Digital Library: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T04:49:57ZEPrintshttp://digilib.unila.ac.id/images/sitelogo.pnghttp://digilib.unila.ac.id/2016-01-22T04:36:41Z2016-01-22T04:36:41Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18880This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/188802016-01-22T04:36:41ZPENGARUH PEMBERIAN HERBISIDA GLIFOSAT, KOMPOS, DAN
KAPUR TERHADAP TOTAL BAKTERI DAN BAKTERI
NITROSOMONAS PADA TANAH ANDISOL YANG BERASAL
DARI PERTANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) YANG DIBERI
HERBISIDA DAN PUPUK BERKELANJUTANABSTRAK.
Tanaman kubis (Brasica oleraceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi ditinjau dari segi nilai gizinya dan potensinya
sebagai sumber pendapatan nasional (Partoatmojo, 1982). Sebagai salah satu jenis
tanaman potensial, kubis (Brassica oleracea L.) selama pertumbuhannya yaitu
sejak persiapan lahan hingga panen banyak kendala yang membatasinya. Salah
satu kendala yang cukup penting adalah gulma. Herbisida mempunyai
kemampuan untuk membunuh gulma meskipun dalam konsentrasi rendah.
Glifosat merupakan herbisida nonselektif berspektrum luas yang dapat
mengendalikan gulma semusim maupun tahunan di daerah tropika pada waktu
pascatumbuh. Untuk memperbaiki kondisi tanah karena pengaruh herbisida
dilakukan penambahan bahan organik berupa kompos. Selain kompos, kapur juga
dapat digunakan untuk memperbaiki tanah. Tanah yang dikapur mampu
menciptakan lingkungan yang diinginkan bagi mikroorganisme untuk beraktivitas
(pH 5,5 - 7,5).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian herbisida
glifosat, kompos, dan kapur terhadap total bakteri dan bakteri nitrosomonas pada
tanah andisol yang berasal dari pertanaman kubis (Brassica oleracea L.) yang
diberi pupuk dan herbisida berkelanjutan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam
faktorial 3 x 2 x 2 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah herbisida glifosat
(H) yaitu H0 = tanpa herbisida glifosat, H1 = herbisida glifosat 20 mg kg-1 dan H2
= herbisida glifosat 60 mg kg-1. Faktor kedua adalah kompos jerami (K) yaitu K0
= tanpa kompos jerami dan K2 = kompos jerami 20 t ha-1. Faktor ketiga adalah
kapur CaCO3 (L) yaitu L0 = tanpa kapur CaCO3 dan L1 = kapur CaCO3 15 t ha-1.
Okta Masniari
Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan Uji Bartlet dan aditivitasnya
dengan Uji Tukey, serta uji lanjut dengan Uji BNT pada taraf 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total bakteri dan bakteri nitrosomonas
cenderung meningkat dengan meningkatnya dosis herbisida glifosat dibandingkan
tanpa herbisida glifosat. Herbisida glifosat yang diaplikasikan ke tanah diduga
menjadi sumber energi bagi mikroorganisme tanah sehingga dapat meningkatkan
mikroorganisme tanah. Selain itu, interaksi antara herbisida glifosat dan kapur
nyata meningkatkan total bakteri dan bakteri nitrosomonas, perlakuan kapur
dengan pemberian herbisida glifosat 20 mg kg-1 juga nyata meningkatkan total
bakteri tanah dan bakteri nitrosomonas dibandingkan perlakuan tanpa kapur. Hal
ini diduga karena pemberian kapur dapat meningkatkan pH tanah sehingga
menciptakan kondisi lingkungan yang disukai mikroorganisme untuk beraktivitas.
Untuk perlakuan kompos dan herbisida glifosat 20 mg kg-1 nyata meningkatkan
total bakteri tanah dan bakteri nitrosomonas dibandingkan tanpa pemberian
kompos. Hal ini diduga karena kompos dapat mengurangi pengaruh negatif dari
herbisida. Semakin tinggi kandungan dan masukan bahan organik ke dalam tanah
akan meningkatkan kandungan C-organik tanah yang akan diikuti oleh
peningkatan aktivitas mikroorganisme tanah. Begitu juga perlakuan herbisida
glifosat, kompos dan kapur memiliki total bakteri tanah dan bakteri nitrosomonas
tertinggi jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena setiap faktor
perlakuan memiliki peranan dalam meningkatkan total bakteri dan bakteri
nitrosomonas. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa, (1)
Total bakteri tanah dan bakteri nitrosomonas secara umum lebih tinggi pada tanah
yang diaplikasikan herbisida glifosat 20 mg kg-1 yang ditambah pemberian
kompos atau kapur dari pada tanah tanpa herbisida glifosat. (2) Pemberian
kompos dan kapur nyata meningkatkan populasi bakteri tanah dan bakteri
nitrosomonas dibandingkan tanpa kompos ataupun tanpa kapur. (3) Total bakteri
tanah lebih rendah pada pemberian herbisida glifosat 60 mg kg-1, dengan atau
tanpa kapur dan dengan atau tanpa kompos. (4) Pada tanpa kapur dan tanpa
kompos, pemberian herbisida glifosat 20 mg kg-1 dan 60 mg kg-1 meningkatkan
total bakteri nitrosomonas tetapi dapat menurunkan total bakteri tanah
dibandingkan tanpa herbisida glifosat.
Kata Kunci : Herbisida glifosat, kompos, kapur, bakteri tanah dan bakteri
nitrosomonasOkta Masniari NN2016-01-22T04:35:16Z2016-01-22T04:35:16Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18858This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/188582016-01-22T04:35:16ZINVENTARISASI POTENSI LIMBAH KEGIATAN PETERNAKAN SAPI
SEBAGAI SUMBER ENERGIABSTRAK.
