptoms, survival rate, relative percent survival, and
water quality. The results of research indicate probiotics Bacillus sp. D2.2 on feed
and biofloc system affect the immune response of white shrimp, which can
increase THC, AF, IF, Total Bacillus sp. D2.2, SR, RPS, and minimize clinical
symptoms of V. harveyi infection with the highest increase in the combination
treatment of feed probiotics and biofloc system.
Keywords: Penaeid, Immunostimulant, THC, Biocontrol,Vibriosis1514111036 Endayani-2022-04-01T04:48:32Z2022-04-01T04:48:32Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57220This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572202022-04-01T04:48:32ZANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN PULAU MAITEM, PROVINSI
LAMPUNG UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT
(Kappaphycus alvarezii)Seaweed (Kappaphycus alvarezii) is one of the most economically valuable water
commodities and is in demand both in the domestic and global market. The
purpose of this study was to determine the suitability of Maitem Island waters,
Lampung Province based on physical and chemical parameters for seaweed
cultivation. This research was conducted in May 2018 which was descriptive
analysis by observing the quality of the waters which included physical and
chemical parameters. The data used includes primary data, namely the suitability
of waters quality data, while secondary data is in the form of a map of the research
location using matching and scoring research methods. The sampling station is 3
stations. The range of water quality data obtained was depth: 4,3-7,6 m,
brightness: 166,5-347,5 cm, salinity: 35,27-37,73 ppt, temperature: 27-30 C,
current velocity: 0,107-0,183 m/s, pH: 6,84-7,34, basic substrate: muddy sand,
broken coral, protection: protected - quite protected. Based on the results of the
water suitability analysis conducted, it shows that the waters of Maitem Island are
suitable for seaweed cultivation.
Keywords: Maitem Island, seaweed (Kappaphycus alvarezii), water analysis
Rumput laut (Kappaphycus alvarezii) merupakan salah satu komoditas perairan
yang bernilai ekonomis tinggi dan diminati baik di pasar domestik maupun juga di
pasar global. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kesesuaian perairan Pulau
Maitem, Provinsi Lampung berdasarkan parameter fisika dan kimia untuk
budidaya rumput laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018 yang
bersifat analisis deskriptif dengan melakukan pengamatan terhadap kualitas
perairan yang meliputi parameter fisika dan kimia. Data yang digunakan meliputi
data primer yaitu data kesesuaian kualitas perairan, sedangkan data sekunder
berupa peta lokasi penelitian dengan menggunakan metode penelitian matching
dan scoring. Stasiun pengambilan sampel sebanyak 3 stasiun. Kisaran data
kualitas perairan yang diperoleh adalah kedalaman: 4,3-7,6 m, kecerahan: 166,5-
347,5 cm, salinitas: 35,27-37,73 ppt, suhu: 27-30 oC, kecepatan arus: 0,107-0,183
m/s, pH: 6,84-7,34, substrat dasar: pasir berlumpur - pecahan karang,
keterlindungan: terlindung - cukup terlindung. Berdasarkan hasil analisis
kesesuaian perairan yang dilakukan menunjukan bahwa perairan Pulau Maitem
sesuai untuk budidaya Rumput laut.
Kata Kunci: Pulau Maitem, rumput laut (Kappaphycus alvarezii), analisis
perairan.1314111019 EKO PROBO PANGESTI-2022-04-01T04:48:30Z2022-04-01T04:48:30Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57218This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572182022-04-01T04:48:30ZEFEKTIVITAS PEMBERIAN PAKAN MANDIRI TERHADAP LAJU
PERTUMBUHAN BENIH KAKAP PUTIH Lates calcarifer (Bloch, 1790)
YANG DIPELIHARA DALAM BAK TERKONTROLThe cultivation of Sea bass (Latescalcarifer) becomes a promising business,
because it’s relatively fast growth, easy to be reared, and high tolerance to
environmental changes. Problem that inhibit the businees development of Sea
bass in Indonesia is high price of feed which reach until 80% from all the
production costs. The use of independently fish feed will press the production cost
in Sea bass culture. This research was aimed to learn the effect of using
independently fish feed in Sea bass growth. This research was hold on 04 April –
16 May 2019 at Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung for 42
days of reared. The method of this research used completely randomized design
(CRD) with 3 treatments and 3 replications i.e commercial feed (protein 46%),
independently fish feed (protein 46%), and independently fish feed (protein 48%).
The results of the observation showed that the independently fish feed both
protein 46% and 48% had a significant effect on growth but there had not a
significant effect on survival rate.
Key words : Sea bass, growth, protein
Budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer) menjadi usaha yang cukup
menjanjikan, karena pertumbuhan yang relative cepat, mudah dipelihara, dan
mempunyai toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan. Kendala yang sering
menghambat usaha budidaya ikan kakap putih di Indonesia yaitu tingginya biaya
pakan mencapai 80% dari total biaya produksi. Penggunaan pakan mandiri dapat
menekan biaya produksi pakan dalam budidaya kakap putih. Tujuan dari
penelitian ini adalah mempelajari pengaruh dari pemberian pakan mandiri bagi
pertumbuhan benih kakap putih (Lates calcarifer). Penelitian ini dilaksanakan
pada 04 April – 16 Mei 2019 bertempat di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung selama 42 hari pemeliharaan. Perlakuan disusun dengan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 3 perlakuan dan 3 ulangan.
Perlakuan tersebut adalah pakan komersil dengan protein 46%, pakan mandiri
dengan protein 46% dan pakan mandiri protein 48%. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pemberian pakan mandiri dengan protein 46% dan 48% memberikan hasil
berbeda nyata terhadap pemberian pakan komersil 46% pada pertumbuhan berat
mutlak, laju pertumbuhan harian, retensi protein dan rasio konversi pakan. Tetapi
menunjukan hasil tidak berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup kakap putih.
Kata kunci: kakap putih, pertumbuhan, protein
1514111049 DENA GITA FAJRI CAHYANI-2022-04-01T04:48:27Z2022-04-01T04:48:27Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57214This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/572142022-04-01T04:48:27ZPemanfaatan Kijing Air Tawar Pilsbryoconcha exilis (Lea, 1838) dan Pakcoy
Brassica chinesis L. (Linnaeus, 1755) sebagai Filter Alami dalam Mereduksi
Bahan Organik dan Anorganik pada Kegiatan Akuaponik dengan Sistem
Resirkulasi
Akuaponik merupakan kegiatan memelihara ikan sekaligus memelihara tanaman
dengan sistem resirkulasi. Salah satu masalah akuaponik adalah masih tingginya
bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air akuaponik
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penambahan tanaman pakcoy dan
kijing air tawar sebagai filter alami. Tujuan dalam penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh penggunaan kijing air tawar dan tanaman pakcoy dalam
mereduksi bahan organik dan anorganik pada kegiatan akuaponik dengan sistem
resirkulasi dan mengetahui jumlah kijing air tawar yang efektif pada kegiatan
akuaponik dengan sistem resirkulasi. Ikan yang digunakan adalah benih ikan nila
berukuran 3-4 cm sebanyak 30 individu/ wadah. Tanaman yang digunakan adalah
benih pakcoy berukuran 1-2 cm sebanyak 10 individu/ wadah. Perlakuan
penelitian ini menggunakan perbedaan jumlah kijing air tawar yaitu tanpa
pemberian (P1), 15 individu (P2), dan 30 individu (P3). Parameter yang diamati
pada penelitian ini adalah konsentrasi TSS, TAN, NO2, NO3, PO4, BOD, suhu,
DO, pH, dan nutrient removal. Hasil penelitian menunjukan bahwa kijing air
tawar dan tanaman pakcoy memberi pengaruh dalam menurunkan bahan organik
dan anorganik selama 40 hari; dan kepadatan kijing air tawar yang optimal pada
penelitian ini pada P2 dengan kepadatan 15 individu/ 30 liter.
Kata kunci : akuponik, kijing air tawar, pakcoy, organik, anorganik
Aquaponics is the activity of cultivating fish while crop with a recirculation
system. One of the problems in aquaponics is the high level of organic and
anorganic materials contained in aquaponics water. These problems can be
overcome by the addition of bivalve mussel and pakcoy as natural filters. The
purpose of this research was to determine the effect of the use of bivalve mussel
and pakcoy in reducing organic and anorganic materials in aquaponics with a
recirculation system and to know the amount of bivalve mussel that was effective
in reducing organic and anorganic materials in aquaponics with a recirculation
system and to find out the number of bivalve mussel with a recirculation system.
The fish used are 3-4 cm tilapia as many as 30 individuals/ container. The crop
used are 1-2 cm pakcoy as many as 10 individuals/ container. The treatment of
this research uses differences in the number of bivalve mussel that is without
giving (P1), 15 individuals (P2), and 30 individuals (P3). The parameters
observed in this research were the concentrations of TSS, TAN, NO2, NO3, PO4,
BOD, temperature, DO, pH, and nutrient removal. The research should that
bivalve mussel and pakcoy gave effect in reducing organic and anorganic
materials for 40 days and the optimal bivalve mussel density in this research was
in P2 with a density of 15 individuals / 30 liters.
Keywords: acuaponics, bivalve mussel, pakcoy, organic, anorganic
1514111068 Defrilasio Eldes Penmau-2022-04-01T04:47:17Z2022-04-01T04:47:17Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57307This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/573072022-04-01T04:47:17ZPENGARUH PEMBERIAN MIKROKAPSUL PROBIOTIK DENGAN
DOSIS BERBEDA TERHADAP TINGKAT IMUNITAS IKAN KERAPU
MACAN Epinephelus fuscoguttatus (Forsskal, 1775)
Vibriosis infected tiger grouper fish while the immunity system relatively low.
The fish immune system can be improved by additioning probiotics into the fish
body. However, probiotics that given to fish are not fully digested into the
digestive tract as a whole due to environmental influences that can damage the
structure of probiotic cells. In overcoming this, we need a technique called
microcapsules. This study aims to determine the effect of probiotic microcapsules,
this study use Bacillus sp. D2.2, to the immunity level of tiger grouper that
infected with V. alginolyticus. This research was conducted in a completely
randomized design (CRD) with 5 treatments and 3 replications. The parameters
observed included bacterial viability test, total erythrocytes, total leukocytes,
differential leukocytes, antibody titer, clinical symptoms, survival rate, and
relative percent survival (RPS). The results showed that the immunity response of
tiger grouper fish increased significantly after probiotic microcapsules were given.
Keywords: Total Leukocytes, Bacillus sp. D2.2, Vibrio alginolyticus, Viability
Vibriosis dapat menyerang ikan disebabkan oleh sistem imunitas ikan kerapu
macan yang rendah. Sistem imunitas ikan dapat ditingkatkan dengan cara
pemberian probiotik ke dalam tubuh. Namun, probiotik yang diberikan kepada
ikan umumnya tidak tercerna sepenuhnya ke dalam tubuh secara utuh dikarenakan
adanya pengaruh lingkungan yang mampu merusak struktur sel probiotik. Dalam
menanggulangi hal tersebut, dibutuhkan suatu teknik yang bernama mikrokapsul.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian mikrokapsul
probiotik, probiotik yang digunakan adalah Bacillus sp. D2.2 dan menentukan
dosis yang tepat terhadap tingkat imunitas ikan kerapu macan yang di infeksi
bakteri V. alginolyticus. Penelitian ini dilakukan secara Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang diamati meliputi uji
viabilitas bakteri, total eritrosit, total leukosit, differensial leukosit, titer antibodi,
gejala klinis, sintasan, dan relative percent survival (RPS). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa parameter respon imun ikan kerapu macan meningkat secara
signifikan pada perlakuan pemberian mikrokapsul
Kata kunci: Total Leukosit, Bacillus sp. D2.2, Vibrio alginolyticus, Viabilitas
1514111011 RAFIF MUAMMAR GHANI-2022-04-01T04:47:15Z2022-04-01T04:47:15Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57305This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/573052022-04-01T04:47:15ZPENGARUH PEMBERIAN TEPUNG PAKAN IKAN TERHADAP
KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN COPEPODA Oithona sppPakan alami umumnya digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan larva ikan. Oithona spp. banyak digunakan sebagai pakan larva
ikan karena mengandung nutrisi tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari pengaruh pemberian tepung pakan ikan terhadap kepadatan dan
pertumbuhan Oithona spp. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pemeliharaan Oithona spp. dengan pemberian pakan
yang berbeda, yaitu: pemberian pakan berupa Chaetoceros spp. dengan
kepadatan 2 x 106 sel / ml (A), dan pemberian pakan dengan tepung pakan ikan
dalam jumlah yang bervariasi, yaitu 0,3 mg / ind (B), 0,6 mg / ind (C), dan 0,9 mg
/ ind (D). Parameter yang diamati meliputi kepadatan dan pertumbuhan Oithona
spp. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pakan dengan
tepung pakan ikan memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap kepadatan dan
pertumbuhan Oithona spp. Perlakuan B menyebabkan Oithona spp. memiliki
kepadatan tertinggi dan pertumbuhan yang optimum dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Dalam penelitian ini, parameter kualitas air berada pada
kondisi optimum bagi Oithona spp.
Kata Kunci: Oithona spp., tepung pakan ikan, kepadatan, pertumbuhan.
Natural fish feed is commonly used to enhance the growth and development of
fish larvae. Oithona spp. is widely used as fish larvae feed because it contains
high nutrition. The purpose of this research was to study the effect of fish feed
meal on the density and growth of Oithona spp. This study used a Completely
Randomized Design (CRD) consisted of 4 treatments and 3 replications. These
treatments were the maintenance of Oithona spp. with various feeding, as
followed: feeding with Chaetoceros sp. with a density of 2 x 106 cells / ml (A),
and feeding of varying amounts of fish feed meals i.e. 0.3 mg / ind (B), 0.6 mg /
ind (C), and 0.9 mg / ind (D). The parameters observed included the density and
growth of Oithona spp. The results showed that the effetc of feeding with fish
feed meal had a different significant on the density and growth of Oithona spp.
Treatment of B caused the highest density and optimum growth of Oithona spp
compared to the other treatments. In this study, water quality parameters were at
optimum conditions for Oithona spp.
Keyword: Oithona spp., fish meal flour, Density, Growth1514111063 ALDI WIRATAMA-2022-03-31T10:26:31Z2022-03-31T10:26:31Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57122This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/571222022-03-31T10:26:31ZSTUDI PENGGUNAAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN
KERAPU KERTANG (r-ElGH) TERHADAP PERFORMA
PERTUMBUHAN DAN DIFERENSIASI KELAMIN IKAN BANDENG,
Chanos chanos (Forsskal, 1775)Market demand of milkfish has been increased. But the availability of seeds and
also the growth of milkfish is slow, becoming an obstacle in culture process. The
aim of this study was to investigate the effect of addition recombinant giant
grouper (r-ElGH) on both growth performance and sex differentiation of milkfish.
