Digital Library: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T14:53:13ZEPrintshttp://digilib.unila.ac.id/images/sitelogo.pnghttp://digilib.unila.ac.id/2015-02-16T03:35:02Z2015-03-16T02:35:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/6884This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/68842015-02-16T03:35:02ZKEANEKARAGAMAN SPESIES DAN PERAN EKOLOGIS BURUNG
DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN
KECAMATAN PESISIR TENGAH LAMPUNG BARATabstrak indonesia
Repong Damar merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman perkebunan yang
dibudidayakan dan dikelola oleh masyarakat Lampung Krui. Repong Damar memiliki
keanekaragaman flora dan satwa liar serta merupakan salah satu habitat
penting bagi burung. Selain bisa menyediakan perlindungan dan pakan, Repong
Damar juga menjadi sebagai tempat berkembang biak bagi burung. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies dan peran ekologis burung
di Repong Damar, dilakukan pada bulan Juni 2012 dengan metode terkonsentrasi
pada empat lokasi yaitu: perbatasan antara sawah dan hutan, dekat permukiman,
bekas tebangan damar, dan hutan damar, dengan pengulangan dilakukan sebanyak
3 kali pada setiap titiknya. Keanekaragaman spesies burung di Repong Damar
Pekon Pahmungan meliputi 16 spesies burung yang berasal dari 10 famili
(N=468), dengan nilai indeks keanekaragaman tertinggi di temukan pada lokasi
hutan damar (H’=1,802), sedangkan tingkat keanekaragaman yang terendah
adalah hutan bekas tebangan damar (H’=0,502). Secara ekologis Spesies-spesies
burung ini mempunyai peran dalam Repong Damar sebagai pemakan serangga,
penyerbukan, dan membantu penyebaran biji.
Kata Kunci: burung, ekologi, Indeks keanekaragaman, Repong Damar
abstrak inggris
Repong Damar is a management system in cultivated area by Krui local people. It
has great biodiversity and plays an important role as avian natural habitat for
shelter, feeding, and breeding grounds. To understand the ecological role and
diversity of bird species in Repong Damar research was done by concentrated
method in four different locations: area between padi field and forest, settlement
area, opened damar forest, and damar forest. Three replications were done on each
location. There are 16 birds species of 10 families (N=468). The highest diversity
index was in damar forest (H’= 1.082), and the lowest was in opened damar forest
(H’= 0.502). Species ecologically has a role in Repong Damar as insect feeder,
pollinators, and seed dispersal.
Key words: bird, ecology, diversity, Repong Damar0714081024 A. Basyir Firdaus2015-02-16T03:34:56Z2015-02-16T03:34:56Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/6887This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/68872015-02-16T03:34:56ZPERAN SIAMANG (Hylobates syndactylus Raffles, 1821) SEBAGAI
PEMENCAR BIJI DI RESORT WAY KANAN TAMAN NASIONAL WAY
KAMBAS LAMPUNGTaman Nasional Way Kambas adalah salah satu kawasan hutan hujan tropis yang
terletak di Propinsi Lampung. Taman Nasional Way Kambas merupakan habitat
bagi siamang (H. syndactylus), primata frugivorous yang berperan dalam proses
pemencaran biji melalui pergerakannya. Penelitian ini untuk mengetahui peran
siamang sebagai pemencar biji. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2012 di
Resort Way Kanan Taman Nasional Way Kambas. Metode yang digunakan
adalah metode penjelajahan dan metode analisis kotoran. Hasil penelitian,
diperoleh 37 sampel kotoran siamang. Sampel kotoran kemudian dianalisis dan
diperoleh 7 jenis tumbuhan yang biji buahnya dipencarkan siamang yaitu
Polygonum chinense, Grewia paniculata, Ficus sp, Bouea macrophylla,
Dacryodes rostrata, Aporosa aurita, dan Aplaia palembanica. Cara pemencaran
biji yang dilakukan siamang yaitu secara endozoochory dengan tidak
menghancurkan biji yang memungkinkan biji tersebar jauh dari pohon induk.
Jarak pemencaran biji yang dilakukan siamang berkisar antara 0−385 meter.
Perilaku defekasi siamang dimulai setelah bangun tidur, setelah aktivitas makan,
dan ketika bergerak atau berpindah ke pohon lain dengan frekuensi defekasi
perhari 3−6 kali. Komposisi kotoran siamang berupa biji dan daun. Kehadiran
tertinggi biji dalam kotoran yaitu biji Polygonum chinense (42,12%) dan terendah
yaitu biji Aporosa aurita (1,18%). Rerata kehadiran biji dalam kotoran yaitu
sebesar 7,38 dari total 273 biji. Di Taman Nasional Way Kambas siamang mampu
berperan sebagai pemencar biji, meskipun diperlukan penelitian lebih mendalam
tentang nasib biji dan perkecambahannya setelah dipencarkan oleh siamang.