Kegiatan peternakan sapi baik penggemukan sapi ataupun sapi perah selain
menghasilkan daging dan susu juga menghasilkan limbah sebagai sisa hasil proses
kegiatannya. Pencemaran akibat limbah peternakan sapi merupakan suatu
masalah yang harus diatasi karena limbah yang dihasilkan cukup besar. Di sisi
lain, limbah peternakan sapi masih mengandung bahan-bahan yang berpotensi
untuk dimanfaatkan kembali. Salah satu alternatif pemanfaatan limbah kegiatan
peternakan sapi adalah sebagai bahan baku renewable energy yaitu biogas.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap limbah yang dihasilkan
dari kegiatan peternakan sapi terkait tentang sumber limbah, karakteristik limbah,
potensi energi yang dihasilkan, dan pengembangan teknologi pemanenan energi.
Penelitian dilaksanakan di agroindustri penggemukan sapi dengan populasi
20.000 ekor. Penelitian dilakukan dengan metode survei lapangan. Jenis data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data hasil pengamatan
disajikan dalam bentuk tabel atau diagram kemudian dianalisis secara deskriptif.
Tahapan dalam penelitian meliputi 1). Pengumpulan Data, 2). Karakterisasi
Limbah, 3). Penghitungan Potensi Energi Limbah dan 4). Analisis Pengembangan
Teknologi Pemanenan Energi Limbah Kegiatan Peternakan Sapi.
Hasil survei pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa kegiatan yang paling
dominan dalam menghasilkan limbah adalah kegiatan pemeliharaan ternak dan
pemeliharaan kandang dengan karakteristik air limbah berupa konsentrasi COD
sebesar 17.196 mg/l. Potensi energi berupa gas metan yang dihasilkan dari air
limbah dengan menerapkan sistem CIGAR (Covered In Ground Anaerobic
Reactor) adalah 2.855,40 m3/hari dengan total reduksi emisi sebesar 12.803,59 ton
CO2e/tahun.
Kata kunci: inventarisasi, limbah kegiatan peternakan sapi, sumber energi.
Ket:
1) Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2) Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas LampungPutri Wulandari 1) Udin Hasanudin 2) Tanto Pratondo Utomo 2) NN2016-01-22T04:26:13Z2016-01-22T04:26:13Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18839This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/188392016-01-22T04:26:13ZNNNNYusi NN2016-01-22T04:25:17Z2016-01-22T04:25:17Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18826This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/188262016-01-22T04:25:17ZRESPON BEBERAPA STRAIN BENIH IKAN LELE DUMBO
(Clarias gariepinus) TERHADAP PAKAN YANG SAMAABSTRAK.
Ikan lele merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak disukai oleh
masyarakat karena ikan ini memiliki rasa yang gurih dan mudah dalam
membudidayakannya, sehingga memiliki peluang pasar yang prospektif untuk
dikembangkan. Keunggulan lain dari ikan ini adalah dalam pertumbuhannya yang
cepat, rasa dagingnya yang enak, mampu bertahan dalam kondisi air yang jelek
dengan kadar oksigen terlarut yang rendah dan kepadatan penebaran yang tinggi,
karena mempunyai organ pernafasan tambahan (arborescent organ). Oleh karena
itu untuk mengembangakan ikan lele dumbo maka banyak peneliti dan
pembudidaya yang menghasilkan strain-strain baru yang unggul antara lain strain
Sangkuriang, Paiton dan Thailand. Dari ketiga strain tersebut strain Sangkuriang
lebih banyak diminati oleh masyarakat karena dinilai lebih memiliki keunggulan
dalam pertumbuhannya dibandingkan strain lain. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pertumbuhan benih ikan lele dumbo strain Sangkuriang, Paiton, dan
Thailand, sehingga diketahui strain yang pertumbuhannya paling baik dan
optimal.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2010 di Loka Riset
Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perairan Air Tawar (LRPTBPAT)-
Sukamandi, Subang Jawa Barat. Strain ikan lele dumbo yang digunakan adalah
larva umur 2 hari. Benih ikan lele dumbo dipelihara dalam akuarium berukuran 45
cm x 45 cm x 35 cm, dengan kepadatan 30 ekor/liter. Pakan yang diberikan
berupa pakan alami (Tubifex) dan pakan buatan (pellet) yang diberikan secara at
satiation. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah RAL (Rancangan
Acak Lengkap) dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan. Parameter yang diukur selama
penelitian adalah pertumbuhan berat mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, laju
pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan harian, FCR dan sintasan Perlakuan yang
digunakan adalah strain ikan lele yang berbeda yaitu strain Sangkuriang, Paiton
dan Thailand. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
pada selang kepercayaan 95% dan jika diperoleh hasil yang berbeda nyata maka
dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dari strain Paiton memiliki
keunggulan dan memberikan hasil yang baik dalam pertumbuhan berat mutlak
(10.01 gr), pertumbuhan panjang mutlak (8.68 cm), laju pertumbuhan spesifik
(15.98%), laju pertumbuhan harian (0.18 gr/hari) dengan FCR (1.00), sedangkan
sintasan tertinggi pada strain Sangkuriang (47.14%). Sehingga kajian
pertumbuhan terbaik yang diindikasi memiliki potensi tumbuh yang lebih baik
dan optimal adalah dari strain Paiton. Selama penelitian kisaran kualitas air masih
dianggap normal dengan pH berkisar 5.03-8.17; suhu 28.8-32.90C; DO 3.2-6.7;
ammonia 0.0063-0.3378 mg/l; dan nitrit 0.0027-0.9253 mg/l.
