Digital Library: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T11:25:36ZEPrintshttp://digilib.unila.ac.id/images/sitelogo.pnghttp://digilib.unila.ac.id/2022-04-14T07:15:06Z2022-04-14T07:15:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/59760This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/597602022-04-14T07:15:06ZANALISIS KESEHATAN HUTAN MANGROVE BERDASARKAN
INDIKATOR BIODIVERSITAS DAN KUALITAS TAPAK
(Studi Kasus Hutan Mangrove di Wilayah Kecamatan Pasir Sakti,
Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung)Hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang memiliki beberapa sifat
kekhususan antara lain: letak hutan mangrove yang sangat spesifik, peranan
ekologis yang khas, dan potensi yang bernilai ekonomis tinggi. Dalam rangka
mewujudkan kelestarian hutan mangrove, maka kondisi hutan mangrove harus
sehat. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian terkait kesehatan hutan
mangrove di wilayah Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur yang
bertujuan untuk mengetahui indeks keanekaragaman, nilai kualitas tapak dan nilai
status kesehatan hutan mangrove. Indikator yang digunakan dalam menilai
kesehatan hutan mangrove adalah biodiversitas (keanekaragaman jenis fauna) dan
kualitas tapak (kesuburan tanah) yang diwakilkan dengan kapasitas tukar kation.
Metode yang digunakan adalah Forest Health Monitoring dan rumus penilaian
kesehatan hutan yang merupakan hasil penjumlahan dari perkalian nilai
tertimbang dengan nilai skor pada masing-masing klaster plot. Indeks
Rizky Novia Sari
keanekaragaman fauna pada masing-masing klaster plot secara berturut-turut
sebesar 0,45; 1,00; 2,30; 2,43; 2,58 dan 2,75. Nilai kualitas tapak yang dicirikan
oleh kapasitas tukar kation masing-masing klaster plot secara berurutan sebesar
19,92 me/100g; 19,74 me/100g; 16,53 me/100g; 17,51 me/100g; 17,74 me/100g
dan 17,82 me/100g. Nilai status kondisi kesehatan hutan mangrove di Kecamatan
Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur adalah 50% dalam kondisi baik, 17%
dalam kondisi sedang dan 33% dalam kondisi jelek. Status kesehatan yang telah
diperoleh dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun landasan pengambilan
keputusan dalam mengelola hutan mangrove. Kata kunci: hutan mangrove, kesehatan hutan, klaster plot
Mangrove forests are natural resources that have several specific characteristics,
i.e. the location of a very specific mangrove forests, a district ecological role, and
high economic potential. In order to reach the sustainability of mangrove forests,
the mangrove forests should be healthy. Therefore, it is important to conduct
research related to the health of mangrove forests in the Pasir Sakti District, East
Lampung Regency which aims to determine the diversity index, site quality value
and mangrove forest health status value. The indicators used in assessing the
health of mangrove forests are biodiversity (diversity of fauna species) and site
quality (soil fertility) which are represented by cation exchange capacity. The
method used is the Forest Health Monitoring and forest health assessment formula
which is the sum of the weighted value multiplication with the score value on
each cluster plot. The diversity index of fauna in each cluster was 0,45; 1,00;
2,30; 2,43; 2,58 and 2,75. The site quality value which is characterized by the
Rizky Novia Sari
cartion exchange capacity of each cluster cluster in a sequence of 19,92 me /
100g; 19,74 me / 100g; 16,53 me / 100g; 17,51 me / 100g; 17,74 me / 100g and
17,82 me / 100g. The value of mangrove forests in Pasir Sakti District, East
Lampung Regency is 50% in good condition, 17% in moderate condition and 33%
in bad condition. The health status that had been obtained could be used as an
input or as an base for decision making in managing mangrove forests.
Keywords: cluster plot, forest health, mangrove forest1514151006 RIZKY NOVIA SARI-2022-03-29T03:07:42Z2022-03-29T03:07:42Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56395This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563952022-03-29T03:07:42ZAPLIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR Glomus sp. DAN Gigaspora
margarita UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU
(Aquilaria malaccensis Lamk.)
Aquilaria malaccensis (gaharu) adalah salah satu pohon penghasil resin wangi
dengan nilai ekonomis yang tinggi. Namun tergolong ke dalam tanaman yang
memiliki pertumbuhan lambat. Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)
Glomus sp. dan Gigaspora margarita merupakan cara yang baik untuk
meningkatkan pertumbuhan gaharu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh pemberian FMA tunggal Glomus sp., Gi. margarita maupun campuran
dari keduanya terhadap pertumbuhan gaharu serta menentukan isolat yang mampu
menghasilkan pertumbuhan bibit gaharu lebih baik. Penelitian ini menggunakan
RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang terdiri dari empat perlakuan yaitu tanpa
inokulasi FMA (N), Glomus sp. (G), Gi. margarita (Gi) dan campuran Glomus
sp. dan Gi. margarita (GGi) dan 8 ulangan. FMA yang digunakan pada setiap
tanaman memiliki kepadatan ±300 spora dan diinokulasikan bersamaan dengan
proses pemindahan bibit kedalam polybag (transplanting). Data dianalisis
menggunakan analisis ragam dan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi FMA meningkatkan pertumbuhan
bibit gaharu melalui peningkatan tinggi bibit, diameter bibit, luas daun, volume
akar, nisbah tajuk akar, bobot kering total dan persen kolonisasi akar. Pemberian
inokulum FMA baik tunggal maupun campuran terbukti mampu meningkatkan
pertumbuhan bibit gaharu dan isolat yang terbaik adalah FMA campuran.
Kata Kunci: A. malaccensis, FMA, gaharu, Gi. margarita, Glomus sp.
Aquilaria malaccensis (agarwood) is one of the fragrant resin producing trees
with high economic value. This plant was slow growing. Using of Arbuscular
Mycorrhizal Fungi (AMF) Glomus sp. and Gigaspora margarita was a way to
increase gaharu growth. The purpose of this study was to understanding the effect
of a single AMF Glomus sp., Gi. margarita and a mixture of both to agarwood
growth and determining the better isolate to increase the growth agarwood. This
study used Completely Randomized Design (CRD) with four treatments, namely
without AMF inoculation (N), Glomus sp. (G), Gi. margarita (Gi) and a mixture
of Glomus sp. and Gi. margarita (GGi) and 8 replications. AMF used in each
plant has density of ± 300 spores and inoculated together with the process of
transferring seedlings into polybags (transplanting). Data were analyzed using
analysis of variance and continued with Least Significant Difference Test (LSD).
The results showed that the application of AMF increased the growth of agarwood
seedlings by increasing seedling height, seedling diameter, leaf area, root volume,
root shoot ratio, total dry weight and percent root colonization. All AMF
treatment (single and mixed) increased the growth of agarwood seedlings and the
best isolates were mixed AMF inoculum.
Keywords: A. malaccensis, agarwood, AMF, Gi. margarita, Glomus sp.1514151077 ENDAH SUSILOWATI-2022-03-29T03:06:50Z2022-03-29T03:06:50Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56401This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/564012022-03-29T03:06:50ZPENILAIAN STATUS KESEHATAN HUTAN MANGROVE
MENGGUNAKAN TEKNIK FOREST HEALTH MONITORING (FHM)Hutan mangrove berperan penting bagi ekosistem di sekitarnya. Hutan mangrove
akan berfungsi dengan baik jika kondisi hutan mangrove sehat. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan penilaian kesehatan hutan untuk mengetahui status kesehatan
hutan mangrove. Kondisi kesehatan hutan mangrove dapat diketahui melalui
teknik pemantauan kesehatan hutan (Forest Health Monitoring-FHM). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui status kondisi kesehatan hutan mangrove di areal
hutan mangrove Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Gunung Balak,
Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur yang didominasi jenis
Avicennia marina. Penelitian ini menggunakan teknik FHM dengan plot sampel
berupa klaster-plot FHM. Jumlah klaster-plot FHM hutan mangrove ditentukan
berdasarkan intensitas sampling sebesar 0,8 % dari luasan 296 ha; sehingga
diperoleh enam klaster-plot FHM hutan mangrove. Objek penelitian, yaitu pada
fase pohon yang merupakan bagian dari fase pertumbuhan pohon. Parameter
yang digunakan adalah kondisi kerusakan pohon dan tajuk. Kondisi kerusakan
Ferdy Ardiansyah
pohon dianalisis melalui nilai kerusakan tingkat klaster (cluster level index-CLI)
dan kondisi tajuk pohon dinilai melalui peringkat penampakan tajuk (visual crown
rating-VCR) pada tingkat klaster-plot FHM. Status kondisi kesehatan hutan
mangrove dianalisis berdasarkan nilai kesehatan hutan (NKH), kemudian
dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu ideal, bagus, sedang, jelek, dan buruk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kondisi kesehatan hutan mangrove
pada klaster-plot FHM 1 adalah ideal; klaster-plot FHM 2, 3, dan 6 adalah sedang,
dan klaster-plot FHM 4 dan 5 adalah jelek. Dengan demikian, areal hutan
mangrove KPHL Gunung Balak, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung
Timur berstatus ideal sebesar 17%, sedang sebesar 50%, dan jelek sebesar 33%.
Kata kunci: FHM, hutan mangrove, kesehatan hutan mangrove
ASSESSMENT OF MANGROVE FOREST HEALTH STATUS USING
FOREST HEALTH MONITORING (FHM) TECHNIQUE
By
FERDY ARDIANSYAH
Mangrove forest have important role to its surrounding ecosystem. Mangrove
forest will well function if its condition is healthy. Therefore, forest health
assessment need to be done to determine the health status of the mangrove forest.
The health condition of mangrove forest can be known by forest health
monitoring (FHM). This research aimed to determine the mangrove forest health
status in mangrove area of Gunung Balak Protection Forest Management Unit,
Pasir Sakti sub-district, Lampung Timur district which dominated by Avicennia
marina. This research used the FHM technique with sample plot of FHM clusterplot. The amount of FHM cluster-plot was determined based on sampling
intensity of 0,8% from 296 hectare areal; so that six FHM cluster-plot were
obtained. The object of the research was phase of a tree, that was a part of the
growth phase. The used parameter was the damage condition of tree and
canopies. The damage condition of tree was analyzed by the cluster level index
(CLI) and the condition of mangrove canopies was assessed by visual crown
Ferdy Ardiansyah
rating (VCR) at FHM cluster-plot level. The health status of mangrove forest was
analyzed based on the value of forest health, then catagorized into five catagories,
that were ideal, good, medium, bad, ugly and bad. The results showed that the
health condiotion of mangrove forest on FHM cluster-plot 1 was ideal; FHM
cluster-plot 2, 3,and 6 were medium and FHM cluster-plot 4 and 5 were ugly.
Therefore, the mangrove forest areal in Gunung Balak Protection Forest
Management Unit, Pasir Sakti sub-district, Lampung Timur district status was
ideal in amount of 17 %, medium in amount of 50%, and ugly in amount of 33%.
Keywords: FHM, mangrove forest, the health of mangrove forest1314151034 FERDY ARDIANSYAH-2022-03-29T03:02:32Z2022-03-29T03:02:32Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56349This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563492022-03-29T03:02:32ZSISTEM PENGELOLAAN HUTAN DAN PERUBAHAN TUTUPAN PADA
HUTAN KEMASYARAKATAN DI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN
BATUTEGIPerhutanan sosial merupakan salah satu solusi dalam memecahkan masalah laju
kerusakan hutan yang diakibatkan oleh perambahan hutan. Salah satu unit
pengelola hutan yang menerapkan program perhutanan sosial adalah Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) Batutegi dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan (HKm).
Wilayah kerja KPH Batutegi diantaranya dikelola oleh Gapoktan Mahardika dan
Gapoktan Sinar Harapan. Terjadi perbedaan pendapatan di kedua gapoktan
tersebut, sehingga adanya dugaan bahwa terdapat perbedaan sistem pengelolaan
hutan dan perbedaan tutupan lahan antara Gapoktan Mahardika dan Gapoktan
Sinar Harapan sehingga penelitian ini penting dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sistem pengelolaan hutan dan perubahan tutupan lahan di areal
kerja HKm Gapoktan Mahardika dan Gapoktan Sinar Harapan. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif.
Destia Novasari
Responden dalam penelitian didapat dengan menggunakan Rumus Slovin
sehingga diperoleh responden sebanyak 43 orang di Gapoktan Mahardika dan 43
orang di Gapoktan Sinar Harapan. Responden dipilih secara acak dalam suatu
populasi (simple random sampling). Data yang digunakan adalah data primer
yang meliputi karakteristik responden, sistem pengelolaan hutan, dan data ground
check. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar anggota
kelompok tani, data citra landsat, peta tutupan lahan dan peta batas administrasi
wilayah kerja KPH Batutegi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
perbedaan komposisi dan jumlah batang tanaman serta tenaga kerja dalam
kegiatan pengelolaan hutan di Gapoktan Mahardika dan Gapoktan Sinar Harapan.
Terjadi perbedaan perubahan tutupan lahan di Gapoktan Mahardika dan Gapoktan
Sinar Harapan setelah memperoleh IUPHKm. Gapoktan Sinar Harapan
mengalami perubahan menjadi lebih baik yang ditandai dengan penambahan luas
lahan agroforestri dan pengurangan luas lahan belukar. Gapoktan Mahardika
mengalami perubahan menjadi lebih buruk karena adanya penambahan klasifikasi
tutupan lahan belukar dan pengurangan luas lahan hutan sekunder.
Kata kunci: Agroforestri, intoleran, pengelolaan hutan, toleran, tutupan lahan.
Social forestry is one of solution to solve problem the rate of forest destruction
caused by forest encroachment. One of the forest management units implementing
the social forestry program is the Batutegi Forest Management Unit in the form of
Community Forestry. The area of KPH Batutegi's work was managed by
Gapoktan Mahardika and Gaopoktan Sinar Harapan. There was a differences in
income in the two gapoktan, so there was an expectation that there were
differences in forest management systems and differences in land cover between
Mahardika Gapoktan and Sinar Harapan Gapoktan so that this research was
important. This study aims to determine the forest management system and land
cover change in the working area of the Mahardika Gapoktan and Sinar Harapan
Gapoktan. This research was conducted using qualitative methods.
Respondents in the research were obtained by using the Slovin formula so that 43
respondents were obtained at Mahardika Gapoktan and 43 people at Sinar
Harapan Gapoktan. Respondents were chosen randomly in a population (simple
random sampling). The data used are primary data which includes the
characteristics of respondents, forest management systems, and ground check
data. Secondary data used in this research was a list of farmer group members,
Landsat image data, land cover maps and administrative boundary maps of the
Batutegi Forest Management Unit working area. The results showed that there
were differences in the composition and number of plant stems and labor in forest
management activities in Mahardika Gapoktan and Sinar Harapan Gapoktan.
There were differences in land cover changes in Mahardika Gapoktan and Sinar
Harapan Gapoktan after obtaining an IUPHKm. Sinar Harapan Gapoktan has
changed for the better which is characterized by the addition of agroforestry land
area and reduction of shrub land area. Gapoktan Mahardika has changed to
become worse because of the addition of shrub land cover classifications and the
reduction of secondary forest land area.
Keywords: Agroforestry, forest management, intolerance, land cover, tolerant.1514151029 DESTIA NOVASARI-2022-03-29T03:02:20Z2022-03-29T03:02:20Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56355This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563552022-03-29T03:02:20ZPENGARUH EKTOMIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI
MANGIUM (Acacia mangium) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG KAPUR
Salah satu penyebab lahan kritis adalah aktivitas pertambangan kapur. Dengan
demikian lahan bekas tambang kapur mempunyai karakteristik kesuburan tanah yang
rendah baik fisik, kimia dan biologi. Aplikasi fungi ektomikoriza merupakan
alternatif yang harus dilakukan untuk menghasilkan bibit berkualitas. Mangium
merupakan salah satu tanaman yang tahan terhadap tanah marginal seperti lahan
bekas tambang kapur dan mangium dapat berasosiasi dengan banyak mikoriza seperti
ektomikoriza jenis Scleroderma Sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh pertumbuhan semai magium di media tumbuh bekas tambang kapur dan
menganalisis pengaruh aplikasi ektomikoriza terhadap pertumbuhan mangium di
media bekas tambang kapur. Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan masing-masing 5 ulangan.
Perlakuan yang diberikan yaitu terdiri dari 100% tanah dengan mikoriza, 100% tanah
tanpa mikoriza, 50% tanah+50% tailing kapur + mikoriza, 50% tanah+50% tailing
kapur tanpa mikoriza, 100% tailing + mikoriza dan 100% tailing tanpa mikoriza.
Total keseluruhan percobaan yang dilakukan adalah 90 satuan percobaan. Metode
yang digunakan yaitu analisis sidik ragam (ANARA) dan uji lanjut menggunakan Uji
Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah
mangium memiliki daya hidup yang tinggi sehingga mampu tumbuh dilahan bekas
tambang kapur. Pertumbuhan terbaik dimiliki oleh perlakuan pada media tanah yang
diberi mikoriza. Kolonisasi ektomikoriza yang terjadi masih sangat rendah, namun
tetap menjadi indikator bahwa terbentuk asosiasi pada akar mangium yang ditanam
pada media 100% bekas tambang kapur.
Kata kunci: Ektomikoriza, fitoremediasi, Sclerodema sp., mangium, tambang batu
kapur.
One of the causes of critical land was limestone mining activities. Thus ex-limestone
mining has low physical, chemical and biological soil fertility characteristics.
Mangium is one of the plants that was resistant to marginal soils such as ex-limestone
mining and mangium could associate with many mycorrhizae such as ectomycorhiza
type Scleroderma Sp. Added ectomycorrhiza was an alternative way to enhance the
seed quality on marginal area such as ex-limestone mining. This research aimed to
identify the effect ex-limestone mining as growing media on mangium growth and to
analyze the effect of application of ectomycorhiza on mangium growth on exlimestone mining media. The research used a completely randomized design (CRD)
with six treatments and five replications. Treatment consisted of 100% soil with
mycorrhiza,100% soil without mycorrhizal, 50% soil + 50% limestone tailings +
mycorrhiza, 50% soil + 50% limestones tailings without mycorrhiza, 100% tailing
Devi Aprillia
with mycorrhiza and 100% tailing without mycorrhiza. The total number of
experiments performed was 90 units of the experiment. The method used analysis of
variance (ANOVA) and further tests using the Least Significant Difference (LSD).
The results showed that mangium had an ability to grow in ex-limestone mining.
Application of ectomycorrhiza could enhance the growth of mangium. Colonization
percentage of ectomycorrhiza still lack, but it gave a promising that mangium could
form association with Scleroderma sp.
Keywords: ectomycorhiza, limestone, Scleroderma, mangium, phytoremediation. 1514151010 Devi Aprillia-2022-03-29T03:01:54Z2022-03-29T03:01:54Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56364This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563642022-03-29T03:01:54ZKEANEKARAGAMAN DUNG BEETLE DI BLOK LINDUNG HUTAN
PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADU UNIVERSITAS LAMPUNG
DI TAHURA WAN ABDUL RACHMAN
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan Hutan Pendidikan
Konservasi Terpadu Universitas Lampung. Tahura Wan Abdul Rachman
memiliki kekayaan flora dan fauna yang sangat besar salah satunya dung beetle.
Dung beetle dapat dijadikan sebagai indikator kerusakan habitat dalam ekosistem
hutan tropis, karena dung beetle tersebut bersifat sensitif terhadap perubahan
vegetasi, iklim mikro dan satwa yang ada di habitatnya. Tujuan penelitian
mengetahui keanekaragaman jenis dung beetle dan mengetahui jenis dung beetle
yang paling banyak di Blok Lindung Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu
Universitas Lampung Tahura Wan Abdul Rachman. Penelitian ini telah dilakukan
pada bulan Desember 2018 – Februari 2019. Metode yang digunakan yaitu metode
trap (jebakan). Trap yang digunakan sebanyak 36 dan ditanam sejajar dengan
tanah, berjarak 10 m antar trap. kemudian data yang terkumpul dianalisis dengan
indeks keanekaragaman, indeks kemerataan serta indeks kelimpahan. Hasil
penelitian ditemukan sebanyak 34 individu dengan nilai indeks keeanekaragaman
Dewi Ira Rahmawati
sedang yang terdiri dari empat jenis (Cattarsius mollosus, Onthopagus sp, Oryctes
rinocheros, dan Aphodius marginellus). Dung beetle lebih banyak ditemukan di
bawah naungan dibandingkan tanpa naungan dengan perbandingan 26:8. Wilayah
ternaungi lebih sesuai untuk aktivitas terbang dung beetle dan menjaga populasi
dung beetle karena memiliki kelembaban yang cukup. Populasi dung beetle akan
bertahan apabila habitatnya terjaga dengan baik, oleh karena itu diharapkan pihak
pengelola tetap menjaga kelestarian Blok Lindung Tahura Wan Abdul Rachman.
Kata kunci: dung beetle, keaneakaragaman, Tahura Wan Abdul Rachman.
Tahura Wan Abdul Rachman was the Integrated Conservation Education Forest of
Lampung University. Tahura Wan Abdul Rachman has a huge diversity of flora
and fauna, Dung beetle was one of the part of the diversity. Dung beetle used as
an indicator of habitat destruction in tropical forest ecosystems, because the dung
beetle was sensitive to the changes of vegetation, microclimate and animals in its
habitat. The aims of this research was to find out of the diversity of dung beetle
species and to found out the highest diversity of dung beetle species at the
Protection Block of the Integrated Conservation Education Forest of Lampung
University in Tahura Wan Abdul Rachman. This research was conducted
between December - February 2019. The method used was trap metrods. Traps
was used were 36, and put on to soil with range 10 m between traps. The data
was collected and analyzed with diversity index, evenness index and abundance
index. The result of this research was found 34 species with a moderet value,
diversity index value was consisting of four types (Cattarsius mollosus,
Dewi Ira Rahmawati
Onthopagus sp, Oryctes rinocheros, and Aphodius marginellus). Dung beetle was
more commonly found under shade than without shade at a ratio of 26: 8. Shaded
areas are more suitable for flying dung beetle activities and maintain dung beetle
populations because they have sufficient humidity. Dung beetle population will
survive if its habitat is well preserved, therefore it is expected that the manager
will continue to preserve the Tahura Wan Abdul Rachman Protection Block.