Kata kunci: siamang, Taman Nasional Way Kambas, pemencaran biji0814081027 Andrian Dwi Atmanto2015-02-16T03:34:51Z2015-02-16T03:34:51Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/6889This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/68892015-02-16T03:34:51ZKEANEKARAGAMAN JENIS POHON DI HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADU TAHURA WAN ABDUL RACHMANHutan Pendidikan merupakan wahana bagi masyarakat khususnya pelajar, mahasiswa dan peneliti untuk mempelajari hutan dan hubungan timbal balik antarkomponen ekosistemnya. Data tentang spesies pohon yang menyusun hutan pendidikan merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk pendidikan maupun pengembangan pengelolaan hutan pendidikan. Paper ini ditujukan untuk mengisi ruang dimana informasi mengenai keanekaragaman pohon di blok hutan pendidikan Tahura Wan Abdul Rachman sangat terbatas dan kurang terdokumentasi dengan baik. Data spesies pohon diinventarisasi dengan intensitas sampling sebesar 0,12% dari 1.143 ha luas blok hutan pendidikan, yaitu seluas 1,37 ha. Luas petak contoh tersebut terbagi dalam 10 petak contoh di sub blok lindung dan 24 petak contoh di sub blok perhutanan sosial. Dari penelitian ini ditemukan 60 spesies pohon yang tersebar 41 spesies pada sub blok lindung dan 19 spesies pada sub blok perhutanan sosial. Pada sub blok lindung memiliki Indeks Keanekaragaman sebesar 1,45 dan didominasi oleh spesies kenari (Canarium commune) dengan INP sebesar 26,98%. Pada sub blok perhutanan sosial memiliki Indeks Keanekaragaman sebesar 1,09 dan di dominasi oleh spesies durian (Durio zibethinus) dengan INP sebesar 67,28%.
Kata kunci : Keanekaragaman, pohon, Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu, Tahura Wan Abdul Rachman0814081003 Agung Wahyudi2015-02-16T03:34:46Z2015-02-16T03:34:46Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/6892This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/68922015-02-16T03:34:46ZSTUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG ( Macaca fascicularis )
DI PULAU CONDONG DARAT DESA RANGAI KECAMATAN KETIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATANPulau Condong Darat merupakan salah satu pulau yang terletak di kawasan wisata Pasir Putih dan memiliki vegetasi yang alami sehingga dapat dijadikan sebagai kawasan konservasi bagi makhluk hidup. Salah satu makhluk hidup yang ada adalah monyet ekor panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah individu dan kepadatan populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Condong Darat.
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 16 Januari - 5 Februari 2012. Metode pengumpulan data menggunakan metode terkonsentrasi yang dilakukan dengan cara mendatangi titik-titik keberadaan monyet ekor panjang yang telah diketahui. Perhitungan populasi monyet ekor panjang yaitu dengan mencatat waktu dan jumlah individu yang masuk pada setiap titik pengamatan yang dilakukan mulai pukul 06.00 WIB sampai18.00 WIB. Dari hasil penelitian dapat diketahui, bahwa jumlah individu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Condong Darat Desa Rangai Kecamatan Ketibung Kabupaten Lampung Selatan adalah140 ekor dengan kepadatan populasi 28 ekor/ha.
Kata Kunci : Pulau Condong, Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Studi Populasi0714081057 Risdiyansyah2014-02-25T07:39:37Z2014-02-25T07:39:37Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1207This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12072014-02-25T07:39:37ZPENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR TERHADAP DAYA BERKECAMBAH TREMBESI (Samanea saman) Perkecambahan benih trembesi yang baik akan meningkatkan persentase
perkecambahan, daya berkecambah, dan laju perkecambahan. Namun demikian
untuk mengecambahkannya masih terdapat kendala, karena benih trembesi
memiliki masa dormansi. Air merupakan salah satu media yang dapat digunakan
untuk mematahkan masa dormansi benih. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
pengaruh lama waktu perendaman dengan air terhadap perkecambahan trembesi.
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung
pada bulan Maret 2012. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah
lama waktu perendaman selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Kesamaan ragam
diuji dengan Uji Bartlett dan data dianalisis dengan analisis ragam, serta
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur dengan taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu perendaman berpengaruh
terhadap perkecambahan benih trembesi. Lama waktu perendaman benih
trembesi selama 72 jam berpengaruh paling baik ter-hadap perkecambahan benih dan daya berkecambah benih trembesi yaitu sebesar 68,75% dan 80,25%, namun
tidak berpengaruh terhadap laju perkecambahan.