Addition of r-ElGH hormone technique was used the oral method. There were six
treatments used, without egg yolks, phosphate buffer saline, and without r-ElGH
(K (-)), with the addition of egg yolks, phosphate buffer saline, and different r�ElGH dose (0, 3, 6, 30, 60 mg/kg of feed, (K (+), P1, P2, P3, P4, respectively)
with individualy replications. The result shows that the addition of r-ElGH
hormone on feed with dose 6 mg/kg of milkfish can be provided a specific growth
rate of 2,01%/day, absolute body growth of 15,1 g, absolute body length of 6,52
cm, and also feed conversion ratio 1,43. Whereas, sex differentiation of larvae
milkfish was observed only individual which were presumptive females on age
3,5 months. It indicates that differentiation period of this larvae might be needed
times longer than 3,5 months to be able analyze complete gonadal sex
differentiation on milkfish juvenile.
Keywords: r-ElGH, chanos chanos, growth, gonadal sex differentiation
Permintaan pasar terhadap ikan bandeng terus meningkat. Namun ketersediaan
benih serta pertumbuhan benih ikan bandeng yang lambat menjadi kendala dalam
budidaya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mempelajari pengaruh pemberian
hormon pertumbuhan rekombinan (r-ElGH) terhadap pertumbuhan dan
diferensiasi kelamin ikan bandeng (Chanos chanos). Teknik pemberian hormon r�ElGH yang digunakan yaitu dengan metode oral. Terdapat enam perlakuan yang
digunakan yaitu perlakuan K- (tanpa penambahan r-ElGH, kuning telur, dan
phosphate buffer saline), perlakuan K+ (tanpa penambahan r-ElGH, namun
ditambahkan kuning telur, dan phosphate buffer saline),penambahan r-ElGH pada
pakan dengan dosis 3 mg/kg pakan (P1), 6 mg/kg pakan (P2), 30 mg/kg (P3), 60
mg/kg (P4) dengan ulangan individu pada setiap perlakuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian r-ElGH dengan dosis 6 mg/kg pakan pada ikan
bandeng dapat memberikan laju pertumbuhan spesifik 2,01% hari, bobot mutlak
15,1 g, panjang mutlak 6,52 cm, dan rasio konversi pakan sebesar 1,43. Sementara
itu, diferensiasi kelamin bandeng yang berumur 3,5 bulan hanya terdapat individu
dengan presumptive betina. Diduga bandeng sedang dalam masa diferensiasi,
sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama dari 3,5 bulan untuk dapat
menganalisa sel kelamin benih ikan bandeng.
Kata Kunci : r-ElGH, chanos chanos, pertumbuhan, diferensiasi kelamin
gonad
1514111001 BELLA KRISMONITA-2022-03-31T10:26:29Z2022-03-31T10:26:29Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57119This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/571192022-03-31T10:26:29ZEFEKTIVITAS KEPADATAN KERANG DARAH
Anadara granosa (Linnaeus, 1758) SEBAGAI BIOFILTER LIMBAH
PENDEDERAN KERAPU MACAN Ephinephelus fuscoguttatus
(Forsskal, 1775)This research was aimed to find out blood cockle density that effective as biofilter
of tiger grouper nursery cultivation waste to decrease the concentration of TSS,
NH3, N02, and PO4. The research conducted in Aquaculture Laboratory,
Departement of Fisheries and Marine Science, Faculty of Agriculture, Lampung
University. Experimental design was used completely randomized design (CRD)
with four treatments and three replications, there were A (control), B (15 ind/0.12
m
2
), C (25 ind/0.12 m2
), and D (35 ind/0.12 m2
). The observed parameters were
TSS, NH3, N02, PO4, DO, pH, temperature, and salinity. The parameters of TSS,
NH3
, NO2
, PO4 was tested by analysis of variance (anova) with 95% level of trust.
The results showed that the treatments of blood cockle was affect significantly to
reduce the concentration of TSS, NH3, N02, and PO4 on tiger grouper cultivation
waste. The density of blood cockle 15 ind/0,12m2
effective for decreases of TSS,
and 35 ind/0,12m2
effective on decreases of NH3 and PO4 concentration.
Key words: Blood cockle, cultivation waste, NH3, N02, PO4, TSS
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengkaji kepadatan kerang darah yang
efektif digunakan sebagai biofilter limbah pendederan ikan kerapu macan dalam
menurunkan konsentrasi TSS, NH3, NO2, dan PO4. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, yaitu
perlakuan A (kontrol), B (15 ind/0,12m2 ), C (25 ind/0,12m2
) dan D (35
ind/0,12m2
). Parameter yang diamati meliputi TSS, NH3, NO2, PO4, DO, pH,
suhu, dan salinitas. Data parameter TSS, NH3, NO2, dan PO4 diuji menggunakan
analysis of variance (anova) dengan tingkat kepercayaan 95% dan hasil yang
berbeda nyata diuji lanjut menggunakan uji Duncan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemanfaatan kerang darah sebagai biofilter limbah
pendederan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) berpengaruh signifikan
terhadap penurunan konsentrasi TSS, NH3 dan PO4 pada limbah pendederan
kerapu macan. Kepadatan kerang darah 15ind/0,12m2
efektif menurunkan
konsentrasi TSS dan kepadatan 35 ind/0,12m2
efektif menurunkan konsentrasi
NH3 dan PO4.
Kata Kunci: Kerang darah, limbah budidaya, NH3, NO2, PO4, TSS1514111026 ANGGUN DESTRIYANA PUTRI-2022-03-31T10:26:28Z2022-03-31T10:26:28Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57114This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/571142022-03-31T10:26:28ZPENAMBAHAN TEPUNG PUCUK DAUN INDIGOFERA PADA PAKAN
TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI IKAN NILA BETINAFeed is one of the problems faced when fish farming. The high price of feed
ingredients, especially protein sources, causes high commercial feed prices. One
cheap local raw material that has a high nutritional content is the leaves of
Indigofera zollingeriana. Indigofera contains protein, vitamin E and carotenoids
important for reproduction. The aim of this research is to examine the feed
containing indigofera leaf buds to improve the reproductive performance of tilapia
females. The application of indigofera leaves was carried out by using commercial
blends of 0%, 10%, 20%, 30% and 40%. The study was conducted in March-May
2018 in the hamlet of Tirta sari, Pekon Sukaratu, Pagelaran District, Pringsewu
Regency. The parameters used are the weight gain of tilapia, IKG, HSI, water
quality and gonad biochemical tests. The results obtained from this study were the
addition of 40% Indigofera zollingeriana shoot flour resulting in the best value of
IKG of 4.76% so that it affects the reproductive performance of female tilapia.
The use of feed ingredients with a ratio of 40% indigofera shoot flour in feed
composition is the best result in this study.
Keywords: feed, tilapia (Oreochromis Niloticus), leaf bud flour Indigofera
zollingeriana, reproductive performance.
Pakan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi pada saat budidaya ikan.
Mahalnya harga bahan baku pakan terutama sumber protein, menyebabkan harga
pakan komersil yang tinggi. Salah satu bahan baku lokal murah yang memiliki
kandungan nutrisi tinggi adalah daun Indigofera zollingeriana. Indigofera
memiliki kandungan protein,vitamin e dan karotenoid penting untuk reproduksi.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengkaji pakan yang mengandung
tepung pucuk daun indigofera untuk meningkatkan performa reproduksi ikan nila
betina. Aplikasi daun indigofera dilakukan dengan menggunakan pencampuran
pakan komersil sebesar 0%, 10%, 20%, 30% dan 40%. Penelitian dilakukan pada
bulan Maret-Mei 2018 bertempat di Dusun Tirta sari, Pekon Sukaratu, Kecamatan
Pagelaran, Kabupaten Prigsewu. Parameter yang digunakan yaitu pertambahan
bobot ikan nila, IKG,HSI,kualitas air dan uji biokimia gonad. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini adalah penambahan tepung pucuk Indigofera
zollingeriana sebanyak 40 % menghasilkan hasil nilai terbaik IKG sebesar 4,76%
sehingga berpengaruh terhadap peningkatan performa reproduksi ikan nila betina.
Penggunaan bahan pakan dengan perbandingan tepung pucuk indigofera 40%
dalam komposisi pakan merupakan hasil terbaik pada penelitian ini.
Kata kunci: pakan, ikan nila (Oreochromis Niloticus), tepung pucuk
daunIndigofera zollingeriana, performa reproduksi.12141110004 Andika Wirya Kurniawan-2022-03-31T10:26:27Z2022-03-31T10:26:27Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/57084This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/570842022-03-31T10:26:27ZPERTUMBUHAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH
Lates calcarifer ( Bloch, 1790 ) YANG DIPELIHARA DI HAPA APUNG
PADA FASE PENGGELONDONGANIkan kakap putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan kanivora,
bersifat hemaprodit protandri yaitu perubahan induk jantan menjadi betina mulai
berat 2-5 kg dan lebih dari 5 kg pada umumnya betina. Bisa hidup pada kisaran
salinitas cukup tinggi mulai 5-40 ppt. Tujuan penelitian adalah mengetahui
pertumbuhan benih besar ikan kakap putih yang efektif dan efisiensi padat tebar
pada fase penggelondongan di hapa apung. Penelitian ini dibagi menjadi 3
tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis. Ikan kakap
putih berukuran 10 - 12 cm dipelihara pada hapa apung di tambak terdiri dari 3
perlakuan dan 3 kali ulangan. Kepadatan yang digunakan dalam penelitian
mengacu pada Juknis Budidaya Ikan Kakap Putih di KJA (2015). Perlakuan yang
digunakan yaitu perlakuan A (padat tebar 150 ekor/m3
), Perlakuan B (padat tebar
200 ekor/m3
), Perlakuan C (padat tebar 250 ekor/m3
). Sampling performa
pertumbuhan dilakukan setiap minggu, selanjutnya setelah ikan mencapai ukuran
(±18 cm) dilakukan seleksi individu ± 10-30% dari populasi. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2017, bertempat di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dianalisa dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Pemantauan kualitas air dilakukan setiap 1 minggu meliputi salinitas, suhu, pH,
oksigen terlarut, amonia dan nitrit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa padat
tebar yang berbeda pada pemeliharaan benih ikan kakap putih tidak berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan berat, rasio konversi pakan ikan
kakap putih namun berpengaruh terhadap pertumbuhan panjangnya.
Kata Kunci : Laju Pertumbuhan, Lates calcarifer, Padat Tebar, Penggelondongan
White snapper (Lates calcarifer) is one type of canivorous fish, it is a protandri
hemaprodit which is the change of male parent into female from 2-5 kg in weight
and more than 5 kg in general females. Can live in the salinity range is quite high
starting from 5-40 ppt. The purpose of this study was to determine the growth of
large white snapper seeds that are effective and the efficiency of stocking
density in the humping phase in floating hapa. This research was divided into 3
stages, namely the preparation phase, the implementation phase, and the analysis
phase. White snapper measuring 10-12 cm are kept in floating hapa in
ponds consists of 3 treatments and 3 replications. The density used in the study
refers to the Technical Guidelines for White Snapper Cultivation in KJA
(2015). The treatments used were treatment A (stocking density 150 tails/m3
),
treatment B (stocking density 200 tails/m3
), treatment C (stocking
density 250 tails/m3
) . Growth performance sampling is done every week, then
after the fish reach the size (±18 cm) individual selection is carried out ± 10 -30%
of the population. This research was conducted in October-December 2017,
located at the Lampung Center for Marine Cultivation Development
(BBPBL). The method used in this study was analyzed by Completely
Randomized Design (CRD). Water quality monitoring is carried out every 1 week
including salinity, temperature, pH, dissolved oxygen, ammonia and nitrite. The
results of this study indicate that different stocking densities in the maintenance of
white snapper seed do not affect the survival , weight growth, feed conversion
ratio of white snapper but influence on its length growth . Keywords : Growth Rate, Lates calcarifer , Stocking Density, Milling
1414111005 ANDIKA SAGITA YUDA-2022-03-26T12:34:34Z2022-03-26T12:34:34Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56462This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/564622022-03-26T12:34:34ZPENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMERSIAL
DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN
JUVENIL IKAN COBIA Rachycentron canadum (Linnaeus, 1766)
YANG DI PELIHARA PADA BAK TERKONTROL
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian pakan komersial
dengan kadar protein berbeda terhadap pertumbuhan juvenil ikan cobia
(Rachycentron canadum). Rancangan penelitian yang digunakan ialah rancangan
acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan satu kontrol, masing-masing terdiri
dari tiga ulangan. Pakan perlakuan kontrol menggunakan ikan segar (kuniran),
sedangkan P1, P2 dan P3 menggunakan pakan komersial yang mengandung protein
46%, 44%, dan 38%. Juvenil cobia dengan berat rata-rata 33,81 g dan panjang ratarata 20,07 cm dipelihara di bak fiber bervolume 1,5 m3
dengan padat tebar 50
ekor/bak selama 45 hari. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan komersial
dengan kadar protein berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan berat mutlak, laju
pertumbuhan harian, RKP dan retensi protein ikan. Berat mutlak (124,78 ± 3,00 g),
laju pertumbuhan harian (3,42 ± 0,16 %/hari), dan rasio konversi pakan (0,97 ±
0,04) dari perlakuan P2 signifikan lebih baik dibandingkan perlakuan P1 dan P3.
Perbedaan tidak terlihat pada panjang mutlak, dan tingkat kelangsungan hidup
diantara ketiga jenis pakan komersil. Retensi protein tertinggi berasal dari
pemberian pakan berprotein 44% yang mampu melampaui nilai retensi protein dari
pemberian pakan berupa ikan segar. Sehingga pakan yang diberikan pada perlakuan
P2 (protein 44%) efektif digunakan untuk mendukung pertumbuhan juvenil ikan
cobia.
Kata kunci: retensi protein, kuniran, pakan komersial
The aim of this study was to analyze the influence of commercial feed with different
protein levels to growth of cobia juvenile (Rachycentron canadum). Completely
randomized design (CRD) was used for this research with three treatments and one
control, each treatment consisted of three replications. Control used fresh fish
(kuniran), while P1, P2 and P3 used commercial feed with protein 46%, 44%, and
38%. Cobia with initial weight of 33,81 g and length of 20,07 cm were cultured in
1,5 m3
tank with density of 50 fish per tank for 45 days. Result of research showed
that commercial feed with different protein levels were significantly affected to
absolute weight, daily growth rate, FCR and fish protein retention. Absolute weight
(124,78 ± 3,00 g), daily growth rate (3,42 ± 0,16 %/day), and FCR (0,97 ± 0,04) of
P2 better than P1 and P3, but for absolute length and survival rate were not
significantly different. The highest protein retention of this study was P2. So that
P2 (protein 44%) became the most effective commercial feed to support growth of
cobia juvenile.