Keywords: dung beetle, diversity, Tahura Wan Abdul Rachman forest park.1514151048 DEWI IRA RAHMAWATI-2022-03-29T03:00:39Z2022-03-29T03:00:39Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56376This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563762022-03-29T03:00:39ZPOTENSI KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE TEGAKAN
DI HUTAN RAKYAT DESA NEGARA RATU II KECAMATAN NATAR
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Negara Ratu II Village is one of the village that develed forestry plants with
several types of woody plants such as white teak, gold teak, acacia, red jabon,
white jabon. The existence of the private forest is expected to be able to
increase carbon uptake amid the destruction of forest conditions in Lampung
Province. The research objective was to determine the size of reserves and
carbon uptake in private forests in Negara Ratu II Village and to know the
differences in reserves and carbon uptake of 5 types of private forests in Negara
Ratu II Village. This research was conducted in January 2018 in Negara Ratu II
Village, Natar Subdistrict, South Lampung Regency by using the cluster
sampling method to determine the sample. Biomass data collection uses
destructive and non destructive methods. Estimation of biomass was carried out
using the allometric equation. Measurement of carbon content using the
formula from BSN (2011) biomass x 0.47. Private forests in Negara Ratu II
village had carbon reserves and uptake of 1,761 tons / ha and 6462 tons / ha.
Dian Afriansyah
Then, private forest in the golden teak stands had a carbon reserve and
absorption was significantly or highest (135.97 tons / ha; 499.0 tons / ha) than to
the other stand-type community forests such as white teak (44.86 tons / ha ;
164.63 tons / ha), acacia (54.13 tons / ha; 191.20 tons / ha), red jabon (51.20
tons / ha; 187.90 tons / ha), white Jabon (59.51 ton / ha; 218.40 tons / ha).
Key words : Carbon stock, village of Negara Ratu II, private forest.
Desa Negara Ratu II merupakan salah satu desa yang masyarakatnya
mengembangkan tanaman kehutanan dengan beberapa jenis tanaman berkayu
seperti jati putih, jati emas, akasia, jabon merah, jabon putih. Keberadaan hutan
rakyat tersebut diharapkan mampu meningkatkan serapan karbon di tengah
rusaknya kondisi hutan di Provinsi Lampung. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui besarnya cadangan dan serapan karbon pada hutan rakyat di Desa
Negara Ratu II dan mengetahui perbedaan cadangan dan serapan karbon dari 5
tipe hutan rakyat di Desa Negara Ratu II. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Januari 2018 di Desa Negara Ratu II Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan dengan menggunakan metode cluster sampling untuk
menentukan sampel. Pengumpulan data biomassa menggunakan metode
destruktif dan non destruktif. Pendugaan biomassa dilakukan menggunakan
rumus persamaan allometrik. Pengukuran kandungan karbon menggunakan
Dian Afriansyah
rumus dari BSN (2011) biomassa x 0,47. Hutan rakyat di Desa Negara Ratu II
memiliki cadangan dan serapan karbon 1,761 ton/ha dan 6462 ton/ha.
Kemudian hutan rakyat pada tegakan jati emas memiliki cadangan dan serapan
karbon yang berbeda nyata atau paling tinggi (135,97 ton/ha ; 499,0 ton/ha)
dibandingkan hutan rakyat dengan tipe tegakan lainnya seperti jati putih (44,86
ton/ha ; 164,63 ton/ha), akasia (54,13 ton/ha ; 191,20 ton/ha), jabon merah
(51,20 ton/ha ; 187,90 ton/ha), jabon putih (59,51 ton/ha ; 218,40 ton/ha).
Kata kunci : Cadangan karbon, Desa Negara Ratu II, hutan rakyat.1114151016 DIAN AFRIANSYAH-2022-03-29T03:00:28Z2022-03-29T03:00:28Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56377This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563772022-03-29T03:00:28ZKERAGAMAN SPESIES TUMBUHAN PENYUSUN HUTAN PANTAI DI
PANTAI TIMUR PULAU CONDONG DARAT LAMPUNG SELATAN
Hutan pantai memiliki banyak manfaat. Pengelolaan hutan pantai yang tidak
optimal dapat menyebabkan dampak lingkungan seperti hilangnya
keanekaragaman spesies tumbuhan, sehingga baik secara langsung maupun tidak
langsung akan berdampak negatif terhadap keseimbangan ekosistem di kawasan
pantai tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies tumbuhan
penyusun hutan pantai serta untuk mengetahui kerapatan setiap populasi
tumbuhan dan spesies tumbuhan yang dominan di hutan pantai Pulau Condong.
Pengambilan data lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2018 di hutan
pantai Pulau Condong, Lampung Selatan dengan menggunakan metode kombinasi
antara metode jalur dan metode garis berpetak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tumbuhan penyusun hutan pantai terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok pohon dan kelompok tumbuhan bawah. Kelompok pohon terdiri atas
19 spesies, sementara kelompok tumbuhan bawah terdiri atas 16 spesies.
Dwi Syafitri
Kerapatan terbesar untuk tumbuhan bawah dimiliki oleh sirih hutan, yaitu 178
individu/ha. Sementara untuk habitus pohon, kerapatan terbesar dimiliki oleh
waru pantai, yaitu sebesar 30 individu/ha. Populasi tumbuhan bawah yang
mendominasi hutan pantai Pulau Condong adalah populasi sirih hutan dengan INP
sebesar 9,33%. Sementara untuk habitus pohon, populasi yang mendominasi
adalah beringin, dengan INP sebesar 68,77%.
Kata kunci : hutan pantai, indeks nilai penting, kerapatan.
Littoral forest had many utilities. The littoral forest management which was in
worse condition could cause the lost of the species diversity. It would give
serious impacts towards the ecosystem balance in the littoral area directly or
indirectly. This research aimed to determine plant species in the littoral forest and
also the density of each plant population as well as the dominant plant species in
the littoral forest of Condong island. Data collecting had been carried out in
February 2018 by using a combination method between line transect survey and
line-plot survey method. The result of this research showed there were two
groups of plant species, i.e. seedlings and trees. The seedlings consisted of 19
species and the trees consisted of 16 species. The highest density belonged to
Piper desumanum (178 individuals/ha) in seedling stage and Hibiscus tiliaceus
(30 individuals/ha) in tree stage. The dominant species of seedling stage was
Piper desumanum with importance value as of 9,33%. The dominant species of
tree stage was Ficus benjamina with importance value as of 68,77%.
Key words : littoral forest, density, importance value.1314151019 DWI SYAFITRI-2022-03-29T03:00:03Z2022-03-29T03:00:03Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56381This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563812022-03-29T03:00:03ZEFEKTIVITAS ASAM HUMAT DAN KOMPOS SEBAGAI AMELIORAN
TAILING EMAS DENGAN BIOINDIKATOR PETUMBUHAN CACING
TANAH (Lumbricus rubellus)
Tailing merupakan bahan sisa (residu) tambang yang mengandung merkuri dan
sianida yang dapat meracuni manusia dan lingkungan. Penggunaan amelioran
merupakan salah satu upaya dalam reklamasi yang dapat memperbaiki kondisi
lahan pasca tambang. Kompos dan asam humat merupakan jenis amelioran yang
berfungsi untuk memperbaiki kondisi lahan yang rusak dan mejerap logam berat.
Tanah yang baik dicirikan dengan keberadaan makrofauna tanah. Cacing
merupakan makrofauna tanah yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh
tutupan lahan. Perubahan struktur kimia dan dinamika hara dapat mempengaruhi
invasi cacing tanah, sehingga keberadaannya dapat dijadikan sebagai informasi
awal terjadinya perbaikan kondisi lahan yang rusak. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan kombinasi kompos dan asam humat terbaik untuk
memperbaiki kondisi lahan pasca tambang dan meningkatkan pH tailing emas.
Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
dikelompokkan berdasarkan letaknya dengan perlakuan asam humat (AH) 15 ml,
30 ml, 45 ml dan kompos 30 gram, 45 gram dan 60 gram yang kemudian
dikombinasikan menjadi 10 perlakuan dan 3 ulangan sehingga didapatkan 30 unit
satuan percobaan. Data diolah menggunakan analisis ragam (Anara) dan diuji
lanjut menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian
yang didapat bahwa persen hidup cacing dan pH media cenderung meningkat
seiring dengan bertambahnya konsentrasi asam humat dan kompos yang
diberikan. Perlakuan terbaik untuk membenahi tailing yaitu dengan campuran
AH 45 ml dan 60 g untuk setiap kg tailing. Peningkatan pH tailing terbaik
ditunjukkan pada pemberian AH 45 ml dan kompos 60 gram dengan pH untuk
setiap kg tailing mencapai 7.
Kata Kunci: Asam humat, kompos, Lumbricus rubbelus, tailing.
Tailings were mining residue contain mercury and cyanide which are poison for
humans and the environment. Using amelioran was an effort in reclamation that
could improve post-mining land condition. Humic acid and compost were types
of amelioran that could repair the degradoted land and absorb heavy metals.
sui table soil was characterized by the presence of soil macrofauna. Worms were
soil macrofauna whose the existence was greatly influenced by land cover.
Chemical structure changes and nutrient dynamics could affect the invasion of
earthworms, so the existence of earthworms could be used as preliminary
information to improve nt the condition of degradoted land. This study aimed to
find out the best combination of compost and humic acid to impr ove post-mining
land and to increase it’s pH tailings. The randomized block design (RBD)
grouped based on its location with the treatment of humic acid (HA) 15 ml, 30 ml,
45 ml and compost 30 grams, 45 grams and 60 grams which were then combined
Elsa Indriyani
into 10 treatments and 3 replications was applied as research method. An analysis
of variance and continved with the Duncan Multiple Range Test (DMRT) were
used as data analysis. The results showed that the percent of worm life and pH of
the media tend to increase due to the increasing of humic acid and compost.
Aplied the best treatment for fixing tailings was mixture of 45 ml HA and 60 g
compost for each kg of tailings. The best increase in tailing pH was shown in the
provision of 45 ml HA and 60 gram compost with pH for every kg reaching 7.
Keywords: Compost, humic acid, Lumbricus rubellus, tailings.1514151047 ELSA INDRIYANI-2022-03-29T02:59:34Z2022-03-29T02:59:34Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56386This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563862022-03-29T02:59:34ZTINGKAT KENYAMANAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) BUMI
WAY URANG KALIANDA
Enda Susianti
ABSTRACT
LEVEL OF GREEN SPACE COMFORT (RTH) BUMI WAY URANG
KALIANDA
By
Enda Susianti
Kalianda is one of the cities in Lampung provincy that is rapidly developing.
These developments have an impact on increasing the number of residents
accompanied by the construction of buildings and number of vehicles that have
potential to reduce the ecological quality of the environment. The green open
space is needed as a counterweight to the quality of community life that can
improve the ecological quality of the environment around the RTH Bumi Way
Urang Kalianda city. This study aims to determine the role of green space by
looking at the level of comfort using the Temperature Humidity Index (THI)
method based on air temperature and humidity, knowing the tree species and tree
canopy density using the HabitApp for android method. The result showed of
highest level of canopy cover density is in the kerai payung tree is 86% and the
comfort level of green space is in the morning and evening (THI = 23-27;
moderate). During the daytime the value (THI => 27) is uncomfortable. Those
Enda Susianti
result conclused that RTH Bumi Way Urang Kalianda had a good effect on
ecological environment of Kalianda City.
Keywords: Green Open Space, Comfort Level, Canopy Density
Kalianda merupakan salah satu kota di Provinsi Lampung yang cepat
perkembangnya. Peningkatan jumlah penduduk yang bersamaan dengan
pembangunan gedung-gedung dan jumlah kendaraan berdampak pada menurunnya
kualitas ekologis lingkungan. Ruang Terbuka Hijau dapat menjadi penyeimbang
kualitas kehidupan masyarakat yang meningkatkan kualitas ekologis lingkungan
khususnya di kawasan sekitar RTH Bumi Way Urang Kalianda Lampung Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan RTH dengan melihat tingkat
kenyamanan berdasarkan kerapatan tutupan tajuk pohon serta temperatur dan
kelembaban udara. Penelitian ini menggunakan metode HabitApp for Android
untuk mengetahui kerapatan tutupan tajuk pohon dan Temperature Humidity Index
(THI) untuk mengetahui tingkat kenyamanan RTH Bumi Way Urang Kalianda.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kerapatan tutupan tajuk yang paling tinggi
ada pada pohon kerai payung yaitu sebesar 86% dan tingkat kenyamanan RTH
Bumi Way Urang Kalianda adalah pada waktu pagi dan sore hari memiliki nilai
(THI = 23-27) dengan kategori sedang. Waktu siang hari memiliki nilai (THI=
>27) dengan kategori tidak nyaman. Keberadaan RTH Bumi Way Urang
memberikan dampak yang baik dalam meningkatkan ekologis lingkungan Kota
Kalianda.
Kata Kunci: Ruang Terbuka Hijau, Tingkat Kenyamanan, Kerapatan Tajuk1414151029 Enda Susianti-2022-03-29T02:46:23Z2022-03-29T02:46:23Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56287This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562872022-03-29T02:46:23ZSTRUKTUR DAN KEANEKARAGAMAN PENYUSUN VEGETASI HUTAN
LINDUNG BENGKUNAT DI RESOR III KPH I PESISIR BARATHutan Lindung Bengkunat merupakan bagian dari wilayah pengelolaan Resort III
KPH Unit I Pesisir Barat. Kawasan ini berada di antara Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan dan Wilayah Administratif Pesisir Barat. Struktur dan
keanekaragaman vegetasi penyusun hutan merupakan aspek yang perlu diperhatikan
untuk mendukung upaya pengelolaan suatu hutan. Penelitian ini dilakukan pada
Maret-April 2019 di areal seluas 4.470,4 ha dengan intensitas sampling 0,02%.
Pengambilan data menggunakan metode garis berpetak dengan 34 plot sampel yang
berjarak 100 m antarplot dan 200 m antargaris rintis. Hasil dari penelitian ini
didapatkan jenis tumbuhan penyusun Hutan Lindung Bengkunat sebanyak 92 jenis
tumbuhan yang berasal dari 34 famili dan 71 genus tumbuhan. Tumbuhan tersebut
menyusun Hutan Lindung Bengkunat dalam berbagai fase pertumbuhan. Fase
pertumbuhan dengan nilai kerapatan tertinggi adalah fase anakan sebesar 4.058,8
Sesilia Maharani Putri
individu/ha dan terendah fase pohon sebesar 262,5 individu/ha. Fase pertumbuhan
dengan penutupan tajuk tertinggi adalah fase tiang sebesar 12.186,0 m
2
/ha (121,9%)
dan penutupan tajuk terendah oleh fase semai sebesar 1.838,4 m
2
/ha (18,4%). Hutan
Lindung Bengkunat memiliki stratifikasi tajuk lengkap, dengan penyusun terbanyak
pada stratum C sejumlah 436 pohon. Stratum A hanya berjumlah 23 pohon dengan
pohon tertinggi 42 m. Nilai Indeks Keanekaragaman jenis (H) hutan ini tergolong
sedang sebesar 1,7, Indeks Kekayaan (R) tergolong tinggi sebesar 30,4 dan Indeks
Kemerataan (E) tergolong tinggi sebesar 0,9. Lokasi penelitian masih tergolong
sebagai kawasan hutan dengan kondisi yang baik, hal tersebut didasari oleh
banyaknya jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan serta struktur vegetasi hutan yang
kompleks.
Kata kunci : hutan lindung bengkunat, keanekaragaman tumbuhan, struktur vegetasi,
dan vegetasi hutan.
Bengkunat Protection Forest is part of the management area of Resort III Forest
Management Unit I Pesisir Barat. This area was between Bukit Barisan Selatan
National Park and Pesisir Barat Administrative Region. The structure and diversity of
forest vegetation needed to concern for the sustainability forest management. This
research was conducted in March-April 2019 at the area of 4,470.4 ha with the
sampling intensity of 0.02%. Data collected by the grid line method that was
consisting 34 sample plots with the distance 100 m between the plots and 200 m
between the lines. The numbers of identified plants species at the research location
were 92 species, classified by 34 families and 71 genera. The forest vegetation was
consisting of the different growth phases. The seedling phase was the highest density
with 4,058.8 species/ha, while the tree phase was the lowest density with 262.5
Sesilia Maharani Putri
species/ha. The highest canopy cover was the pole phase with 12,186.0 m
2
/ha
(121.9%) and the lowest canopy cover was the seedling phase with 1,838.4 m
2
/ha
(18.4%). Bengkunat Protection Forest had the complete canopy stratification, with
the higest number in C strata of 436 trees. Stratum A only consisted by 23 trees with
the tallest trees was 42 m. The forest species diversity index (H) classified as
moderate with value 1.7, the Richness Index (R) of 30.4 classified as a high level and
the Evenness Index (E) of 0.9 classified as a high level. The research location was
classified has a good condition forest, based on the number of plant species found and
the complex structure of forest vegetation.
Keywords : bengkunat protection forest, forest vegetation, plant diversity and
vegetation structure.1314151049 SESILIA MAHARANI PUTRI-2022-03-29T02:46:12Z2022-03-29T02:46:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56295This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562952022-03-29T02:46:12ZEFEKTIVITAS JERAPAN DEBU BEBERAPA SPESIES POHON DAUN
LEBAR DI MEDIAN JALAN KOTA BANDAR LAMPUNGDebu merupakan partikel padat yang terbentuk dari proses penghancuran
beberapa material organik dan anorganik yang dapat mengganggu kesehatan.
Kadar debu di udara dapat dikurangi melalui proses penjerapan debu oleh
berbagai spesies pohon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis pohon
yang paling efektif, waktu pengendapan yang paling baik, dan interaksi antara
jenis pohon dengan waktu pengendapan debu yang paling baik terhadap jerapan
debu oleh berbagai jenis pohon daun lebar. Penelitian ini dirancang menggunakan
Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 2 faktor yaitu faktor A
(jenis pohon) dan faktor B (waktu pengendapan). Jenis pohon yang digunakan
terdiri dari glodokan tiang, mahoni, nangka, dan tanjung. Waktu pengendapan
terdiri dari 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari dengan 3 kali pengulangan. Metode
gravimetri digunakan dalam pengukuran jerapan debu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanjung merupakan tanaman yang paling efektif dalam
menjerap debu sebesar 0,00094 g/cm
2
, karena karakteristik daun yang
Suci Rahmadhani
melengkung ke atas, lalu diikuti oleh nangka 0,00092 g/cm
2
, mahoni 0,00039
g/cm
2
, dan glodokan tiang 0,00028 g/cm
2
. Waktu pengendapan yang paling baik
dalam menjerap debu yaitu waktu selama 7 hari (0,00261 g/cm
2
), karena semakin
lama waktu pengendapan maka debu yang terjerap semakin banyak, selanjutnya
diikuti waktu 5 hari (0,00204 g/cm
2
), 3 hari (0,00204 g/cm
2
), dan 1 hari (0,00123
g/cm
2
). Tidak terdapat interaksi antara faktor jenis pohon dan faktor lamanya
waktu pengendapan terhadap jerapan debu oleh daun pada berbagai jenis pohon.
Kata kunci: debu; jerapan debu; tanjung (Mimusops elengi)
Dust is a solid particle formed from the process of destruction of some organic
and inorganic materials that can interfere with health. Dust levels in the air can be
reduced through the process of dust absorption by various tree species. This
research aims to analyze the most effective tree species, the best deposition time,
and the interaction between the type of tree with the best time of dust deposition
on the absorption of dust by various types of broad leaf trees. The research used
Factorial Randomized Block Design (FRBD) with 2 (two) factors namely factor A
(tree type) and factor B (deposition time). The tree species used consisted of
glodokan tiang, mahoni, nangka and tanjung. Deposition time consists of 1 day, 3
days, 5 days, and 7 days with 3 (three) repetitions. The gravimetric method is
used in measuring dust particles. The results of research showed that cape was
the most effective plant in absorbing dust by 0,00094 g/cm
2
, due to the
characteristic of leaves that curved upwards, then followed by jackfruit 0,00092
g/cm
2
, mahogany 0,00039 g/cm
2
, and polythea longifolia 0,00028 g/cm
2
.
The best time for settling dust is 7 days (0,00261 g/cm
2
), because the longer the
settling time the more dust is absorbed, then followed by 5 days (0,00204 g/cm
2
),
3 days (0,00204 g/cm
2
), and 1 day (0,00123 g/cm
2
). There is no interaction
between tree type factors and the length of time deposited against dust by the
leaves on various types of trees.
Keywords: dust; dust trap; cape (Mimusops elengi)1514151062 SUCI RAHMADHANI-2022-03-29T02:45:58Z2022-03-29T02:45:58Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56302This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563022022-03-29T02:45:58ZPERAN WANITA TANI REPONG DAMAR DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI PEKON
PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH KABUPATEN PESISIR
BARATRepong damar merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman kehutanan yang
terletak di Krui, Pesisir Barat Lampung. Repong damar berperan sangat penting
terhadap perekonomian masyarakat Krui khususnya masyarakat di Pekon
Pahmungan, karena mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis peran wanita tani repong damar terhadap
peningkatan pendapatan rumah tangga di Pekon Pahmungan dan kontribusi
pendapatan wanita tani repong damar terhadap pendapatan rumah tangga di Pekon
Pahmungan. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu simple random
sampling dengan jumlah responden sebanyak 62 orang yang diperoleh melalui
Rumus Slovin. Responden terdiri dari wanita tani di Pekon Pahmungan yang
bekerja di Repong damar. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara,
observasi dan studi pustaka. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi wanita terhadap
Tri Yulisa
pendapatan rumah tangga sebesar 36% atau 9.740.322/tahun. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan wanita tani di Pekon Pahmungan
dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga termasuk ke kategori tinggi. Hal
ini disebabkan oleh adanya peran wanita tani di Pekon Pahmungan dalam
pemungutan, pengangkutan dan penyortiran getah damar.