Kata kunci : Strain ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), pertumbuhan dan
sintasan
ABSTRACT
RESPONSE OF SEVERAL STRAINS OF AFRICAN CATFISH (Clarias
gariepinus) FRY TO FEED THE SAME
By
Resty Dwita Sari
Clarias gariepinus as a fresh water catfish consumption who liked by all the
people because this fish has delicious taste and easy to cultivate, so it has good
prospectif in development of marketing. Another superior from this fish is the
acceleration of the growth process, delicious taste and it can live in bad condition
water with the low oxygen and high spreading of density because Clarias
gariepinus has arborescent organ. Because of that, for developing Clarias
gariepinus there are many reseacher and care taker can produce superior strain
such as Sangkuriang strain, Paiton strain and Thailand strain. From the three of
the strains, the most strain which is interested by the people is Sangkuriang strain
the reason is this strain has good superior in development than the other strains.
This research has purpose to learn the growth of Clarias gariepinus from
Sangkuriang strain, Paiton strain and Thailand strain, so we can know strain
which has the optimal growth.
This research was conducted on April until July 2010 at Loka Riset Pemuliaan
dan Teknologi Budidaya Air Tawar (LRPTBPAT), Sukamandi, Subang West
Java. Clarias gariepinus strain which was used is larva which has aged two days.
Clarias gariepinus was maintained in the aquarium measures 45x45x35 cm with
density a single of 30 larvae/l. Food which were given were Tubifex, pellet and
combination. These food were given at satiation the program or plan which was
used in this research was Completely randomized design (CRD) with three
treatments and five replicatis. Parameter which was measured during of the
research were growth, specific growth rate, daily growth rate, FCR and survival
rate. Treatment which was used was different Clarias gariepinus strain. Based on
the result of data, the result was analyzed by using ANNOVA of P 0,05 significan
level and if the result was different so it was continued by least significant
difference test.RESTI DWITA SARI NN2015-09-07T04:34:24Z2015-10-23T03:55:11Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12546This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125462015-09-07T04:34:24ZDELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN
UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp TERHADAP
KADAR ABU, KADAR PROTEIN, KADAR LEMAK DAN BAHAN
EKSTRAK TANPA NITROGEN (BETN).Abstrak
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kandungan proksimat dan
pengolahan pelepah daun sawit terbaik akibat penambahan Urea, Phanerochaete
chrysosporium, dan Trametes sp. terhadap kadar abu, kadar protein, kadar lemak,
dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Februarit--Juni 2012 bertempat di
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan analisis variance pada taraf uji 5 atau 1%,
kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata terkecil (BNT). Adapun
perlakuan yang diberikan pada pelepah daun sawit yaitu P0 = Pelepah daun sawit
tanpa penambahan atau kontrol; P1 = Pelepah daun sawit + urea; P2 = Pelepah
daun sawit + inokulum Phanerochaete chrysosporium; P3 = Pelepah daun sawit
+ inokulum Trametes sp.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan urea, Phanerochaete
chrysosporium, dan Trametes sp. pada fermentasi pelepah daun sawit menurunkan
kadar abu, dan meningkatkan kadar BETN, sedangkan untuk kadar protein dan
kadar lemak tidak mengalami perubahan yang nyata, hal ini disebabkan oleh tidak
ada indikator yang berpengaruh terhadap kadar protein dan kadar lemak.
Kandungan kadar abu yang terbaik untuk diberikan pada ternak terdapat pada
fermentasi pelepah daun sawit + Tramates sp. dan pada parameter BETN hasil
terbaik terdapat pada fermentasi pelepah daun sawit + Urea. Perlakuan yang
terbaik pada percobaan ini adalah fermentasi pelepah daun sawit + Tramates sp.
Abstract
The aim of this research is to know the proximate content and the best oil palm
ribs processing as the result of the adding or urea, Phanerochaete Crysosporium,
And Trametes sp. to the content of ash, protein, fat, and NNE (Non Nitrogen
Extract).
This reaserch was held in februari – june 2012. Located in the laboratory of
science of nutrient and Animal feed, Department of Animal Husbandry, faculty of
Agriculture University of Lampung. This trial used Completly Rondomizes
Design (CRD) with 3 replications. The data obtained was analized by using
varience analysis on the test level of 5% or 1%, then continued by Least
Significant Different (LSD) . the treatment given to the oil palm ribs were to= oil
palm ribs without adding or control; T1= oil palm ribs + urea; T2= oil palm ribs
+ inocullum of Phanerochaete Crysosporium; T3= oil palm ribs + inocullum
Trametes sp.
The result of this research showed the adding of urea, Phanerochaete
Crysosporium and Trametes sp.on the fermentation of oil palm ribs decreased the
ash content and didn’t change significantly. It’s because there’s no indicator
which influence to the protein and fat contents.
The best ash content given to the animal was on the fermentation of oil palm ribs
+ Trametes sp. the best result of NNE parameter was on the fermentation of oil
palm ribs + urea. The best treatment on this trial was the fermentation of oil palm
ribs + Trametes sp.BUDI KURNIAWAN 08140610282015-09-07T04:34:19Z2015-10-23T03:54:34Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12545This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125452015-09-07T04:34:19ZPENAMPILAN REPRODUKSI (SERVICE PER CONCEPTION, LAMA
KEBUNTINGAN DAN SELANG BERANAK) KAMBING BOERAWA
DI KECAMATAN GEDONG TATAAN DAN KECAMATAN GISTINGAbstrak
Kambing Boerawa merupakan jenis kambing pedaging hasil persilangan antara
kambing Boer dan kambing PE. Kambing Boerawa saat ini telah berkembang
biak dan menjadi salah satu komoditi ternak unggulan Propinsi Lampung.