Keywords: protein retention, kuniran, commercial feed1514111024 YOSIVA KHAIRINA-2022-03-26T12:34:32Z2022-03-26T12:34:32Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56460This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/564602022-03-26T12:34:32ZPEMANFAATAN BONGGOL PISANG Musa paradisiaca (Linnaeus, 1761)
YANG DIFERMENTASI SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK
MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN ALAMI PADA
PENDEDERAN BENIH IKAN JELAWAT, Leptobarbus hoevenii
(Bleeker, 1851)Benih ikan Jelawat (Lebtobarbus hoevenii) membutuhkan plankton untuk menunjang pertumbuhannya. Kelimpahan plankton dapat ditingkatkan dengan penambahan pupuk anorganik yang mengandung unsur hara (nitrat dan fosfat). Plankton
sebagai pakan alami diduga sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan benih ikan jelawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pupuk
organik bonggol pisang untuk meningkatkan ketersediaan pakan alamimedia
pendederan dan pertumbuhan benih ikan jelawat. Metode yang digunakan adalah
rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan
P1(Kontrol), P2(5 ppm), P3 (7,5 ppm), dan P4 (10 ppm) pupuk bonggol pisang/liter
air media. Parameter yang diukur adalah kadar nitrat, kadar fosfat, kelimpahan
plankton, pertumbuhan dan kualitas air (Suhu, pH, DO, amonia). Hasil penelitian
menunjukkan dosis penambahan pupuk bonggol pisang berpengaruh (P>0,05)
terhadap kelimpahan pakan alami dan pertumbuhan benih ikan jelawat. Hasil
pengukuran kualitas air menunjukkan parameter suhu berkisar 25-27°C, pH
berkisar 6,23-7,53, DO berkisar 3,40-11,36 dan amonia 0-0,001 mg/l jelawat.
Dosis yang disarankan untuk digunakan sebagai pupuk organik bonggol pisang
adalah 10 ppm untuk 1 liter air media pendederan.
Kata kunci : Benih ikan jelawat, fermentasi bonggol pisang, pakan alami, pertumbuhan
Hoven‟s carp (Lebtobarbus hoevenii) fry need plankton to consumed. Plankton
abundance can be increased by the addition of fertilizers containing nutrients (nitrate and phosphate). As a natural feed, plankton is a factor that affects the growth
of hoven‟s carp fry. This research aimed to determine the use of fermented banana
hump‟s to increase the availability of natural feed for nursery and growth of
hoven‟s carp fry. The method of this research used a completely randomized design with four treatments and three replications, i.e: P1 (control), P2 (5.0 ppm), P3
(7.5 ppm) and P4 (10 ppm) additions of fermented banana hump‟s. The measured
parameters were nitrate, phosphate, plankton‟s abundance, growth of hoven‟s carp
fry and water quality (Temperature, pH, DO, and amonia). The results showed
that the dose of addition of fermented banana hump‟s had an effect (P>0.05) on
the abundance of natural feed and growth of hoven‟s carp fry. The water quality
measurement showed that the parameters of temperature ranged from 25 to 27°C,
pH ranged from 6,23 to 7,53, DO ranged from 3.40 to 11.36 and amonia from 0 to
0.001 mg/l. The recomended dosage of fermented banana hump‟s was 10 ppm for
1 liter of water media.
Keywords : hoven‟s carp fry, fermented banana hump, natural feed, growth1414111082 WAHID ABDUL ROSYID-2022-03-26T12:34:31Z2022-03-26T12:34:31Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56458This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/564582022-03-26T12:34:31ZKAJIAN PEMBERIAN NAUPLII ARTEMIA YANG DIPERKAYA
DENGAN BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KELANGSUNGAN HIDUP POST LARVA UDANG JERBUNG
Fenneropenaeus merguiensis (de Man, 1888)
Udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis) merupakan spesies alternatif
budidaya udang yang mempunyai peluang nilai ekonomis tinggi. Keberhasilan
dalam budidaya udang tidak terlepas dari kualitas pakan yang diberikan sejak post
larva karena pakan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan
produksi udang. Salah satu jenis pakan alami yang baik digunakan untuk udang
pada stadia post larva adalah Artemia sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
pengaruh pemberian nauplii artemia yang diperkaya dengan bioflok sebagai pakan
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup post larva udang jerbung.
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL)
dengan tiga perlakuan dan empat kali ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu (A)
pemberian pakan artemia, (B) pemberian pakan artemia dengan bioflok, dan (C)
pemberian pakan bioflok. Penelitian ini dilakukan menggunakan post larva udang
jerbung dengan parameter penelitian yaitu pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan
harian, kelangsungan hidup dan kualitas air. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
perlakuan (B) pemberian pakan artemia dengan bioflok yang paling efektif untuk
meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup post larva udang jerbung.
Kata kunci : Udang jerbung, artemia, bioflok, pertumbuhan
Jerbung shrimp (Fenneropenaeus merguiensis) is one of alternative cultivation
species which has high economic value opportunities. The success in shrimp
cultivation can’t separated from the quality of feed from post larvae owing to feed
is one of important factor for increase shrimp production. One of the natural feed
types which best to shrimp in post larvae phase is Artemia sp. this study is aim to
granted nauplii arthemia enriched with biofloc towards growth and survival post
larvae of jerbung shrimp. This study was used complete random design (CRD)
with three treatments and four replication of each. The first treatments (A) feeding
Arthemia, (B) feeding with arthemia and biofloc and (C) feeding with biofloc.
The study using post larvae jerbung shrimp with reasearch parameters there are
absolute growth, spesific growth rate, survival rate, and also water quality. The
conclusion from this study is treatments (B) feeding by fusion with arthemia and
biofloc is the most effective for increased growth and survival rate of post larvae
of jerbung shrimp.
Keywords : Jerbung shrimp, arthemia, biofloc, growth1514111074 VITRI AMELIA H.-2022-03-26T12:34:30Z2022-03-26T12:34:30Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56455This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/564552022-03-26T12:34:30ZPENGARUH PENURUNAN SALINITAS BERTINGKAT TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENUR UDANG
VANNAMEI Litopanaeus vannamei (Boone, 1931)Prospek budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) pada salinitas rendah
sangat menjanjikan dan menguntungkan, karena tidak perlu dilakukan di daerah
pesisir serta dapat mengurangi resiko kerusakan lingkungan pada kawasan hutan
mangrove dan green belt. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui penurunan
salinitas terbaik pada saat adaptasi terhadap pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan
menggunakan metode penurunan salinitas bertingkat. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juli-Agustus 2018 selama 40 hari, bertempat di Laboratorium
Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan 3
perlakuan dan 4 ulangan yaitu (A) penurunan salinitas 20 ppt-15 ppt-10 ppt-5 ppt,
(B) penurunan salinitas 20 ppt-10 ppt-5 ppt dan (C) penurunan salinitas 20 ppt-5
ppt. Parameter yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup (survival rate),
(pertumbuhan berat mutlak dan pertumbuhan harian), FCR (feed conversion ratio)
dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan salinitas dari 20
ppt-5 ppt menghasilkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup terbaik
yaitu pertumbuhan sebesar 1,83±0,01 g, dan tingkat kelangsungan hidup sebesar
93,5±1,91%. Kualitas air selama pemeliharaan suhu yang didapat yaitu 24-28°C,
Oksigen terlarut 4,01-6,65 mg/l, pH 7-8, dan ammonia 0,0025-0,005.
Kata Kunci : Udang vannamei, Pertumbuhan, Tingkat kelangsungan hidup, dan
penurunan salinitas
The prospect of vannamei shrimp cultivation (Litopenaeus vannamei) at low
salinity is very promising and profitable, because it does not need to be done in
coastal areas and can reduce the risk of environmental damage in mangrove
forests and green belts. The purpose of this study is to determine the best
decrease in salinity at the time of adaptation to the growth and survival rates of
vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) using a multilevel salinity reduction
method. This research was conducted in July-August 2018 for 40 days, taking
place at the Integrated Laboratory, Faculty of Agriculture, Lampung University.
This study used 3 treatments and 4 replications namely (A) decreased salinity
from 20 ppt-15 ppt- 10 ppt- 5 ppt, (B) decreased salinity from 20 ppt- 10 ppt- 5
ppt and (C) decreased salinity of 20 ppt- 5 ppt. The parameters observed were
survival rates (absolute growth and daily growth), FCR (feed conversion ratio)
and water quality. The results showed that the decrease in salinity from 20 ppt-5
ppt produced the best growth and survival rate, namely growth of 1.83 ± 0.01 g,
and the survival rate was 93.5 ± 1.91%. Water quality during maintenance
temperature obtained is 24-28 ° C, dissolved oxygen 4.01-6.65 mg / l, pH 7-8, and
ammonia 0.0025-0.005.
Keywords : vannamei shrimp, growth, survival rate, and decreased salinity1414111081 VIKA OKTAVIA SARI-2022-03-26T12:34:28Z2022-03-26T12:34:28Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56450This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/564502022-03-26T12:34:28ZKAJIAN PERTUMBUHAN IKAN NILEM Osteochilus vittatus
(Valenciennes, 1842) YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUMBER
PROTEIN TEPUNG PUCUK DAUN Indigofera zollingeriana (Miquel, 1855)
DAN TEPUNG DAGING BEKICOT Achatina fulica (Ferussac, 1821)Pakan merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nilem. Pada umumnya sumber protein
pada pakan berasal dari tepung ikan dan tepung kedelai yang diimpor sehingga
harga jual pakan ikan tersebut menjadi mahal. Salah satu bahan baku lokal yang
murah dan memiliki kandungan nutrisi tinggi adalah tepung pucuk daun
Indigofera zollingeriana dan tepung daging bekicot. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung pucuk daun Indigofera
zollingeriana dan tepung daging bekicot terhadap pertumbuhan ikan nilem
Osteochilus vittatus. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu,
A (pakan komersial), B (25% tepung pucuk indigofera + 75% tepung bekicot), C
(50% tepung pucuk indigofera + 50% tepung bekicot), dan D (75% tepung pucuk
indigofera + 25% tepung bekicot). Hasil yang didapatkan dari penelitian ini
adalah kombinasi pakan dengan sumber protein tepung pucuk daun Indigofera
zollingeriana dan tepung daging bekicot dengan perbandingan 1:3, 1:1, dan 3:1
memiliki performa yang cukup baik sebagai bahan baku untuk menggantikan
tepung kedelai dan tepung ikan sebagai sumber protein. Pakan ikan tersebut juga
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ikan sebaik pakan komersial (kontrol).
Kata kunci : Ikan nilem, protein, tepung pucuk daun indigofera, tepung daging
bekicot, pertumbuhan.
Feed is an important factor and influential for growth and survival rate of nilem
fish. In general, source of protein in feed comes from fish and soybean meals that
imported so its caused fish feed becomes expensive. The local raw materials that
containing high nutritional are Indigofera zollingeriana leaf shoot and snail meal.
This research was conducted to study the effect of Indigofera zollingeriana leaf
shoots and snail meal on the growth of nilem fish Osteochilus vittatus. This study
used 4 treatments and 3 replications, namely A (commercial feed), B (25%
indigofera leaf shoot + 75% snail meal), C (50% indigofera leaf shoot + 50% snail
meal), and D (75% indigofera leaf shoot + 25% snail meal). The result showed
containing Indigofera zollingeriana leaf shoots and snail meal by comparison 1:3,
1:1, and 3:1 had a good performance to substitute soybean and fish meals as
protein sources. Those feed also had performance on fish growth as well as
commercial feed (control).
Keywords : Nilem fish, protein, indigofera zollingeriana leaf shoots, snail meal,
growth.1414111079 VICTOR ELKANANI-2022-03-26T12:34:27Z2022-03-26T12:34:27Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56443This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/564432022-03-26T12:34:27ZPENGARUH PROPORSI TEPUNG IKAN DAN TEPUNG KEONG MAS
(Pomacea canaliculata, Lamark 1819) YANG BERBEDA SEBAGAI BAHAN
BAKU UTAMA PEMBUATAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN
BENIH UDANG VANAME (Litopenaeus vaname, Boone 1931) Pakan adalah sumber utama nutrisi untuk mendukung pertumbuhan udang
vaname. Tingginya biaya pakan dalam biaya operasional karena tingginya
harga bahan baku tepung ikan, ketersediaan terbatas, sementara permintaan
tinggi. Oleh karena itu perlu dicari bahan alternatif yang harganya murah,
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan ketersediaan berlimpah
seperti tepung keong mas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh perbedaan proporsi tepung ikan dan tepung keong mas (Pomacea
canaliculata) sebagai bahan baku utama untuk pertumbuhan udang vaname
(Litopenaeus vaname). Desain eksperimental yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan, yaitu
A (57,18% penggunaan tepung ikan dalam pakan), B (42,89% penggunaan
tepung ikan, 14,30% tepung keong mas), C (28,59 % penggunaan tepung ikan,
28,59% tepung keong mas), D (Penggunaan 14,30% tepung ikan, 42,89%
tepung keong mas), dan E (Menggunakan 57,18% tepung keong mas). Studi ini
menunjukkan bahwa penambahan tepung keong mas dalam pakan dapat
meningkatkan pertumbuhan berat total, berat harian udang vaname, dan dapat
menurunkan nilai FCR.
Kata kunci: udang vaname, tepung ikan, tepung keong mas, pertumbuhan
bobot mutlak, laju pertumbuhan harian.
Feed is the main source of nutrients to support vaname shrimp growth. The
high cost of feed in operational costs due to the high raw material price of fish
meal, limited availability, while the demand is high. Therefore it is necessary to
find alternative materials that are low in price, have a high enough protein
content and abundant availability such as golden snail flour. The purpose of
this study was to analyze the effect of different proportion of fish meal and
mashed snail (Pomacea canaliculata) as the main feedstock for the growth of
shrimp vaname (Litopenaeus vaname). The experimental design used in this
study was Completely Randomized Design (RAL) consisting of 5 treatments,
namely A (57.18% use of fish meal in feed), B (42.89% use of fish meal,
14.30% mashed flour), C (28.59% fish meal usage, 28.59% mashed snail), D
(Use of 14.30% fish meal, 42.89% mashed snail), and E (Use 57.18% golden
snail flours). This study shows that the addition of mashed snail flour in the
feed can increase the growth of absolute weight, the daily weight of vaname
shrimp, and can decrease the value of FCR.
Keywords: vaname shrimp, fish flour, mashed snail flour, absolute weight growth,
daily growth rate.1214111064 TARI PUTRI ANGGRAENI -2022-03-26T12:34:25Z2022-03-26T12:34:25Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56394This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563942022-03-26T12:34:25ZPENGGUNAAN LIMBAH PENDEDERAN
KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) SEBAGAI MEDIA
PERTUMBUHAN MIKROALGA Tetraselmis sp.
Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga yang dapat memanfaatkan Amoniak
(NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), serta fosfat (PO4) dalam perairan sebagai sumber
nutriennya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan
limbah pendederan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) terhadap pertumbuhan
Tetraselmis sp. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan,
perlakuan (A) 100% limbah + 0% air laut, (B) 75% limbah + 25% air laut, (C) 50%
limbah + 50% air laut, (D) 25% limbah + 75% air laut, (E) 0% limbah + 100% air
laut + pupuk Conwy. Penelitian dilakukan pada bulan maret 2018 bertempat di
Laboraturium Budidaya Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan terbaik terdapat pada
perlakuan E dengan konsentrasi 0% limbah + 100% air laut + pupuk Conwy dengan
kepadatan sel rata-rata 30,14 x 104
sel/ml, dari hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
perlakuan E tidak berbeda nyata dengan perlakuan C. Nilai NH3 dan PO4 mengalami
penurunan terbaik yaitu pada perlakuan C dengan konsentrasi 50% limbah + 50% air
laut. Kelimpahan Tetraselmis sp. tertinggi terdapat pada media E dengan konsentrasi
0% limbah + 100% air laut + pupuk Conwy dengan kepadatan sel 30,14 x 104
sel/ml.