Kata Kunci: Kontribusi, Pendapatan, Repong damar, Wanita tani.
Repong damar is a plantation management system located in Krui, Pesisir Barat of
Lampung. Repong damar has an important role towards the economy of Krui’s
people, especially the people in Pekon Pahmungan, because it could increase
household income. The purpose of this study was to analyze the role of repong
damar’s women farmer in increasing the household income in Pahmungan and the
income contribution of income of female farmers in repong damar to household
income in Pekon Pahmungan. The sampling method used was simple random
sampling with the number of respondent as many as 62 people, obtained from
Slovin Formula. Respondents consisted of female farmers in Pekon Pahmungan.
The data was collected by interview, observation and literature methods. The data
was analyzed by quantitative descripytive analized metods. The results showed
that the female contributions to household income was 36% or 9,740,322 / year.
The contribution of women farmers in Pehmungan Village could increas the
Tri Yulisa
household revenue. The contribution of women categorized was high, caused
they played important roles in collecting, transporting and sorting resin.
Key words: Contributions, Income, Repong damar, Women farmers.1414151074 TRI YULISA-2022-03-29T02:45:18Z2022-03-29T02:45:18Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56306This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563062022-03-29T02:45:18ZKAJIAN ALIH FUNGSI LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
BUKIT SUKAMENANTI, KOTA BANDAR LAMPUNG, PROVINSI
LAMPUNGAlih fungsi lahan sangat rentan terjadi di wilayah perkotaan. Salah satu bentuk
alih fungsi lahan di Kota Bandar Lampung adalah adanya aktivitas pertambangan
dan pembangunan perumahan di kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bukit
Sukamenanti. RTH Bukit Sukamenanti yang seharusnya diperuntukkan sebagai
daerah perlindungan, pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup, saat ini
mulai terancam keberadaannya akibat luas areal bervegetasi yang semakin
berkurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui perubahan luas
lahan RTH Bukit Sukamenanti pada tahun 2000, 2013 dan 2018, 2)
mengidentifikasi jenis flora dan fauna yang ada dan yang telah hilang, 3)
menganalisis karakteristik dan sikap masyarakat terhadap alih fungsi lahan RTH,
4) menganalisis hubungan persepsi dan tingkat pengetahuan terhadap sikap
masyarakat, dan 5) menganalisis nilai kesediaan membayar masyarakat sebagai
upaya mempertahankan keberadaan RTH. Pengambilan sampel yang digunakan
Tsabita Naqiyya
yaitu simple random sampling dengan jumlah responden sebanyak 93 orang yang
terdiri dari 35 orang masyarakat penambang dan 58 orang masyarakat bukan
penambang. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan
studi literatur. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2000, luas tutupan lahan
areal bervegetasi adalah 24,04 ha, tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan
sebesar 46,64% dan pada tahun 2018 kembali mengalami penurunan sebesar
25,37%. Jenis flora yang ada di RTH Bukit Sukamenanti meliputi Akasia, Jati,
Simpur, Pulai, Kapuk, Petai, Lamtoro, Jambu Mede, Pisang, Aren, Kelapa, Salak,
Kemiri dan Ketapang, sedangkan flora yang hilang antara lain Bambu, Nangka,
Jambu, Sukun, Tangkil, Jengkol, Durian, Benda dan Cengkeh. Jenis fauna yang
ada meliputi Anjing dan Burung Gereja, sedangkan fauna yang hilang antara lain
Rusa, Kera Ekor Panjang, Ular, Rusa, Macan Akar, Burung Kutilang, Burung
Merbah Cerukcuk dan Musang. Sikap masyarakat menolak terhadap alih fungsi
lahan sebanyak 66,5% (areal pertambangan) dan 74% (pembangunan perumahan)
di kawasan RTH. Tingkat pengetahuan dan persepsi memiliki hubungan positif
sangat signifikan terhadap sikap masyarakat bukan penambang, namun memiliki
hubungan negatif tidak signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap
masyarakat penambang. Nilai rerataan yang diperoleh dari kesediaan membayar
sebesar Rp. 57.688,17/org/bulan sehingga diperoleh nilai total kesediaan
membayar masyarakat untuk mempertahankan RTH sebesar Rp.
89.185.648/bulan.
Kata kunci : alih fungsi lahan, kesediaan membayar, ruang terbuka hijau.
Tsabita Naqiyya
ABSTRACT
STUDY OF THE LAND CONVERSION IN GREEN OPEN SPACE AREA
OF BUKIT SUKAMENANTI, BANDAR LAMPUNG CITY, LAMPUNG
PROVINCE
Oleh
Land conversion is very vulnerable to happen in the urban areas. One form of land
conversion in Bandar Lampung City is mining activity and housing complex
development in green open space area of Bukit Sukamenanti. Green open space
area of Bukit Sukamenanti, which initially should have been designed as an area
of protection, utilization, and conservation of the environment, is currently
beginning to be threatened due to the decreasing area of vegetation. The purposes
of this research were (1) to find out the changes in green open space of Bukit
Sukamenanti land area in 2000, 2013, and 2018; (2) to identify the existing and
missing flora and fauna types; (3) to analyze the characteristics and attitudes of
the community towards green open space area of Bukit Sukamenanti; (4) to
analyze the perceptional relationship and the level of knowledge towards the
community attitudes; and (5) to analyze the value of society willingness to pay, as
the effort to maintain the existence of green open space area of Bukit
Tsabita Naqiyya
Sukamenanti. Simple random sampling was used to take the data, with 93
respondents that consisted of 35 miners and 58 non-miners. Observation,
interview and literary study were used to take the data. The data analysis used
qualitative and quantitative descriptive analysis techniques. The results of the
research showed that in 2000, the area of land covered by vegetation was 24.04
hectare, but in 2013 it decreased by 46.64% and in 2018, again it decreased by
25.37%. The types of flora in green open space of Bukit Sukamenanti are Akasia,
Jati, Simpur, Pulai, Kapok, Petai, Lamtoro, Cashew, Banana, Aren, Coconut ,
Salak, Kemiri and Ketapang trees, while the lost flora include Bamboo, Jackfruit,
Guava, Breadfruit, Tangkil, Jengkol, Durian, Benda, and Clove trees. The existed
fauna are Dogs and Birds, while the lost ones are Deer, Long tailed macaques,
Snakes, Root tigers, Kutilang birds, and Weasels. The society attitude, that is
againts to change the function of land, is 66.5% (mining area) and 74% (housing
complex development). The level of knowledge and perception has a very
significant and positive relationship towards the attitude of noon-miners, but has a
non-significant and negative relationship between the level of knowledge and the
attitude of miners. The average value obtained from the society willingness to
pay is Rp 57,688.17/person/month so that the total value of the society willingness
to pay, to maintain the green open space of Bukit Sukamenanti is Rp
89,185.648/month.
Key word : green open space, land conversion, willingness to pay.1414151075 TSABITA NAQIYYA-2022-03-29T02:45:09Z2022-03-29T02:45:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56309This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563092022-03-29T02:45:09ZSTUDI KEPADATAN TANAH TERHADAP PERILAKU DUNG BEETLEDung beetle merupakan anggota kelompok Coleoptera dari suku Scarabaeidae
yang lebih dikenal sebagai scarab. Perilaku dung beetle yang membawa kotoran
ke dalam liang sarangnya di dalam tanah. Perilaku itu secara alami akan
menambah unsur-unsur hara tanah dan secara tidak langsung.menggemburankan
tanah dengan liang-liang sarang yang dibuatnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perilaku dung beetle terhadap kepadatan tanah dan untuk mengetahui
sifat fisik tanah pada habitat dung beetle di Arboretum I dan Arboretum III Hutan
Pendidikan Terpadu Unila di Blok Pemanfaatan Tahura WAR. Penelitian ini telah
dilakukan pada bulan November-Desember 2018. Metode yang digunakan adalah
analisis tanah. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas
Tehnik, Universitas Lampung. Data yang terkumpul dianalisis dengan rumus kadar air,
berat jenis, berat volume, analisa saringan serta uji pemadatan tanah standar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin besar ukuran dung beetle memengaruhi
kemampuan menggali tanah akan semakin dalam. Kadar air rata-rata yang ada di
lapangan pada Arboretum I sebesar 43,55%. Berat jenis rata-rata tanah sebesar 2,64 gr.
Berat volume tanah kering rata-rata (γ
d rata-rata) sampel sebesar 0,86 gr/cm
3
. Persentase
lolos saringan No.40 dengan diameter saringan 0,475 mm adalah sebesar 77,50%.
Pemadatan tanah standar pada arboretum I didapatkan nilai kadar air optimum sebesar
24%. Kadar air rata-rata pada Arboretum III sebesar 49,56%. Berat jenis rata-rata tanah
sebesar 2,44 gr. Berat volume tanah kering rata-rata (γ
d rata-rata
) sampel sebesar 0,99
gr/cm
3
. Persentase lolos saringan No.40 dengan diameter saringan 0,475 mm adalah
sebesar 71,08%. Pemadatan tanah standar pada arboretum III didapatkan nilai kadar air
optimum sebesar 28%.
Kata kunci: arboretum, dung beetle, kepadatan tanah.
iii
Dung beetle is clasified as a group of Coleoptera and the family of Scarabaidae
wich known as scarab. The behavior of dung beetle was carrying the dung to their
nest on the soil. This behavior naturally added the soil nutrient and indirectly
made a loose soil by the nest burrows. This research aims to determined the
behavior of dung beetle toward the soil density and to find out the soil physical in
the dung beetle habitat at Arboretum I and Arboretum III Unila Integrated
Education Forest in the Tahura WAR Utilization Block. This research was
conducted between November-December 2018. The method that used was soil
analysis. The soil was analyzed at the Soil Mechanics Laboratory, Faculty of
Engineering, University of Lampung. The collected data were analyzed used
formula of water content, specific gravity, volume weight, filter analysis and
compaction test of standard soil. The results showed that greater size of the dung
beetle, effected the ability of soil dig will be deeper. The average of water content
in the field in Arboretum I was 43.55%. The average of soil density of 2.64 gr.
Umy Mayasari
iii
The weight of dry soil average (γd average) of the sample was 0.86 gr/cm
3
. The
percentage of filter 40
th
with a filter diameter of 0.475 mm was 77.50%. The
water content in the standard soil compaction treatment in arboretum I obtained
the value of optimum water content was 24%. The average of water content in
Arboretum III was 49.56%. The average of soil density was 2.44 gr. The weight
of the average dry soil volume (γd average) of the sample was 0.99 gr/cm
3
. The
percentage of filter passing 40
th
with a filter diameter of 0.475 mm was 71.08%.
The water content in the standard soil compaction treatment in Arboretum III
obtained the valued of optimum water content was 28%.
Keywords: arboretum, dung beetle, soil density.1514151001 UMY MAYASARI-2022-03-29T02:44:59Z2022-03-29T02:44:59Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56316This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/563162022-03-29T02:44:59ZPREFERENSI LANSKAP WILAYAH JELAJAH GAJAH SUMATERA
(Elephas maximus sumatranus) DI TAMAN NASIONAL
BUKIT BARISAN SELATAN
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan spesies yang
dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan
dan satwa yang dilindungi serta dimasukkan ke dalam Red List dengan status
critically endangered oleh International Union for Conservation of Nature
(IUCN). Terjadinya penurunan jumlah spesies ini dari tahun ke tahun diakibatkan
karena tingginya tekanan dan gangguan, serta kurangnya pengetahuan tentang
bagaimana cara hidup gajah di habitat aslinya. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengkaji preferensi habitat dalam wilayah jelajah gajah sumatera.
Penelitian dilakukan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Faktor lanskap yang digunakan untuk analisis adalah
lereng (derajat), tutupan lahan (%), jarak dari sumber gangguan dan jarak ke
sumber air. Data ini di overlay ke poin yang didapat dari GPS collar satu clan
Gajah Sumatera pada tahun 2011 dan 2013 menggunakan platform GIS
(ArcGIS 10.5) dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian
berdasarkan data tahun 2011 dan 2013 menunjukkan bahwa preferensi tertinggi
untuk kelerengan adalah pada 2
0
- 4
0
, sedangkan preferensi tutupan lahan adalah
semak-semak dan hutan. Preferensi jarak antara keberadaan gajah dan jalan
berada pada kelas jarak lebih dari 1.000 meter. Khusus untuk jarak ke sumber air
(sungai), jarak tertinggi adalah 0-100 meter pada tahun 2011 dan 100-200 meter
pada tahun 2013.
Kata kunci: Elephas maximus sumatranus , Gajah Sumatera, Habitat, Preferensi,
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Sumatran Elephant (Elephas maximus sumatranus) is a protected spesies based on
the Regulation of Ministry of Environment and Forestry number
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 concerning on protected species of
plants and animals. This wildlife was also include in the Red List with critically
endangered status by the International Union for Conservation of Nature (IUCN).
The decreased in total of these species from years to year due to the high pressure
and disturbance, also lack of knowledge about how elephants live in their natural
habitat. The purpose of this research was to examine habitat preferences in home
range of Sumatran Elephants. This research used the Global Positioning System
(GPS) and Geographic Information System (GIS). Landscape factors analysis
were slope (in degree), land cover (%), distance from the source of the disruption
and distance to the water source. These data overlaid to points obtained from the
GPS collar of a Sumatran Elephant clan on 2011 and 2013 using GIS platform
(ArcGIS 10.5) and then analyzed descriptively.
Widodo Arif Rohman
The results of the research data based on 2011 and 2013 showed that the highest
preference for slopes is at 2
0
-4
0
, while land cover preference was bushes and
forests. Distance preference betwen the presence of elephant and road was on a
class of distance more than 1.000 meter. Specifically for the distance to water
sources (rivers), the furthest distance is 0-100 meters in 2011 and 100-200 meters
in 2013.
Key words: Bukit Barisan Selatan National Park, Elephas maximus sumatranus,
Habitat, Preference, Sumatran elephants.1414151078 Widodo Arif Rohman-2022-03-29T02:42:04Z2022-03-29T02:42:04Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56264This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562642022-03-29T02:42:04ZPENDUGAAN PRODUKTIVITAS DAN POTENSI EKONOMI
DURIAN (Durio zibethinus Murray) DI HUTAN DESA SUMUR KUMBANG
KPH XIII GUNUNG RAJABASA
Hutan Desa Sumur Kumbang merupakan salah satu kawasan hutan yang dikelola
oleh pihak Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Gunung Rajabasa. Hutan desa
tersebut memiliki sumberdaya lahan yang sangat bermanfaat, khususnya bagi
masyarakat sekitar hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun
dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Salah satu komoditi utama yang
memiliki potensi ekonomi tinggi di wilayah Hutan Desa Sumur Kubang adalah
durian. Pihak pengelola Kawasan Hutan Desa Sumur Kumbang belum mengetahui
potensi produksi dan produktivitas durian, sehingga penelitian ini sangat penting bagi
pihak pengelola sebagai dasar acuan dalam pengambilan kebijakan terkait dengan
pengembangan produk unggulan, inisisasi kerjasama dengan pengusaha serta peluang
penarikan retribusi dari kawasan hutan dalam rangka mencapai kemandirian KPH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas tanaman durian dan menduga
potensi ekonomi durian di wilayah Hutan Desa Sumur Kumbang, KPH XIII Gunung
Rajabasa. Penelitian ini dilakukan dengan analisis vegetasi dan wawancara
responden. Pada analisis vegetasi menggunakan metode sampling Sistematic
Sampling with Random Start, untuk peletakan sampling menggunakan metode garis
berpetak dengan jarak antar plot 200 m dan jarak antargaris rintis yaitu 220 m.
Wawancara dilakukan dengan metode wawancara langsung terhadap petani di
kawasan hutan desa. Data diolah dengan menghitung kerapatan pohon durian per
hektar, produksi tanaman durian per pohon, produktivitas durian per hektar dan
potensi ekonomi durian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerapatan
pohon durian di hutan desa tersebut yaitu 73,61 pohon/ha sehingga produktivitas
buah durian di areal hutan desa sebesar 7.555,36 buah/ha, maka potensi ekonomi
durian di kawasan Hutan Desa Sumur Kumbang yaitu Rp9.717.917.808,00 per tahun.
Tingginya produktivitas durian di Hutan Desa Sumur Kumbang diduga karena
memiliki tingkat kesesuaian tanaman durian yang baik, jenis tanah yang sesuai
dengan kesesuaian tanaman durian, umur tanaman yang ideal menghasilkan buah dan
iklim hutan yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman durian.
Kata kunci : hutan desa, kesatuan pengelolaan hutan, produktivitas, sumberdaya
lahan.
Village Forest of Sumur Kumbang is one of the forest areas managed by the Gunung
Rajabasa Forest Management Unit (KPH). The village forest has very useful land
resources, especially for the around the forest to improve community welfare and
sustainable forest management. As well one of the main commodities that is
potentially has high economic potential in the Village Forest Area of Sumur
Kumbang is durian. The management of the Village Forest Area of the Sumur
Kumbang does not yet know the potential of durian production and productivity,
therefore the was research is very important for the management as a basis for
reference in making policies related to the development of main comodities, initiating
cooperation with private sectors and withdrawal retribution in order to achieve the
financially independence of the KPH. The study aims was to determine the
productivity of durian plants and predict the economic potential of durian in the
Village Forest Area of the Sumur Kumbang, KPH XIII Gunung Rajabasa. The
analysis of vegetation using the Systematic Sampling with Random Start was
emplayed as sampling method, for laying the sampling using a plot line method with
a distance between 200 m plot and distance between the pioneers is 220 m.
Interviews were conducted using direct interviews with farmers in the village forest
area. Data is processed by calculating durian tree density per hectare, durian
production each tree, durian productivity per hectare and potential economic of
durian. The results showed that the durian density in the village forest was 73.61
trees / ha so that the productivity of durian fruit in the village forest area was 7,555.36
pieces / ha, so the economic potential of durian in the Forest area of Sumur Kumbang
Village was Rp9,717,917. 808.00/year. The high productivity of durian in the Forest
Village of Sumur Kumbang is suspected because it has a good level of suitability of
durian plants, the type of soil was suitable for durian, the ideal age of the plant to
produce fruit and the climate in accordance with the growth of durian.
Keyword : forest management unit, land resources, productivity, village forest.1514151065 Ricky Okta Vindika-2022-03-29T02:42:02Z2022-03-29T02:42:02Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56268This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562682022-03-29T02:42:02ZPERAN WANITA TANI HUTAN DALAM MENINGKATKAN
PENDAPATAN KELUARGA (KASUS DI HUTAN RAKYAT DESA AIR
KUBANG KECAMATAN AIR NANINGAN KABUPATEN TANGGAMUS)
Pada sektor kehutanan, pengelolaan hutan sangat erat kaitannya dengan peran
wanita. Salah satu peran wanita dalam mengelola hutan diwujudkan dalam
bentuk kegiatan ekonomi yang dapat membantu meningkatkan pendapatan
keluarga. Kegiatan ekonomi wanita dibagi dalam tiga sektor yaitu on farm, off
farm, dan non farm. Pengelolaan hutan rakyat di Desa Air Kubang juga tidak
terlepas dari adanya peran wanita. Bentuk kegiatan ekonomi wanita, total
pendapatan wanita, dan kontribusi peran wanita dalam membantu perekonomian
keluarga di Desa Air Kubang belum diketahui sehingga penelitian ini penting
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk kegiatan
ekonomi wanita, menganalisis total pendapatan wanita, total pendapatan keluarga,
dan mengidentifikasi besar kontribusi peran wanita dalam membantu
meningkatkan pendapatan keluarga. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk
mengidentifikasi bentuk kegiatan ekonomi wanita sedangkan metode kuantitatif
Rini Sari Lubis
digunakan untuk menganalisis total pendapatan wanita, total pendapatan keluarga,
dan besar kontribusi peran wanita. Responden pada penelitian ini dipilih
menggunakan Rumus Slovin dan diperoleh sebanyak 55 responden. Responden
dipilih secara acak dalam suatu populasi (simple random sampling). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa wanita yang bekerja pada sektor on farm sebanyak
43 orang atau 72.88%, off farm 7 orang atau 11.87%, dan non farm 9 orang atau
15.25%. Rata-rata pendapatan wanita perbulannya yaitu Rp 475.000 dan rata-rata
pendapatan keluarga Rp 1.428.000/bulan. Kontribusi wanita dalam pendapatan
keluarga yang tergolong kecil sebanyak 42 orang atau sekitar 76% dan 13 orang
atau 24% yang mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan
keluarga.
Kata kunci: Hutan rakyat, kontribusi pendapatan, pendapatan keluarga, wanita
tani hutan,
In the forestry sector, forest management was related to the role of women. One
of women’s roles in managing forest was realized in the form of economic
activities that helped to increasing family income. Women's economic activities
were divided into three sectors, namely on farm, off farm, and non farm. Private
forest management in Air Kubang Village was also related with the role of
women. The form of women's economic activities, the total income of women,
and the contribution of women's roles in helping the family economy in Air
Kubang Village was known yet, so that this research was needed. This study aims
to identified the shape of women's economic activities, analyzed the total income
of women, total family income, and identified the contribution of women's roles.