Kambing Boerawa saat ini sudah banyak di pelihara peternak yang ada di
Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting. Salah satu faktor yang harus
diperhatikan untuk meningkatkan produksi ternak adalah proses reproduksi.
Penampilan reproduksi kambing jantan dapat diukur dengan skor libido dan
kualitas semen sedangkan pada kambing betina dapat diukur dengan jumlah
perkawinan untuk setiap kebuntingan (service per conception), lama kebuntingan
dan selang beranak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan reproduksi (service per
conception, lama kebuntingan dan selang beranak) kambing Boerawa di
Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting.
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret – April 2012 di lokasi pengembangan
Kambing Boerawa di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan
Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Penelitian ini
menggunakan metode survei. Data yang digunakan berupa data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari rekording milik peternak yang meliputi
service per conception, lama kebuntingan dan selang beranak. Data sekunder
diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi penelitian yang meliputi manajemen
pemeliharaan (sistem perkandangan, frekuensi pemberian pakan, dan jenis pakan
yang digunakan) serta wawancara dengan peternak. Data yang diperoleh dari
penelitian ini dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) service per conception kambing
Boerawa di Kecamatan Gedong Tataan sebesar 1,35 ± 0,513, sedangkan di
Kecamatan Gisting sebesar 1,34 ± 0,497; (2) lama kebuntingan kambing Boerawa
di Kecamatan Gedong Tataan sebesar 157,046 ± 1,483 hari sedangkan di
Kecamatan Gisting sebesar 154,745 ± 2, 347 hari; (3) selang beranak kambing
Boerawa di Kecamatan Gedong Tataan sebesar 277,123 ± 22,859 hari sedangkan
di Kecamatan Gisting sebesar 240,245 ± 15,710 hari.Adi Sulaksono 08140610222015-09-07T04:34:13Z2015-10-23T03:54:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12544This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125442015-09-07T04:34:13ZEVALUASI KANDUNGAN ZAT—ZAT MAKANAN
KIAMBANG (Salvinia molesta) DI WADUK BATU
TEGI KECAMATAN AIR NANINGAN
KABUPATEN TANGGAMUSAbstrak
Pakan hijauan merupakan kebutuhan utama pada ruminansia. Akan tetapi,
sekarang ketersediaan pakan hijauan mulai sulit didapatkan. Melihat hal tersebut
perlu adanya alternatif sumber pakan baru yang lebih mudah didapat, tersedia
dalam jumlah melimpah, memiliki harga murah dan tidak bersaing dengan
kebutuhan manusia. Salah satu pakan alternatif tersebut adalah gulma kiambang
(Salvinia molesta) yang banyak terdapat di Waduk Batu Tegi, Tanggamus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan mengevaluasi
kandungan zat—zat makanan pada tanaman kiambang (Salvinia molesta). Pada
penelitian ini, tanaman kiambang dibagi menjadi lima bagian yaitu daun muda,
daun tua, akar muda, akar tua dan tanaman utuh yang hasilnya dianalisis secara
deskriptif.
Hasil dari penelitian ini Waduk Batu Tegi menghasilkan Salvinia molesta segar
sebanyak 12.600 ton dengan produksi kering udara dan bahan kering berturut--
turut sebanyak 512,82 ton dan 449,28 ton per tahun.
Hasil penelitian menunjukkan kandungan zat—zat makanan Salvinia molesta
pada bagian akar muda mengandung kadar air dan abu tertinggi, tetapi terendah
akan kadar bahan kering, serat kasar, dan TDN. Daun tua mengandung kadar
bahan kering, serat kasar, dan TDN tertinggi, tetapi terendah akan kadar air dan
abu. Daun muda mengandung kadar protein dan lemak tertinggi, tetapi terendah
akan kandungan BETN..
Abstract
Forage is a primary requirement in ruminants. However, the current availability of
green feed is getting hard to find. Seeing the need for new alternative food sources
are more easily obtained, are available in abundance, has a low price and do not
compete with human needs. One alternative feed is kiambang weed (Salvinia
molesta), which is widely available in the Reservoir Batu Tegi, Tanggamus.
The purpose of this study was to determine the potential and evaluate the content
of nutrients in plants kiambang (Salvinia molesta). In this study, the plant is
divided into five sections kiambang the young leaves, old leaves, young roots, old
roots and whole plants whose results were analyzed descriptively.
The results of this study Tegi Stone Reservoir Salvinia molesta fresh produce as
much as 12,600 tons of dry air and the production of dry matter respectively were as much as 512.82 tonnes and 449.28 tons per year.
The results showed the content of nutrients Salvinia molesta in the young roots
contain the highest levels of water and ash, but will the lowest levels of dry
matter, crude fiber and TDN. Older leaves contain high levels of dry matter, crude
fiber and TDN highest, but the lowest moisture and ash will. Young leaves
contain the highest levels of protein and fat, but will the lowest content of BETN.Rahadian Fachrudin 08140610192015-09-07T04:30:42Z2015-09-07T04:30:42Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12497This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124972015-09-07T04:30:42ZPENGARUH PERSENTASE PEMBERIAN RANSUM PADA SIANG DAN
MALAM HARI TERHADAP PERFORMAN AYAM JANTAN
TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNGAbstrak
Ayam jantan tipe medium berasal dari hasil sampingan usaha penetasan ayam
petelur. Keberhasilan usaha ayam jantan tipe medium tidak terlepas dari
manajemen pemeliharaan yang baik yaitu persentase pemberian ransum dan tipe
kandang yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh persentase pemberian
ransum pada siang dan malam hari terhadap performan ayam jantan tipe medium
dan (2) mengetahui level persentase pemberian ransum pada siang dan malam hari
yang terbaik terhadap performan ayam jantan tipe medium.