Kata kunci : limbah kerapu bebek, pupuk Conwy, siklus hidup, Tetraselmis sp.
Tetraselmis sp. is one of microalgae that can utilize of Ammoniak (NH3), Nitrit
(NO2), nitrat (NO3), phosphate (PO4) in the water as a source of nutrient. The aim
of this research is to know the influence the use of cultivation grouper
(Cromileptes altivelis) waste towards the growth of Tetraselmis sp. This study
uses treatment 5 times 3 of replicate, the treatment (A) 100% waste + 0% sea
water, (B) 75% waste + 25% sea water, (C) 50% waste + 50% sea water, (D) 25%
waste + 75% sea water, (E) 0% waste + 100% sea water + Conwy media. The
research was done on march 2018 held at the Laboratory of Fisheries, Faculty of
Agriculture University of Lampung. Based on the results of the study showed that
the best growth in E with a concentration of treatment 0% waste + 100% sea
water + Conwy fertilizer with cell density average of 30,14 x 104
cells/ml, the
significance difference test results from the smallest (BNT) treatment E and not
significance difference with treatment C. Concentration of NH3 and PO4 best
treatment a decrease in concentrations of treatment C with 50% waste + 50% sea
water. The highest abundances of Tetraselmis sp. there are on medium E with
concentration 0% waste + 100% sea water + Conwy media with cell density
30.14 x 104
cells/ml.
Keywords : grouper waste, conwy, life cycle, Tetraselmis sp.1214111057 SEPTA TRIASA BUTROS-2022-03-26T12:34:24Z2022-03-26T12:34:24Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56389This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563892022-03-26T12:34:24ZPERTUMBUHAN MIKROALGA Nannochloropsis sp., Tetraselmis sp. DAN
Dunaliella sp. PADA MEDIA AIR LIMPASAN BUDIDAYA UDANG
VANAME (Litopenaeus vannamei)Penelitian ini bertujuan mengetahui pertumbuhan Nannochloropsis sp.,
Tetraselmis sp. dan Dunaliella sp. yang dikultur pada air limpasan budidaya
udang vaname (Litopenaeus vannamei). Rancangan penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan,
yaitu perlakuan A (100% air limpasan budidaya udang vaname sebagai media
kultur Nannochloropsis sp.), B (100% air limpasan budidaya udang vaname
sebagai media kultur Tetraselmis sp.) dan C (100% air limpasan budidaya udang
vaname sebagai media kultur Dunaliella sp.). Parameter yang diamati meliputi
kepadatan populasi Nannochloropsis sp., Tetraselmis sp. dan Dunaliella sp.,
nitrat, ortofosfat, pH, suhu, intensitas cahaya dan salinitas. Data parameter
kepadatan puncak populasi Nannochloropsis sp., Tetraselmis sp. dan Dunaliella
sp. diuji menggunakan uji (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95% data
menunjukkan berpengaruh signifikan setelah itu dilanjutkan uji Duncan dengan
tingkat kepercayaan 95% data menunjukkan perlakuan A berbeda nyata terhadap
perlakuan C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air limpasan budidaya udang
vaname dapat dimanfaatkan sebagai media kultur mikroalga Nannochloropsis sp.,
Tetraselmis sp. dan Dunaliella sp. dan mikroalga Nannochloropsis sp. merupakan
mikroalga yang menghasilkan kepadatan tertinggi sebesar 34,5 x 104
ind/mL.
Kata Kunci: Nannochloropsis sp., Tetraselmis sp., Dunaliella sp., air limpasan,
nitrat, fosfat
This research was aimed to find out growth of Nannochloropsis sp., Tetraselmis
sp. and Dunaliella sp. that cultivated on vaname (Litopenaeus vannamei)
cultivation run off water. Experimental design was used Completely Randomized
Design (CRD) with three treatments and three replications, there were A (100%
vaname cultivation run off water as Nannochloropsis sp. culture media), B (100%
vaname cultivation run off water as Tetraselmis sp. culture media), and C (100%
vaname cultivation run off water as Dunaliella sp. culture media). The observed
parameters were density population of Nannochloropsis sp., Tetraselmis sp. and
Dunaliella sp., nitrat, ortofosfat, pH, temperature, light intensity, and salinity. The
parameters data of density population Nannochloropsis sp., Tetraselmis sp. and
Dunaliella sp. was tested by ANOVA with 95% level of trust showed
significantly affected, then continued Duncan’s test with 95% level of trust
showed A treatment significantly different for C treatment. The results showed
that vaname cultivation run off water could be used as a microalgae culture
medium of Nannochloropsis sp., Tetraselmis sp. and Dunaliella sp. and
microalgae Nannochloropsis sp. is a microalgae that produces the highest density
of 34,5 x 104
ind/mL.
Key words: Nannochloropsis sp., Tetraselmis sp., Dunaliella sp., run off water,
nitrat, fosfat1514111925 SANTRIKA KHANZA2022-03-26T12:28:02Z2022-03-26T12:28:02Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56305This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563052022-03-26T12:28:02ZPENGARUH FEEDING RATE YANG BERBEDA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELULUSHIDUPAN
BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIPELIHARA
DENGAN SISTEM BIOFLOCPakan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan nila. Berkembangnya budidaya ikan nila juga berpengaruh
terhadap peningkatan limbah di perairan. Teknologi biofloc merupakan salah satu
sistem alternatif dalam mengatasi masalah limbah perairan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan
nila dengan feeding rate yang berbeda pada sistem biofloc. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan
tiga kali ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu (A) FR 7%, (B) FR 5%, (C) FR 3%.
Penelitian dilakukan menggunakan benih ikan nila 5 cm dengan bobot rata-rata 2
gram yang dipelihara di kolam fiber berukuran 3,140 m3
. Parameter penelitian
meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan, kelangsungan hidup, Feed
Conversion Ratio, dan kualitas air. Pemberian tingkat FR yang berbeda pada
sistem biofloc memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan benih ikan nila
dan FCR namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelangsungan
hidup ikan. Perlakuan dengan FR 7% merupakan perlakuan yang memberikan
hasil terbaik yaitu diperoleh pertumbuhan mutlak yaitu 8,83 gram, laju
pertumbuhan harian sebesar 0,221 gram/hari, kelangsungan hidup dengan
persentase 89,67% dan nilai FCR sebesar 1,5. Pertumbuhan berat mutlak optimal
pada sistem biofloc ini berada di FR 7,3%.
Kata kunci : Biofloc, ikan nila, feeding rate, pertumbuhan dan kelangsungan
hidup
Feed are one of the factors which is very influence on tilapia growth. The
development of tilapia cultured was affected on waste increase in the waters.
Biofloc technology was one alternative system to resolve the problem of waters
waste. This study was aimed to analyzed growth and survival rate of tilapia with
different feeding rate. Experimental design was used completely randomized
design (CRD) with three treatments and three replications. The treatments tested
were (A) 7% FR, (B) 5% FR, (C) 3% FR. The study was conducted using tilapia
juvenile 5 cm with average weight 2 gram which was cultivated in 3,140 m
3 fiber
pond. The observed parameters include absolute growth, growth rate, survival
rate, feed conversion rate, and water quality. The allocation of different FR of
biofloc system significantly different on growth and FCR of tilapia, but was not
significantly different on survival rate of fish. Treatment with 7% FR was giving
the best results with absolute growth was 8,83 gram, day growth rate was 0,221
gram/day, survival rate with percentage of 89,67%, and FCR was 1,5. The optimal
absolute body weight of this biofloc system was in 7,3% FR.
Keywords : Biofloc, tilapia, feeding rate, growth and the survival rate
1514111027 SAKINAH AZ ZAHRA-2022-03-26T12:27:59Z2022-03-26T12:27:59Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56303This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563032022-03-26T12:27:59ZKajian Pemberian Kuning Telur Terhadap Kepadatan Populasi Oithona sppOithona spp. merupakan salah satu pakan alami yang sering digunakan sebagai
pakan penyelang antara rotifera dan artemia untuk benih ikan laut. adanya
pemanfaatan yang berlangsung pada Oithona spp. secara terus menerus menaruh
perhatian lebih untuk meningkatkan populasinya. Penelitian ini telah dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kuning telur terhadap
kepadatan populasi Oithona spp. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung. Metode yang digunakan selama
penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 3 kali ulangan.
Kultur Oithon spp. dilakukan di akuarium 25 x 15 x 15cm3
dengan volume 3 liter
air dengan kepadatan awal Oithona spp 100 ind/L. Pemeliharaan dilakukan
selama14 hari. Perlakuan dalam penelitian ini yaitu A (Chaetoceros sp. sebanyak
2 x 106
sel/ml), B (kuning telur dengan dosis 0,30 mg/ind), C (kuning telur dengan
dosis 0,60 mg/ind), D (kuning telur dengan dosis 0,90 mg/ind). Hasil yang
didapatkan akan dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Apabila data yang
diperoleh normal dan homogen dilanjutkan dengan analisis sidik ragam
(ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% , jika hasil yang didapat berbeda nyata,
maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil. Hasil penelitian menunjukkan
pemberian kuning telur sebagai pakan Oithona spp. berpengaruh nyata terhadap
performa kepadatan Oithona spp. Pemberian kuning telur dengan dosis 0,3
mg/ind merupakan dosis terbaik dalam penelitian ini. Kepadatan puncak Oithona
spp. dengan pemberian kuning telur dengan dosis 0,3 mg/ind Oithona spp.
mencapai 1700 ± 100 ind/ml dengan kepadatan terakhir terbanyak fase naupli,
sedangkan perlakuan menggunakan Chaetoceros sp.mencapai 1233 ± 152.753
ind/ml hari terakhir pengamatan paling banyak ditemukan fase dewasa Oithona
spp.
Kata Kunci : Oithona spp., Chaetoceros sp. Kuning Telur.
Oithona spp. is one of the natural feed often used as a feed between the rotifera
and artemia for sea fish seeds. the use of which takes place on Oithona spp.
continuously paying more attention to increasing its population. This research has
been conducted with the aim to determine the effect of egg yolk administration on
the population density of Oithona spp. This research was conducted at the
University of Lampung Fisheries and Maritime Laboratory. The method used
during the study was Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments 3
replications. Oithona culture spp. performed in an aquarium 25 x 15 x 15 cm3
with a volume of 3 liters of water with an initial density of Oithona spp 100 ind/l.
Maintenance is carried out for 14 days. The treatments in this study were A
(Chaetoceros sp. 2 x 106
cells/ml), B (egg yolk at a dose of 0.30 mg/ind), C (egg
yolk at a dose of 0.60 mg/ind), D (egg yolk at a dose of 0.90 mg/ind). The results
obtained will be tested for normality and homogeneity. If the data obtained are
normal and homogeneous followed by analysis of variance (ANOVA) with a 95%
confidence level, if the results obtained are significantly different, then proceed
with the Least Significant Difference test. The results showed the administration
of egg yolk as Oithona spp. significantly affected the density performance of
Oithona spp. Giving egg yolk at a dose of 0.3 mg/ind is the best dose in this
study. The peak density of Oithona spp. with egg yolk at a dose of 0.3 mg / ind
Oithona spp. reached 1700 ± 100 ind/ml with the most recent density of the
naupli phase, while the treatment using Chaetoceros sp. reached 1233 ± 152.753
ind ml the last day of observation was found most in the adult phase Oithona spp.
Keywords : Oithona spp., Chaetoceros sp. Egg yolk.
1514111057 ROMI HABIBILLAH-2022-03-26T12:27:58Z2022-03-26T12:27:58Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56300This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563002022-03-26T12:27:58ZKAJIAN PENAMBAHAN METIONIN DALAM PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN KOBIA Rachycentron canadum (Linnaeus, 1766)
FASE PENGGELONDONGANPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan metionin dalam
pakan terhadap pertumbuhan ikan kobia fase penggelondongan. Rancangan
percobaan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2
perlakuan dan 3 kali ulangan. Pada penelitian ini menggunakan 9 tanki dengan
kapasitas 1,5 m3 masing-masing 50 ikan uji dengan berat tubuh rata-rata 28,09±0,98
gram selama 45 hari pemeliharaan. Hasil menunjukkan bahwa pengaruh
penambahan metionin tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot, laju
pertumbuhan harian, rasio konversi pakan, retensi protein dan tingkat kelangsungan
hidup. Meskipun demikian penambahan, metionin menunjukkan hasil yang berbeda
nyata terhadap retensi metionin. Perlakuan penambahan metionin menunjukkan
kinerja pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan pakan komersial.
Kata kunci : kobia, methionin, pertumbuhan.
This research aimed to study the effect of adding methionine in feed on the growth
of cobia in fingerling stage. The experimental design in this study used a complete
randomized design with 2 treatment and 3 replications in each treatment. These
treatments were the addition of methionine in feeds of 0,15% and 0,35%, also
equipped with commercial feed treatment as a comparison. This experiment used 9
tanks 1,5 m3
each and it contained 50 fish for each, with the average body weight
28.09±0.98 grams and reared for 45 days. The result showed that the effect of
adding methionine on weight gain, daily growth rate, feed convertion ratio, protein
retention and survival rate were not significantly different. However, there was a
significant difference in methionine retention. The addition of methionine
compared to the commercial feed, treatment showed relatively less performance in
fish growth.
Key words : cobia fish, methionine, growth.1514111022 RISA RISTIAWATI-2022-03-26T12:27:55Z2022-03-26T12:27:55Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56297This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562972022-03-26T12:27:55ZPERTUMBUHAN POPULASI MIKROALGA Spirulina sp. PADA
KULTUR SKALA SEMI MASSAL DALAM MEDIA LIMBAH
PENDEDERAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) YANG TELAH
DISTERILISASIPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan populasi mikroalga
Spirulina sp. pada kultur skala semi massal dalam media limbah pendederan
kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang telah disterilisasi. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan
dan tiga ulangan, A (25%), B (20%), C (15%) dan D (10%) limbah pendederan
kerapu bebek. Parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan harian dan
kepadatan populasi Spirulina sp., NO3, PO4, suhu, salinitas, pH dan intensitas
cahaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media limbah pendederan kerapu
bebek (Cromileptes altivelis) yang telah disterilisasi pada konsentrasi 20%
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan populasi Spirulina sp. pada kultur
skala semi massal.
Kata Kunci : Spirulina sp., kerapu bebek, limbah disterilisasi, pertumbuhan
The aim of this study is to examine the growth of Spirulina sp. population using
humpback grouper (Cromileptes altivelis) cultivation sterilized waste in semi�mass scale culture. The research design used was a completely randomized design
(CRD) with four treatments and three replications, A (25%), B (20%), C (15%),
and D (10%) humpback grouper waste. The parameters observed included the
daily growth rate and population density of Spirulina sp., NO3, PO4, temperature,
salinity, pH and light intensity. The results showed that humpback grouper
cultivation sterilized waste in concentration 20% significantly affected on growth
of Spirulina sp. population in semi-mass scale culture (6,43 x 106
ind/ml).