Kata kunci :Dormansi, perendaman, perkecambahan, skarifikasi, trembesi Yuli Ardani Lubis .2014-02-25T07:39:30Z2014-02-25T07:39:30Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1206This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12062014-02-25T07:39:30Z
STUDI PERILAKU HARIAN KUKANG SUMATERA (Nycticebus coucang) PELEPASLIARAN YAYASAN IAR INDONESIA DI KANDANG
HABITUASI DAN HUTAN LINDUNG BATUTEGI BLOK RILAU KABUPATEN TANGGAMUS LAMPUNG Kukang Sumatera adalah primata nokturnal, soliter, arboreal dan bergerak lamban yang terdapat di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harian kukang Sumatera (Nycticebus coucang) di kandang habituasi dan hutan lindung Batutegi blok Rilau Kabupaten Tanggamus Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013. Data perilaku kukang Sumatera didapatkan dengan menggunakan metode scan sampling pada kedua lokasi. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan perilaku kukang Sumatera di kandang habituasi dan hutan lindung. Perilaku kukang Sumatera di kandang habituasi ditemukan 7 perilaku, yaitu perilaku aktif 16,4%, tidak aktif 0,2%, makan 6,9%, mencari makan 27%, berpindah 35,5%, menelisik 8,1%, dan abnormal 5,9%. Perilaku kukang Sumatera di hutan lindung hanya ditemukan 6 perilaku (tanpa perilaku abnormal), yaitu perilaku aktif 2,5%, tidak aktif 1%, makan 11,8%, mencari makan 39,9%, berpindah 43,3% dan menelisik 1,5%. Perilaku yang paling banyak dilakukan pada kedua lokasi adalah perilaku berpindah, yaitu sebanyak 35,5% pada kandang habituasi dan 43,3% pada hutan lindung.
Kata kunci: kukang Sumatera, kandang habituasi, hutan lindung, perilaku
1) = Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 2) = Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3) = Pembimbing Skripsi Kukang Yayasan International Animal Rescue Indonesia.
Rifqy Afifah Qomar 1) 2) , Bainah Sari Dewi , Indah Winarti 3) Komarudin,2014-02-25T07:39:24Z2014-02-25T07:39:24Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1205This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12052014-02-25T07:39:24ZPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI RESORT PUGUNG TAMPAK TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN
(Studi Kasus di Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan) Tutupan lahan pada kawasan Resort Pugung Tampak Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan (TNBBS) berubah dengan cepat dan sangat dinamis dimana hutan semakin berkurang luasnya. Aktivitas manusia seperti land clearing, illegal logging dan pertanian di dalam kawasan Resort Pugung Tampak memiliki porsi terbesar yang menyebabkan cepatnya perubahan tutupan lahan. Penginderaan jauh dan GIS digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi perubahan tutupan lahan yang terjadi sejak tahun 1973–2011 dan mengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi pada setiap zona pengelolaan di Resort Pugung Tampak (TNBBS). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari−September 2012. Data citra satelit landsat tahun 1973, 1997, 2002 dan 2011 dikumpulkan dengan cara mengunduh langsung dari laman United States Geological Survey (USGS), kemudian dianalisis dengan mengunakan Erdas 9.1 dan Arc view 3.2. Selanjutnya pengamatan langsung di lapangan, wawancara dengan responden dan studi pustaka untuk menambah informasi yang didapat dari analisis citra. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, sebagian besar tutupan lahan di Resort Pugung Tampak TNBBS mengalami perubahan. Pada periode tahun 1973−2011 perubahan tutupan lahan berupa hilangnya hutan lahan kering primer sebesar 8.737,9 ha (61,5%). Hutan lahan kering primer menjadi lahan terbuka merupakan perubahan tutupan lahan yang mengalami perubahan paling besar yaitu sebesar 4.116,5 ha (23,9%), sehingga lahan terbuka pada tahun 2011 menjadi sebesar 4.998,4 ha (29,2%), lahan hutan kering sekunder mengalami penurunan sebesar 389,9 ha (2,75%), pertanian lahan kering mengalami peningkatan luas yaitu menjadi 4.642,6 ha (32,7%) dan no data seluas 430,6 ha (3,0%).
Kata kunci: Perubahan tutupan lahan, klasifikasi citra, TNBBS.