Penelitian dilaksanakan selama 7 minggu dari 28 November -- 16 Januari 2012, di
kandang panggung milik Rama Jaya Farm, Karang Anyar, Kabupaten Lampung
Selatan. Ayam yang digunakan adalah ayam jantan tipe medium strain MB 502
sebanyak 288 ekor dengan rata-rata bobot awal 109,97±10,30 g/ekor dan
koefisien keragaman sebesar 9,4%.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL), terdiri atas 3
perlakuan, yaitu R1 : pemberian ransum 30% siang dan 70% malam, R2 :
pemberian ransum 50% siang dan 50% malam, R3 : pemberian ransum 70% siang
dan 30% malam, semua perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Data yang dihasilkan
dianalisis dengan analisis ragam, apabila dari analisis ragam menunjukkan bahwa
perlakuan persentase pemberian ransum siang dan malam hari nyata pada taraf
5%, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) adanya pengaruh yang nyata (P<0,05)
persentase pemberian ransum siang dan malam hari terhadap konsumsi ransum,
pertambahan berat tubuh, konversi ransum dan income over feed cost, sebaliknya
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi air minum; serta (2)
persentase pemberian ransum siang dan malam hari sebesar 30% siang dan 70%
malam hari nyata terbaik terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh,
konversi ransum, dan income over feed cost (IOFC).Putri Narisa NSPutri Narisa NS 08140610182015-09-07T04:30:32Z2015-10-23T03:53:35Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12495This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124952015-09-07T04:30:32ZPENGARUH KEPADATAN KANDANG
TERHADAP PERFORMAN BROILER DI
SEMI CLOSED HOUSEAbstrak
Manajemen yang baik perlu dilakukan untuk meningkatkan performan broiler.
Perbedaan tingkat kepadatan kandang dapat memengaruhi kenyamanan ayam
untuk pertumbuhan. Semi closed house merupakan kandang yang tertutup dengan
terpal. Konsep semi closed house mengadopsi konsep vakum udara pada sistem
closed house.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh kepadatan kandang
terhadap performan broiler di semi closed house dan (2) mengetahui kepadatan
kandang yang terbaik terhadap performan broiler di semi closed house.
Penelitian dilaksanakan selama 24 hari dari 12 Februari--6 Maret 2012, di
kandang ayam milik Ramajaya Farm di Desa Candimas, Kecamatan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan. Ayam yang digunakan adalah broiler strain Cobb
dengan merk dagang CP 707. Rata-rata bobot awal DOC 42,55 ± 3,13 g/ekor
dengan koefisien keragaman 7,36%. Broiler mulai mendapatkan perlakuan umur
13--24 hari sebanyak 330 ekor dengan rata-rata bobot badan awal 367,29 ± 27,73
g/ekor dan KK sebesar 7,56%.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL), terdiri atas empat
perlakuan, dengan ulangan sebanyak lima kali, yaitu P1: kepadatan kandang
12 ekor m-2, P2: kepadatan kandang 15 ekor m-2, P3: kepadatan kandang
18 ekor m-2, dan P4: kepadatan kandang 21 ekor m-2. Data yang dihasilkan
dianalisis dengan analisis ragam, apabila dari analisis ragam menunjukkan bahwa
perlakuan terhadap kepadatan kandang nyata pada taraf 5%, maka analisis
dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan : adanya pengaruh nyata (P<0,05) kepadatan
kandang 12, 15, 18, dan 21 ekor m-2 di semi closed house terhadap pertambahan
berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost, tetapi tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum dan air minum. Kepadatan kandang
terbaik terdapat pada kepadatan 12 ekor m-2.Dwi Andriani 08140610082015-09-07T04:30:27Z2015-10-23T03:53:22Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12494This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124942015-09-07T04:30:27ZPENGARUH PERSENTASE PEMBERIAN RANSUM PADA SIANG DAN
MALAM HARI TERHADAP BOBOT HIDUP, BOBOT KARKAS, DAN
BOBOT GIBLET AYAM JANTAN TIPE MEDIUM
DI KANDANG PANGGUNGAbstrak
Suhu udara dalam kandang yang berbeda antara siang dan malam merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam jantan tipe medium.
Apabila ayam jantan tipe medium dipelihara pada lingkungan yang nyaman, tidak
stres, ayam bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal, sehingga berpengaruh
terhadap peningkatan bobot hidup, bobot karkas, dan bobot giblet.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh persentase pemberian
ransum pada siang dan malam hari di kandang panggung terhadap bobot hidup,
bobot karkas, dan bobot giblet ayam jantan tipe medium; (2) mengetahui level
terbaik persentase pemberian ransum pada siang dan malam hari di kandang
panggung terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan bobot giblet ayam jantan tipe
medium.
Penelitian dilaksanakan pada 28 November 2011--16 Januari 2012, di kandang
panggung milik Rama Jaya Farm di Karang Anyar, Lampung Selatan. Ayam
jantan tipe medium strain MB 502 yang digunakan sebanyak 288 ekor umur 3
minggu dengan rata-rata bobot awal 109,97±10,30 g/ekor dan dipelihara pada
petak ukuran 1x1x1m sebanyak 18 petak di kandang panggung. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL), terdiri atas 3 perlakuan dengan
ulangan sebanyak 6 kali. Perlakuan yang diterapkan R1: pemberian ransum 30%
siang dan 70% malam, R2: pemberian ransum 50% siang dan 50% malam, dan
R3: pemberian ransum 70% siang dan 30% malam. Data yang diperoleh
dianalisis ragam pada taraf 5% dan uji lanjut menggunakan uji Duncan jika ada
peubah yang nyata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pemberian ransum siang dan
malam berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan
bobot giblet serta tidak ada level terbaik persentase pemberian ransum siang dan
malam yang berpengaruh terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan bobot giblet.