Keywords: Spirulina sp., humpback grouper, sterilized waste, growth
1514111008 RIS RESTU PERTIWI-2022-03-26T12:27:53Z2022-03-26T12:27:53Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56296This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562962022-03-26T12:27:53ZPENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK Bacillus sp. D2.2 PADA PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN POST LARVA UDANG
JERBUNG Fenneropenaeus merguiensis (de Man, 1888)
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian bakteri Bacillus
sp. D2.2 dan penggunaan dosis terbaik sebagai probiotik terhadap pertumbuhan
dan sintasan udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis). Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu
kontrol (A), Bacillus sp. D2.2 10 ml x 106CFU/ml/kg pakan (B), Bacillus sp. D2.2
20 ml x 106CFU/ml/kg pakan(C), Bacillus sp. D2.2 30 ml x 106CFU/ml/kg pakan
(D). Udang jerbung yang digunakan dalam penelitian ini yaitu PL 10 dengan
kepadatan 30 ekor/akuarium dipelihara selama 35 hari. Metode pemberian pakan
yang digunakan yaitu blind feeding dengan pemberian pakan 4 kali sehari.
Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan berat mutlak, pertumbuhan panjang
mutlak, laju pertumbuhan harian, sintasan, feed convertion ratio, protein
efficiency ratio dan kualitas air. Perlakuan terbaik pemberian bakteri Bacillus sp.
D2.2 adalah dosis 10 ml x 106CFU/ml/kg. Pakan dengan penambahan probiotik
memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak, panjang mutlak,
laju pertumbuhan harian, feed convertion ratio, protein efficiency ratio.
Kata kunci : berat mutlak, panjang mutlak, laju pertumbuhan harian, FCR, PER
This research was aimed to observe the effect of the use of Bacillus sp. D2.2 and
best dose as probiotic on growht and survival rate jerbung shrimp. This research
was used completely randomized design (CRD) four treatments and three
replications, namely A (Control, without probiotic), B (Bacillus sp. D2.2 10 ml x
106 CFU/ml/kg feed), C (Bacillus sp. D2.2 20 ml x 106 CFU/ml/kg feed), D
(Bacillus sp. D2.2 30 ml x 106 CFU/ml/kg feed). The shrimp used in this research
were PL 10 with a density of 30 postlarvae / aquarium for 35 days. The shrimp
feeding method that used in research was blind feeding that reared 4 times a day.
Parameters observed weight gain, lenght gain, ADG, survival rate, feed
convertion ratio, protein efficiency ratio and water quality. The best treatment of
probiotic Bacillus sp. D2.2 dose of 10 ml x 106CFU/ml/kg. Feed of probiotic gave
significant different on the growth of weight gain, length gain, ADG, feed
convertion ratio, and protein efficiency ratio.
Keyword : growth gain, lenght gain, ADG, FCR, PER.
1514111056 PUSPA SARI-2022-03-26T12:10:08Z2022-03-26T12:10:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56294This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562942022-03-26T12:10:08ZPENGARUH PEMBERIAN RECOMBINANT GROWTH HORMONE
(rGH) TERHADAP BEBERAPA ASPEK PERTUMBUHAN IKAN
JELAWAT, Leptobarbus hoevenii (Bleeker, 1851)
Ikan jelawat telah dibudidayakan di Indonesia. Oleh karena ikan ini memiliki
pertumbuhan yang lambat, maka menyebabkan budidayanya tidak berkembang
dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh rGH terhadap
pertumbuhan ikan jelawat dan menentukan dosis optimumnya. Ikan uji yang
digunakan berukuran 70 - 90 mm dengan bobot antara 5 - 6 g yang dipelihara
dalam 12 kolam berukuran 0,75 x 0,5 x 0,5 m3
yang masing-masing berisi 10
ikan. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri
dari 4 perlakuan, yaitu A (tanpa penambahan rGH), B (dosis rGH 1 mg/kg), C
(dosis rGH 2 mg/kg), dan D (dosis rGH 3 mg/ kg), yang masing-masing perlakuan
memiliki 3 ulangan. Parameter yang dianalisis meliputi pertumbuhan berat
mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, tingkat kelangsungan hidup, laju konversi
pakan, dan retensi protein. Hasil peneliitian menunjukkan bahwa pengaruh
penambahan rGH berbeda nyata terhadap pertumbuhan, FCR, dan retensi protein.
Penambahan rGH dengan dosis 2 mg/kg menyebabkan pertumbuhan dan retensi
protein lebih tinggi, serta FCR lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Adapun dosis optimum rGH yang disarankan untuk meningkatkan
pertumbuhan ikan jelawat adalah 1,98 mg/kg.
Kata kunci: rGH, ikan jelawat, pertumbuhan, parameter.
Hoven’s carp has been cultured in Indonesia. Because of this fish has slow
growth, it caused the cultivation did not develop properly. This research aimed to
study the effect of rGH on the growth of hoven’s carp and determined its optimum
dose.The size of test fish were 70 - 90 mm and weighed 5 - 6 g which were
maintained in 12 water tank measuring 0.75 x 0.5 x 0.5 m3
, each tank contained
10 fishes.The experimental design used a completely randomized design
consisting of 4 treatments, i.e A (without rGH addition), B (dose of rGH 1
mg/kg), C (dose of rGH 2 mg/kg), and D (dose of rGH 3 mg/kg), which each
treatment had 3 replications. The parameters analyzed included absolute weight
growth, absolute length growth, survival rate, feed conversion rate, and protein
retention.The results showed that the effect of adding rGH was significantly
different on growth, FCR, and protein retention. The addition of rGH at a dose of
2 mg/kg resulted in higher growth and protein retention, and lower FCR compared
with the other treatments. The recommended dose of rGH to increase the growth
of hoven's carp fish was 1.98 mg /kg.
Keywords: rGH, hoven’s carp, growth, parameters.
1414111055 NUR SELAWATI-2022-03-26T12:10:03Z2022-03-26T12:10:03Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56290This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562902022-03-26T12:10:03ZPENGARUH PENAMBAHAN ENZIM FITASE PADA PAKAN BUATAN
TERHADAP BEBERAPA ASPEK PERTUMBUHAN IKAN JELAWAT
Leptobarbus hoevenii (Bleeker, 1851)
Ikan jelawat merupakan salah satu ikan air tawar asli di Indonesia yang telah
dibudidayakan. Dalam budidaya ikan, pertumbuhan yang cepat sangat diharapkan
sehingga perlu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Penggunaan enzim
phytase telah banyak diteliti untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penambahan enzim fitase pada
pakan terhadap pertumbuhan ikan jelawat. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan, yaitu: A (pakan tanpa
penambahan phytase), B (dosis fitase 250 mg / kg pakan), C (dosis fitase 500 mg /
kg pakan), dan D ( dosis fitase750 mg / kg pakan), yang masing-masing memiliki
3 ulangan. Sebanyak 10 ikan uji dengan panjang 70-90 mm dipelihara di setiap
bak perlakuan selama 70 hari dan diberi pakan sesuai dengan perlakuan tersebut.
Parameter yang dianalisis meliputi pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan
berat mutlak, laju konversi pakan, retensi protein, dan tingkat kelangsungan
hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim fitase dapat
meningkatkan pertumbuhan dan retensi protein, serta menurunkan FCR.
Penambahan enzim fitase yang semakin tinggi akan meningkatkan kinerja
pertumbuhan ikan jelawat, dan dosis fitase 750 mg/kg pakan menyebabkan
performa yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.
Kata kunci: ikan jelawat, enzim fitase, pertumbuhan.
Hoven' carp is indigenous freshwater fish in Indonesia which has been cultured.
In fish culture, fast growth is desirable so that it needs to increase fish growth.
The use of phytase enzymes had been studied to increase fish growth.The purpose
of this research was to study the effect of phytase enzymes on the growth of
hoven's carp.The experimental design was a completely randomized design with 4
treatments, i.e: A (feed without phytase addition), B (dose of phytase 250 mg/kg
of feed), C (dose of phytase 500 mg /kg feed), and D (dose of phytase 750 mg /kg
of feed), which had 3 replications each. 10 test fishes with a length of 70-90 mm
were reared in each tank of treatment for 70 days and fed according to treatment.
The parameters analyzed included absolute length growth, absolute weight
growth, feed conversion rate, protein retention, and survival rate. The results
showed that the addition of phytase enzymes could increase growth and protein
retention, as well as decrease FCR. The higher phytase additions would increase
the growth performance of hoven's carp, and the dose of phytase 750 mg/kg of
feed caused better performance than other treatments.
Key words: Hoven’s carp, phytase enzymes, growth1414111055 NORA SINTIA2022-03-26T12:09:57Z2022-03-26T12:09:57Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56288This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562882022-03-26T12:09:57ZANALISIS ZOOPLANKTON SELAMA PEMELIHARAAN UDANG
VANAME Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) DENGAN PADAT
TEBAR YANG BERBEDA DI SALINITAS RENDAHPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan, keanekaragaman dan
dominansi zooplankton pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei)
dengan padat tebar yang berbeda di salinitas rendah. Udang yang digunakan
adalah benur udang vaname berukuran PL 10. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan 3 ulangan.
Perlakuan yang digunakan yaitu A) pemeliharaan udang dengan padat tebar 50
ekor/bak (40 L) ≈ 1,25/L benur udang vaname (Litopenaeus vannamei), B)
pemeliharaan udang dengan padat tebar 75 ekor/bak (40 L) ≈ 1,87/L benur udang
vaname (Litopenaeus vannamei), C) pemeliharaan udang dengan padat tebar 100
ekor/bak (40 L) ≈ 2,5/L benur udang vaname (Litopenaeus vannamei).
Pemeliharaan dilakukan selama 40 hari. Pada padat tebar 75 ekor/bak (40 L)
merupakan perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, karena
terdapat kelimpahan zooplankton paling banyak dibandingkan dengan perlakuaan
lainnya dan kelimpahan zooplankton tertinggi pada hari ke-20, serta
keanekaragaman zooplankton pada masing-masing perlakuan tidak stabil atau
sedikit dan tidak adanya dominansi.
Kata kunci : udang vaname, fitoplankton, kelimpahan, keanekaragaman,
dominansi zooplankton
This study aims to determine the analysis of abundance, diversity and dominance
of zooplankton in the cultivation of vaname shrimp (Litopenaeus vannamei) with
different stocking densities in low salinity. The shrimp used is fry vaname sized PL
10. The method used in this study was a completely randomized design with 3
treatments 3 replications. The treatments used were A) cultivation of stocked
shrimp with 50 tails/pond (40 L) ≈ 1,25/L, B) cultivation of stocked shrimp with
75 tails/pond (40 L) ≈ 1,87/L, and C) cultivation of stocked shrimp with 100
tails/pond (40 L) ≈ 2,5/L. The culture is carried out for 40 days. In stocked shrimp
with 75 tails/pond (40 L) is the highest treatment compared to other treatments,
because there is an abundance of zooplankton at most compared to other
treatments and abundance of zooplankton highest on day 20, and diversity of
zooplankton in each treatment is unstable or slightly and no dominance.
Key word : vaname shrimp, phytoplankton, abundance, diversity, zooplankton
dominance1414111052 NOERANI DIAS-2022-03-26T12:09:55Z2022-03-26T12:09:55Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56286This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562862022-03-26T12:09:55ZPENGARUH PEMBERIAN VAKSIN BIVALEN
Vibrio parahaemolyticus DAN Vibrio vulnificus UNTUK PENGENDALIAN
VIBRIOSIS PADA BAWAL BINTANG (Trachinotus blochii Lacepede, 1801)
DENGAN METODE INJEKSIVaksinasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menanggulangi penyakit ikan
sebagai salah satu cara untuk mengurangi pemberian antibiotik. Vaksinasi yang
diberikan berupa vaksin bivalen karena ikan bawal bintang merupakan salah satu
ikan air laut yang sering terserang bakteri Vibrio sp. Pemberian vaksinasi yang
dilakukan secara injeksi dapat meningkatkan respon imun secara cepat karena
langsung terserap dan diedarkan ke seluruh organ tubuh ikan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vaksin bivalen Vibrio
parahaemolyticus dan Vibrio vulnificus untuk meningkatkan respon imun ikan
bawal bintang. Ikan bawal bintang yang digunakan berukuran 8-10 cm dengan
kepadatan 25 individu/kontainer dan terdapat tiga perlakuan yaitu K+ (control);
P1 (108 CFU/mL); dan P2 (109 CFU/mL). Parameter respon imun yang diamati
meliputi total leukosit, laju fagositosis, indeks fagositosis, titer antibodi, waktu
gejala klinis mulai terlihat, tingkat kelangsungan hidup, relatif percent survival,
dan mean time to death. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter respon
imun baik nonspesifik maupun spesifik ikan bawal bintang dapat meningkat
secara signifikan dengan pemberian vaksinasi bivalen dengan kepadatan 108
CFU/mL.
Kata kunci: vaksinasi, respon imun spesifik, respon imun nonspesifik
Vaccination is an effort to prevent fish disease as a way to reduce giving
antibiotics. Giving bivalen vaccine is because snubnose pompano is one of sea
water fish that often infected by Vibrio sp. Injection vaccination could improve
immune response quickly because it can be absorbed directly and circulated to all
fish organs. This research aimed to observe the effect of bivalent vaccine Vibrio
parahaemolyticus and Vibrio vulnificus to improve immune response of sbubnose
pompano. As many as 25 snubnose pompano per container, 8-10 cm in length,
were used. There were three treatments, i.e: K+ (control); P1(108 CFU/mL
vaccine); and P2 (109 CFU/mL vaccine). Immune response parameters observed
were included total leukocytes, phagocytic activity, phagocytic index, titre
antibody, time of clinical symptoms, survival rate, relative percent survival, and
mean time to death. The results showed that the parameters of the immune
response both nonspecific and specific for snubnose pompano were significantly
increased by the application of 108 CFU/mL bivalen vaccination.
Key words: vaccination, immune response spesific, immune response nonspesific
1514111013 NINDYA LEONITA ANANDA-2022-03-26T12:09:52Z2022-03-26T12:09:52Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56284This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562842022-03-26T12:09:52ZEFEKTIVITAS BAKTERI PROBIOTIK Bacillus sp. D2.2 DAN EKSTRAK
TEPUNG UBI JALAR SEBAGAI SINBIOTIK TERHADAP SERANGAN
STREPTOCOCCOSIS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Budidaya ikan nila secara intenisf untuk meningkatkan total produksi dapat
berpotensi menimbulkan infeksi patogen pada ikan. Pengaplikasian sinbiotik
merupakan salah satu strategi pengendalian biologis yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan kesehatan pada organisme budidaya. Sinbiotik merupakan
kombinasi antara bakteri probiotik dan prebiotik. Salah satu jenis bakteri probiotik
yang dapat digunakan dalam kegiatan budidaya ikan adalah Bacillus sp D2.2.
dengan kombinasi prebiotik ekstrak tepung ubi jalar. Penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk mengetahui efektivitas sinbiotik yang terdiri dari ekstrak tepung
ubi jalar (Ipomoea batatas) dan isolat bakteri Bacillus sp. D2.2 berdasarkan
kondisi hematologi, nilai survival rate (SR) dan nilai relative percent survival
(RPS) pada benih ikan nila yang terserang penyakit streptococcosis. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Mei-Juni 2018 di Laboratorium Perikanan, Universitas
Lampung. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hewan uji pada perlakuan P4
(PRE 4% PRO 8%) memiliki nilai SR yang paling tinggi dengan tingkat
perlindungan relatif yang paling efektif dibandingkan dengan hewan uji pada
perlakuan kontrol dan perlakuan lainnya.