The study was used qualitative and quantitative methods. Qualitative methods
was used to identified forms of women's economic activities and quantitative
methods were used to analyzed women's total income, total family income, and
the contribution of women's roles. Respondents in this study selected by Slovin
Rini Sari Lubis
Formula and obtained as many 55 respondents. Respondents were chosen by
simple random sampling. The results of the study indicated that womens who
works in on farm sector were 43 people or 72.88%, off farm 7 were people or
11.87%, and non farm were 9 people or 15.25%. The average woman's monthly
income was Rp 475.000 and the average family income was Rp 1.428.000/month.
The contribution of women in family income was relatively small as many as 42
people or about 76% and 13 people or 24% who were able to make a large
contribution to family income.
Keywords: Contributions of income, family income, private forest, women forest
farmers.1514151049 RINI SARI LUBIS-2022-03-29T02:42:01Z2022-03-29T02:42:01Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56272This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562722022-03-29T02:42:01ZSTUDI PRODUKTIVITAS DAN POTENSI PALA (Myristica fragans) DI
HKM RANGAI SEJAHTERAPala merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi, ekologi, dan sosial yang
tinggi, karenanya pala menjadi salah satu tanaman yang banyak diminati dalam
pengembangan perhutanan sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
produktivitas serta potensi pala yang ada di Hkm Rangai Sejahtera. Penelitian ini
didesain dengan sistem random sampling (SRS) untuk mendapatkan sampel petani
yang areal garapannya akan dijadikan sebagai sampel. Analisis vegetasi
digunakan untuk mengetahui kondisi vegetasi lahan. Wawancara langsung
dilakukan untuk mendapatkan data harga jual rata-rata dan produktivitas pala.
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui produksi pala/ha dan potensi
produksi pala. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada lahan garapan Hkm
Rangai Sejahtera hanya ditemukan 6 jenis tanaman yang terdiridari 5 tanaman
MPTs dan 1 tanaman perkebunan. Pala merupakan tanaman yang mendominasi
dengan INP sebesar 104,67%, dengan kerapatan pala sebesar 80,6 tanaman/ha,
frekuensi 100% serta dominansi 0,51 m2/ha. Produktivitas pala per pohon di
HKm Rangai Sejahtera rata-rata 60kg/pohon/thn, dengan kerapatan tanaman pala 80,6 pohon/ha maka produktivitas per hektar sebanyak 4.836 kg. Dengan luasan
420 ha maka potensi pala sekitar 2.031.120 kg/thn.
Kata kunci :HKm Rangai Sejahtera, Multi Purpose Tree Species, Pala
Nutmeg (Myristicafragrans) had a high economic, ecology and social value.
Nutmeg was one of the plants that highly prefered in the development of social
forestry. The purpose of the study were to analyze the productivity and potential
of nutmeg production in the community forest (HKm) of Rangai Sejahtera. The
study was designed in a system random sampling (SRS) to select the samples.
Vegetation analysis was used to determine the vegetation status. Direct
interviews were conducted to collect data of nutmeg productivity and average
selling prices. Quantitative analysis was employed to determine the nutmeg
productivity and the potential production of nutmeg in the area. The results
showed that there were only 6 spesies of plants were found in the area of HKm
Rangai Sejahtera. i.e. 5 MPTs and 1 crop plantation. Nutmeg was ecologicaly the
most important spesies in the area with an important value index (IVI) of
104.67%, the density of 80.6 plants/ha, a frequency of 100% and a dominance of
0.51 m2/ha. The average productivity of nutmeg in HKmRangai Sejahtera was 60kg/tree/yr, with the density of 80.6 trees/ha, its productivity per ha could reach
4,836 kg/ha. with total area of HKmRangai Sejahtera (420 ha), the potential
production of nutmeg could reach 2,031,120 kg/yr.
Key words :HKm Rangai Sejahtera, Multi Purpose Tree Species, Nutmeg.1514151016 RIZKI PARLIANSYAH-2022-03-29T02:41:21Z2022-03-29T02:41:21Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56275This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562752022-03-29T02:41:21ZPERAN GENDER DALAM PENGELOLAAN AGROFORESTRI
DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
Agroforestri telah dikembangkan oleh para peneliti untuk kesejahteraan
masyarakat. Pengelolaan agroforestri tidak terlepas dari peran aktif masyarakat
sehingga erat kaitannya dengan peran gender dalam pengelolaan agroforestri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran gender dalam kegiatan
pengelolaan agroforestri di lahan milik dan lahan hutan negara. Penelitian ini
menggunakan cluster sampling dengan cara teknik observasi dan wawancara.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis Gender Model Harvard.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran gender pada kegiatan pengelolaan
agroforestri di lahan milik dan di lahan hutan negara terdapat persamaan. Pada
pengelolaan agroforestri di lahan milik, laki-laki lebih mendominasi kegiatan
pemeliharaan tanaman (100%), pengangkutan (100%) dan mencari pakan ternak
(100%), sedangkan perempuan lebih mendominasi kegiatan pasca panen (100%)
dan pemasaran (100%). Kegiatan penyiapan lahan (85%) dan penanaman (75%)
Septo Widodo Pasaribu
cenderung dilakukan oleh laki-laki, sedangkan kegiatan pemanenan (85%)
cenderung dilakukan secara bersama-sama. Peran gender pada pengelolaan
agroforestri di lahan hutan negara, laki-laki lebih mendominasi kegiatan
pemeliharaan tanaman (100%), pengangkutan (100%) dan mencari pakan ternak
(100%), sedangkan perempuan cenderung mendominasi kegiatan pasca panen
(86,96%) dan pemasaran (86,96%). Kegiatan penyiapan lahan (78,26%) dan
penanaman (69,57%) cenderung dilakukan oleh laki-laki, sedangkan kegiatan
pemanenan (82,61%) cenderung dilakukan secara bersama-sama.
Kata kunci: agroforestri; gender; peran gender.
Agroforestry has been developed by researchers for community welfare.
Agroforestry management was inseparable from the active role of the community
so that it was closely related to the role of gender in agroforestry management.
This study aimed to determine the role of gender in agroforestry management
activities on private land and state forest land. This study used a cluster sampling
by using observation and interview techniques. Data were analyzed using
analysis Gender Harvard Model. The results showed that there were similarities
of gender role in agroforestry management activities on private land and state
forest land. In agroforestry management on private land, men dominated the
maintenance of plants (100%), transportation (100%) and searched for fodder
(100%), while women dominated post-harvest activities (100%) and marketing
(100%). Land preparation activities (85%) and planting (75%) tended to be done
by men, while harvesting activities (85%) tended to be carried out together.
Septo Widodo Pasaribu
Gender role in agroforestry management in state forest land, men were more
dominant of the plant maintenance activities (100%), transportation (100%) and
searched for fodder (100%), while women tended to dominate the post-harvest
activities (86.96%) and marketing (86.96%). Land preparation activities (78.26%)
and planting (69.57%) tended to be done by men, while harvesting (82.61%)
tended to do together.
Keywords: agroforestry; gender; gender role.1314151048 SEPTO WIDODO PASARIBU-2022-03-26T12:49:48Z2022-03-26T12:49:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56249This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562492022-03-26T12:49:48ZCADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI BENTUK
PENGGUNAAN LAHAN DI SUB-SUB DAS KHILAU SUB DAS BULOK
DAS SEKAMPUNG
Karbondioksida merupakan salah satu Gas Rumah Kaca (GRK), yang jumlahnya
sangat dominan di bumi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya laju emisi
karbon Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung, selain itu
terjadinya perubahan penggunaan lahan berpengaruh terhadap jumlah karbon
yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karbon tersimpan,
menganalisis jumlah serapan karbondioksida dan pelepasan oksigen pada berbagai
tutupan lahan di Sub-Sub DAS Khilau Sub DAS Bulok DAS Sekampung. Metode
yang digunakan untuk menghitung karbon tersimpan dengan menggunakan
persamaan allometrik untuk menduga biomassa pohon. Biomassa Expansion
Factor digunakan untuk estimasi biomassa nekromassa, tumbuhan bawah dan
serasah. Penyerapan karbondioksida diduga dengan mengkalikan jumlah karbon
dengan nilai konversi atom karbon ke karbondioksida, sedangkan pelepasan
oksigen diduga dengan jumlah karbon sekruitrasi dikali dengan nilai konversi
karbon ke oksigen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karbon tersimpan
Ratih Rinda Ningsih
tertinggi pada tutupan lahan hutan primer sebesar (141,69 ton/ha) jika
dibandingkan tutupan lahan agroforestri (75,33 ton/ha), semak belukar sebesar
(24,74 ton/ha), tanaman semusim sebesar (11,13 ton/ha) dan sawah sebesar (3,45
ton/ha). Jumlah serapan karbondioksida yang terdapat di hutan primer sebesar
(519,99 ton/ha) jika dibandingkan tutupan lahan agroforestri (276,45 ton/ha ),
semak belukar sebesar (90,80 ton/ha), tanaman semusim sebesar (40,86 ton/ha)
dan sawah sebesar (12,66 ton/ha). Pelepasan oksigen yang terbesar terdapat di
tutupan lahan hutan primer sebesar (379,60 ton/ha), jika dibandingkan tutupan
lahan agroforestri (201,81ton/ha), semak belukar (66,29 ton/ha), tanaman
semusim (29,82 ton /ha) dan tutupan lahan sawah hanya mampu melepaskan
oksigen sebesar (9,24 ton/ha).
Kata kunci: karbondioksida, penggunaan lahan, biomassa dan karbon tersimpan.
Carbon dioxide is one of the Greenhouse Gases (GHGs), that amount is very
dominant on earth. This is cause increased the rate of carbon emission Khilau
Sub-watershed Bulok Sub-watershed Sekampung watershed, besides that changes
oxcur in land use affect the amount of carbon produced. The purpose this reseach
are to determine analyze of carbon stored, analyze of carbon dioxide uptake and
release of oxygen in various land covers in the Khilau Sub-watershed Bulok Subwatershed Sekampung watershed. The method used to calculate stored carbon by
using allometric equations to estimate tree biomass. Biomass expansion factor is
used to estimate necromass, understorey and litter biomass. Carbon dioxide
absorption is estimated by multiplying the amount of carbon by the conversion
value of carbon atoms to carbon dioxide. The release of oxygen was estimated by
carbon sequestration times the convertion value of carbon absorption oxygen.
The results of this research stored carbon uptake in primary forests is (141,69 tons
/ ha) compared to agroforestry land cover (75,33 tons / ha), shrubs (24,74 tons /
Ratih Rinda Ningsih
ha), annual crops (11,13 tons) tons / ha) and paddy fields (3,45 tons / ha). The
carbon dioxide uptake in primary forests is (519.99 tons / ha) compared to
agroforestry land cover (276.45 tons / ha), shrubs (90.80 tons / ha), annual crops
(40.86 tons) tons / ha) and paddy fields (12.66 tons / ha). The release of oxygen in
primary forests is (379,60 tons / ha), compared to agroforestry land cover (201,81
tons / ha), shrubs (66,29 tons / ha), annual crops (29,82 tons / ha) and paddy fields
cover is only able to release oxygen by (9,24 tons / ha).
Keywords: carbon dioxide, land use, stored biomass and carbon storage.1514151060 RATIH RINDA NINGSIH-2022-03-26T12:49:42Z2022-03-26T12:49:42Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56237This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562372022-03-26T12:49:42ZPELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU
OLEH MASYARAKAT BESEMAH
(Studi Kasus di Desa Pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah,
Kota Pagaralam)
Rumah merupakan tempat tinggal bagi manusia untuk melindungi diri dari panas,
hujan maupun dari serangan binatang buas serta melakukan segala aktivitas
sehari-hari bersama keluarga. Keberadaan rumah tradisional berbahan dasar kayu
sangat terkait dengan pelestarian budaya yang berkembang di masyarak at. Tujuan
penelitian untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat
mempertahankan rumah tradisionalnya yang berbahan dasar kayu, menjelaskan
bahan baku yang digunakan dalam pembuatan rumah tradisional, dan menjelaskan
kebijakan pemerintah dalam upaya mempertahankan rumah tradisional.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam, pengamatan terlibat,
dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat
mempertahankan keberadaan ghumah baghi-nya yang berbahan dasar kayu karena
berbagai faktor, yaitu: kebudayaan, warisan, bahan baku, kondisi ekonomi
Oktarine Melly Aminah Harum
masyarakat, pengetahuan masyarakat, dan kebijakan pemerintah. Hasil
selanjutnya menunjukkan bahwa kayu yang digunakan dalam pembuatan rumah
tradisional yaitu kayu mersawa (Anisoptera marginata Korth), surian (Toona
sureni Merr.), dan kayu rasamala (Altingia excelsa Noronha). Pemerintah
memiliki peran penting dalam memberikan bantuan kepada pemilik rumah
tradisional dalam upaya upaya mempertahankan keberadaan ghumah baghi dan
kebudayaan yang ada.
Kata kunci: besemah, budaya, ghumah baghi, kayu, rumah tradisional.
documentation studied. Theresultsof the studyshowed thatculture, inheritance,
rawmaterials, economicconditionsof community, knowledgeof thecommunity,
and governmentpolicieswere thefactorsthatmayhaved encouraged the
communityto maintain theexistenceof their ghumah baghi. Subsequentresult
Home is a place for humans to protect themselves from heat, rain and
fromanimal'sattacks and doing all daily activities with theirfamily. The
existence of traditional house whichmade bywood is very related to the
culture preservation that develops in bycommunity. The purpose of this
research was toelucidate the factors thosemay have influenced the community to
maintain their traditional wooden houses, explain aboutraw materials that used in the
manufacture of traditional houses, and also explainaboutgovernment'spolicies as effort to
The data was collected by interview, participant observed, and maintain the traditional house.
(Anisoptera marginata Korth), surian (Toona sureni Merr.), and rasamala
(Altingia excelsa Noronha). The government has an important role in
providing assistance to traditional homeowners in an effort to maintain the
existence of the home and the existing culture.
Keywords: besemah (tribe), culture, ghumah baghi, traditional house, timber.
Oktarine Melly Aminah Harum
showed that timber used in manufacture of traditional house weretimber mersawa 1514151022 Oktarine Melly Aminah Harum-2022-03-26T12:39:08Z2022-03-26T12:39:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56406This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/564062022-03-26T12:39:08ZANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
PRODUKSI GETAH KARET DI AREAL HUTAN KEMASYARAKATAN
(HKm) MANGGA MULYO KABUPATEN WAY KANANHutan di Indonesia telah dikelola oleh masyarakat tak terkecuali di kawasan hutan
lindung yang salah satunya berupa Hutan Kemasyarakatan (HKm) Mangga Mulyo
Kabupaten Way Kanan yang telah ditanami tanaman karet. Karet adalah jenis
tanaman yang menghasilkan getah yang dapat dikelola dan dimanfaatkan para
petani sebagai sumber pendapatan. Produksi getah karet dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat yang ada disekitarnya. Produktivitas karet dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu ketinggian tempat, suhu, kelembaban, diameter pohon,
arah lereng dan tinggi pohon. Penelitian ini dilakukan di areal Hutan
Kemasyarakatan (HKm) Kabupaten Way Kanan pada bulan desember hingga
januari 2019. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menetapkan faktor yang
berpengaruh terhadap produksi getah karet yang berada di areal HKm Mangga
Mulyo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang berpengaruh nyata
terhadap produksi getah karet yaitu ketinggian tempat (P=0,049) , suhu
(P=0,030), kelembaban (P=0,050), diameter pohon (P=0,020), dan lebar tajuk
(P=0,000).
Kata kunci: Produktivitas karet, Hutan Kemasyarakatan (HKm), Way Kanan.1414151034 GHINA ZHAFIRA -2022-03-25T07:56:11Z2022-03-25T07:56:11Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56234This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562342022-03-25T07:56:11ZANALISIS KESESUAIAN LAHAN TUMBUH UNTUK BUDIDAYA
DAMAR MATA KUCING MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS (SIG) DI PESISIR BARAT PROVINSI LAMPUNGDamar mata kucing (Shorea javanica) merupakan tanaman keras tahunan,
memiliki batang yang besar dan tinggi serta menghasilkan getah (resin). Damar
mata kucing tumbuh dengan baik pada areal yang berbukit-bukit di Kabupaten
Pesisir Barat. Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat membudidayakan damar
dalam bentuk repong, keberadaan repong damar dipengaruhi oleh faktor ekologi,
ekonomi dan sosial-budaya yang diimplementasikan berdasarkan pengetahuan
secara teurun-temurun. Banyak masyarakat yang telah mencoba
membudidayakan damar mata kucing di luar Pesisir Barat, ternyata tanaman
tersebut memiliki pertumbuhan dan produktivitas yang sangat rendah. Rendahnya
pertumbuhan dan produktivitas menjadikan pengaruh tempat tumbuh memegang
peran yang sangat penting bagi keberhasilan budidaya damar mata kucing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun peta spasial tentang kesesuaian
lahan dan menganalisis keselarasan antara tata ruang Kabupaten Pesisir Barat
Okky Tio Prabowo
dengan kesesuaian tempat tumbuh damar mata kucing dengan menggunakan SIG.
Penelitian yang dilaksanakan pada Maret - Juli 2019 di Kabupaten Pesisir Barat
menggunakan metode Analythic Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor klasifikasi kesesuaian lahan untuk budidaya damar
mata kucing dipengaruhi oleh jenis tanah, jumlah bulan basah, ketinggian dan
kelerengan lahan, klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kelas
berdasarkan selang nilai dalam penerapannya, yaitu sangat sesuai (S1) 0,464 –
0,565, cukup sesuai (S2) 0,362 – 0,463, sesuai marjinal (S3) 0,260 – 0,361 dan
tidak sesuai (N) 0,158 – 0,259. Luasan kelas kesesuaian lahan meliliki persentase
terhadap wilayah pesisir barat S1 27%, S2 3%, S3 23% dan N sebesar 47% serta
masih banyak wilayah yang terkatogeri sangat sesuai untuk budidaya damar
namun dikategorikan non budidaya damar pada RTRW.
Kata kunci: Shorea javanica, Pesisir Barat, Kesesuaian Lahan, Repong Damar.
.
Damar tree (Shorea Javanica) is a perennial plant, has a large and tall stem and
produces resin. Cat’s eye resin grows well in hilly areas at West Pesisir regency.
The people of Pesisir Barat Regency cultivate damar in the form of repong, the
existence of repong damar is influenced by ecological, economic and sociocultural factors which are implemented based on hereditary knowledge. Many
people who have tried to cultivate cat’s eye resin outside the West Pesisir, it turns
out that the plant has very low growth and productivity. This is the influence of
the place of growth plays a very important role for the success of cat's eye resin
cultivation. The purpose of this study was to compile a spatial map of land
suitability and analyze the harmony between the spatial planning of the West
Coast Regency and the suitability of the place where the cat's eye resin grew using
GIS. The study was conducted in March - July 2019 in West Pesisir regency using
the Analytic Hierarchy Process (AHP) method, the results showed that the
Okky Tio Prabowo
classification factor of land suitability damar cultivation was influenced by soil
type, number of wet months, height and slope of the land. Land suitability
classification is divided into four classes based on the value interval in its
application, which is very suitable (S1) 0.464 - 0.565, quite suitable (S2) 0.362 -0.463, marginal according (S3) 0.260 - 0.361 and not suitable (N) 0.158 - 0.259.
The area of land suitability class has a percentage of the west coast area of S1
27%, S2 3%, S3 23% and N of 47%, there are still many areas that are categorized
as very suitable for resin cultivation but categorized as non-resin cultivation in the
regional spatial plan.
Keywords: Shorea javanica, West Pesisir, Land Suitability, Repong Damar.1414151066 OKKY TIO PRABOWO-2022-03-25T07:56:09Z2022-03-25T07:56:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56212This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562122022-03-25T07:56:09ZPERTUMBUHAN BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla ) PADA
BERBAGAI MEDIA TUMBUH
Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla) merupakan salah satu tanaman andalan dalam penyediaan bahan baku industri perkayuan di Indonesia. Hal ini disebabkan mahoni daun lebar termasuk kayu kelas awet III. Mahoni daun lebar juga
tergolong tanaman yang cepat tumbuh, sehingga tanaman ini cocok untuk dibudidayakan pada pembangunan hutan tanaman. Namun, terbatasnya top soil
merupakan salah satu penghambat pembudidayaan. Penelitian ini bertujuan untuk
(1) mendapatkan media organik yang terbaik antara kompos serbuk gergaji dan
arang sekam padi sebagai media tumbuh bibit; (2) menentukan komposisi kompos
serbuk gergaji dan arang sekam padi terbaik sebagai campuran media tumbuh
untuk pertumbuhan mahoni. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2017 –
Maret 2018 di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Metode
yang digunakan yaitu metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2
kelompok. Kelompok 1 terdiri dari 5 perlakuan dan kelompok 2 terdiri dari 4
perlakuan serta setiap perlakuan terdiri dari 10 ulangan yang masing-masing
Merisa
ulangan terdiri dari 1 bibit mahoni, sehingga penelitian ini membutuhkan 90 bibit
mahoni. Hasil dalam penelitian ini adalah penggunaan media arang sekam 50%
+tanah 50% (P2
) merupakan media tanam yang cocok sebagai media tumbuh
untuk tanaman mahoni. Penggunaan media arang sekam tersebut memberikan
hasil yang lebih tinggi pada parameter tinggi tanaman, diameter tanaman, jumlah
daun, luas daun, panjang akar, berat kering pucuk dan berat kering total.
Kata kunci: arang sekam, mahoni, media tumbuh.