1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2. Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Ricchardo Pandapotan Sinaga k Maston Sinaga 2014-02-25T07:39:18Z2014-02-25T07:39:18Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1204This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12042014-02-25T07:39:18ZNILAI EKONOMI TOTAL HUTAN MANGROVE DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR Selama ini pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang merupakan salah satu
potensi hutan mangrove kurang mempertimbangkan aneka produk dan jasa yang dapat dihasilkan. Konversi lahan untuk pemanfaatan lain dipandang lebih menguntungkan daripada menggali potensi yang ada. Tujuan penelitian yang dilaksanakan pada bulan April – Mei 2013 adalah menghitung nilai ekonomi total hutan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Responden adalah 43 masyarakat sekitar hutan mangrove yang dipilih secara purposive sampling. Data dikumpulkan dengan pengamatan langsung di lapangan, wawancara dan dianalisis menggunakan formula nilai ekonomi total (Total Economic Value/TEV) secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi total hutan mangrove sebesar Rp 10.530.519.419,00 per tahun yang diperoleh dari (1) nilai guna langsung sebesar Rp 1.877.440.000,00 per tahun dari pemanfaatan rajungan, udang, kepiting, daun jeruju, buah pidada, kayu bakar dan ekowisata, (2) nilai guna tak langsung sebesar Rp 8.915.036.479,00pertahun dari penyedia pakan alami bagi biota laut, (3) nilai pilihan sebesar Rp 103.425.000,00 per tahun dari keanekaragaman hayati dan (4) nilai keberadaan Rp 1.580.000,00 per tahun dari kesediaan membayar masyarakat. Kata kunci: Hutan mangrove, nilai ekonomi total, nilai guna, nilai bukan guna. 1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 2. Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Ria Indrian Ariftia 1) , Rommy Qurniati 2) 2) , Susni Herwanti Wahiddudin (Alm) 2014-02-25T07:39:12Z2014-02-25T07:39:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1203This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12032014-02-25T07:39:12ZPENGARUH PERENDAMAN BENIH PADA BERBAGAI SUHU AWAL AIR
TERHADAP VIABILITAS BENIH KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii)
Salah satu permasalahan dalam perkembangbiakan kayu afrika secara generatif
adalah benih yang mengalami masa dormansi. Untuk mematahkan masa dormansi
dilakukan perendaman benih kayu afrika pada berbagai suhu awal air yang
berbeda. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan suhu awal
air terhadap persentase kecambah, kecepatan berkecambah, daya kecambah, dan
mendapatkan suhu awal air yang terbaik untuk perkecambahan benih kayu afrika
Penelitian ini dilakukan mulai Februari sampai dengan Mei 2012 di pembibitan
PT. Anugerah Subur Sejahtera, Desa Ulak Bandung Kecamatan Muara Sahung
Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Penelitian disusun dalam rancangan acak
lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Untuk setiap satuan
percobaan digunakan 100 benih. Berdasarkan analisis ragam didapatkan hasil
bahwa perlakuan perendaman air dengan berbagai suhu awal yang berbeda-beda
memberikan pengaruh yang nyata pada persentase kecambah, dan benih tanpa
perendaman mempunyai persentase kecambah yang terbaik pada benih kayu
afrika.
Kata kunci : Kayu afrika, perkecambahan, skarifikasi, viabilitas benih OBEN Hurip 2014-02-25T07:39:06Z2014-02-25T07:39:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1200This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12002014-02-25T07:39:06Z
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN SENGON PADA SISTEM POLA TANAM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR DI HUTAN RAKYAT DESA
KOTA AGUNG KECAMATAN TEGINENENG Eksploitasi hutan yang berlebihan mengakibatkan menurunnya pro- duktivitas sumber daya hutan, sehingga hutan tidak lagi memberikan manfaat yang optimal. Jika masalah itu tidak diatasi, maka akan terjadi penurunan produksi hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan bukan kayu. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan membangun hutan rakyat di luar kawasan hutan. Sengon merupakan salah satu jenis tanaman kayu komersil yang paling banyak diusahakan pada hutan rakyat. Pemilihan sengon sebagai tanaman utama pada hutan rakyat lebih banyak didasari oleh waktu panen tanaman sengon dengan cara monoklutur dan polikultur. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk membandingkan pertumbuhan sengon yang baik pada sistem pola tanam monokultur dan polikultur di Hutan Rakyat Desa Kota Agung Kecamatan Tegineneng, serta untuk mendapatkan komposisi jenis tanaman pada pola tanam monokultur dan polikultur di Hutan Rakyat Desa Kota Agung Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 dengan metode petak ganda, dengan plot 10 m x 10 m. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sengon di hutan rakyat Desa Kota Agung dengan pola tanam monokultur pada jarak tanam 3 m x 3 m lebih baik pertumbuhannya dari pada pola tanam polikultur pada jarak tanam 3 m x 3 m. Hal ini juga yang terjadi pada jarak tanam 2 m x 2 m monokultur lebih baik dari pada 2 m x 2 m polikultur. Komposisi pada pola tanam monokultur hanyalah sengon, sedangkan di pola tanam polikultur tanaman pokoknya adalah sengon, dan tanaman campuran- nya adalah jati, pulai, nangka, mahoni, kayu afrika, kelapa, kakao, dan tanaman pisang. Kata kunci : hutan rakyat, jarak tanam, monokultur, polikultur, sengon
NUR AGUSTINI Sariman 2014-02-25T07:39:00Z2014-02-25T07:39:00Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1195This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11952014-02-25T07:39:00ZSTUDI POPULASI KUKANG SUMATERA (Nycticebus coucang) DI HUTAN LINDUNG BATUTEGI BLOK RILAU
Kukang (Nycticebus sp.) adalah salah satu satwa liar yang termasuk golongan primata primitif nocturnal, arboreal, soliter, dan monogami yang tersebar di seluruh Asia. Indonesia menjadi habitat tiga spesies kukang yaitu kukang Sumatera (Nycticebus coucang), kukang Kalimantan (Nycticebus menagensis), dan kukang Jawa (Nycticebus javanicus). Kukang di Indonesia berada dalam ancaman besar karena rusak dan hilangnya habitat serta perdagangan ilegal. Minimnya data kondisi terkini kukang di alam turut menyulitkan upaya konservasinya. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah punahnya spesies ini salah satunya dengan pelepasliaran di Hutan Lindung Batutegi Blok Rilau. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui populasi kukang Sumatera di Hutan Lindung Batutegi Blok Rilau.