Kata kunci: sinbiotik, Bacillus sp. D2.2, ekstrak tepung ubi jalar, Streptococcus
agalactiae, sistem imun
Tilapia that cultured under intensive methods to increase total production,
potentially can cause pathogen infection disease. Application of synbiotics one of
biological control strategy that can improving the growth and health status in
aquaculture organisms. Sinbiotic is a combination of probiotic and prebiotic. One
of probiotics bacteria that can be used in auaculture activities is Bacillus sp D2.2.
combined with sweet potatoes extract as a prebiotic. This research aim is to
examine the synbiotic effectiveness based on hematological conditions, survival
rate (SR) and relative percent survival (RPS) of baby tilapia that infected by
Streptococcus agalactiae that causing Streptococcosis. This research was held in
May to June 2018 at the Fisheries Laboratory, University of Lampung. The results
showed that the babies tilapia in the P4 (PRE 4% PRO 8%) had the highest SR
with the most effective level of relative protection compared to the anothers
babies tilapia in this research.
Keywords: synbiotic, Bacillus sp. D2.2, sweet potatoes extract, Streptococcus
agalactiae, immunity system1414111051 NANDYA DWINITASARI-2022-03-26T12:09:50Z2022-03-26T12:09:50Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56282This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562822022-03-26T12:09:50ZPENGKAYAAN PAKAN DENGAN MINYAK IKAN UNTUK
MENINGKATKAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN SIDAT
Anguilla bicolor, (McCelland, 1844)
Ikan sidat (Anguilla bicolor) merupakan ikan komoditas ekspor dari sektor
perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki pertumbuhan yang
lambat. Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan sidat yakni melalui
pemberian pakan dengan miyak ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan laju pertumbuhan ikan sidat yang diberi pakan dari
minyak ikan. Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan dan 3 ulangan yaitu A tanpa
pengkayaan (0%), B pengkayaan minyak ikan 1,5%, dan C pengkayaan minyak
ikan 3%. Parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan spesifik, jumlah
konsumsi pakan, efiesiensi pakan, retensi lemak, dan tingkat kelangsungan hidup.
Parameter pendukung yaitu kualitas air. Analisis data dilakukan secara deskriptif
dan kuantitatif. Data yang diperoleh dari setiap pengamatan parameter akan
ditabulasi dan dianalisis menggunakan program excel 2013 dan SPSS v.20.0.
menggunakan sidik ragam dengan selang kepercayaan 95% dan uji lanjut
menggunakan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
nyata (P<0,05) peningkatan laju pertumbuhan ikan sidat yang diberi pakan dengan
pengkayaan dengan minyak ikan. Perlakuan C pengkayaan minyak ikan 3%
merupakan dosis pakan terbaik yaitu laju pertumbuhan spesifik (4,61% ± 0,0075),
jumlah konsumsi pakan (246,3 g ± 50,1), efiesiensi pakan (42,5% ± 3,74), retensi
lemak (2,97% ± 0,148), dan tingkat kelangsungan hidup (86,7% ± 11,5).
Kata Kunci :ikan sidat,lemak, minyak ikan, pertumbuhan.
Eel (Anguilla bicolor) is a export commodity fish in fisheries sector and has has
high economic value but has slow growth. One method to accelerate eel growth is
through feeding with the enrichment of fish oil . The aim of this research is to
know the increase of growth rate of eel fish fed with the enrichment of essential
fatty acids with fish oil. The study used 3 treatments and 3 replications ie A (0%
fish oil / control), B (1.5% fish oil), and C (3% fish oil). Parameters observed
included specific growth rate, feed consumption total, feed efiesiensi, fat
retention, survival rate. The supporting parameters are water quality. The result
of research obtained were tabulated and analyzed by excel 2013 program and
SPSS v. 20.0. with 95% confidence interva and continued by Duncan test. The
results showed that there was a significant effect (P <0.05) on the growth rate of
eel fish fed with the enrichment of essential fatty acids with fish oil. Treatment C
(3% fish oil) is the optimum dose because it has the best growth performance and
best feed efficiency that is specific growth rate (4,61% ± 0,0075), total feed
consumption (246,3 g ± 50,1), feed efiesiensi (42,5% ± 3,74), fat retention (2,97%
± 0,148) and survival rate (86,7% ± 11,5)
Keywords: eel fish, fatty, fish oil, growth1414111049 MIRA ISMAYANTI-2022-03-26T12:09:49Z2022-03-26T12:09:49Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56281This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562812022-03-26T12:09:49ZKAJIAN SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BADUT
Amphiprion percula (Bloch, 1801) YANG DIPELIHARA PADA MEDIA
SALINITAS YANG BERBEDAIkan badut memerlukan salinitas yang cukup tinggi dalam budidaya serta
pemeliharaannya. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan benih ikan badut dengan salinitas media yang berbeda. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Januari – Februari 2019 di Laboratorium Basah Budidaya,
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Langkap terdiri atas 3 perlakuan dengan 4
ulangan yaitu perlakuan 10 ppt, perlakuan 20 ppt, dan perlakuan 30 ppt.
Parameter yang diukur selama penelitian adalah survival rate, pertumbuhan berat
dan panjang mutlak, laju pertumbuhan harian, dan kualitas air. Penelitian
dilakukan selama 40 hari. Uji statistik penelitian menggunakan analisis ragam
atau Anova dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa salinitas media yang berbeda berpengaruh nyata terhadap sintasan benih
ikan badut, tetapi tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan.
Kata kunci: Ikan badut , Media, Salinitas, Pertumbuhan, Survival rate
Clown fish require high salinity in their cultivation and maintenance. The research
carried out aims to determine the growth of clown fish larvae in different media
salinity. This research was held in January to February 2019 at the Wet
Aquaculture Laboratory, Lampung Center for Aquaculture Development. The
experimental design used was Randomized Design Consisting of 3 treatments
with 4 replications, 10 ppt treatment, 20 ppt treatment, and 30 ppt treatment. The
parameters measured during the study were survival rate, growth in absolute
weight and length, daily growth rate, and water quality. The research absolute
growth was conducted for 40 days. The statistical test of research uses analysis of
variance or ANOVA with a confidence level of 95%. The results showed that
different media salinity had a significant effect on the survival of clown fish
seeds, but not significantly different on growth.
Keywords: Clown fish, Growth, Media, Salinity, Survival rate1414111046 MERLIA DONNA JOHAN-2022-03-26T12:09:47Z2022-03-26T12:09:47Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56280This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562802022-03-26T12:09:47ZPEMBERIAN MIKROKAPSUL PROBIOTIK UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN IKAN KERAPU MACAN
Epinephelus fuscoguttatus (Forsskal, 1775)
Probiotik berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan ikan. Namun probiotik
umumnya tidak mampu bertahan hidup ketika melewati lambung dan saluran
pencernaan. Dengan teknik mikrokapsul probiotik, diharapkan probiotik yang
dicampur ke dalam pakan tidak rusak saat melewati saluran pencernaan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mempelajari peningkatan pertumbuhan ikan kerapu
macan yang diberi pakan mengandung mikrokapsul probiotik Bacillus sp. D2.2
dengan dosis berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan
dicampur mikrokapsul probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan ikan kerapu
macan. Berikut hasil pengamatan tertinggi yaitu pertumbuhan berat mutlak (23,8 ±
0,7) gram, laju pertumbuhan harian (1,35 ± 0,04) % per-hari, rasio konversi pakan
(FCR) (1,3 ± 0,1), kelangsungan hidup (83 ± 2,9) % dan kecernaan protein 90,56
% Sedangkan nilai terendah yaitu pada perlakuan kontrol. Hasil uji anova
menunjukkan bahwa pemberian mikrokapsul probiotik berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan berat mutlak, laju pertumbuhan spesifik dan rasio konversi pakan
dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Kata Kunci : Bacillus sp. D2.2, viabilitas, kecernaan pakan
Probiotics have an effect on increasing fish growth. However, probiotics are
generally unable to survive when passing through the stomach and digestive tract.
With the probiotic microcapsule technique, it is expected that probiotics mixed into
the feed will not be damaged as they pass through the digestive tract. The purpose
of this study was to study the increase in growth of tiger grouper fish fed with
probiotic Bacillus sp. D2.2 with different dosages. The results showed that feeding
with probiotic microcapsules mixed could increase the growth of tiger grouper fish.
The following are the highest observations, namely absolute weight growth (23.8 ±
0.7) grams, specific growth rate (1.35 ± 0.04)% /day, feed covertion ratio (FCR)
(1.3 ± 0.1) ), survival rate (83 ± 2.9)% and protein digestibility 90.56% while the
lowest value is in the control treatment. Anova test results showed that the
administration of probiotic microcapsules significantly affected the growth of
absolute weight, daily growth rate and feed covertion ratio compared to control
treatments.
Keywords: Bacillus sp. D2.2, viability, feed digestibility1514111002 IGNATIUS SANDRA SETYABUDI2022-03-26T12:09:44Z2022-03-26T12:09:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56278This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562782022-03-26T12:09:44ZEFEKTIVITAS PEMBERIAN MIKROKAPSUL PROBIOTIK
TERHADAP KOMPOSISI BAKTERI PADA USUS
IKAN KERAPU MACAN Epinephelus fuscogutattus (Forsskal, 1775)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikrokapsul
probiotik terhadap komposisi bakteri pada usus ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscogutattus).Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan, yaitu perlakuan K+
(Pemberian pakan dengan probiotik tanpa mikrokapsul), K- (Pemberian pakan
tanpa penambahan probiotik), A (Pemberian mikrokapsul probiotik dengan dosis
1g/kg pakan), B (Pemberian mikrokapsul probiotik dengan dosis 2g/kg pakan),
dan C (Pemberian mikrokapsul probiotik dengan dosis 3g/kg pakan). Parameter
yang diamati meliputi viabilitas sel bakteri Bacillus sp. D2.2, komposisi bakteri
pada usus Kerapu Macan, kelimpahan bakteri asam laktat dan kelimpahan
Bacillus sp. D2.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
pemberian mikrokapsul probiotik terhadap komposisi bakteri pada usus Kerapu
Macan. Mikrokapsul probiotik mampu mempengaruhi viabilitas bakteri probiotik
dan kelimpahan bakteri asam laktat.
Kata Kunci : Bacillus sp. D2.2, Bakteri Asam Laktat, Probiotik, Kelimpahan
Bakteri, Viabilitas
This study was aimed to determine the effect of probiotic microcapsules on the
bacterial composition on tiger grouper (Epinephelus fuscogutattus) intestine. The
experimental design was used completely randomized design with five treatments
and three replications, namely K + (Fed with probiotics without microcapsules),
K- (Fed without the addition of probiotics), A (Fed with 1 g/kg microcapsules
probiotics dose of feed), B (Fed with 2 g/kg microcapsules probiotics dose of
feed), and C (Fed with 3 g/kg microcapsules probiotics dose of feed). The
observed parameters were probiotic cell viability, bacterial composition on tiger
grouper intestine, abundance of lactic acid bacteria and abundance of Bacillus sp.
D2.2. The results showed that probiotic microcapsules had the effect on bacterial
composition in the intestines of tiger grouper. Probiotic microcapsules could
affect the viability of probiotic bacteria and also affect the abundance of lactic
acid bacteria.
Keywords : Bacillus sp. D2.2, Lactic acid bacteria, Probiotic, Bacterial
abundance, Viability1514111020 GOESTI RARA FIRANTI-2022-03-26T12:09:43Z2022-03-26T12:09:43Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56274This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562742022-03-26T12:09:43ZPRODUKTIVITAS PRIMER TAMBAK UDANG VANAME (Litopenaeus
vannamei) (Boone, 1931) DENGAN JARAK DAN TINGKAT KERAPATAN
KOMUNITAS HUTAN MANGROVE YANG BERBEDADesa Purworejo merupakan daerah yang sedang berkembang terutama sektor
budidaya udang vaname. Keberadaan komunitas hutan mangrove memberikan
dampak positif terhadap kegiatan budidaya udang vaname. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui produktivitas primer tambak udang vaname pada jarak
dan kerapatan komunitas hutan mangrove yang berbeda. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Juli-Oktober 2018, bertempat di Desa Purworejo, Kecamatan Pasir
Sakti, Kabupaten Lampung Timur, dengan tiga titik stasiun penelitian yaitu
Stasiun 1 dengan kerapatan 1477 pohon/hektar, Stasiun 2 dengan kerapatan 1463
pohon/hektar, dan Stasiun 3 dengan kerapatan 1403 pohon/hektar. Data tutupan
dan kerapatan hutan mangrove, produktivitas primer, dan kualitas air dianalisis
menggunakan principal component analisis (PCA). Terdapat perbedaan
produktivitas primer tambak pada jarak dan kerapatan hutan mangrove yang
berbeda. Produktivitas primer tertinggi adalah stasiun 2 sebesar 23.429,69 mgC m-3 d-1, dengan jarak aliran yang melalui mangrove sejauh 283 m dan kerapatan
mangrove sebanyak 1463 pohon/hektar.
Kata Kunci: Produktivitas primer, tambak udang vaname, mangrove, jarak,
kerapatan.
Purworejo is a developing in the vaname shrimp cultivation sector. The existence
of a mangrove forest community has a positive impact on vaname shrimp culture.
The purpose of this study was to determine the primary productivity of vaname
shrimp ponds at a different distance and density of mangrove forest communities.
This research was conducted in July-October 2018, at Desa Purworejo,
Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, with three research stations
namely Station 1 with a density of 1477 trees / hectare, Station 2 with a density of
1463 trees/hectare, and Station 3 with a density of 1403 trees/hectare. Data on
cover and density of mangrove forests, primary productivity, and water quality
were analyzed using principal component analysis (PCA). There are differences in
the primary productivity of ponds in the distance and density of different
mangrove forests. The highest primary productivity is station 2 of 23.429.69 mgC
m-3 d-1, with the distance of the flow through the mangrove as far as 283 m and
the density of mangroves as much as 1463 trees/hectare.
Keywords: Primer productivity, vaname shrimp pond, mangrove, distance,
density1414111026 FAJRI MUHARRAN-2022-03-26T12:09:35Z2022-03-26T12:09:35Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56273This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562732022-03-26T12:09:35ZEFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura
procumbens) SEBAGI FITOFARMAKA UNTUK MENCEGAH
SERANGAN BAKTERI Vibrio alginolyticus PADA IKAN KERAPU
MACAN (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775)
Fitofarmaka di Indonesia sudah tidak asing lagi dan banyak dimanfaatkan untuk
pengobatan tradisional pada manusia. Obat berbahan herbal ini juga berpotensi
dan sudah dimanfaatkan untuk pengobatan ikan. Tanaman sambung nyawa
(Gynura procumbens) merupakan salah satu tanaman yang sudah banyak
dimanfaatkan untuk pengobatan manusia karena memiliki kandungan senyawa
metabolit sekunder yang berkhasiat obat seperti flavonoid, tanin, dan saponin.