Cintia Agustin Patria 08140610062015-09-07T04:30:21Z2015-10-23T03:53:13Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12493This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124932015-09-07T04:30:21ZGAMBARAN DARAH AYAM JANTAN TIPE MEDIUM
DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA
PADA KANDANG PANGGUNGAbstrak
Salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi kesehatan masyarakat
adalah daging ayam. Daging ayam dapat diperoleh dari ayam jantan tipe medium
selain dari broiler dan ayam kampung. Ayam jantan tipe medium memiliki
potensi untuk digunakan sebagai penghasil daging. Hal ini karena day old chick
(DOC) ayam jantan tipe medium memiliki harga yang relatif lebih murah,
mempunyai bentuk tubuh dan kadar lemak yang menyerupai ayam kampung.
Potensi yang dimiliki ayam jantan tipe medium akan tercapai optimal apabila
dalam manajemen pemeliharaan dilakukan dengan baik. Salah satu manajemen
pemeliharaan yang penting untuk diperhatikan adalah kepadatan kandang.
Kepadatan kandang yang tidak sesuai akan menyebabkan ayam berada dalam
kondisi tidak nyaman, yang selanjutnya dapat memengaruhi fisiologis salah
satunya adalah gambaran darah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran darah (total sel darah merah,
kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit) ayam jantan tipe medium pada
pemeliharaan dengan kepadatan kandang yang berbeda di kandang panggung dan
mengetahui pengaruh kepadatan kandang yang terbaik terhadap gambaran darah
ayam jantan tipe medium di kandang panggung.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas tiga
perlakuan, dengan ulangan sebanyak enam kali, yaitu P1: kepadatan kandang 16
ekor m-2, P2: kepadatan kandang 20 ekor m-2, dan P3: kepadatan kandang 24 ekor
m
-2
. Data yang dihasilkan dianalisis dengan asumsi sidik ragam pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan kepadatan kandang 16, 20, dan 24 ekor m-2
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap total sel darah merah (2,43 sampai
2,76 x 106 /mm3), kadar hemoglobin (12,21 sampai 14,10 g/dl), dan nilai
hematokrit (31,10 sampai 34,35%) sehingga gambaran darah ayam jantan tipe
medium yang dipelihara pada kandang panggung dengan kepadatan kandang16,
20, dan 24 m-2 sama-sama menunjukkan hasil yang baik.
Abstract
One of animal protein sources that is very essential for public health is chicken
meat. Chicken meat can be obtained from medium type rooster besides broiler
and home chicken. Medium type roosters has potential as meat producer. It is
caused by day old chick (DOC) of medium type rooster that has a relatively
cheaper price, body shape and fat content similar to home chicken. The potential
of medium type rooster could be achieved optimally if the maintenance
management is done well. One of the essential maintenance managements should
be noticed is the density of cage. Unapproprate cage density would affect the
comfortable condition of chicken then it affected one of physiological factors,
blood picture.
This research aimed to find out blood picture (erythrocytes, hemoglobin, and
hematocrit) of medium type rooster in different densities of stage cage
maintenance and to find out the influen of best cage density to blood picture of
medium type roosters in stage cage.
This research used complete random planning consisted of three treatments by six
time, namely P1: cage density of 16 chickens m-2, P2: cage density of 20 chickens
m-2, and P3: cage density of 24 chickens m-2. The resulting data were analyzed by
using the assumption of variance at the level of 5%.
The results showed the cage density of 16, 20, and 24 chickens m-2 affected non
significant (P> 0,05) to the total amount of erythrocytes (2,43 to 2,76 x 106/ mm3),
hemoglobin (12,21 to 14,10 g/dl), and hematocrit (31,10 to 34,35%). Therefore,
the picture of medium type roosters was maintained in syage cage with cage
density of 16, 20, and 24 m-2 showed good result.Andy afrian nugraha 08140610032015-09-07T04:30:02Z2015-10-23T03:52:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12490This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124902015-09-07T04:30:02ZIDENTIFIKASI POTENSI LIMBAH TANAMAN PADI
(Oryza sativa L.) SEBAGAI PAKAN TERNAK
RUMINANSIA DI KABUPATEN TANGGAMUSAbstrak
NNSri Sevtia Ayuning 07140610602015-09-07T04:27:59Z2015-10-23T03:50:45Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12467This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124672015-09-07T04:27:59ZDELIGNIFIKASI PELEPAH DAUN SAWIT AKIBAT PENAMBAHAN
UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp.Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas nutrien kandungan pelepah
daun sawit, meningkatkan pemanfaatan pelepah daun sawit sebagai pakan hijauan
ternak, dan menurunkan kandungan lignin.
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret--September 2011 bertempat di
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan analisis variance pada taraf uji 5 atau 1%, kemudian dilanjutkan
dengan uji lanjut kontras orthogonal. Adapun perlakuan yang diberikan pada
pelepah daun sawit, yaitu P0 : Pelepah daun sawit tanpa penambahan atau kontrol;
P1 : Pelepah daun sawit + urea; P2 : Pelepah daun sawit + inokulum
Phanerochaete chrysosporium; P3 : Pelepah daun sawit + inokulum Trametes sp.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada fermentasi pelepah daun sawit,
penambahan urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. tidak
mempengaruhi kandungan lignin, air, dan suhu hasil fermentasi pelepah daun
sawit.