Penelitian telah dilakukan di Hutan Lindung Batutegi Blok Rilau Petak 19 Kabupaten Tanggamus pada Bulan Mei 2013. Metode yang digunakan untuk menentukan populasi kukang Sumatera adalah transek jalur di dua titik dengan tujuh kali pengulangan.
Hasil penelitian menunjukkan populasi kukang Sumatera di lokasi penelitian pada bulan Mei 2013 sebanyak 7 ekor, terdiri dari 6 ekor kukang Sumatera dewasa dan 1 ekor anakan (juvenile), dengan kepadatan populasi 0.17 individu/km
2
. Tumbuhan pakan dan tempat mencari serangga Kukang Sumatera di Lokasi penelitian yaitu terap (Artocarpus elasticus), arei (Fragaria vesca), arei cakar elang (Rubus reflexus), meranti tembaga (Shorea leprosula), dan pasang (Quercus sundaica). Kata kunci : Populasi, Kukang Sumatera, Hutan Lindung Batutegi Blok Rilau.
Muhammad Rianzar 1) 2) , Bainah Sari Dewi , Indah Winarti 3) Julizar2014-02-25T07:38:54Z2014-02-25T07:38:54Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1194This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11942014-02-25T07:38:54ZANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA
BERBASIS HASIL HUTAN BUKAN KAYU DARI EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Kawasan hutan mangrove di Indonesia umumnya telah mengalami degradasi akut tidak terkecuali yang ada di Kabupaten Lampung Timur. Keadaan itu karena banyaknya masyarakat yang mengeksploitasi hutan mangrove tanpa memperhatikan akan pentingnya konservasi dalam pemanfaatannya. Pengembangan industri rumah tangga berbasis hasil hutan bukan kayu ekosistem mangrove perlu dilakukan agar tekanan terhadap pemanfaatan hutan mangrove dapat direduksi seperti perlu dikembangkan usaha industri rumah tangga yang telah dilakukan oleh beberapa kelompok di Desa Margasari. Agar diperoleh indikator keberlanjutan usaha industri rumah tangga tersebut maka perlu diketahui kelayakan finansial industri rumah tangga yang sudah ada. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2013 dengan tujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan daun jeruju (Acanthus ilicifius) dan buah pidada (Sonneratia caseolaris) menjadi berbagai produk olahan dan menganalisis simulasi tingkat suku bunga dan harga untuk menentukan kebijakan fiskal demi perkembangan usaha. Responden yang ada dalam penelitian adalah semua pelaku usaha industri rumah tangga Karya Wanita dan Peduli Lingkungan Hidup (PLH). Penentuan responden dilakukan secara purposive, metode yang digunakan berupa observasi dan wawancara langsung sedangkan analisis kelayakan usaha yang digunakan adalah Gross B/C. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengolahan daun jeruju (Acanthus ilicifius) dan buah pidada (Sonneratia caseolaris) kelompok karya wanita yang layak karena memiliki nilai Gross B/C lebih dari 1 dengan tingkat suku bunga 24% adalah pangsit dengan nilai 1,10 dan peyek (1,04) untuk kelompok peduli lingkungan hidup (PLH) produk yang layak adalah peyek (1,42). Produk yang memiliki nilai Gross B/C lebih dari 1 dengan tingkat suku bunga 12 % untuk kelompok karya wanita adalah peyek (1,09), pempek (1,02), pangsit (1,10), dan sirup (1,009). Kelompok peduli lingkungan hidup memiliki produk yang layak hanya peyek (1,48).
Kata Kunci : hasil hutan bukan kayu, hutan mangrove, industri rumah tangga, gross B/C
Mayang Haris Wahyukinasih 1) , Christine Wulandari 2) 3) , Susn .2014-02-25T07:38:48Z2014-02-25T07:38:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1193This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11932014-02-25T07:38:48ZINVENTARISASI HAMA PERSEMAIAN DI LOKASI PERSEMAIAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT
DESA NGAMBUR KECAMATAN BENGKUNAT BELIMBING KABUPATEN LAMPUNG BARAT
Inventarisasi hama di persemaian merupakan kegiatan pengumpulan dan
penyusunan data mengenai hama yang menyerang bibit di persemaian. Inventarisasi hama sangat berguna untuk mengetahui jenis hama, jumlah hama, dan kondisi serangannya agar dapat dilakukan pengendalian secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hama dan tingkat serangan di lokasi persemaian hutan tanaman rakyat. Penelitian ini dilakukan di Hutan Tanaman Rakyat di Desa Ngambur Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Lampung Barat selama 2 bulan yaitu bulan April--mei 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati hama secara visual, kemudian diidentifikasi. Data yang diambil meliputi jenis hama, densitas hama, jenis pohon terserang, tingkat serangan dan kerusakan. Pengambilan sampel dilakukan secara sistematik dengan pola diagonal. Dalam penelitian ini teridentifikasi 9 jenis hama yang menyerang dalam persemaian tanaman jabon, sengon laut, dan kayu afrika, yaitu ulat (Daphnis hypothous), belalang (Locusta migratoria), ngengat (Hyblaea puera), ulat kantong (Pteroma plagiophelps), kepik pengisap (Cosmoleptrus sumatranus), kutu dompolan (Planococcus citri), ulat daun (Doleschallia polibete), kupu kuning (Eurema spp.), bekicot (Achatina fulica) dan 