Daun sambung nyawa juga berpotensi untuk digunakan sebagai obat ikan dalam
rangka pencegahan penyakit. Salah satu penyakit bakterial yang berbahaya dan
banyak menimbulkan kerugian besar adalah vibriosis yang disebabkan oleh Vibrio
alginolyticus. Vibriosis banyak menyerang komoditas unggulan air laut yaitu ikan
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775). Penggunaan antibiotik
sintetik telah banyak digunakan tetapi menimbulkan banyak dampak buruk,
sehingga perlu alternatif baru untuk pencegahan vibriosis. Salah satunya yaitu
dengan penggunaan ekstrak daun sambung nyawa, hal ini didukung karena
potensinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh ekstrak daun
sambung nyawa untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan kerapu macan
sehingga dapat mencegah serangan bakteri Vibrio alginolyticus. Metode yang
dilakukan meliputi uji ekstraksi bahan, uji in vitro, uji in vivo, uji hematologi, dan
uji histopatologi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dosis ekstrak daun sambung
nyawa yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan kerapu
macan dan mencegah serangan Vibrio alginolyticus adalah dosis 700 ppm.
Kata kunci : daun sambung nyawa, pencegahan, vibriosis
Phytopharmaca in Indonesia has already familiar and is widely used for traditional
medicine in humans. Medicines made from these herbs also have the potential and
have been used for the treatment on fish. Sambung nyawa (Gynura procumbens)
is one of the plants that has been widely used for human medicine because of
secondary metabolites content which have medicinal properties such as
flavonoids, tannins, and saponins. Sambung nyawa leaves also have the potential
to be used as fish medicine in order to prevent disease. One dangerous bacterial
disease that causes a lot of damage is vibriosis caused by Vibrio alginolyticus.
Vibriosis attacks a lot of superior sea water commodities, such as tiger grouper
(Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775). The use of synthetic antibiotics has
been widely used but has many adverse effects, so it needs new alternatives for
the prevention of vibriosis. One of them is the use of sambung nyawa leaf extract,
this is supported because of its potential. This study aims to examine the effect of
sambung nyawa leaf extract to improve the body resistance of tiger grouper so
that it can prevent the attack of Vibrio alginolyticus bacteria. The method includes
extraction, in vitro test, in vivo test, hematology test, and histopathology test. The
conclusion of this study is that the most effective dose of sambung nyawa leaf
extract to increase the body resistance of tiger grouper and prevent the attack of
Vibrio alginolyticus is 700 ppm.
Key words : sambung nyawa leaf, prevention, vibriosis1514111086 ETIKA OKTAVIANI-2022-03-26T12:09:30Z2022-03-26T12:09:30Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56271This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562712022-03-26T12:09:30ZPERTUMBUHAN POPULASI MIKROALGA Spirulina sp. PADA KULTUR
SKALA LABORATORIUM DALAM MEDIA LIMBAH PENDEDERAN
KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis)Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pertumbuhan populasi Spirulina sp., pada
kultur skala laboratorium dalam media limbah pendederan kerapu bebek (Cromileptes
altivelis). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, yaitu perlakuan A (100%), B (75%),
C (50%) dan D (25%) limbah pendederan kerapu bebek sebagai media kultur.
Parameter yang dihitung meliputi kepadatan populasi Spirulina sp., nitrat, ortofosfat,
pH, suhu, salinitas dan intensitas cahaya. Data parameter nitrat, ortofosfat dan
kepadatan populasi Spirulina sp., diuji menggunakan analysis of variance (anova)
dengan tingkat kepercayaan 95% dan hasil yang berbeda nyata diuji lanjut
menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan limbah pendederan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) pada konsenrasi
25% berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan populasi Spirulina sp., pada kultur
skala laboratorium.
Kata Kunci: Kerapu bebek, limbah, nitrat, ortofosfat, Spirulina sp.
The aim of this study was to examine the growth of Spirulina sp., population using
humpback grouper (Cromileptes altivelis) cultivation waste in laboratory scale culture.
The research design used was a completely randomized design (CRD) with four
treatments and three replications, that is treatment A (100%), B (75%), C (50%) and D
(25%) humpback grouper waste as culture medium. The parameters observed included
the population density of Spirulina sp., nitrate, orthophosphate, temperature, salinity,
pH and light intensity. The parameter data of nitrate, orthophosphate and population
density of Spirulina sp. were tested using analysis of variance (anova) at 95% and
continued least significance different (LSD). The results showed that the utilization of
humpback grouper (Cromileptes altivelis) waste at 25% concentration affect
significantly influence on the growth of Spirulina sp., population in the laboratory scale
culture (2,66 x 106
ind/mL).
Key words: Humpback grouper. nitrate, orthophosphate, Spirulina sp., waste1514111041 ELLEN LARASATI-2022-03-26T12:07:52Z2022-03-26T12:07:52Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56269This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562692022-03-26T12:07:52ZPENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera)
DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA
(Oreochromis niloticus) YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN
TEKNOLOGI BIOFLOKPertumbuhan ikan nila bergantung pada asupan nutrisi dalam pakan dan kualitas
air selama masa pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan tepung daun kelor dalam pakan terhadap performa
pertumbuhan ikan nila yang dibudidayakan dengan teknologi bioflok. Rancangan
penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 3 ulangan. Metode yang digunakan yaitu menambahkan proporsi
tepung daun kelor 0%, 4%, 6%, dan 8% ke dalam pakan komersial yang telah
dihancurkan, kemudian pakan tersebut dicetak kembali (repelleting). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata (P<0,05) pada
penambahan tepung daun kelor ke dalam pakan terhadap performa pertumbuhan
ikan nila. Penambahan tepung daun kelor 8% merupakan proporsi yang paling
optimum karena memiliki performa pertumbuhan terbaik yaitu berat mutlak (18,6
± 1,47 g), panjang mutlak (3,76 ± 0,41), pertumbuhan harian (0,31 ± 0,03 g/hari),
dan konversi pakan (1,74 ± 0,08).
Kata kunci : Bioflok, Nutrisi, Pakan, Pertumbuhan, Proporsi
Tilapia growth depends on feed nutrients and also water quality during the culture
period. The purpose of this research is to determine the effect of the addition of
Moringa leaf flour on feed for the growth performance of tilapia that is cultured
with biofloc technology. The research design used a complete randomized design
(CRD) with 4 treatments and 3 replications. The method was added Moringa leaf
flour with proportion 0%, 4%, 6%, and 8% into commercial feed that has been
crushed, then the feed is repelleting. The results showed that there was a
significant effect (P <0.05) on the addition of moringa leaf flour to the feed on the
growth performance of tilapia. The addition of 8% Moringa leaf flour is the most
optimum proportion because it has the best growth performance of absolute
weight (18.6 ± 1.47 g), absolute length (3.76 ± 0.41), daily growth (0.31 ± 0, 03 g
/ day), and feed conversion (1.74 ± 0.08).
Keywords: Biofloc, Feed, Growth, Nutrition, Proportion
1514111004 DWI OKTAVIANI2022-03-26T12:07:51Z2022-03-26T12:07:51Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56265This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562652022-03-26T12:07:51ZINDUKSI OVULASI DAN PEMIJAHAN BUATAN INDUK PATIN SIAM
(Pangasianodon hypophthalmus, Sauvage, 1878) DENGAN KOMBINASI
HORMON OVAPRIM DAN OKSITOSINIkan patin merupakan salah satu komuditas ikan yang banyak diminati untuk
dibudidayakan. Oleh karena itu, pengembangan komuditas ikan patin haruslah
terus dilakukan dengan cara pemijahan. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengevaluasi keberhasilan ovulasi dan pemijahan buatan ikan patin siam dengan
menggunakan kombinasi hormon ovaprim dan oksitosin serta menentukan dosis
yang efektif dalam pemijahan buatan. Penelitian ini terdiri atas perlakuan dan 5
ulangan dengan menggunakan metode rancangan acak kelompok. Perlakuan
terdiri dari P1 (0,5 ml ovaprim + 0 ml oksitosin), P2 (0,375 ml ovaprim + 0,125
oksitosin), P3 (0,25 ml ovaprim + 0,25 ml oksitosin), P4 (0,125 ml ovaprim +
0,375 ml oksitosin) dan P5 (0 ml ovaprim + 0,5 oksitosin). Hasil terbaik yang
didapat adalah perlakuan P4 atau dengan dosis 0,125 ml ovaprim yang
dikombinasikan dengan 0,375 ml oksitosin memiliki hasil yang sama pada
parameter derajat ovulasi, waktu laten, diameter telur, fekunditas, fertilisasi, dan
penetasan telur terhadap perlakuan 0,5 ml ovaprim dan 0 ml oksitosin.
Keywords: oksitosin, ovaprim, spawning, Pangasianodon hypophthalmus.
Pangasius hypopthalmus is one of fish commodity that demand for cultivation.
Therefore, development efforts of pangasius hypopthalmus commodity must be
continue to do with the spawning way. The aim of the present study was to
evaluate the success of ovulation and artificial spawning by using combination of
ovaprim hormone and oxytocin hormone. Also determine the effective dose for
artificial spawning. The present study consisted of five treatments with five
replications of each. This experiment was used randoimized group design method.
The treatments of this study cosisted of P1(0,5 ml ovaprim + 0 ml oxytocin), P2
(0,375 ml ovaprim + 0,125 ml oxytocin), P3 (0,25 ml ovaprim + 0,25 ml
oxytocin), P4 (0,125 ml ovaprim + 0,375 ml oxytocin) and P5 (0 ml ovaprim +
0,5 ml oxytocin). The best results from this study showed by the fourth treatments
(P4) with dose 0,125 ml ovaprim that combined with 0,375 ml oxytocin reached
similar values with theses two hormonal preparations for the ovulation rate,
latensi periode, size of eggs, fekundity, fertilization and also eggs hatching to the
treatments of 0,5 ml ovaprim and 0 ml oxytocin.
Key words : oksitosin, ovaprim, spawning, Pangasianodon hypophthalmus.1514111078 BERY ROLLA SANDI2022-03-26T12:07:49Z2022-03-26T12:07:49Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56263This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562632022-03-26T12:07:49ZPERTUMBUHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone, 1931)
PADA INLET DENGAN KERAPATAN MANGROVE YANG BERBEDA
DI HUTAN PENDIDIKAN MANGROVE UNILA DESA MARGASARI
KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG
TIMURDesa Margasari merupakan salah satu daerah yang sedang mengembangkan
potensi sektor budidaya udang vaname dan reboisasi hutan mangrove dibagian
pesisir. Perbedaan kerapatan hutan mangrove pada jalur inlet diduga mampu
mempengaruhi pertumbuhan udang vaname. Penelitian ini bertujuan guna
mengkaji pengaruh yang diberikan kerapatan hutan mangrove yang berbeda di
jalur inlet terhadap pertumbuhan udang vaname. Penelitian ini dilakukan di Hutan
Pendidikan Unila, Desa Margasari pada bulan Januari - Juli 2019 dengan dua
stasiun, yakni Stasiun 1 dengan kerapatan 1933 pohon/ha dan Stasiun 2 dengan
kerapatan 1467 pohon/ha. Penelitian dilakukan dengan identifikasi jenis dan
kerapatan mangrove dan budidaya udang vaname menggunakan keramba tancap.
Seluruh parameter penelitian berupa pertumbuhan berat udang, kerapatan
mangrove, tutupan kanopi, produktivitas primer, dan kualitas air dianalisis
menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perbedaan pertumbuhan udang vaname terjadi pada 10 hari
pemeliharaan, dimana pertumbuhan berat mutlak udang vaname di Stasiun 1
sebesar 0,77 ± 0,21 gram dan Stasiun 2 sebesar 0,32 ± 0,12 gram. Korelasi antar
parameter terbagi menjadi 3 variabel, yakni variabel 1 (amonia; oksigen terlarut;
nitrit; tutupan kanopi; pH; pertumbuhan berat mutlak udang vaname), variabel 2
(kerapatan mangrove; salinitas), dan variabel 3 (suhu; produktivitas primer) yang
menunjukkan bahwa pertumbuhan udang vaname tidak dipengaruhi oleh jalur
inlet dengan kerapatan mangrove yang berbeda.
Kata kunci: korelasi, pertumbuhan udang vaname, kerapatan mangrove,
Principal Component Analysis
Margasari Village is one of area that is currently developing vaname shrimp
sector farming while implementing mangrove forests reforestation on the coast.
The difference in the mangrove forest density in the inlet canal might effect
vaname shrimp growth. This study aims to examine the effect between the
different mangrove forest densities on inlet canal to vaname shrimp growth. This
research was held at Unila Education Forest, Margasari Village in January - July
2019 with two stations, namely Station 1 with a density of 1933 trees / ha and
Station 2 with a density of 1467 trees / ha. Research was conducted with
identification type and mangrove density and cultivating shrimp vaname in pin
cage. Research parameters such as shrimp absolute growth weight, mangrove
density, canopy cover, primary productivity, and water quality were analyzed
using Principal Component Analysis (PCA) method. The results showed that the
difference in vaname shrimp growth occurred at 10 days of culture, whrere the
vaname shrimp absolute weight growth at Station 1 was 0.77 ± 0.21 gram and
Station 2 was 0.32 ± 0.12 gram. The correlation across parameter divided into 3
variables, namely variable 1 (ammonia; dissolved oxygen; nitrites; canopy cover;
pH; vaname shrimp absolute growth weight), variable 2 (mangrove density;
salinity), and variable 3 (temperature; primary productivity) indicating that growth
of vaname shrimp did not give direct effect by inlet canal with different mangrove
density.
Keywords: correlation, vaname shrimp growth, mangrove density, Principal
Component Analysis1414111013 Bambang Prakoso2022-03-26T12:07:48Z2022-03-26T12:07:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56261This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562612022-03-26T12:07:48ZPENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN DAN MAGGOT Hermetia
illucens TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN JELAWAT Leptobarbus
hoevenii (Bleeker, 1851)
Ikan jelawat merupakan salah satu ikan asli Indonesia yang memiliki potensi
untuk dikembangkan oleh masyarakat sebagai komoditas budidaya air tawar.
Masalah yang dihadapi dalam membudidayakan ikan jelawat adalah
pertumbuhannya yang lambat. Salah satu upaya untuk menunjang pertumbuhan
ikan jelawat adalah kombinasi pakan alami dan buatan dengan penggunaan larva
lalat bunga atau sering disebut maggot. Penggunaan maggot segar dapat
dimanfaatkan sebagai sumber protein tambahan untuk pertumbuhan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan
jelawat yang diberi pakan kombinasi maggot dan pelet serta proporsi pemberian
kombinasi maggot yang paling tepat pada pakan ikan. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari
lima perlakuan, yaitu perlakuan A (pakan pelet 100%), B (pakan pelet 75% dan
maggot 25%), C (pakan pelet 50% dan maggot 50%), D (pakan pelet 25% dan
maggot 75%), E (pakan maggot 100%). Hasil penelitian menunjukkan pemberian
pakan maggot dan pakan pelet berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan jelawat. Perlakuan C dengan pemberian pakan
maggot 50% dan pakan pelet 50% memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan
mutlak (5,56 gram) dan laju pertumbuhan harian (0,093 gram/hari). Sementara
perlakuan E dengan pemberian maggot 100% memberikan hasil terbaik pada rasio
konversi pakan (1,69) dan kelangsungan hidup (100%).