The mahogany (Swietenia macrophylla) is one of the main plants to supply the
raw materials for the timber industry in Indonesia. This is due to mahogany
including durable III grade wood. The mahogany is also classified as a fast
growing plant, so this plant suitable to cultivate in plantation forest. This research
aimed to (1) obtain the best organic media between sawdust compost and rice
husk charcoal as a medium for growing seeds; (2) determine the best composition
of sawdust compost and rice husk charcoal as a mixture of growing media for
mahogany. This research was conducted in December 2017 - March 2018 in the
green house of the Faculty of Agriculture, University of Lampung. The research
used Randomized Block Design (RBD) method with 2 groups. Group 1 consisted
of 5 treatments and group 2 consisted of 4 treatments, with 10 replications. 90
mahogany seeds used in the study. The result showed 50% soil + 50% husk
charcoal is the most suitable plant medium for mahogany. The use of the husk
Merisa
charcoal increased the plant height, diameter, number of leaves, leaf area, root
length, shoot dry weight and total dry weight. Compred with other treatments.
Keywords: growth media, husk charcoal, mahogany1314151029 Merisa-2022-03-25T07:56:09Z2022-03-25T07:56:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56225This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562252022-03-25T07:56:09ZSELEKSI DAN PEMETAAN POHON PLUS DAMAR MATA KUCING
(Shorea javanica)DI REPONG DAMAR PEKON PENENGAHAN
KECAMATAN KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARATRepong damar merupakan bentuk pengelolaan secara agroforestri. Sistem
pengelolaannya menghasilkan hasil hutan bukan kayu berupa resin yang menjadi
pendapatan perekonomian. Upaya konservasi perlu dilakukan dengan menemukan sumber benih. Pencarian pohon plus dari damar mata kucing (Shorea
javanica)merupakan salah satu upaya yang diperlukan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menentukan pohon plus dan peta penyebaran pohon plus damar mata
kucing menggunakan Sistem Informasi Geografis. Penelitian ini dilakukan pada
Bulan Juni- Juli pada tahun 2018. Tahapan penelitian adalah melakukan orientasi,
kriteria penilaian, penandaan pohon pembanding dan pohon plus, penilaian
fenotif, dan pengambilan titik koordinat pohon plusdamar mata kucing (Shorea
javanica). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di repongdamar terdapat 24
pohon plus damar mata kucing (Shorea javanica)dari 25 pohon kandidat dengan
rata-rata skor 86,25. Skor pohon plus tertinggi berdasarkan penilaian yang telah
Muhammad Ridwan
dilakukan adalah 95 dan skor terendah 84. Adapun sebaran 24 pohon plus damar
mata kucing (Shorea javanica) berdasarkan lokasi adalah sebelah Utara 5 pohon
plus, sebelah bagian Barat 4 pohon plus, sebelah bagian Timur terdapat 15 pohon
plus, dan sebelah bagian Selatan tidak terdapat pohon plus.
Kata kunci: Pohon Plus, Repong Damar, Shorea javanica.
Repong damar was a form of agroforestry management. The management system
has produced non-timber forest products in the formof resins which become an
economic income. Conservation efforts need to be done by found out the source
of seeds. Searching for Damar Mata Kucing’s (Shorea javanica) plus trees was
one of the efforts needed. The aims of this research was to determine the plus
trees and the distribution map of Damar Mata Kucingused Geographic
Information Systems. This research was conducted in June-July in 2018. The
stages of this research were conducted, the orientation, criteria scoring, marked of
comparison trees and plus trees, phenotypic scoring, and coordinated the Damar
Mata Kucing’s tree plus resin (Shorea javanica) plus trees. The results of this
research was indicated that in the repong there were 24 Damar Mata Kucing trees
plus (Shorea javanica) from the 25 candidates, with an average score of 86.25.
The highest score of plus trees was 95 and the lowest was 84. The distribution of
Muhammad Ridwan
24 trees plus resin (Shorea javanica) based on location was 5 plus trees at North,
at the West side there were 4 plus trees, at the East side there were 15 plus trees,
while at the South there were no plus trees founded.
Keywords: Repong Damar, Shorea javanica, Tree Plus.1314151033 MUHAMMAD RIDWAN-2022-03-25T07:56:09Z2022-03-25T07:56:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56229This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562292022-03-25T07:56:09ZMODAL SOSIAL
MASYARAKAT PENGELOLA HUTAN KEMASYARAKATAN
DI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BATUTEGI
Modal sosial merupakan nilai ataupun norma yang diterapkan oleh suatu
kelompok dengan adanya rasa saling percaya dan akan terjalin hubungan
diantaranya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi
dan budaya anggota Gapoktan Mahardika dan Sinar Harapan, membandingkan
kinerja unsur pembentuk modal sosial anggota pada kedua gapoktan dan
menentukan hubungan antara karakteristik responden dengan unsur modal sosial.
Data diambil pada Desember 2018 di Pekon Sidomulyo dan Pekon Datar Lebuay
Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus. Pengambilan data dengan cara
wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan wawancara tidak terstruktur.
Pengujian Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan karakteristik
responden dengan unsur modal sosial. Hasil penelitian menunjukkan kedua
gapoktan memiliki etnis yang sama yaitu Sunda, Jawa dan Semendo. Pada kedua
gapoktan memiliki perbedaan dimana sebagian anggota Gapoktan Mahardika
Nindya Tria Puspita
merupakan pendatang, sedangkan anggota Gapoktan Sinar Harapan adalah
penduduk asli. Anggota Gapoktan Sinar Harapan memiliki budaya menanam
pada hari yang diyakini baik, sedangkan Gapoktan Mahardika pada bulan tertentu.
Kepercayaan yang terdapat di kedua gapoktan berupa ide, bantuan fisik, maupun
rasa kepercayaan antara anggota kelompok, tetapi kepercayaan pada Gapoktan
Mahardika dikategorikan rendah. Kepercayaan tersebut akan membentuk jaringan
untuk saling bertemu dan mengenal, sehingga jaringan sosial hanya terdapat pada
Gapoktan Sinar Harapan. Norma agama dan tradisi anggota di kedua gapoktan
berupa syukuran setiap panen besar, selain itu terdapat aturan tertulis dan tidak
tertulis yang ditaati oleh seluruh anggotanya. Hubungan antara karakteristik
responden dengan unsur pembentuk modal sosial pada Gapoktan Mahardika lebih
berpengaruh secara nyata, sedangkan pada Gapoktan Sinar Harapan hanya satu
faktor yang berpengaruh secara nyata.
Kata kunci : jaringan sosial, kepercayaan, norma sosial, sosial ekonomi dan
sosial budaya
Social capital was a value or norm that were applied by a group with mutual trust
and relationships will be established. The research aimed to identify the social
economic and cultural conditions of Gapoktan Mahardika and Sinar Harapan
members, compared the performance of the members' social capital elements in
both of the gapoktan and determined the correlation between the characteristics of
the respondents and the elements of social capital. Data wascollected in December
2018 in Sidomulyo Pekon and Lebuay Datar Pekon Air Naningan District
Tanggamus Regency. Data collected by structured interview using questionnaire
and unstructured interview. Rank Spearman test was used for the relationship of
respondents' characteristics and elements of social capital. The results showed that
both of the Gapoktan had the same ethnic groups i.e Sundanese, Javanese and
Semendo. Mahardika Gapoktan members are migrants, while the Gapoktan Sinar
Harapan members are native community. Sinar Harapan Gapoktan members have
Nindya Tria Puspita
a culture of planting on good days, while Mahardika Gapoktan on certain months.
There was trust in both of the gapoktan in the form of ideas, physical assistance,
and a sense of trust between group members and administrators, but trust in
Mahardika Gapoktanwas categorized low. This trust would form a network to
meet each other and get to know each other, so that social networks can only be
found in Sinar Harapan Gapoktan. The religious norms and traditions of the
members in both of the Gapoktans in the form of thanksgiving for every large
harvest, besides that there are written rules and not to be obeyed by all members.
The correlation between the characteristics of respondents and the element of
social capital in the Mahardika Gapoktan was more significant, whereas in the
Sinar Harapan Gapoktan only one factor has a significant effect.
Key word : social network, social norms, social economic and culture, trust1514151011 NINDYA TRIA PUSPITA-2022-03-25T07:56:09Z2022-03-25T07:56:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56231This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562312022-03-25T07:56:09ZKEANEKARAGAMAN JENIS PAKAN TAPIR (Tapirus indicus, Desmarest,
1819) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (TNWK)
(STUDI KASUS : RPTN WAY KANAN SPTN WILAYAH I WAY KANAN)
Tapir merupakan salah satu dari lima megasatwa di Taman Nasional Way Kambas
(TNWK) yang memerlukan suatu upaya konservasi. Salah satu upaya konservasi
yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan produktivitas tumbuhan alami sebagai
sumber pakan tapir, sehingga memerlukan inventarisasi pakan alami tapir.
Inventarisasi jenis pakan tapir dilakukan dengan metode transek garis (line
transect) dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman, kemerataan,
kelimpahan dan sebaran jenis pakan tapir. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
jumlah spesies yang teramati di RPTN Way Kanan yaitu 15 spesies dalam 9
famili dengan total 1288 individu/spesies. Indeks keanekaragaman jenis pakan
tapir yaitu H’=2,61 yang menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis pakan tapir
sedang (1<H’<3), semakin banyak jenis pakan tapir yang ditemukan maka
semakin tinggi indeks keanekaragamannya. Indeks kemerataan jenis pakan tapir
yaitu J=0,96 yang menunjukkan kemerataan jenis pakan tapir stabil (0,75<J<1).
Nyimas Dita Maharani
Nilai kemerataan jenis yang mendekati satu menunjukkan suatu komunitas
semakin merata persebarannya, sedangkan jika mendekati nol semakin tidak
merata persebarannya. Nilai kelimpahan tertingggi pada pakan tapir yaitu
tumbuhan meniran (Antidesma tetrandrum) dan apit N=1,30 dan nilai kelimpahan
terendah pada tumbuhan tiga urat N=1,08. Persebaran jenis pakan tapir tersebar
secara merata dan telah diinterpretasikan ke dalam bentuk peta.
Kata Kunci : keanekaragaman, kemerataan, kelimpahan, persebaran.
Tapir (Tapirus indicus) is one of the five mega animals in Way Kambas National
Park (TNWK) that required a conservation effort. One of the conservation efforts
that is being undertaken is by increasing the productivity of natural plants as their
source food, so that it required an inventory of natural food for the tapir.
Inventory for the tapir feed types was carried out by using line transect method
with the aim to determined the diversity, evenness, abundance and distribution of
tapir feed types. The results of this study showed that the number of species
observed in the Way Kanan RPTN were 15 species in 9 families with a total of
1288 individuals/ species. The tapir type diversity index was H '= 2.61, which
showed the diversity level of medium tapir feed types (1 <H' <3). The more types
of tapir feeds found, the higher the diversity index is. The evenness index of tapir
feed type was J = 0.96 which showed the evenness of stable tapir feed types (0.75
<J <1). Evenness values that approached ‘one’, indicated that the community was
more evenly distributed, whereas if it was close to zero the distribution would be evenly uneven. The highest abundance value in tapir feed was meniran plants
(Antidesma tetrandrum) and apit N = 1.30 and the lowest abundance value in
triple veins was N = 1.08. The distribution of tapir feed types were spread evenly
and has been interpreted in the form of map.
Keywords: diversity, evenness, abundance, distribution.1514151030 NYIMAS DITA MAHARANI-2022-03-25T07:55:50Z2022-03-25T07:55:50Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56211This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562112022-03-25T07:55:50ZPOTENSI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA KEMIRI SUNAN
(Reutealis trisperma) DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI
LAMPUNG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)
Kebutuhan manusia terhadap minyak bumi semakin lama semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan industri di dunia. Salah satu
bahan alternatif yang dapat digunakan dalam menggantikan minyak bumi adalah
biodiesel. Biodiesel merupakan bahan alternatif yang berasal dari sumber yang
dapat diperbaharukan, salah satunya yaitu kemiri sunan (Reutealis trisperma).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lahan untuk budidaya
kemiri sunan (R. trisperma) di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.
Pengolahan data dengan berdasarkan ketentuan dari Peraturan Kementerian
Pertanian No.74 Tahun 2011 menggunakan software ArcGIS 10.3 sehingga
diperoleh peta ketinggian, peta curah hujan, peta jumlah bulan kering, peta suhu,
peta kelembaban udara, peta kemiringan lereng, peta pH, drainase, dan tekstur
tanah. Kemudian diklasifikasi tiap peta tersebut kedalam kesesuaian lahan (S1,
S2, dan S3) dilakukan overlay dan melakukan pengkelasan ulang terhadap hasil
overlay sehingga didapatkan peta kesesuaian lahan tanaman kemiri sunan. Hasil
analisis kesesuaian lahan untuk budidaya kemiri sunan (R. trisperma) diperoleh
Lukas Rudy Hadi Saputra
bahwa tidak ada kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai), kelas kesesuaian S2 (sesuai)
seluas 283,70 km
2
, dan kelas kesesuaian S3 (kurang sesuai) seluas 891,07 km
2
.
Lahan yang dapat diarahkan untuk budidaya kemiri sunan (R. trisperma) di
Kabupaten Pesawaran dengan potensi lahan yang luas yaitu di wilayah Kecamatan
Padang Cermin seluas 125,82 km
2
, Punduh Pedada 23,22 km
2
dan Marga Punduh
22,39 km
2
.
Kata kunci : biodiesel, GIS, kemiri sunan, Pesawaran
Human needs for petroleum are increasing along with the increasing population
and industry in the world. One alternative material that can be used in replacing
petroleum is biodiesel. Biodiesel is an alternative material derived from
renewable sources, one of which is Reutealis trisperma. This study aims to
analyze the suitability of land for cultivation of R. trisperma in Pesawaran
District, Lampung Province. Data processing is based on the provisions of the
Ministry of Agriculture Regulation No. 74 of 2011 using ArcGIS 10.3 software to
obtain altitude maps, rainfall maps, maps of the number of dry months,
temperature maps, air humidity maps, slope maps, pH maps, drainage, and soil
textures. Then each map is classified into land suitability (S1, S2, and S3) overlay
and re-classify the overlay results so that a suitability map of the R. trisperma
plant is obtained. The results of land suitability to grow R. trisperma obtained
there was no S1 suitability class (very suitable), and there was covering an area of
283.70 km
2
classified as S2 (appropriate), and 891.07 km
2
area classified as S3
(inappropriate). The number of land that could be directly cultivate by R.
Lukas Rudy Hadi Saputra
trisperma. Were 125.82 km
2
located in Padang Cermin, 23.22 km
2
located in
Punduh Pedada and 22.39 km
2
located in Marga Pundu.
Keyword : biodiesel, GIS, R. trisperma, Pesawaran1214151036 Lukas Rudy Hadi Saputra-2022-03-25T07:55:47Z2022-03-25T07:55:47Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56207This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562072022-03-25T07:55:47ZPENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT TENTANG KONSERVASI
TANAH PADA POLA AGROFORESTRI BERBASIS KOPI
Pengetahuan masyarakat mengenai teknik pengolaan lahan yang diperoleh dari
interaksi dan pengamatan secara langsung dapat diartikan sebagai pengetahuan
ekologi lokal yang merupakan bagian dari pengatahuan lokal. Tujuan dari
penelitian ini yaitu mengidentifikasi dan mendeterminasi teknik konservasi tanah
yang diterapkan oleh beberapa suku yaitu Suku Jawa, Suku Semendo dan Suku
Lampung di Pekon Tekad. Metode pada penelitian ini berupa wawancara kepada
petani dan informan kunci, kemudian dianalisis menggunakan model Local
Ecological Knowledge (LEK) dengan menggunakan tools yang dikembangkan
oleh Bangor University. Tools ini berfungsi untuk mengetahui hubungan dari
statement satu dengan statement lainnya. Responden pada penelitian ini
berjumlah 44 orang petani Pekon Tekad dengan Suku Jawa dan Suku Semendo
yang ditentukan secara proporsional menggunakan rumus slovin selain itu
terdapat 3 responden Suku Lampung sebagai variabel kontrol. Hasil pada
penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan lokal yang masih diterapkan
Lela Apriani
berupa teknik konservasi tanah, penggunaan alat -alat dan penyebutan istilahistilah yang masih tradisional seperti Suku Lampung yang menyebut pembukaan
lahan dengan cacar. Suku Semendo yang mayoritas letak lahannya jauh dari
rumah menggunakan teknik pemupukkan berupa pupuk koyordengan alasan lebih
mudah dibawa. Petani Suku Jawa yang mayoritas lahannya berada di pekarangan
menerapkan teknik pemupukan berupa pupuk kompos dari kotoran ternak.
Teknik konservasi tanah untuk mencegah erosi yang dilakukan oleh petani Suku
Semendo yaitu menanam gamal (G. Maculata) sedangkan petani Suku Jawa
menerapkan pembuatan rorak.
Kata kunci:Agroforestri, Pengetahuan lokal, Konservasi tanah.
Community knowledge about land management techniques obtained from direct
interaction and observation could be interpreted as local ecological knowledge
that was part of local knowledge. The purpose of study was to identifyand
determined the soil conservation techniques applied by several tribes, i.e. the
Javanese, the Semendo and the Lampung in Pekon Tekad. This study used
interview method with farmers and key informants, then analyzed used the Local
Ecological Knowledge (LEK) model by using tools developed by Bangor
University to determine the relationship of one statement to another statement.
The total of respondents was 44 farmers in Pekon Tekad with Javanese and
Semendo tribes determined proportionally used the Slovin. In addition there were
3 Lampung tribe respondents as control variables. The results of this study
indicated that local knowledge that still applied so il conservation techniques, used
of tools and the mention of terms that was still traditional such as the Lampung
tribe which refers to land clearing with cacar. The majority of Semendo
tribewhose land was far away used fertilizing techniques of koyor fertilizer
because that it was easier to carry. Javanese farmers whose land majority was in
the yard, applied fertilization techniques of compost from livestock manure. Soil
conservation techniques to prevent erosion by Semendo tribe farmers was planted
gamal (G. Maculata) while Javanese farmers applied rorak making.
Key words: Agroforestry, Local knowledge, Soil conservation1514151082 LELA APRIANI-2022-03-25T07:55:44Z2022-03-25T07:55:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56204This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562042022-03-25T07:55:44ZKEANEKARAGAMAN AMFIBI (ORDO ANURA) DI BLOK LINDUNG
DAN BLOK PEMANFAATAN PADA HUTAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG TAHURA WAN ABDUL RACHMAN
Amfibi memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem yaitu
sebagai bagian dari sistem rantai makanan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2018 yang bertujuan untuk membandingkan dan mengidentifikasi
keanekaragaman amfibi (ordo anura) yang aktif di malam hari yang terdapat di
Blok Lindung dan Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul
Rachman berdasarkan tipe habitat (hutan dan sungai). Metode yang digunakan
untuk mengetahui keanekaragaman kekayaan, indeks kesamaan komunitas dan
kemerataan jenis yaitu kombinasi antara line transect dan Visual Encounter
Survey. Hasil penelitian ini ditemukan sebanyak 65 individu yang terdiri dari 3
jenis amfibi dan 2 famili yaitu Ranidae 2 jenis dan Bufonidae 1 jenis. Nilai
kekayaan jenis amfibi (J= 0,4) yang berarti rendah, keanekaragaman (H’ = 0,6)
yang berarti rendah, indeks kemerataan sebesar (E= 0,6) yang berarti labil.
Kata kunci : Anura, Keanekaragaman, Tahura WAR.
Yoshua Gdemakarti Panjerrino
Amphibians have an important role in maintaining the balance of the ecosystem,
namely as a food chain in the food chain system. The research was conducted in
November 2018 which aim to compare and identify the nocturnal amphibian
diversity (order Anura) in the protected and utilization Block Wan Abdul
Rachman forest park based on habitat type (forest and river). The method used to
determine level of diversity, community similarity index and evenness type,
which is a combination between line transect and Visual Encounter Survey. The
results of this study found 65 individuals consisting of 3 types of amphibians and
2 families namely Ranidae 2 types and Bufonidae 1 type. Amphibious species
wealth index is 0.4 which means low, diversity index is 0.6 which means low,
Evenness Index is 0.6 which means vulnerable.
Keywords : Anura, Diversity, WAR forest park1414151048 KORNELIUS SIAHAAN-2022-03-25T07:55:42Z2022-03-25T07:55:42Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56203This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/562032022-03-25T07:55:42ZVALUASI EKONOMI PADA WISATA ALAM
HUTAN KOTA BUKIT PANGONAN KABUPATEN PRINGSEWU
DENGAN TRAVEL COST METHOD
Hutan kota merupakan suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon
yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara
maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang. Hutan kota di Indonesia saat ini telah tumbuh dan berkembang seiring
berjalannya waktu. Salah satu pemanfaatannya dapat digunakan sebagai wisata
alam yaitu wisata alam Hutan Kota Bukit Pangonan yang terdapat di Kelurahan
Pajarisuk, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung.
Akan tetapi, pengelolaan yang ada saat ini perlu didukung data ekonomi
sumberdaya hutan sebagai dasar pengelola untuk mengambil keputusan
perencanaan. Valuasi ekonomi dapat dilakukan dengan metode biaya perjalanan
atau Travel Cost Method (TCM). Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa
variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Variabel yang digunakan yaitu biaya perjalanan, asal pengunjung, umur, pengunjung
dengan kategori pekerjaan (mahasiswa, PNS, TNI/Polri dan pegawai swasta), pengunjung dengan tingkat pendapatan Rp 4.600.000 - Rp 8.500.000, jumlah tanggungan dan pengunjung dengan jarak tempuh 6-25 km. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen sebesar Rp 119.443/individu/satu
kali kunjungan. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan
Willingness To Pay (WTP) sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai
surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan selama
satu tahun. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai manfaat
ekonomi lokasi sebesar Rp 4.557.944.880/tahun.