1 jenis serangga predator yaitu semut rangrang (Oecophylla smaragdina). Populasi serangga ini cukup tinggi namun tidak merusak tanaman persemaian sedangkan serangga hama yang paling berbahaya adalah larva ulat kantong (Pteroma plagiophelps) dan Hyblaea puera. Larva ulat kantong menyebabkan kerusakan yang berat pada daun. Tingkat kerusakan oleh serangga hama masih tergolong dalam kategori serangan ringan. Pengendalian serangan hama dapat dilakukan secara mekanis maupun kimia. Kata kunci : hutan tanaman rakyat, inventarisasi hama, Lampung, persemaian Ikro Fajar Surachman 1) , Indriyanto 2) , dan Agus M. Hariri 3 Suhadianto2014-02-25T07:38:41Z2014-02-25T07:38:42Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1192This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11922014-02-25T07:38:41ZSTUDI PERILAKU BERKUBANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814) DI SUAKA RHINO SUMATERA
TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS Suaka Rhino Sumatera (SRS) adalah sebuah penangkaran khusus badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang dibangun di dalam kawasan habitat asli badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di Taman Nasional Way Kambas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku berkubang badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), mengetahui waktu dan durasi berkubang serta mengetahui suhu dan kelembaban udara di sekitar kubangan. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode Focal Animal Sampling dan metode penjelajahan (eksplorasi) di Suaka Rhino Sumatera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) betina “Bina”
memperlihatkan aktivitas berkubang yang meliputi: Jalan kedepan, menggerakkan kepala, menggesekkan cula, berdiri diam, berguling, istirahat dan menggaruk tanah yang dimulai
dari pukul 09.41 – 12.56 WIB dengan total durasi 11739 detik (3 jam 15 menit 39 detik). Sedangkan badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) jantan “Andalas”
meperlihatkan aktivitas berkubang yang meliputi: Jalan mundur, menggerakkan kepala, berdiri diam, berguling dan istirahat yang ditemukan pada waktu-waktu tertentu saja
yaitu pada pukul 11.08 – 11.12 WIB, pukul 13.28 – 13.33 WIB, pukul 15.50 – 15.52 WIB, dan pada pukul 16.35 – 16.36 WIB dengan total durasi 800 detik (13 menit 20 detik). Rata-rata suhu di areal penangkaran Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas, pada pagi hari (pukul 07.00 WIB) berkisar antara
25 C - 27 C dengan kelembaban antara 83% - 96%. Pada siang hari (pukul 12.00 WIB) suhu berkisar antara 30 C - 32 C dengan kelembaban antara 52% - 58%. Sedangkan pada sore hari (pukul 17.00 WIB) suhu berkisar antara 27 C - 31 C
dengan kelembaban antara 58% - 86%. Kata Kunci: Aktivitas berkubang, badak Sumatera, Suaka Rhino Sumatera,
Taman Nasional Way Kambas, suhu dan kelembaban udara.
1) Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 2) Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Ida Pari Purnawan 1) 2) dan Bainah Sari Dewi Suparmin 2014-02-25T07:38:34Z2014-02-25T07:38:34Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1191This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11912014-02-25T07:38:34Z
UPAYA PENINGKATAN PERTUMBUHAN TANAMAN JABON (Anthocephalus cadamba) DENGAN PEMBERIAN PUPUK KOMPOS
KOTORAN SAPI PADA BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT Jabon merupakan salah satu jenis tumbuhan yang berdaur pendek karena pertumbuhannya yang cepat. Pohon jabon tidak memerlukan tindakan khusus dalam pemeliharaannya. Pemeliharaan tanaman yang umum dilakukan pada awal penanaman adalah pemupukan. Pupuk organik seperti pupuk kompos kotoran sapi sebagai bahan tambahan campuran tanah pada saat penanaman dapat menambah zat-zat hara di dalam tanah yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pupuk kompos kotoran sapi, dosis pupuk berpengaruh terbaik dan ketinggian tempat tumbuh yang baik terhadap pertumbuhan jabon.Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni— Oktober 2012 di hutan tanaman rakyat Lampung Barat. Penelitian ini dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 3 kelompok dan 6 perlakuan. Ketinggian sebagai kelompok terdiri dari 124 m, 118 m, dan 116 m diatas permukaan laut. Dosis pupuk kompos kotoran sapi sebagai perlakuan terdiri dari 0 kg/tanaman, 2 kg/tanaman, 3 kg/tanaman, 4 kg/tanaman, 5 kg/tanaman, dan 6 kg/tanaman. Uji Bartlett, analisisragam, dan uji beda nyata terkecil pada taraf 5% digunakan untuk analisis data ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 6 dosis pupuk kompos kotoran sapi tidak berpengaruh nyata pada semua variabel. Sedangkan ketinggian tempat berpengaruh nyata hanya terhadap jumlah daun. Kata kunci: jabon, ketinggian tempat, kotoran sapi, pupuk. Agus Wahyudi 1) , Indriyanto 2) , dan Melya Riniarti 2) Supardi dan (alm)2014-02-25T07:38:27Z2014-02-25T07:38:27Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1188This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11882014-02-25T07:38:27ZNILAI EKONOMI TOTAL HUTAN MANGROVE DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR Selama ini pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang merupakan salah satu