Dwi Sulistiono 06140610292015-09-07T04:27:53Z2015-10-23T03:50:31Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12466This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124662015-09-07T04:27:53ZPENAMBAHAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp.
TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN NEUTRAL
DETERGENT FIBER PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN
HIJAUANAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menurunkan kandungan serat kasar dan
Neutral Detergent Fiber sebagai pakan alternatif pengganti hijauan yang
berkualitas baik ; (2) mengetahui perlakuan penambahan urea, jamur
Phanerochaete chrysosporium, dan Trameters sp terhadap pendegradasian serat
kasar dan Neutral Detergent Fiber pelepah sawit sebagai pakan hijauan.
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di Laboratorium
Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Ransum
perlakuan yang diberikan adalah : P0 : pelepah daun sawit tanpa penambahan atau
kontrol; P1 : pelepah daun sawit + urea; P2 : pelepah daun sawit + inokulum
Phanerochaete chrysosporium; P3: pelepah daun sawit + inokulum Trametes sp.
Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan dilanjutkan dengan
uji kontras ortogonal pada taraf nyata 5%.
Hasil penelitian fermentasi pelepah daun sawit menunjukan bahwa penambahan
urea, Phanerochaete chrysosporium, dan Trametes sp. pada fermentasi pelepah
daun sawit tidak mempengaruhi kandungan NDF, tetapi mempengaruhi serat
kasar pelepah daun sawit terfermentasi. Kandungan serat kasar pelepah daun sawit
terfermentasi terendah jika dilakukkan penambahan baik Phanerochaete
chrysosporium maupun Trametes sp.
Abstract
This research intends to: (1) decrease the contain of crude fIber and Neutral
Detergent Fiber as alternative feeding of pasture substitutian which has good
quality : (2) know the treatmen of the adding of urea, Phanerocahaete
Crysosporium and Trametes sp. To dagradation of crude feber and neutral
detergent fiber of leaves of oil palm as pasture feeding.
This research was held on March up to Agustus 2011, located in laboratory of
Nutrition and Animal Feeding Departement of Animal Husbandry Faculty of
Agrikulture University of Lampung. This research was done by using
Completely Rendomized Design wich four treatment and theree repetitionns.
The fedding treatment given is; P0 : leaves stem of oil palm without adding or
controlling ; P1 : leaves stem of oil palm + urea; P2 : leaves steem of oil palm +
Phanerochaete chrysosporium inoculum; P3 : leaves stem of oil palm + Tremes
sp. Inoculum the gotten data was analyzed by Variance analisis on real level of
5 % and continued by Ortogonal Contrast tes on real level of 5%.
The result of this research of leaves stem farmantation of oil palm showed that the
adding of urea, Phanerochaete chrysosporium and Tremetes sp. on leaves steem
farmantation of oil palm dont influence to the contain of NDF, but influence to
the crude fibber of fermented leaves stem of oil palm. The contain of crude fiber
of formanted leaves stem of oil palm will be the lowest ane if either
Phanerocahaete Chrysosporium or Trametes sp. Was addedDwi Purwanto 06140610282015-09-07T04:27:48Z2015-10-23T03:50:21Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12465This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124652015-09-07T04:27:48ZPENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL MIKRO ORGANIK
TERHADAP KECERNAAN LEMAK DAN TDN
(TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENT)PADA SAPI PEDAGINGAbstrak
Tujuan penelitian adalah untuk: (1) mengetahui pengaruh pemberian mineral
mikro organik dalam ransum terhadap kecernaan lemak dan TDN
(Total Digestible Nutrient) pada sapi Pedaging; (2) mengetahui tingkat terbaik
penggunaan mineral mikro organik terhadap kecernaan lemak dan TDN pada sapi
pedaging.
Penelitian ini menggunakan 4 ekor sapi pedaging jantan pascasapih. Rancangan
yang digunakan adalah Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) 4x4 dengan 4
ekor sapi sebagai kolom dan 4 periode sebagai baris. Adapun perlakuan yang di
berikan adalah R0: Ransum basal (20% hijauan + 80% konsentrat); R1: Ransum
basal + Mineral mikro 0,5 kali dosis rekomendasi NRC (Zn 20 ppm, Cu 5 ppm,
Se 0,15 ppm, Cr 0,05 ppm); R2: Ransum basal + Mineral mikro organik 1 kali
dosis rekomendasi NRC (Zn 40 ppm, Cu 10 ppm, Se 0,30 ppm, Cr 0,10 ppm);
R3: Ransum basal + Mineral mikro 1,5 kali dosis rekomendasi NRC (Zn 60 ppm,
Cu 15 ppm, Se 0,40 ppm, Cr 0,15 ppm). Data yang diperoleh diuji dengan
analysis ofvariance (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji polinomial
ortogonal untuk menentukan tingkat terbaik penggunaan mineral mikro organik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pengaruh penambahan mineral mikro
organik dalam ransum tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kecernaan lemak
dan TDN ransum pada sapi pedaging; (2) nilai kecernaan lemak ransum yang
tertinggi terdapat pada perlakuan R1 dengan penambahan mineral mikro organik
0,5 kali dari rekomendasi NRC di dalam ransum, sedangkan nilai kecernaan TDN
ransum yang tertinggi terdapat pada perlakuan R3 dengan penambahan mineral
mikro organik 1,5 kali dari rekomendasi NRC.