Kata kunci: Biaya perjalanan, hutan kota, karakteristik pengunjung, valuasi
ekonomi.1514151025 KHUSNUL KHOTIMAH-2022-03-25T07:54:38Z2022-03-25T07:54:38Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56199This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/561992022-03-25T07:54:38ZPEMETAAN TUTUPAN LAHAN DI HUTAN PENDIDIKAN
KONSERVASI TERPADU TAHURA WAN ABDUL RACHMAN
MENGGUNAKAN CITRA MULTISENSOR
Hutan pendidikan merupakan sarana bagi masyarakat khususnya pelajar,
mahasiswa dan peneliti untuk mempelajari hutan dan hubungan timbal balik
antara komponen ekosistemnya. Salah satu hutan pendidikan adalah Hutan
Pendidikan Konservasi Terpadu (HPKT), namun blok-blok pada Tahura WAR
telah mengalami degradasi. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan data spasial
terkait kondisi vegetasi dan tutupan lahan yang dilakukan secara terus-menerus
sebagai pendukung dalam pengelolaan hutan yang baik. Data spasial dapat
diperoleh dari berbagai macam citra melalui proses interpretasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis data tutupan lahan terbaru di HPKT Tahura
WAR dan mengetahui penggunaan jenis citra yang lebih efektif dan efisien
digunakan dalam pemetaan tutupan lahan di HPKT Tahura WAR. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September 2018. Pelaksanaan penelitian dilakukan
secara bertahap, meliputi persiapan (pengumpulan data citra SPOT 7, citra
Juang Arif Andiko
Sentinel-2 dan citra Landsat 8), studi pustaka, pengolahan citra, interpretasi data
penginderaan jauh dan pengamatan data lapangan (Ground check).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi tutupan lahan di HPKT Tahura
WAR dengan menggunakan citra SPOT 7, Sentinel-2 dan Landsat 8 didominasi
oleh lahan agroforestri. Citra SPOT 7 menghasilkan data tutupan lahan
agroforestri yaitu sebesar 630 ha. Citra Sentinel-2 menghasilkan data tutupan
lahan agroforestri sebesar 869 ha. Citra Landsat 8 menghasilkan data tutupan
lahan agroforestri sebesar 907 ha. Berdasarkan hasil perbandingan antar
parameter dan perhitungan AHP citra Sentinel-2 adalah citra yang paling efektif
dan efisien dengan nilai skor terbobot 0.377.
Kata kunci : Analisis Citra, Citra Digital, HPKT, Tutupan Lahan1314151026 JUANG ARIF ANDIKO-2022-03-25T07:54:35Z2022-03-25T07:54:35Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56194This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/561942022-03-25T07:54:35ZPENAMBAHAN ASAM HUMAT UNTUK MENINGKATKAN
KOLONISASI MIKORIZA DAN PERTUMBUHAN SEMAI MERBAU
(Instia bijuga)
Daya hidup tanaman di lapangan merupakan salah satu permasalahan yang sering
dihadapi di Indonesia,karena kondisi tanahnya yang miskin unsur hara.
Penggunaan pupuk organik seperti asam humat dan mikoriza merupakan cara
terbaik untuk memperbaiki kondisi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis pengaruh penambahan asam humat terhadap kolonisasi mikoriza dan
mendapatkan konsentrasi terbaik asam humat untuk meningkatkan kolonisasi dan
pertumbuhan bibit merbau. Penelitian ini menggunakan RALF (Rancangan Acak
Lengkap Faktorial) dengan 2 faktor yaitu konsentrasi asam humat dan dosis
mikoriza. Total kombinasi yang digunakan adalah 8 kombinasi dan 6 ulangan.
Data dianalisis menggunakan analisis varian dan dilanjutkan dengan Uji Duncan
Multiple Range (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan asam
humat secara nyata meningkatkan persen kolonisasi, tinggi, diameter, luas daun,
berat kering pucuk, berat kering akar, berat kering total dan panjang akar semai
merbau. Inokulasi mikoriza secara nyata meningkatkan diameter, luas daun,
Ida Lestari
berat kering pucuk, berat kering akar, berat kering total dan panjang akar semai
merbau. Sedangkan interaksi asam humat dan mikoriza secara nyata
meningkatkan persen kolonisasi, luas daun, berat kering pucuk, dan panjang akar
semai merbau. Penambahan asam humat 2.000 ppm dan mikoriza 20 ml secara
umum memberikan nilai terbaik untuk pertumbuhan semai merbau dan kolonisasi
mikoriza.
Kata Kunci : Asam Humat, Intsia bijuga, Merbau,Mikoriza1414151042 IDA LESTARI-2022-03-25T07:08:23Z2022-03-25T07:08:23Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/56181This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/561812022-03-25T07:08:23ZSTRUKTUR DAN KEANEKARAGAMAN PENYUSUN VEGETASI HUTAN
LINDUNG BENGKUNAT DI RESOR III KPH I PESISIR BARAT
Hutan Lindung Bengkunatmerupakan bagian dari wilayah pengelolaan Resort III
KPH Unit I Pesisir Barat. Kawasan ini berada di antara Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan dan Wilayah Administratif Pesisir Barat. Struktur dan
keanekaragaman vegetasi penyusun hutan merupakan aspek yang perlu diperhatikan
untuk mendukung upaya pengelolaan suatu hutan. Penelitian ini dilakukan pada
Maret-April2019 di arealseluas 4.470,4 ha dengan intensitas sampling 0,02%.
Pengambilan data menggunakan metode garis berpetak dengan 34 plot sampelyang
berjarak 100 m antarplot dan 200 m antargaris rintis. Hasil dari penelitian ini
didapatkan jenis tumbuhan penyusun HutanLindung Bengkunat sebanyak 92 jenis
tumbuhan yang berasal dari 34famili dan 71 genus tumbuhan. Tumbuhan tersebut
menyusun Hutan Lindung Bengkunat dalam berbagai fase pertumbuhan. Fase
pertumbuhan dengan nilai kerapatan tertinggi adalah fase anakan sebesar 4.058,8
Sesilia Maharani Putri
individu/ha dan terendah fase pohon sebesar 262,5 individu/ha. Fase pertumbuhan
dengan penutupan tajuk tertinggi adalah fase tiang sebesar12.186,0 m
dan penutupan tajuk terendah oleh fase semai sebesar 1.838,4 m
2
2
/ha (121,9%)
/ha (18,4%). Hutan
Lindung Bengkunat memiliki stratifikasi tajuk lengkap, dengan penyusun terbanyak
pada stratum C sejumlah 436 pohon. Stratum A hanya berjumlah 23 pohon dengan
pohon tertinggi 42 m. Nilai Indeks Keanekaragaman jenis (H) hutan ini tergolong
sedang sebesar 1,7, Indeks Kekayaan (R) tergolong tinggi sebesar 30,4 dan Indeks
Kemerataan (E) tergolong tinggi sebesar 0,9. Lokasi penelitianmasih tergolong
sebagai kawasanhutan dengan kondisi yang baik,hal tersebut didasari oleh
banyaknya jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan serta struktur vegetasi hutan yang
kompleks.
Kata kunci:hutan lindung bengkunat,keanekaragaman tumbuhan, strukturvegetasi,
dan vegetasi hutan
Bengkunat ProtectionForest is part of the management area of Resort IIIForest
ManagementUnit I Pesisir Barat. Thisareawasbetween Bukit Barisan Selatan
National Park andPesisir BaratAdministrative Region. The structure and diversity of
forest vegetation needed to concernfor the sustainability forest management. This
research was conducted in March-April2019at the area of 4,470.4 ha with the
sampling intensity of0.02%. Data collected by the grid line method that was
consisting 34 sample plots with the distance 100 m between theplots and 200 m
between the lines. The numbers of identified plants species at the research location
were 92 species, classified by 34 families and 71 genera.The forest vegetation was
consistingofthe different growth phases. The seedling phase was the highest density
with4,058.8 species/ha, while the tree phase wasthelowest densitywith262.5
Sesilia Maharani Putri
species/ha. The highest canopy cover was the pole phasewith12,186.0 m
(121.9%) and the lowest canopy cover was the seedling phasewith1,838.4 m
(18.4%). Bengkunat Protection Forest hadthecomplete canopy stratification, with
the higest number in C strata of 436 trees. Stratum A only consistedby23 trees with
the tallest treeswas42 m. The forest species diversity index (H) classified as
moderate withvalue1.7, theRichness Index (R) of30.4classified as a high level and
the Evenness Index (E) of0.9classified as a high level. The research locationwas
classifiedhas a good condition forest,based on the number of plant species found and
the complex structure of forest vegetation.
Keywords: bengkunat protection forest, forest vegetation, plant diversity and
vegetation structure.1314151049 SESILIA MAHARANI PUTRI-2022-03-21T07:04:11Z2022-03-21T07:04:11Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55412This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/554122022-03-21T07:04:11ZPENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN KINERJA SOSIAL TERHADAP PENDAPATAN PETANI KOPI CODOT DI KABUPATEN TANGGAMUSPengelolaan Hutan Kemasyarakatan Beringin Jaya menggunakan sistem agroforestri dengan perpaduan antara tanaman kehutanan dengan kopi. Sistem agroforestri yang diterapkan menghasilkan potensi kopi codot yang memiliki harga dua kali lipat lebih mahal dibandingkan kopi robusta biasa. Kopi codot merupakan kopi robusta sisa makanan codot. Codot hanya memakan bagian kulit kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi masih sedikit, terutama data mengenai pengaruh lanskap agroforestri dan kinerja sosial terhadap pendapaatan petani kopi codot. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis variabel ekologi yang berpengaruh terhadap kelestarian habitat codot pada lanskap agroforetri kopi, menganalisis variabel kinerja sosial yang berpengaruh terhadap pendapatan petani kopi codot, dan menghitung kontribusi pendapatan petani kopi codot pada lanskap agroforestri kopi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil analisis regresi linear berganda pada variabel lanskap dengan menggunakan uji F menunjukan pengaruh yang nyata dengan nilai signifikansi 0,004, sedangkan pengujian dengan uji t-student variabel jarak lahan pemanfaatan ke sungai dan jumlah vegetasi pisang yang berpengaruh nyata terhadap jumlah ditemukanya titik kopi codot. Hasil analisis regresi linear berganda pada variabel kinerja sosial dengan menggunakan uji F menunjukkan pengaruh yang nyata dengan nilai signifikansi 0,004, sedangkan pengujian dengan uji t-student variabel hari orang kerja dan produksi kopi codot yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Kontribusi kopi codot terhadap kopi robusta hanya sebanyak 2%. Pendapatan petani dari kopi codot masih tergolong kecil karena dalam pengelolaannya belum memperhatikan aspek kinerja sosial maupun lanskap agroforestrinya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan potensi kopi codot.
Kata kunci: Kinerja social, kontribusi, kopi codot, lanskap
Beringin Jaya social forest management used an agroforestry system with a combination of forestry plants and coffee. The implemention of the agroforestry system has produced codot coffee with the potential of double price compared to regular robusta. Codot coffee was the residual of robusta coffee from the bat feed. Bat only ate part of the coffee skin, while the part of coffee seed was dropped under the coffee tree. The data about the coffee research was still lack, especially about the effect of agroforestry landscape and the social performance to coffe codot farmer income. This aims of the study was to analyzed the ecological variables that affected to the sustainability of bat habitat on the coffee agroforetry landscape, and the social performance variables that affect to the income of codot coffee farmers, and to calculated the contribution of codot coffee farmers income to the coffee agroforestry landscape. This method that used on this research was multiple linear regression analysis. The results of multiple linear regression analysis on landscape variables used the F test showed a significant effect with a significance value about 0,004, while the test with the t-student test showed the significance value with the variables of the distance of landuse to the river and the amount of banana vegetation wich number of bat coffee spots. The results of multiple linear regression analysis on social performance variables used the F test showed a significant effect with a significance value of 0,004, while the test with the t-student test showed working days and codot coffee production significantly affected farmers income. The contribution of codot coffee from the total income of coffee farmer was only 2%. The farmers income from codot coffee was still relatively small because they hasn’t concerned social performance aspect and agroforestry landscape. This research considerated to be the reference to developed the potential of codot coffee.
Keywords : Codot coffee, contribution, landscape, social performance1514151005 DENI SETIAWAN-2022-03-21T07:00:08Z2022-03-21T07:00:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55408This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/554082022-03-21T07:00:08ZANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN REPONG DAMAR DI PESISIR
BARAT LAMPUNG MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFISRepong Damar merupakan suatu bentuk perkebunan yang memiliki struktur mirip
dengan hutan alam. Keuntungan yang diberikan Repong Damar kepada
masyarakat sekitar tidak hanya terkait ekonomi saja, namun juga keuntungan
ekologis. Sebagai kekayaan alam yang dimiliki Provinsi Lampung maka Repong
Damar patut untuk dijaga kelestariannya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis metode yang tepat dan akurat dalam mendeteksi sebaran Repong
Damar menggunakan citra satelit, mengetahui sejarah luasan lahan Repong Damar
dan juga untuk mengetahui apakah dari data tersebut FRL Repong Damar dapat
dibangun dalam hubungannya dengan potensi penerapan REDD+ di lahan
agroforestri. Repong Damar dideteksi menggunakan tiga metode deteksi yaitu
Object Oriented Classification (OOC), Maximum Likelihood Classification
(MLC) dan Vegetation Indices Classification. Hasil menunjukkan bahwa metode
deteksi yang paling tepat dan akurat dalam mendeteksi sebaran Repong Damar
adalah metode berbasis objek (OOC) dengan nilai akurasi sebesar 92,27%.Dengan menggunakan metode ini diketahui bahwa sejak tahun 1990 sampai 2018
Repong Damar mengalami aforestasi dan deforestasi. Penilaian FRL dilakukan
dengan menghitung karbon yang tersimpan (termasuk teremisi dan terserap)
berdasarkan rerata tutupan Repong Damar tahun 1990 - 2015, yaitu sebesar
33.187.752 tC/tahun (104.364 ha/th). Kinerja REDD + dari Repong Damar pada
tahun 2018 terlihat dari area jangkauannya, yaitu 99.693 hektar. Berdasarkan data
tersebut, maka kinerja emisi gas rumah kaca (GRK) Repong Damar menghasilkan
nilai negatif (-1.485.378 tC), sehingga dapat disimpulkan bahwa Repong Damar
telah mengemisikan karbon sebesar 1.485.378 tC pada tahun 2018.
Kata Kunci: Citra satelit, metode deteksi Repong Damar, penginderaan jauh,
REDD+, SIG
Repong Damar is a form of gardening that have a structure similar to that of
natural forests. The role of Repong Damar to the community is not merely related
to the economic value, but also its ecological advantages. As one of rich natural
resources located in the Lampung Province, Repong Damar is worth to be
preserved. This research aims to analyze the most appropriate and accurate
method for detecting the distribution of Repong Damar using satellite images and
to understand the history of time-series cover change of Repong Damar as well as
to find out whether the data of FRL Repong Damar can be built in relation to the
REDD+ potential implementation in agroforestry. Three methods of detection
were used i.e. Object Oriented Classification (OOC), Maximum Likelihood
Classification (MLC) and Vegetation Indices Classification. The most accurate
method for detecting Repong Damar was the object based method (OOC) with
92.27% accuracy was derived. By using this method the time-series change in
Repong Damar coverage from 1990 until 2018 was found. The results show that the area of Repong Damar experienced afforestation and deforestation. FRL
assessment was conducted by calculating carbon stock (including emission and
sink) based on average value of time-series coverage area of Repong Damar from
1990 - 2015, i.e. 33,187,752 tC/yr (104,364 ha/yr). REDD+ performance of
Repong Damar in 2018 was seen from its coverage area, i.e. 99,693 hectares.
Hence, based on that data, the emission performance of Repong Damar in 2018
was -1,485,378 (negative), or in conclusion Repong Damar has emitted 1,485,378
tons of carbon in 2018.
Keywords: GIS, REDD+, remote sensing, Repong Damar detection method,
satellite images.1414151019 CECILINIA TIKA LAURA-2022-03-21T06:55:57Z2022-03-21T06:55:57Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55404This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/554042022-03-21T06:55:57ZPENILAIAN KESEHATAN POHON DI HUTAN KOTA METRO DENGAN
METODE FOREST HEALTH MONITORING (FHM)Hutan Kota Metro merupakan bagian dari ruang terbuka hijau di Kota Metro yang
memiliki tiga fungsi yaitu fungsi lansekap, ekologi, dan estetika. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui lokasi, tipe dan tingkat kerusakan pohon di Hutan
Kota Metro serta, memberikan rekomendasi pengelolaan Hutan Kota Metro.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data informasi kesehatan pohon di
Hutan Kota Metro yaitu melalui metode Forest Health Monitoring.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa lokasi kerusakan pohon banyak terjadi pada kode
7 (cabang), sedangkan tipe kerusakan dominan yaitu kode 22 (cabang patah/mati)
dan untuk tingkat kerusakan terbanyak adalah 20%. Berdasarkan hasil penelitian,
rekomendasi yang dapat diberikan untuk pohon yang memiliki status rusak yaitu
ditebang karena pohon sudah mengalami kerusakan tingkat lanjut dan beresiko
tumbang. Pohon yang memiliki status kerusakan sedang, sebaiknya dilakukan
perawatan (pemangkasan dan pengendalian hama penyakit) sehingga hutan kota
akan menjadi lebih nyaman dan aman untuk pengujung.
Kata kunci: Hutan Kota Metro, Kesehatan Pohon, Forest Health Monitoring.
Metro Urban Forest is part of the green open space in Metro City, which has three
functions, namely landscape, ecological and aesthetic functions. This study was
aimed to determine the location, type and level of tree damage in the Metro Urban
Forest and to provide the recommendations for managing the Metro Urban Forest.
The method used to obtain tree health information data in the Metro Urban Forest
was Forest Health Monitoring method. The results showed that the location of
many tree damages occurred in code 7 (branch), while the type of damage was
code 22 (broken/dead branch) and for the damage rate was 20%. Based on the
results, the recommendations that can be given to trees that damaged were to be
cut down, because the trees had suffered further damage and at the risk of
collapse. Trees that had moderate damage status, should be controlled (pruning
and controlling pest disease) so that the urban forest able to be more comfortable
and safer.
Keywords: Metro Urban Forest, Tree Health, Forest Health Monitoring.1414151017 BONDAN ABIMANYU-2022-03-21T06:52:00Z2022-03-21T06:52:00Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55400This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/554002022-03-21T06:52:00ZDAYA ADAPTASI BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla) TERHADAP
CEKAMAN MERKURI DARI LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS
RAKYATKegiatan penambangan emas rakyat menghasilkan limbah merkuri yang
membahayakan bagi lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji daya adaptasi tanaman mahoni pada tempat tumbuh yang tercemar
merkuri dan menguji perbedaan pertambahan pertumbuhan pada konsentrasi
cekaman merkuri. Tanaman mahoni yang digunakan umur 5 bulan. Tailing
didapatkan dari tambang pengolahan emas di Desa Bunut Kecamatan Pesawaran.
Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan dan 4
ulangan dengan kombinasi perlakuan yang diberikan adalah tailing dan tanah
topsoil. Pengolahan data menggunakan analisis ragam dengan uji lanjut beda
nyata terkecil. Tanaman mahoni dapat beradaptasi pada media tailing dengan
persentase tailing maksimal 75%. Semakin tinggi kadar tailing maka terjadi
kecenderungan penurunan terhadap persentase hidup, pertambahan diameter, pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang akar, luas daun dan biomassa.
Namun demikian, semakin tinggi konsentrasi tailing ternyata menghasilkan
pertambahan tinggi tunas tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan
konsentrasi tailing yang lebih rendah meskipun semua konsentrasi pemberian
tailing pada media tanam akan menurunkan tinggi tanaman mahoni. Tunas
terbentuk setelah tanaman mengalami kerontokan daun.
Kata kunci: Daya adaptasi, fitoremediasi, mahoni, merkuri, tailing.
Traditional gold mining produce mercury residu which is harmful to the
environment. The study aims to examine adaptability of mahogany seedling in
mercury-contaminated medium and to test the differences in growth as the impact
of concentrations of mercury. Mahogany seedling used were 5 months old.
Tailings were obtained from the gold purifying in Bunut Village, Pesawaran
District. The completely randomized design of 5 treatments and 4 replications
was employed as research design. The treatments given was combination of
tailings and topsoil. Data analyzed by of variance continued with the smallest real
difference. Mahogany seedling could adapt to medium with maximum tailings
percentage of 75%. The higher of tailings content would decrease percentage of
life, increament of diameter, increament the number of leaves, increament of root
length, leaf area and biomass. However, the higher tailings concentration it tended to produce better seedling shoots height increament compared to the lower
tailings concentration even though all concentrations of tailings in the planting
medium would reduce the height of the mahogany seedling. The shoot appeared
after all the leaf of seedling falled.
Keywords: Adaptability, fitoremediation, mahogany, mercury, tailings.1514151050 BENY KURNIAWAN-2022-03-21T06:48:27Z2022-03-21T06:48:27Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55397This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/553972022-03-21T06:48:27ZKAJIAN BIOFISIK LAHAN DI WILAYAH SUB-SUB DAS KHILAU SUB DAS
BULOK DAS SEKAMPUNG REGISTER 21 KPH PESAWARAN PROVINSI
LAMPUNGDaerah Aliran Sungai (DAS) Khilau merupakan salah satu sub-sub DAS yang
berada dalam status harus dipulihkan. Kondisi biofisik lahan di wilayah DAS
harus dikaji, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan tindakan yang
paling tepat dilaksanakan dalam rangka rehabilitasi. Tujuan penelitian ini
untuk mendapatkan data dasar analisis deskriptif mengenai kondisi biofisik
wilayah Sub-sub DAS Khilau berdasarkan parameter edafis (pH tanah, Corganik,
kapasitas tukar kation, nitrogen total, fosfor tersedia, kalium,
kemiringan lereng, tekstur dan permeabilitas tanah) dan klimatis (tipe iklim,
suhu dan kelembapan). Metode pengambilan data dilakukan dengan contoh
sampling menggunakan plot 20 × 20 m pada lima kelas tutupan lahan yaitu
hutan primer, sawah, kebun campuran, semak belukar dan tanaman semusim.