potensi hutan mangrove kurang mempertimbangkan aneka produk dan jasa yang dapat dihasilkan. Konversi lahan untuk pemanfaatan lain dipandang lebih menguntungkan daripada menggali potensi yang ada. Tujuan penelitian yang dilaksanakan pada bulan April – Mei 2013 adalah menghitung nilai ekonomi total hutan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Responden adalah 43 masyarakat sekitar hutan mangrove yang dipilih secara purposive sampling. Data dikumpulkan dengan pengamatan langsung di lapangan, wawancara dan dianalisis menggunakan formula nilai ekonomi total (Total Economic Value/TEV) secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi total hutan mangrove sebesar Rp 10.530.519.419,00 per tahun yang diperoleh dari (1) nilai guna langsung sebesar Rp 1.877.440.000,00 per tahun dari pemanfaatan rajungan, udang, kepiting, daun jeruju, buah pidada, kayu bakar dan ekowisata, (2) nilai guna tak langsung sebesar Rp 8.915.036.479,00pertahun dari penyedia pakan alami bagi biota laut, (3) nilai pilihan sebesar Rp 103.425.000,00 per tahun dari keanekaragaman hayati dan (4) nilai keberadaan Rp 1.580.000,00 per tahun dari kesediaan membayar masyarakat. Kata kunci: Hutan mangrove, nilai ekonomi total, nilai guna, nilai bukan guna. 1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 2. Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Ria Indrian Ariftia 1) , Rommy Qurniati 2) 2) , Susni Herwanti Wahiddudin (Alm) 2014-02-19T08:40:14Z2014-02-19T08:40:14Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1143This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11432014-02-19T08:40:14ZIDENTIFIKASI KANDUNGAN SELULOSA DAN HEMISELULOSA
PADA TUMBUHAN KIAMBANG (Salvinia molesta)
DENGAN METODE PENGUJIAN ANALISIS VAN SOEST
DI WADUK BATU TEGI KABUPATEN TANGGAMUSKiambang (Salvinia molesta) adalah tumbuhan yang hidup mengapung pada permukaan
air. Morfologi tumbuhan Salvinia molesta terdiri dari batang, daun, dan akar. Batang
bercabang yang tumbuh mendatar, ditumbuhi bulu, panjangnya dapat mencapai 30 cm.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan selulosa dan
hemiselulosa pada tumbuhan kiambang yang dianalisis dengan metode van soest, yang
tumbuh di Waduk Batutegi Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus.
Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi
Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor Jawa
Barat. Pengamatan dilakukan pada bagian tanaman yakni; tumbuhan utuh, daun muda,
daun tua, akar muda, dan akar tua. Data yang diperoleh adalah kandungan selulosa dan
kandungan hemiselulosa pada tumbuhan Salvinia molesta.
Hasil yang dari penelitian ini adalah :1) kandungan selulosa tertinggi terdapat pada
bagian tumbuhan utuh (34,50%), 2) kandungan selulosa terendah terdapat pada bagian
akar muda (20,85%), 3) kandungan hemiselulosa tertinggi terdapat pada bagian daun
muda (4,31%), dan 4) kandungan hemiselulosa terendah terdapat pada bagian daun tua
(0,68%).
Kata kunci : Selulosa, Hemiselulosa, Salvinia molesta, Waduk Batu TegiSinggang Wijaya Paimin Dono2014-02-19T07:42:00Z2014-02-19T07:42:00Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1114This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11142014-02-19T07:42:00ZRESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIABambu kuning merupakan salah satu spesies bambu yang dapat digunakan untuk bahan industri dan peralatan rumah tangga, karena kulit batangnya yang tebal, seratnya yang panjang, dan bentuknya yang indah. Keberhasilan tumbuh setek cabang bambu kuning masih rendah, hal ini merupakan salah satu permasalahan dalam pembibitan bambu. Untuk meningkatkan keberhasilan tumbuh setek cabang bambu kuning perlu digunakan zat pengatur tumbuh (ZPT). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan memberikan asam indol asetat (AIA) pada setek cabang bambu kuning.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase hidup dan pertumbuhan setek cabang bambu kuning akibat pemberian asam indol asetat (AIA), dan mengetahui konsentrasi asam indol asetat (AIA) yang pengaruhnya paling baik terhadap pertumbuhan setek cabang bambu kuning. Penelitian ini dirancang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan, lima unit percobaan, dan tiap unit percobaan terdiri atas lima setek cabang. Perlakuan
asam indol asetat meliputi 0 ppm, 100 ppm , 200 ppm, 300 ppm, dan 400 ppm. Untuk menguji homogenitas ragam dilakukan dengan Uji Bartlett, diuji dengan
analisis ragam kemudian di uji lanjut dengan beda nyata jujur. Pertumbuhan setek
cabang bambu kuning dengan parameter persentase hidup, jumlah tunas, panjang
tunas, diameter tunas, dan jumlah daun diketahui signifikan, sedangkan untuk
parameter panjang akar tidak signifikan.