Kata kunci : Ikan jelawat, maggot, kombinasi, pakan buatan, pertumbuhan.
Mad barb is one of Indonesian local fish which have a potential to be explore by
people as one of fresh water cultivatation commodity. Problem that occured in
rearing mad barb is slowgrowth. A way to support mad barb’s growth is by
natural feed and artificial feed combination with maggot. The use of fresh maggot
can be utilized as additional protein to mad barb’s growth. The research was
aimed to know the growth and survival rate of mad barb fish which feed by
maggot and pellet combination also the best proportion feed of maggot
combination. The method in this research used completely randomized design
(CRD) with 5 treatments i.e A (pellet 100%), B (pellet 75% and maggot 25%), C
(pellet 50% and maggot 50%), D (pellet 25% and maggot 75%), E (maggot
100%).The result showed feed with maggot and pellet effected on growth and
survival rate mad barb fish. The best treatment on growth rate (5,56 gram) and
average daily grain (0,093 gram/day) is combination pellet 50% and maggot 50%.
Where as the best treatment on feed conversion rate (1,69) and survival rate
(100%) is maggot 100%.
Keywords : Mad barb fish, maggot, combination, artificial feed, growth.1414111012 BAGUS SANTOSO2022-03-26T12:07:46Z2022-03-26T12:07:46Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56258This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562582022-03-26T12:07:46ZPERTUMBUHAN IKAN JELAWAT
(Leptobarbus hoevenii (Bleeker, 1851) PADA JENIS KOLAM BERBEDAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ikan jelawat (Leptobarbus
hoevenii [Bleeker, 1851]) yang terbaik pada jenis kolam berbeda. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Benih
ikan jelawat dipelihara selama 60 hari pada jenis kolam berbeda yaitu kolam semen dan
kolam fiber dengan kepadatan masing-masing 200 ekor/kolam. Variabel pertumbuhan
yang diukur antara lain pertambahan panjang, pertambahan bobot, kelangsungan hidup,
serta parameter nilai kualitas air (Suhu, pH, dan DO). Hasil pengamatan pertambahan
panjang dan bobot ikan jelawat dianalisis menggunakan rumus dari Effendie, 2002,
yaitu W = aLb
dan analisis regresi linier adapun untuk nilai kelangsungan hidup serta
nilai kualitas air dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan
panjang dan berat ikan jelawat di kolam fiber dan kolam semen allowmetrik negatif (b
< 3), yang berarti pertambahan panjang ikan lebih cepat dibandingkan dengan
pertambahan bobot ikan. Adapun hasil nilai koofesien determinasi (R2
) ikan jelawat
yang dipelihara pada kolam fiber lebih tinggi dibandingkan dengan kolam semen. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan jelawat lebih baik pada kolam
fiber, untuk persentase kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada ikan yang dipelihara
pada kolam fiber (98%).
Kata kunci : ikan jelawat, kolam semen, kolam fiber, pertumbuhan
The aim of this study was to determine the best growth of Hoven’s Carp (Leptobarbus
hoevenii [Bleeker, 1851]) in different types of ponds. The research was conducted at the
Integrated Laboratory of the Faculty of Agriculture, University of Lampung. Hoven’s
Carp larvae are maintained for 60 days in different types of ponds, cement ponds and
fiber ponds with a density of 200 fish/pond each. Growth variables measured include
length increase, weight gain, survival, and water quality value parameters (Temperature,
pH, and DO). The results of the observation of the length and weight of the Hoven’s
Carp were analyzed using the formula from Effendie, 2002,W = aL
b
and the linear
regression analysis for the survival values and water quality values were analyzed
descriptively. The results showed the growth of the length and weight of the fish in the
fiber pool and the allowmetric cement pond were negative (b <3), which means that the
length of the fish was faster than the weight of the fish. As for the results of the
coefficient of determination (R2) the Hoven’s Carp fish maintained in the fiber pool is
higher than the cement pond. This shows that the growth pattern of fish is better in fiber
pools, for the highest percentage of survival is found in fish kept in fiber ponds (98%).
Keywords: cement ponds, fiber ponds hovens carp, growth
1214111008 ATA SANTOSA2022-03-26T12:07:44Z2022-03-26T12:07:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56252This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562522022-03-26T12:07:44ZFITOREMEDIASI LOGAM BESI (Fe) PADA AIR EKS GALIAN PASIR
KECAMATAN PASIR SAKTI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
MENGGUNAKAN ECENG GONDOK Eichhornia crassipes (Martius, 1824)
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur memiliki banyak lahan bekas
galian pasir yang terisi oleh air, air tersebut mengandung logam besi (Fe) dengan
konsentrasi yang tinggi. Salah satu upaya untuk mengurangi konsentrasi logam besi
yang ada di perairan adalah dengan melakukan fitoremediasi menggunakan eceng
gondok (Eichhornia crassipes). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh perbedaan luas tutupan terhadap penurunan Fe di air, nilai faktor
biokonsentrasi, dan tranlokasi, serta untuk mempelajari konsentrasi Fe di akar,
batang, dan daun di eceng gondok. Penelitian dilakukan dengan percobaan
rancangan bujur sangkar latin yang terdiri atas 3 perlakuan dan 3 ulangan (3x3).
Perlakuan tersebut adalah 25% luas tutupan, 50% luas tutupan, dan 75% luas
tutupan eceng gondok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas tutupan eceng
gondok memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap persentase penurunan besi
(Fe), faktor biokonsentrasi, dan faktor tranlokasi. Perlakuan 50% merupakan
perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya dengan rata-rata
persentase penurunan sebesar 97,49%.
Kata kunci : fitoremediasi, besi, eceng gondok, biokonsentrasi, translokasi
District of Pasir Sakti, located in Lampung East regency have many ex pits mining
filled by water contained with iron (Fe) in high concentration. To reduce iron
concentration used phytoremediation method using water hyacinth (Eichhornia
crassipes). The aims of this research are to find out the effect of difference in
different covering water surface area on reduce iron concentration in water,
bioconcentration factor (BCF) and translocation factor (TF), also to study iron
concentration in root, steam, and leaf of water hyacinth. This research was
conducted by Latin Square Design using 3 treatments and 3 replication respectively
25%, 50% and 75% covering water surface area. The result of this research were
showing that has signification effect to reduce iron concentration in water, increase
BCF and TF. The iron concentration was decrasing about 97,49% with covered area
of water hyacinth reach out 50% of waters surface area.
Key words : phytoremediation, iron, water hyacinth, BCF, TF1514111070 ARTHO NUGRAHA MARTIN-2022-03-26T12:07:42Z2022-03-26T12:07:42Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56251This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562512022-03-26T12:07:42ZANALISIS RASIO C:N BERBEDA PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM Pangasius hypophthalmus
(Sauvage, 1878)Peningkatan budidaya ikan patin berpengaruh terhadap meningkatnya limbah di
perairan. Limbah akuakultur yang mengandung unsur hara yang tinggi berpotensi
merusak lingkungan budidaya. Sistem bioflok dalam kegiatan budidaya ikan patin
mampu menguraikan limbah NH3 menjadi flok yang dapat dikonsumsi oleh ikan
secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan
tingkat kelangsungan hidup ikan patin pada sistem bioflok dengan rasio C:N yang
berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan
November 2018 di Gedung K, Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi
Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat
perlakuan dan tiga ulangan. Benih ikan patin siam dipelihara pada wadah
akuarium ukuran 40 cm x 30 cm x 30 cm selama 40 hari dengan media perlakuan
A (pemeliharaan tanpa bioflok), perlakuan B rasio C:N 15, perlakuan C rasio C:N
20, perlakuan D rasio C:N 25. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sistem
bioflok dengan C:N rasio berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
dan kelangsungan hidup ikan patin, namun berpengaruh nyata terhadap perlakuan
tanpa bioflok. Perlakuan terbaik pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
patin adalah C:N rasio 15.
Kata kunci: Bioflok, NH3, Ikan Patin Siam, Pangasius hypophthalmus, C:N rasio
The increase of catfish cultivation gave an effect on increasing waste in the
waters. Aquaculture wastes that contain high nutrients have the potential to
damage the cultivation environment. The Biofloc system in catfish cultivation can
decompose NH3 waste into floc which can be consumed directly by fish. This
study aims to analyze the growth and survival rates of catfish in biofloc systems
with different C: N ratios. This research was conducted from October to
November 2018 in Building K, Fisheries Cultivation Laboratory, Aquaculture
Study Program, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The research
design used was a completely randomized design (CRD) with four treatments and
three replications. Siamese catfish seeds are maintained in aquarium containers
measuring 40 cm x 30 cm x 30 cm for 40 days with treatment media A
(maintenance without biofloc), treatment B ratio C: N 15, treatment C ratio C: N
20, treatment D ratio C : N 25. The results of the study showed that the biofloc
system with different C:N ratios did not significantly affect the growth and
survival rate of catfish, but significantly affected the treatment without biofloc.
The best treatment for growth and survival rate of catfish is ratio C: N 15.
Keywords: Bioflok, NH3, Siamese Catfish, Pangasius hypophthalmus, Ratio C: N1314111003 AKBAR MAULANA SASRY-2022-03-26T12:07:39Z2022-03-26T12:07:39Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56245This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562452022-03-26T12:07:39ZKAJIAN PENAMBAHAN PAPAIN DALAM PAKAN BUATAN
TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN
BENIH IKAN JELAWAT Leptobarbus hoevenii (Bleeker, 1851) Ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni) merupakan salah satu jenis ikan asli
Indonesia. Kandungan protein pakan komersil untuk ikan jelawat sudah sesuai
untuk pertumbuhan namun pertumbuhan ikan jelawat kurang optimum. Hal ini
diduga karena dalam proses penyerapan protein masih kurang optimal.
Penambahan papain diharapkan mampu meningkatkan pemanfaatan protein pakan
untuk pertumbuhan ikan jelawat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April -
Juni 2019 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan
Kelautan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan
hewan uji berukuran 8 – 11 cm dan menggunakan metode rancangan acak lengkap
(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan yaitu perlakuan A
dengan pakan yang tidak ditambahkan papain, perlakuan B, C dan D dengan
pakan yang ditambahkan 0,15 g, 0,25 g dan 0,35 g papain dalam pakan buatan.
Parameter penelitian berupa pertumbuhan berat mutlak, efisiensi pemanfaatan
pakan, retensi protein, tingkat kelangsungan hidup, dan kualitas air (DO, suhu dan
pH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan papain pada pakan
buatan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak, rasio konversi
pakan, dan retensi protein ikan jelawat dan tidak berpengaruh nyata terhadap
kelangsungan hidup ikan jelawat. Kemudian, perlakuan terbaik untuk
pertumbuhan ikan jelawat yaitu perlakuan C dengan pakan yang ditambahkan
0,25 g papain.
Kata kunci: Ikan Jelawat, Pakan, Papain, Pertumbuhan Berat Mutlak
Jelawat fish (Leptobarbus hoeveni) is one type of fish native to Indonesia. The
protein content of commercial feed for jelawat fish is suitable for growth but the
growth of jelawat fish is less than optimally. This is presumably because in the
process of protein absorption is still less than optimally. The addition of papain is
expected to be able to increase the utilization of feed protein for the growth of
jelawat fish. This research was conducted in April - June 2019 at the Laboratory
of Fisheries Aquaculture, Department of Fisheries and Marine, Faculty of
Agriculture, University of Lampung. This study uses a test animals sized 8 – 11
cm and using completely Randomized Design Method (RAL) which consists of 4
treatments with 3 replications namely treatment A with feed not added to papain,
treatments B, C and D with food added 0,15 g, 0,25 g and 0,35 g of papain in
artificial feed. The research parameters were absolute weight growth, feed
utilization efficiency, protein retention, survival rate, and water quality (DO,
temperature and pH). The results showed that the addition of the papain to
artificial feed significantly affected the growth of absolute weight, feed
conservation ratio, and protein retention of jelawat fish and had no significant
effect on the survival rate jelawat fish. Then, the best treatment for the growth of
jelawat fish is treatment C with 0.25 g papain added to the feed.
Key word: Jelawat Fish, Feed, Papain, Absolute Weight Growth
1414111001 ADI SAPUTRA-2022-03-26T12:07:37Z2022-03-26T12:07:37Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56236This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562362022-03-26T12:07:37ZPERFORMA PERTUMBUHAN POSTLARVA UDANG VANAME
Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) yang diberi PAKAN
Artemia BEKU dan Artemia DEKAPSULASIJenis pakan yang diberikan pada postlarva udang vaname berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
tingkat pemanfaatan pakan Artemia beku dan Artemia dekapsulasi untuk partum�buhan dan kelangsungan hidup postlarva udang vaname. Penelitian menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan
yang diuji adalah (A) Artemia beku , (B) Artemia dekapsulasi, (C) Artemia beku
+Artemia dekapsulasi. Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery PT. Citra Larva
Cemerlang, Kalianda, Lampung selatan dengan menggunakan udang vaname
stadia PL 2 sebanyak 6300 ekor yang dipelihara selama 10 hari. Parameter yang
diamati meliputi laju pertumbuhan panjang dan bobot relatif, efisiensi peman�faatan pakan, rasio efisiensi protein, tingkat kelangsungan hidup, dan kualitas air.
Berdasarkan hasil analisis statistik (Anova) dan uji lanjut BNT pemberian pakan
Artemia beku memberikan hasil terbaik dengan pertumbuhan bobot relatif 128,06
g, efisiensi pemanfaatan pakan 0,04%, rasio efisiensi protein 48,21%, tingkat
kelangsungan hidup dengan persentase 56%, dan untuk laju pertumbuhan panjang
relatif Artemia beku+dekapsulasi memiliki hasil terbaik sebesar17,0%.
Kata kunci: Vaname, Artemia, Pertumbuhan, Beku, Dekapsulasi.
The type of feed given to vaname shrimp postlarva affects the growth and
survival. This study aims to examine the level of utilization of Artemia frozen and
decapsulated Artemia feed for growth and survival of vaname shrimp postlarva.
The study used a completely randomized design (CRD) with three treatments and
three replications. The treatments tested were (A) Frozen Artemia, (B) Decap�sulated Artemia, (C) Frozen Artemia+Decapsulated Artemia. This research was
conducted at PT. Citra Larva Cemerlang, Kalianda, South Lampung by using
6300 PL vaname stadia prawns maintained for 10 days. The parameters observed
included growth rate of length and relative weight, feed utilization efficiency,
protein efficiency ratio, survival rate, and water quality. Based on the results of
statistical analysis (ANOVA) and further tests of BNT frozen Artemia feed gave
the highest results with growth in relative weight 128.06 g, feed utilization
efficiency 0.04%, protein efficiency ratio 48.21%, survival rate with a percentage
of 56% , and for the relative length growth rate of frozen Artemia + decapsulation
has the best results of 17.0%
Kata kunci: Vaname, Artemia, Growth, Frozen, Decapsulated
1514111080 RIYANTI-