Sampel diambil pada bagian kiri atas, kanan atas, kiri atas, kiri bawah dan
tengah plot secara destructive dan non destructive. Analisis data dilakukan
dengan analisis data spasial dan analisis laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan kebun campuran dan tanaman semusim berada pada kelerengan
agak curam hingga curam (15-45%) dan hutan primer berada pada kelerengan
sangat curam (>45%). Secara umum, seluruh kelas tutupan lahan memiliki
tanah ultisol. Hutan primer memiliki kandungan KTK, N-total, P-tersedia, dan
C-organik tertinggi dibandingkandengan tutupan lahan lainnya. Tutupan lahan
kebun campuran memiliki pH terendah dibandingkan tutupan lahan lainnya.
Hutan primer memiliki permeabilitas tercepat, suhu terendah dan kelembapan
tertinggi dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya.
Kata Kunci: Biofisik tanah, daerah aliran sungai, Khilau, tutupan lahan.
Khilau Watershed is one of the sub-watersheds with the status should be
restored. The biophysical conditions of the watershed must be assessed, to
determine the suitable actions for land rehabilitation. The purpose of this study
was to provide a descriptive analysis of baseline data on the biophysical
conditions of the Khilau Sub-watershed area based on edaphic parameters (soil
pH , C-organic, CEC, total nitrogen, P-available, K, slopes, soil texture and
permeability) and climatic factors (types of climate, temperature dan
humidity). Data collection method was using cluster examples in five types of
land cover, namely primary forest, agroforest, rice field, shrub and annual crop.
Samples were taken at the top left, top right, bottom left, bottom right and
centre of the 20 × 20 m plot. The data analysis used spatial and laboratory
analysis. The results showed that agroforests and annual crops mostly were on
moderately steep to steep slopes (15-45%) and all primary forests were in steep
slopes (> 45%). All the land covers were ultisol. The primary forest has the highest CEC, N-total, P-availability, and C-organic among other land covers.
The agroforest has the lowest pH soil among other land covers. The primary
forest has the most rapid soil permeability compared to other land covers. The
primary forest has the lowest temperature and the highest humidity compared
to other land covers.
Keywords: Khilau, land cover, soil biophysics, watershed.1414151013 AZHARY TAUFIQ-2022-03-21T06:45:04Z2022-03-21T06:45:04Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55392This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/553922022-03-21T06:45:04ZPEMATAHAN DORMANSI MELALUI PERENDAMAN AIR DENGAN
STRATIFIKASI SUHU DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERKECAMBAHAN BENIH AREN (Arenga pinnata)Benih aren mempunyai struktur kulit yang keras, sehingga sulit untuk
berkecambah. Untuk mematahkan masa dormansi maka perlu dilakukan
skarifikasi. Salah satu skarifikasi yang dilakukan adalah skarifikasi fisik yaitu
dengan perlakuan suhu air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
suhu air dalam perendaman benih aren dan untuk mendapatkan suhu air terbaik
dalam mematahkan masa dormansi benih. Penelitian ini dirancang menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yang terdiri dari kontrol,
perendaman air bersuhu 250C, perendaman air bersuhu 500C, dan perendaman air
bersuhu 750C yang setiap perlakuan mendapatkan 4 kali ulangan. Metode analisis
data yang digunakan adalah homogenitas ragam, sidik ragam, dan uji beda nyata
terkecil. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perendaman benih aren
dalam air bersuhu 250 C, 500 C tidak efektif mematahkan dormansi benih aren
bahkan perendaman benih dalam air bersuhu 750C justru menurunkan persen kecambah dan kecepatan berkecambah aren, walaupun daya kecambah benih
meningkat. Kemudian tidak ada perlakuan perendaman suhu air diantara 25° C,
50° C, dan 75° C yang menjadi suhu terbaik dalam pematahan dormansi benih
aren. Oleh karena itu dalam mematahkan masa dormansi benih aren perlu
dilakukan dengan metode fisik yaitu deoperkulasi.
Kata kunci: Benih aren, Dormansi, Perendaman air.
Sugar palm (Arenga pinnata) has a hard pericarp, which made an obstacle for it’s
germination (physical dormancy). One of the methods to break the physical
dormancy is stratification by soaking seed in to the water in some different
temperature level. The aims of the study were to determine the effectiveness of
stratification and to figure out the best water temperature in breaking the
dormancy. A Completely Randomized Design (CRD) in 4 treatments (control,
250C of water, 500C of water, and 750C of water) and 4 replication were employed
as research design. Data analysis methods were homogenity of variance, variance
analysis, and least significant difference. The result showed that the immersion
of arenga seed in to the 250C and 500C of water were not effective in breaking the
sugar palm seed dormancy, thus immersion the Arenga seed in to the 750C of
water precisely reduce the percentage of germination and germination rate,
eventhough it increase germination test. Water immersion of arenga seed at 25°C, 50°C, and 75°C were not effective to break the dormancy of sugar palm
seed.
Keywords: Sugar palm seeds, Dormancy, Water immersion
1414151011 ASTRY SRI REZEKI RUMAHORBO-2022-03-21T06:41:06Z2022-03-21T06:41:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55389This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/553892022-03-21T06:41:06ZPERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG KEGIATAN
PEMASARAN DURIAN (Durio zibethinus) DI TAHURA WAN ABDUL
RACHMANPotensi sumber daya hutan dapat dimanfaatkan masyarakat dalam mendukung
kebutuhan ekonomi. Salah satunya adalah pemanfaatan oleh masyarakat yang
tinggal berbatasan dengan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman di
Provinsi Lampung. Masyarakat memanfaatkan blok tradisional untuk
membudidayakan pohon-pohon multi purpose tree species (MPTS). Salah satu
jenis MPTS adalah durian (Durio zibenthinus) yang produksinya 387.139
gandeng/tahun. Kegiatan pemasaran durian dilakukan masyarakat untuk
mendistribusikan durian kepada konsumen guna mendapat keuntungan. Kegiatan
pemasaran durian tidak terlepas dari adanya kendala, modal sosial dianggap
mampu dalam menyelesaikan kendala yang ada melalui kepercayaan, norma, dan
jaringan. Tujuan penelitian ini menganalisis sistem pemasaran dan mengkaji
peran modal sosial dalam mendukung kegiatan pemasaran durian. Penelitian
dilakukan dengan menganalisis sistem pemasaran dan modal sosial secara kuantitatif dan kualitatif, dengan objek penelitian petani dan lembaga pemasaran
durian. Hasil penelitian menunjukan sistem pemasaran di Tahura Wan Abdul
Rachman belum efisien karena membentuk pasar oligopsoni dengan nilai margin
pemasaran, keuntungan, dan share yang tidak merata. Modal sosial yang
dianggap dapat mendukung kegiatan pemasaran durian masih belum mampu
menyelesaikan kendala yang ada karena modal sosial pada petani dan lembaga
pemasaran masih tergolong rendah. Modal sosial yang tergolong rendah
menunjukan peran modal sosial dalam kegiatan pemasaran durian di Tahura Wan
Abdul Rachman belum optimal.
Kata Kunci: keragaan pasar, modal sosial, perilaku pasar, struktur pasar.
The potential of forest resources could be utilized by the community in supporting
economic needs. One of the potential was the utilization of forest resources by
people who were living adjacent to Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul
Rachman in Lampung. The local community used traditional blocks to cultivate
multi purpose tree species (MPTS) trees. One type of MPTS was durian (Durio
zibenthinus) whose production was 387,139/year. Durian marketing activities
carried out by the community to distribute durian to consumers in order to get
profits. Durian marketing activities were inseparable from constraints, social
capital was considered to be able to resolve existing constraints through belief,
norms, and networks. The purposes of this study were analyzing durian
marketing system and examining social capital role in supporting durian
marketing activities. The study was conducted by analyzing the marketing system
and social capital quantitatively and qualitatively. The objects of this study were durian farmers and durian marketing institutions. The results of the study showed
that the marketing system in Tahura Wan Abdul Rachman was not efficient
because it formed oligopsonistic market with uneven value of marketing margins,
profits, and shares. Social capital that was considered to be able to support the
marketing activities of durian still had not been able to solve the obstacles because
the social capital of farmers and marketing institutions was still relatively low.
Low social capital showed that the role of social capital in the marketing activities
of durian in Tahura Wan Abdul Rachman was not optimal.
Keywords: market behavior, market performance, market structure, social capital.1414151009 ARI YUDHA PRASETYA-2022-03-21T06:36:47Z2022-03-21T06:36:47Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55388This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/553882022-03-21T06:36:47ZKONTRIBUSI HUTAN TANAMAN RAKYAT TERHADAP
PENDAPATAN PETANI DI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN UNIT
XIV GEDONG WANISalah satu program pemerintah dalam mengatasi penyalahgunaan lahan hutan
adalah dengan memberikan Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTR) di KPH Unit XIV Gedong Wani Register 40
Lampung Selatan seluas 30.243 ha pada tahun 2017 dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas lahan. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui karakteristik petani, menganalisis kontribusi HTR terhadap
pendapatan petani dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap pendapatan petani. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan studi literatur. Pengambilan sampel menggunakan proportional
simple random dengan jumlah responden sebanyak 90 petani. Data yang sudah
dikumpulkan dianalisis menggunakan rumus pendapatan dan menggunakan
analisis regresi linier untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap pendapatan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa petani memiliki
karakteristik berupa umur dominan petani 48 tahun, tingkat pendidikan petani rata-rata Sekolah Dasar (SD), jumlah tanggungan rata-rata petani 3-4 orang,
pekerjaan sampingan petani yaitu buruh pabrik, tukang ojek serta warung dan luas
lahan petani rata-rata 1,5-2 ha. Perhitungan kontribusi HTR terhadap pendapatan
rata-rata Rp 8.036.507/KK/bulan atau sebesar 67,72%. Hasil ini menunjukan
bahwa kontribusi HTR terhadap pendapatan petani sangat besar dibandingakn
standar upah minimum Provinsi Lampung dan hasil perhitungan regresi linier
menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan HTR
adalah luas lahan, jumlah tanaman dan jumlah tenaga kerja.
Kata Kunci: Hutan Tanaman Rakyat, kontribusi, pendapatan
One of the government programs in overcoming forest land abuse was by granting
Timber Forest Product Utilization Permits in Community Plantation Forests
(TFPUP-CPF) in Unit XIV Gedong Wani Register 40 in South Lampung is
30,243 ha in 2017 with the aim of increasing land productivity. The purpose of
this study is to determine the characteristics of farmers, analyze the contribution
of CPF to farmers 'income and analyze what factors influence farmers' income.
Data collection uses observation, interview, and literature studies techniques.
Sampling using proportional simple random with the number of respondents as
many as 90 farmers. Data that has been collected is analyzed using income
formula and uses linear regression analysis to determine what factors influence
income. The results of this study indicate that farmers have the characteristics of
the average age of farmers 48 years, the education level of the average primary
school , the number of dependents on average farmers 3-4 people, side jobs
farmers namely factory workers, motorcycle drivers and stalls and farmers' land area of 1.5-2 ha on average. Calculation of the contribution of CPF to the average
income is IDR 8.036.507/KK /month or 66,72%. These results indicate that the
contribution of CPF to farmers' income is very large compared to the Lampung
Province minimum wage standard and the results of linear regression calculations
indicate that the variables that significantly influence CPF income are land area,
number of plants and number of workers.
Key words: Community Plantation Forests, Contribution, Income.1414151008 ANNIZA FARADHANA-2022-03-21T06:33:25Z2022-03-21T06:33:25Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55386This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/553862022-03-21T06:33:25ZANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.) DI HUTAN RAKYAT DESA AIR KUBANG KABUPATEN TANGGAMUSHutan rakyat berfungsi dalam menjaga kesuburan tanah, mengatur sistem tata air
dan menyediakan hasil hutan untuk kebutuhan masyarakat dalam menunjang perekonomian. Salah satu hasil hutan rakyat yang menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat adalah manggis. Namun, keuntungan yang diperoleh petani dari
hasil pemasaran manggis masih tergolong rendah karena harga jual manggis di tingkat petani relatif lebih murah dibandingkan harga di tingkat konsumen,
sehingga perlu diketahui pemasaran manggis efisien atau tidak efisien. Tujuan
dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi dan menganalisis lembaga pemasaran
dan fungsi-fungsi pemasaran, saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif
digunakan untuk menganalisis saluran, lembaga dan fungsi-fungsi pemasaran,
sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis margin pemasaran,
keuntungan, share, efisiensi pemasaran dan Ratio Profit Margin (RPM).
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2019 di Dusun Kramat Jati dan Dusun Tegalsari II, Desa Air Kubang. Pengambilan responden dilakukan dengan
cara sensus, yaitu sebanyak 46 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran manggis yaitu pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul tingkat kabupaten, pedagang besar
tingkat kabupaten dan pengecer. Lembaga pemasaran melakukan fungsi
penjualan, pembelian, pengangkutan, penyimpanan, standarisasi, penanggungan
risiko dan informasi pasar. Terdapat 4 saluran pemasaran di Dusun Kramat Jati dan Dusun Tegalsari II. Saluran 1 dan saluran 4 di kedua dusun memiliki saluran
yang sama, yaitu saluran 1: petani-konsumen akhir dan saluran 4: petanipedagang besar tingkat kabupaten-konsumen akhir, sedangkan saluran 2 dan
saluran 3 di kedua dusun memiliki saluran yang berbeda, yaitu saluran 2 (Dusun
Kramat Jati): petani-pedagang pengumpul tingkat desa-pedagang pengumpul tingkat kabupaten-pengecer-konsumen akhir; saluran 2 (Dusun Tegalsari II):
petani-pedagang pengumpul tingkat desa-pedagang pengumpul tingkat kabupatenpedagang besar diluar Lampung dan saluran 3 (Dusun Kramat Jati): petanipedagang besar tingkat kabupaten-pengecer-konsumen akhir; saluran 3 (Dusun
Tegalsari II): petani-pedagang besar tingkat kabupaten-pedagang besar diluar
Lampung. Hal ini dikarenakan pedagang pengumpul tingkat kabupaten di Dusun
Kramat Jati belum memiliki kerja sama dengan pedagang besar di luar Lampung seperti yang dilakukan oleh pedagang pengumpul tingkat kabupaten di Dusun
Tegalsari II. Pemasaran manggis jika dilihat dari margin pemasaran, keuntungan,
biaya, share dan efisiensi pemasaran dikatakan efisien, namun jika dilihat dari
Ratio Profit Margin (RPM) pemasaran dikatakan belum efisien.
Kata kunci: hutan rakyat, manggis, pemasaran.
Private forest function in maintaining soil fertility, regulating water systems and
providing forest products for community needs in supporting the economy. One
of the results of private forest that produce economic value for the community is
mangosteen. However, the profit gained by farmers from the marketing of
mangosteen is still relatively low because the price of selling mangosteen at the farm level is relatively cheaper than prices at the consumer level, so it is necessary to know mangosteen marketing is efficient or inefficient. The purpose of this
research were to identified and analyze of marketing institutions and marketing functions, marketing channels and marketing efficiency. The study was
conducted in March-April 2019 in Kramat Jati Sub-village and Tegalsari II Subvillage,
Air Kubang Village. This research was used qualitative and quantitative methods. Qualitative methods were used to analysed marketing channels,
institutions and functions, while quantitative methods were used to analyzed
marketing margins, profits, shares, marketing efficiency and Ratio Profit Margin (RPM). Respondents in this research were 46 mangosteen farmers selected by census method. The results of the research showed marketing institutions
involved in mangosteen marketing are collector at village level, collector at
district level, big trader at district level and retailer. Marketing institutions
perform the functions of sales, purchasing, transportation, retention, standardized,
risk management and market information. There are 4 marketing channels in
Kramat Jati Sub-village and Tegalsari II Sub-village. Channel 1 and channel 4 in
both Sub-village have the same channel, namely channel 1: farmer-end consumer
and channel 4: farmer-big trader at district level-end consumer, while channel 2
and channel 3 in both Sub-village have different channels, namely channel 2
(Kramat Jati Sub-village): farmer-collector at village level-collector at district
level-big trader at district level-retailer-end consumer; channel 2 (Tegalsari II Sub-village): farmer-collector at village level-collector at district level, big trader
outside Lampung and channel 3 (Kramat Jati Sub-village): farmer-big trader at
district level-retailer-end consumer; channel 3 (Tegalsari II Sub-village): farmerbig
trader at district level- big trader outside Lampung. This is because collector
at district level in Kramat Jati Sub-village do not have cooperation with big trader
outside Lampung, as did the collector at district level in Tegalsari II Sub-village.
We can see mangosteen marketing from marketing margin, profit, cost, share and
marketing efficiency are efficient, but from Ratio Profit Margin (RPM) we can
see mangosteen marketing aren’t efficient yet.
Keywords: mangosteen, marketing, private forest.1514151014 ANNAS THASYA NINGRUM FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BAND-2022-03-21T06:25:14Z2022-03-21T06:25:14Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55384This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/553842022-03-21T06:25:14ZESTIMASI LUAS DAN STATUS HUTAN KOTA DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI BANDAR LAMPUNGHutan kota mempunyai kemampuan dalam menjaga berlangsungnya fungsi
ekologi suatu kota. Kemampuan ini dapat dimanfaatkan dengan memperhatikan
ketersediaan luas lahan dan kejelasan status kepemilikan lahannya. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) menganalisis status kepemilikan lahan hutan kota Bandar
Lampung; (2) mengetahui luas hutan kota Bandar Lampung dan persentase
penutupan tajuknya; (3) menganalisis langkah yang diperlukan dalam mempertahankan
keberadaan hutan kota di Bandar Lampung sebagai bentuk Ruang
Terbuka Hijau. Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2018 – November 2018
di hutan kota Bandar Lampung. Metode yang digunakan yaitu metode analisis
citra satelit, wawancara, observasi lapang, dan studi literatur. Hasil dalam
penelitian ini adalah status kepemilikan lahan hutan kota di Bandar Lampung
terdiri atas privat, publik, dan non-sertifikat. Luas hutan kota di Bandar Lampung
saat ini adalah 29,5 Ha dengan penutupan tajuk sebesar 28,37 Ha, atau setara
dengan 96%. Usaha untuk mempertahankan hutan kota di Bandar Lampung adalah dengan mengadakan penyediaan lahan sebagai hutan kota dan membentuk
kejelasan regulasi terkait hutan kota privat.
Kata kunci: Hutan kota, luas hutan kota, ruang terbuka hijau, status hutan kota.
Urban forests have the ability to maintain the ecological functioning of a city.
This capability can be utilized by considering the availability of land area and the
clarity of land ownership status. The aims of this research were to (1) analyze
land ownership status of urban forest in Bandar Lampung city; (2) find out the
area of urban forest in Bandar Lampung city and the percentage by canopy cover;
(3) analyze the steps needed to maintain the existence of urban forests in Bandar
Lampung as a form of Green Open Space. This research was conducted in
October 2018 - November 2018 in the urban forest of Bandar Lampung city. The
method used is the method of satellite image analysis, interviews, field
observations, and literature studies. The results in this study were the ownership
status of urban forest in Bandar Lampung consisting of private, public, and noncertificate.
The current area of urban forest in Bandar Lampung is 29.5 ha with
canopy coverage of 28.37 ha, equivalent to 96%. It is suggested to maintain urban forests in Bandar Lampung city is by procuring land as urban forest and
clarifying the rules regarding private urban forest.
Keywords: Area of urban forest, green open space, status of urban forest, urban
forest.1414151005 AGUNG PERMADA YUSUF-2022-03-18T07:16:08Z2022-03-18T07:16:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55236This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/552362022-03-18T07:16:08ZIDENTIFIKASI JENIS TANAMAN DI AREAL GARAPAN KPPH WANA
MAKMUR DESA SUNGAI LANGKA DALAM TAMAN HUTAN RAYA
WAN ABDUL RACHMANHutan mempunyai fungsi yang penting bagi lingkungan di sekitarnya seperti
fungsi ekologi, ekonomi dan fungsi sosial budaya. Blok tradisional di dalam
kawasan Tahura Wan Abdul Rachman merupakan kawasan yang di peruntukkan
bagi masyarakat untuk melakukan pemanfaatan dan pengelolaan di dalamnya.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui jenis tanaman yang terdapat di lahan
garapan petani, 2) menghitung kerapatan tanaman berdasarkan penggolongan dan
fase pertumbuhannya, 3) mengetahui komposisi tanaman yang dikembangkan
oleh petani, 4) mengetahui tanaman yang diandalkan oleh petani untuk memenuhi
kebutuhannya. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2018 dengan melakukan
survei vegetasi di lahan garapan dengan menggunakan metode garis berpetak dan
melakukan wawancara secara mendalam kepada 40 petani KPPH Wana Makmur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 35 jenis tanaman yang tediri dari
beberapa golongan tanaman. Dari berbagai jenis tanaman tersebut, tanaman yang berhabitus pohon serta penghasil buah sangat mendominasi. Berdasarkan
kerapatannya tanaman golongan MPTS rimba memiliki kerapatan paling besar
dibanding golongan lainnya. Selanjutnya tanaman yang masih dalam fase semai
juga sangat mendominasi di lahan garapan yang memiliki persentase kerapatan
mencapai 76,84%. Kemudian terdapat 12 jenis pengkombinasian tanaman/ pola
tanam yang dikembangkan petani dengan tanaman utama yaitu kakao, yang
dikombinasikan dengan tanaman yang juga diandalkan dalam menambah
pendapatan dan memenuhi kebutuhan seperti pisang, durian, cengkeh, pala, karet,
petai, lada dan vanili.