Kata kunci: asam indol asetat, bambu kuning, setek cabangYOSEPIN K. SIMANGUNSONG BesarSimangunsong2014-02-18T06:47:22Z2014-02-18T06:47:22Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1113This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11132014-02-18T06:47:22ZPEMANFAATAN BEBERAPA TIPE VEGETASI
OLEH CUCAK KUTILANG (Pycnonotus aurigaster Vieillot)
DI UNIVERSITAS LAMPUNGPenelitian ini dilakukan di kawasan ruang terbuka hijau Universitas Lampung (Unila), untuk mengetahui pola aktivitas cucak kutilang (P. aurigaster) dalam memanfaatkan vegetasi sebagai komponen habitat. Data dikoleksi pada bulan Agustus-September 2012 di tujuh blok pengamatan yaitu Blok A (Asrama Mahasiswa), Blok B (Lapangan Sepak bola), Blok C (Penangkaran Rusa), Blok D (Perpustakaan dan Pusat Komputer), Blok E (Fakultas Teknik), Blok F (Arboretum), serta Blok G (Fakultas Kedokteran dan Laboratorium Terpadu). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rapid assessment untuk dan terkonsentrasi. Waktu pengumpulan data dilakukan pada pagi (pukul 05.30-08.30 WIB) dan sore hari (pukul 15.00-18.00 WIB) sebanyak enam kali pengulangan. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui proporsi jumlah pertemuan burung, penggunaan ruang tajuk dan fungsi vegetasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, 1) proporsi penutupan vegetasi terluas yaitu overstory (±9,317 ha) dan terkecil yaitu ground cover (±3,344 ha), 2) aktivitas cucak kutilang (P. aurigaster) yang paling banyak ditemukan pada stratum C (5-20 meter) yaitu istirahat 60% (pagi) dan 73,13% (sore), pada stratum D (1-4,9 meter) aktivitas terbanyak yang ditemukan yaitu berburu 24,83% (pagi) dan istirahat 20,15% (sore), sementara pada stratum E (<1 meter) hanya ditemukan aktivitas makan 15,2% (pagi) dan 6,72% (sore), 3) 8 model arsitektur pohon ditemukan di Unila, 5 model diantaranya merupakan model yang seluruh ruang tajuknya digunakan oleh cucak kutilang (P. aurigaster) untuk bertengger, yaitu rauh, attims, aubreville, massart, dan troll, sementara ruang tajuk pada 3 model lainnya, yaitu koribia, roux serta corner tidak seluruhya digunakan. 4) buah pakan cucak kutilang (P. aurigaster) yang ditemukan di Unila terdiri dari 10 jenis yaitu Ficus benjamina, Mimusops elengi, Lagerstromia speciosa, Syzygium polyanthum, Roystonia elata, Terminalia catappa, Manilkara kauki, Musa paradisiaca, Carica papaya, dan Henslowia frutescens.
Kata kunci: Pemanfaatan, tipe vegetasi, cucak kutilang (P. aurigaster),
Universitas LampungM. DEDY PRATAMA SUKMARA A. Rauf Manan2014-02-18T06:47:14Z2014-02-18T06:47:14Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1112This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11122014-02-18T06:47:14ZPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBASPerubahan tutupan lahan pada Taman Nasional Way Kambas (TNWK) terjadi secara cepat. Data mengenai perubahan penutupan lahan tahun 1996, 2002, dan 2010 di TNWK dianalisis dengan menggunakan teknik penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Analisa juga meliputi perubahan penutupan lahan pada setiap zonasi pengelolaan taman nasional.
Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-September 2012. Data yang dikumpulkan berupa citra Landsat ETM+ dan TM (1996, 2002, dan 2010), titik verifikasi lapangan, dan data atribut berupa zonasi kawasan. Data spasial diolah dengan menggunakan software Erdas imagine versi 8.5 dan Arc View versi 3.3, sedangkan data atribut diolah secara diskriptif dan dianalisa secara kualitatif.
Tipe penutupan lahan di Taman Nasional Way Kambas dikelompokkan menjadi 9 kelas yaitu hutan, hutan lahan basah, lahan basah, semak, alang-alang, lahan terbuka, badan air, ladang, dan tidak ada data (awan dan bayangan awan). Penutupan lahan terluas pada zona rimba dan pemanfaatan intensif adalah alang-
alang sedangkan zona khusus konservasi dan zona inti memiliki penutupan lahan
terluas berupa hutan.
Kata kunci : Penutupan lahan, Taman Nasional Way Kambas, SIG.Danang Arif Maullana Lanjar