Kata kunci: identifikasi, jenis tanaman, tahura wan abdul rachman
Forest had important functions for the surrounding environment such as
ecological, economic and social and cultural functions. The traditional block
within the Tahura Wan Abdul Rachman area, is an area designed for the
community to utilize and to use the nature resources. This research aim to: 1) find
out the plant species on the cultivated area, 2) count the density of plants based on
the classification and growth phase, 3) find the composition of plants developed
by farmers, 4) knew plants was relied on by farmers to fullfil their needs and
increase income. The study was conducted in March 2018 by doing vegetation
surveys on cultivated land using the terraced line method and in-depth interviews
with 40 farmers. The results showed that there were 35 plant species consisting of
several groups. From various types of these plants, plants that have tree habitus
and fruit produced very dominated. Based on its density, forest MPTS plant
group had the highest density compared to other groups. Furtheremore, seedling phase also dominated in cultivated land with density of 76.84%. There were 12
types of plant combination patterns developed by farmers with cocoa as the main
crop. Cocoa combined with other plants that reliable in increasing income and
fullfil their needs such as bananas, durians, cloves, nutmeg, rubber, petai, pepper
and vanilla.
Key word: identification, plant species, tahura wan abdul rachman1314151001 AGUNG DWI PRASETYO-2022-03-18T07:12:06Z2022-03-18T07:12:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55233This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/552332022-03-18T07:12:06ZIDENTIFIKASI KERAGAMAN Artiodactyla SEBAGAI SATWA MANGSA POTENSIAL DI RESORT PENGELOLAAN HUTAN III
KPH I PESISIR BARATArtiodactyla merupakan jenis-jenis satwa liar yang keberadaannya dapat mempengaruhi satwa lain. Artiodactyla memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Perilaku Artiodactyla persebarannya sangat dipengaruhi oleh elevasi dan bersifat elusif, sehingga pengamatan Artiodactyla secara langsung sulit dilakukan. Oleh karena itu dilakukan pengamatan Artiodactyla berbasis kamera jebak yang dapat menghasilkan data visual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keragaman dan pola aktivitas Artiodactyla berdasarkan data yang terpotret kamera jebak di Resort Pengelolaan Hutan III KPH I Pesisir Barat. Penelitian ini berkerjasama di bawah program WWF-Indonesia Program Sumatera Bagian Selatan dalam survei satwa liar. Kamera jebak yang dipasang secara acak sebanyak 19 unit dalam 14 grid cell di Resort Pengelolaan Hutan III KPH I Pesisir Barat. Data berupa foto dipisahkan berdasarkan jenis satwa yang ditemukan, kemudian diolah menggunakan Aplikasi Advanced Renamer, Karen Directory Printer, Microsoft Office Excel dan R studio. Jenis-jenis Artiodactyla yang ditemukan sebanyak 6 jenis yaitu babi hutan, kijang, kancil, rusa sambar, napu, dan kambing hutan sumatera. Jumlah nilai okupansi tertinggi yaitu babi hutan sebesar 42,33% dan terendah yaitu kambing hutan sumatera dengan nilai 0,41%. Sebagian besar jenis Artiodactyla cenderung aktif sepanjang waktu (cathemeral).
Kata kunci : Artiodactyla, kamera jebak, keragaman, KPH I Pesisir Barat.
Artiodactyla are species of wild animals whose existence can affect other animals. Artiodactyla has an important role in maintaining ecosystem balance. Artiodactyla distribution behavior is strongly influenced by elevation and elusive nature, so direct observation of Artiodactyla is difficult. Therefore Artiodactyla-based camera trap observations are carried out which can produce visual data. The purpose of this study was to determine the diversity and patterns of Artiodactyla activities based on data captured by a trap camera at the Forest Management Resort III KPH I Pesisir Barat. This research collaborates under the WWF-Indonesia Southern Sumatra Program in a wildlife survey. Camera Traps were installed randomly as many as 19 units in 14 grid cells at Forest Management Resort III KPH I Pesisir Barat. Data in the form of photos separated based on the types of animals found, then processed using the Advanced Renamer Application,Karen Directory Printer, Microsoft Office Excel and R studio. Artiodactyla species were found as many as 6 species, namely wild boar, muntjac, lesser oriental chevrotain, sambar deer, greater oriental chevrotain and sumatran serow. The highest number of occupancy values is wild boar at 42.33% and the lowest is sumatran serow with a value of 0.41%. Most types of Artiodactyla tend to be active all the time (cathemeral).
Keywords: Artiodactyla, camera trap, diversity, KPH I Pesisir Barat.1514151004 ABDUL ROUF AMARULLOH KHALIL-2022-03-18T07:06:29Z2022-03-18T07:06:29Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55227This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/552272022-03-18T07:06:29ZANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERUBAHAN KONDISI
KEANEKARAGAMAN FLORA DAN FAUNA (STUDI KASUS DI SUBSUB-
DAS KHILAU, SUB-DAS BULOG, DAS SEKAMPUNG)Pemanfaatan hutan secara tidak bijaksana mengakibatkan penurunan keanekaragaman
hayati serta fungsi hutan secara ekologis. Tujuan penelitian ini untuk
merekonstruksi sejarah kawasan, mengetahui kondisi keanekaragaman hayati dan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaannya, terkait dengan pemanfaatan
hutan di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rekonstruksi sejarah. Penarikan
sampel dilakukan menggunakan snowball sampling. Studi mengenai perubahan
kawasan dan keanekaragaman hayati dipelajari melalui wawancara dan mempelajari
bukti-bukti sejarah, seluruh data dianalisis menggunakan metode agrarian
diagnosis. Hasil penelitian ini menunjukan perubahan sejarah kawasan terbagi ke
dalam lima (5) periode, yaitu periode kedatangan gelombang migran, periode
kegiatan ekstensifikasi pertanian, periode kegiatan bercocok tanam secara monokultur,
periode perbaikan lahan dengan GNRHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan), dan periode akses pasar serta campur tangan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan). Pengelolaan lahan berpengaruh terhadap keanekaragaman
hayati. Sebelum lahan dikelola secara intensif di wilayah studi, masih banyak
dijumpai jenis-jenis flora dan fauna langka, setelah lahan dikelola secara intensif
dan budidaya masyarakat mulai exsploratif jumlah flora dan fauna yang tergolong
langka menurun dengan cepat bahkan beberapa diantarannya tidak dapat ditemukan
kembali di wilayah tersebut. Saat ini hanya terdapat 45 jenis flora yang
didominasi flora endemik dan 25 jenis fauna yang beberapa diantaranya dilindungi
berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature),
sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan hutan adalah faktor
ekonomi yaitu adanya fluktuasi harga komoditi; faktor sosial berupa perubahan
pola orientasi masyarakat yang tadinya subsisten menjadi komersil; faktor budaya
adanya pengaruh etnik dalam sistem budidaya dan pengelolaan lahan; dan faktor
politik terjadinya okuptasi lahan pada awal era reformasi.
Kata Kunci : Keanekaragaman Hayati, Periode, Sub-sub-DAS Khilau,.
The unwise use of forests results in ecological degradation of biodiversity and
forest functions. The purpose of this study is to reconstruct the history of the area,
determine the condition of biodiversity and the factors that influence its existence,
related to the use of forests in the Khilau Sub-watershed, the Bulog Sub-DAS, the
Sekampung watershed. The method used in this study is an analysis of historical
reconstruction. Sampling is done using snowball sampling. The study of changes
in area and biodiversity studied through interviews and studying historical
evidence, all data analyzed by using agrarian diagnosis methods. The results of
this study show that the historical changes of the area are divided into five (5)
periods, those are the arrival period of migrant waves, periods of agricultural
extensification activities, periods of monoculture farming activities, periods of
land improvement with GNRHL (National Forest and Land Rehabilitation
Movement), and period market access and interference from KPH (Forest Management Unit). Land management affects biodiversity. Before the land was
managed intensively in the study area, there were still many rare species of flora
and fauna, after the land was managed intensively and community cultivation
began to explorative, the number of rare species of flora and fauna decreased
rapidly even some of them could not be recovered in the area. At present there are
only 45 species of flora dominated by endemic flora and 25 species of fauna
which some of them is protected under the IUCN (International Union for
Conservation of Nature), while the factors that affect forest use are economic
factors, those are fluctuations in commodity prices; social factors in the form of
changes in the orientation pattern of the community that had become subsistence
to become commercial; cultural factors for ethnic influences in land cultivation
and management systems; and political factors in land occupation at the beginning
of the reform era.
Keywords: Biodiversity, Period, Khilau Sub-watershed.1414151038 HAFID AZI DARMA-2022-03-18T06:55:22Z2022-03-18T06:55:22Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55222This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/552222022-03-18T06:55:22ZPENGARUH KINERJA KELOMPOK DAN FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT:
STUDI DI TIGA KELOMPOK HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) KPH III BUKIT PUNGGUR KABUPATEN WAY KANANHutan Kemasyarakatan (HKm) merupakan kegiatan perhutanan sosial yang diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutannya. Salah satu KPH di Provinsi Lampung yang memiliki kelompok HKm yaitu KPH III Bukit Punggur, Way Kanan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat pendapatan masyarakat kelompok HKm di tiga HKm dan menentukan nilai peranan faktor sosial demografi terhadap pendapatan masyarakat petani di HKm Mangga Mulyo, HKm Panca Tunggal dan HKm Jaya Lestari. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode kuantitatif dan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan kelompok HKm berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani di HKm Mangga Mulyo (P= 0,073) dan HKm Panca Tunggal (P= 0,031). Secara simultan, faktor sosial demografi berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan masyarakat petani di HKm Mangga Mulyo, HKm Panca Tunggal, dan HKm Jaya Lestari dengan nilaiP= 0,000. Peranan faktor tersebut berada pada kelompok aset ekonomi yaitu pada variabel jumlah jenis tanaman (P=0,005), luas lahan garapan petani baik di lahan HKm (P=0,000) maupun lahan marga (P=0,020), dan kepemilikan ternak sapi (P=0,095).
Kata Kunci: hutan kemasyarakatan, pendapatan, pengelolaan, sosial demografi
Community Forestry (CF) is a social forestry activity held with which aim to improve the welfare of community around the forest while maintaining the sustainability of forest functions. One of the KPH in Lampung Province which has a CF group is KPH III Bukit Punggur, Way Kanan. This study aims to compare the level of income of the CF community in three CF and determined value of role social demographic factors in the income of farmers at Mangga Mulyo CF, Panca Tunggal CF and Jaya Lestari CF. The method used in the research is quantitative methods and uses multiple linear regression analysis. The results showed that the performance of the CF group had a significant effect on the level income of farmers in Mangga Mulyo CF (P = 0.073) and Panca Tunggal CF (P = 0.031). Simultaneously, social demographic factors have a very significant effect income of farmers in Mangga Mulyo CF, Panca Tunggal CF, and Jaya Lestari CF with a value of P = 0,000. The role of these factors is in the group of economic assets, namely the variable number of plant species (P=0.005), cultivated land area of farmers both on CF land (P = 0,000) and clan land (P=0.020), and cattle ownership (P = 0.095).
Keywords: community forestry, income, management, social demography1514151076 PRILA IDAYANTI-2022-03-18T06:51:18Z2022-03-18T06:51:18Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55221This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/552212022-03-18T06:51:18ZIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK PADA BLOK KOLEKSI TUMBUHAN
DAN/ATAU SATWA TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMANBlok koleksi tumbuhan dan/atau satwa merupakan bagian dari Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman yang memiliki fungsi sebagai koleksi kekayaan
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati khususnya flora yang perlu
diperhatikan saat ini adalah anggrek. Pada masa lampau blok koleksi tumbuhan
dan/atau satwa merupakan kawasan hutan primer yang berubah menjadi kawasan
hutan campuran akibat pembukaan lahan. Sehingga perlu dilakukannya
identifikasi sebagai upaya perlindungan terhadap jenis anggrek di blok tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis anggrek dan
kerapatannya, mengetahui tumbuhan penopang anggrek epifit, serta mengetahui
jenis-jenis dan kerapatan tumbuhan vegetasi hutan yang menjadi habitat anggrek.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret–April 2018 di blok koleksi
tumbuhan dan/atau satwa Tahura Wan Abdul Rachman dengan menggunakan
metode garis berpetak. Hasil dari penelitian yaitu ditemukan 8 jenis anggrek yang
dapat teridentifikasi dan 3 genus anggrek yang tidak teridentifikasi hingga tingkat
spesies. Dari semua anggrek yang ditemukan tersebut merupakan anggrek epifit dan jumlahnya adalah 29 individu. Kerapatan terbesar dimiliki oleh anggrek
Dendrobium subulatum yaitu 3,21 individu/ha dengan jumlah 9 individu serta
pohon penopang anggrek tersebut adalah pohon durian, karet dan sonokeling.
Sedangkan, kerapatan tertinggi pada jenis tumbuhan vegetasi yang menjadi
habitat anggrek yaitu pohon durian (61,43 individu/ha) pada fase pohon, kakau
(300 individu/ha) pada fase tiang, serta kopi (1.057,14 individu/ha) pada fase
pancang dan juga pada fase semai (2.464,29 individu/ha).
Kata Kunci : anggrek, kerapatan, taman hutan raya.
The collection block of plants and/or animals is a part of Wan Abdul Rachman
Forest Park that has a function as a collection of biodiversity wealth. The
biodiversity of plants that needed to be noticed is orchids. In the past, the
collection block of plants and/or animals was the primary forest that changed into
mix forest area because the land clearing activity. Thus, it needs to be identified
as an effort to protect the orchid in this block. The purpose of research is to know
the types of orchid and the density, the plant crutch of orchid, and the types and
density of the vegetation for the orchid habitat. The research was conducted on
March-April 2018 in Wan Abdul Rachman Forest Park using line-plot method.
The result showed that there were about 8 species orchids can be identified and 3
genus orchids that unidentified until the level of species. From all the results
showed that were epiphytic orchid and a total of 29 individual. The biggest
density for Dendrobium subulatum was 3,21 individual/ha, with total of 9
individual. The tree crutch of orchid were Durio zibethinus, Hevea brasiliensis,and Dalbergia latifolia. Whilst the biggest density for the vegetation plants that
became the orchid habitat was Durio zibethinus (61,43 individual/ha) in tree
phase, Theobroma alata (300 individual/ha) in pole phase, Coffea sp. (1.057,14
individual/ha) in stake phase and seedling phase (2.464,29 individual/ha).
Keywords: density, forest park, orchids.1314151004 Ambarwati-2022-03-18T06:46:46Z2022-03-18T06:46:46Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55217This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/552172022-03-18T06:46:46ZANALISIS KESEHATAN HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA POLA TANAM
DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANG HARI
KABUPATEN LAMPUNG TIMURHutan rakyat merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat yang diberi beban
dan hak atas tanah, dibagi atas tiga pola tanam yaitu pola tanam monokultur,
polikultur, dan agroforestri. Dalam rangka mewujudkan kelestarian hutan rakyat
maka kondisi hutan rakyat harus memiliki kondisi yang sehat. Oleh karena itu,
penting dilakukan penelitian terkait kesehatan hutan rakyat pada beberapa pola
tanam di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batang Hari, Kabupaten Lampung Timur
yang bertujuan untuk mengetahui nilai indikator kesehatan hutan rakyat dan nilai
status kesehatan hutan rakyat. Indikator yang digunakan dalam menilai kesehatan
hutan rakyat adalah produktivitas (LBDS), vitalitas (CLI dan VCRc), kualitas
tapak (pH tanah) dan biodiversitas (keanekaragaman jenis pohon). Metode yang
digunakan adalah Forest Health Monitoring dan rumus penilaian kesehatan hutan
yang merupakan perkalian antara nilai tertimbang pada masing-masing indikator
kesehatan hutan rakyat dengan nilai skoring. Nilai indikator kesehatan hutan rakyat pada pola tanam monokultur yang dapat digunakan yaitu produktivitas vitalitas dan kualitas tapak serta pada pola tanam polikultur dan agroforestri
indikator yang digunakan adalah produktivitas,vitalitas, kualitas tapak dan
biodiversitas. Nilai status kondisi kesehatan hutan rakyat di Desa Buana Sakti,
Kecamatan Batang Hari, Kabupaten Lampung Timur pada 3 (tiga) pola tanam
monokultur, polikultur, dan agroforestri memiliki status kesehatan hutan rakyat
sedang. Status kesehatan hutan yang diperoleh dapat dijadikan referensi dan
informasi untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan rakyat.
Kata kunci: hutan rakyat, kesehatan hutan, pola tanam
Private forest is a source of income for people who are given a burden and land
rights, divided into three cropping patterns, namely monoculture, polyculture, and
agroforestry. In order to realize the sustainability of community forests, the
condition of private forests must have healthy conditions. Therefore, it is
important to conduct research related to the health of private forests on several
cropping patterns in Buana Sakti Village, Batang Hari District, East Lampung
Regency which aims to determine the value of private forest health indicators and
the value of private forest health status. Indicators used in assessing the health of
private forests are productivity (LBDS), vitality (CLI and VCRc), site quality
(Soil pH) and biodiversity (tree species diversity). The method used is the Forest
Health Monitoring and forest health assessment formula which is a multiplication
of the weighted values on each community forest health indicator with the scoring
value. The value of private forest health indicators on monoculture planting
patterns that can be used are productivity, vitality and site quality as well as on polyculture and agroforestry cropping patterns indicators used are productivity vitality, site quality and biodiversity. The value of the health status of private
forests in Buana Sakti Village, Batang Hari District, East Lampung Regency in 3
(three) monoculture, polyculture, and agroforestry cropping patterns has a
medium private forest health status. Forest health status obtained can be used as a
reference and information for decision making in community forest management.
Keywords: private forest, forest health, cropping pattern.1514151066 DEYA PUSPA. A-2022-03-18T06:42:01Z2022-03-18T06:42:01Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/55214This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/552142022-03-18T06:42:01ZEFISIENSI PEMASARAN KAYU GERGAJIAN SENGON (Falcataria
moluccana) PADA SAWMILL RAKYAT DI DESA SUKAMARGA
KECAMATAN ABUNG TINGGI KABUPATEN LAMPUNG UTARAKayu merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat. Umumnya kayu yang dimanfaatkan adalah kayu gergajian yang telah
diolah pada sawmill rakyat. Jenis kayu yang banyak digunakan adalah jenis kayu
sengon (Falcataria moluccana). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
saluran pemasaran dan menganalisis efisiensi pemasaran kayu gergajian sengon
pada sawmill rakyat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dan observasi langsung dengan lima responden pemilik sawmill rakyat
yang dipilih secara sengaja (purposive sampling). Kelima sawmill rakyat yang
dipilih adalah sawmill yang memproduksi kayu gergajian sengon secara
berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran kayu
gergajian sengon pada sawmill rakyat di Desa Sukamarga berjumlah tiga saluran
pemasaran, yaitu: (1) sawmill – panglong di Kotabumi – industri di luar
Kotabumi, (2) sawmill – industri di luar Kotabumi, (3) sawmill – pedagang perantara – industri di luar Kotabumi. Berdasarkan indikator share dan nilai
efisiensi, pemasaran kayu gergajian sengon pada sawmill rakyat berjalan
dengan efisien. Akan tetapi, jika dilihat dari margin pemasaran, rasio profit
margin, dan share keseluruhan maka pemasaran kayu gergajian sengon di
desa ini belum berjalan dengan efisien. Hal ini karena margin pemasarannya
terlampau tinggi, rasio profit margin yang tidak merata, dan nilai share tidak
merata antar lembaga pemasaran. Pemilik sawmill rakyat sebaiknya menjual
kayu gergajian langsung ke konsumen akhir agar pemasaran berjalan dengan
efisien. Standar harga kayu gergajian sengon perlu ditetapkan agar keuntungan
yang diraih setiap lembaga pemasaran tersebar dengan merata.
Kata Kunci: kayu gergajian; Lampung Utara; pemasaran; sawmill
Wood is one of the natural resources that could be utilized by the community.
Generally the wood used was sawn timber which has been treated on sawmills
managed by local people. The type of wood that was widely used is the type of
Falcataria moluccana. This study aims to found out the marketing channels and
analyzed the marketing efficiency of sengon sawn timber on sawmills managed by
local people. The method used in this study was interviews and direct observation
with five respondents of sawmills managed by local people, owners who were
deliberately selected (purposive sampling). The five selected sawmills managed
by local people were sawmills which produced Falcataria moluccana sawn
timber sustainably. The results of the study showed that the marketing channels of
sengon sawn timber on sawmills managed by local people in Sukamarga Village
amount to three marketing channels, namely: (1) sawmill –wood shop in Kotabumi - Industries outside of the Kotabumi, (2) sawmill - industries outside of
the Kotabumi, (3) sawmill - brokers - industries outside of the Kotabumi. Based
on the share and value efficiency indicators, the marketing of Falcataria
moluccana sawn wood on the sawmills managed by local people runs efficiently.
However, when viewed from marketing margins, profit margin ratios, and overall
share, the marketing of Falcataria moluccana sawn wood in this village has not
been run efficiently. This is because the marketing margins are too high, the profit
margin ratio is uneven, and the share value is not evenly distributed among
marketing institutions. The owner of a sawmills managed by local people should
sell sawn wood directly to end consumers so that marketing runs efficiently. The
standard price of Falcataria moluccana sawn timber needs to be set so that the
profits achieved by each marketing institution are spread evenly.
Keywords: marketing; North Lampung; sawmills; sawn timber1514151057 RAFICAL CAHAYA UTAMA-