Abstract
The aim of this research are: (1) To determine the effect of giving mineral micro
organic in the ration against fat digestibility and TDN (Total Digestible Nutrient)
on beef cattle; (2) To determine the best use of mineral micro organic against fat
digestibility and TDN in beef cattle.
This research uses 4 beef cattle tails male post-weaning . The design used is a
Latin Square design (RBSL) 4x4 with 4 beef cattle tails as the columns and 4
period as rows. The treatment are R0: basal ration (20% forages + 80%
concentrate); R1: basal ration + mineral micro organic 0,5 times NRC
recommendation (Zn 20 ppm, Cu 5 ppm, Se 0,15 ppm, Cr 0,05 ppm); R2: basal
ration + mineral micro organic 1 times NRC recommendation (Zn 40 ppm, Cu 10
ppm, Se 0,30 ppm, Cr 0,10 ppm); R3: basal ration + mineral micro organic 1,5
times NRC recommendation (Zn 60 ppm, Cu 15 ppm, Se 0,40 ppm , Cr 0,15
ppm). The data obtained were tested by analysis of variance (ANOVA), followed
by an orthogonal polynomial tests to determine the best level of use of mineral
micro organic.
The result showed that: (1) Effect of addition of mineral micro organic in the
ration was not significantly different (P>0,05) on fat digestibility and TDN in beef
cattle rations; (2) The value of the highest digestibility of fat ration contained to
treatment with the addition of mineral micro organic 0,5 times from the NRC
recommendations in the ration, while the digestibility of TDN the highest ration
of the treatment with the addition of mineral micro organic of 1,5 times from the
NRC recommendation.Anggi Nugroho 06140610182015-09-07T04:17:07Z2015-10-23T03:54:25Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12498This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124982015-09-07T04:17:07ZPENGARUH PERSENTASE PEMBERIAN
RANSUM PADA SIANG DAN MALAM HARI
TERHADAP PERSENTASE POTONGAN KARKAS
AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG
PANGGUNGAbstrak
Indonesia merupakan daerah tropis, dimana pada siang hari suhu panas dan pada
malam hari suhu dingin. Apabila suhu panas, ayam akan sedikit mengonsumsi
ransum tetapi apabila suhu dingin, ayam cenderung ingin makan. Apabila
dilakukan pemberian ransum yang optimal maka akan berpengaruh terhadap
kecepatan pertumbuhan ayam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase pemberian ransum
siang dan malam hari terhadap persentase potongan karkas ayam jantan tipe
medium, serta mengetahui level persentase pemberian ransum siang dan malam
hari yang terbaik terhadap persentase potongan karkas ayam jantan tipe medium.
Penelitian dilaksanakan selama 7 minggu dari dari 28 November--16 Januari
2012, di kandang panggung milik Rama Jaya Farm, Karang Anyar, Kabupaten
Lampung Selatan. Ayam yang digunakan adalah ayam jantan tipe medium strain
MB 502 sebanyak 288 ekor dengan rata-rata bobot awal 109,97±10,30 g/ekor dan
koefisien keragaman sebesar 9,4%.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL), terdiri atas tiga
perlakuan, dengan ulangan sebanyak enam kali, yaitu R1 : pemberian ransum 30%
siang dan 70% malam, R2 : pemberian ransum 50% siang dan 50% malam, R3 :
pemberian ransum 70% siang dan 30% malam. Data yang dihasilkan dianalisis
dengan analisis ragam, apabila dari analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
terhadap pemberian ransum siang dan malam hari nyata pada taraf 5%, maka
analisis dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh tidak nyata (P>0,05) persentase
pemberian ransum siang dan malam hari terhadap persentase potongan dada, paha
atas, paha bawah, dan sayap, sebaliknya berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
persentase potongan punggung. Persentase pemberian ransum siang dan malam
hari tidak memberikan pengaruh terbaik terhadap masing-masing perlakuan.Triyan Suradi Sutoyo 08140610212015-09-07T04:14:47Z2015-10-23T03:51:57Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12619This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126192015-09-07T04:14:47ZPENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR
PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL
TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIHAbstrak
Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan
usaha peternakan kambing. Keberhasilan dari pengembangan usaha peternakan tidak
terlepas dari pengaruh faktor lingkungan, terutama pakan. Meskipun potensi genetik
kambing tersebut tinggi, namun tanpa dukungan pemberian pakan yang
berkualitas baik, maka produksi dari seekor ternak yang diinginkan tidak akan
mencapai optimal. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guna meningkatkan
produktivitas kambing boerawa adalah dengan menambahkan pakan penguat
(konsentrat) dalam ransum.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh penambahan konsentrat
dengan kadar protein kasar yang berbeda pada ransum basal terhadap performans
kambing Boerawa pasca sapih dan (2) mengetahui adanya penambahan konsentrat
yang terbaik terhadap performans kambing Boerawa pasca sapih.
Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu dari 12 Mei--11 Agustus 2012, di Desa
Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Kambing yang digunakan
adalah kambing Boerawa fase pasca sapih sebanyak 20 ekor dengan rata-rata
bobot awal 18,25 ± 6,13 kg/ekor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK), terdiri atas empat perlakuan, dengan ulangan sebanyak lima
kali, yaitu R0: ransum basal, R1: ransum basal + konsentrat (PK 13%), R2:
ransum basal + konsentrat (PK 16%), dan R3: ransum basal + konsentrat (PK
19%). Data yang dihasilkan dianalisis dengan analisis ragam, apabila dari analisis
ragam menunjukkan bahwa perlakuan terhadap performans kambing Boerawa
nyata pada taraf 5% dan atau 1%, maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) adanya pengaruh nyata (P<0,05) penambahan
konsentrat pada ransum basal terhadap konsumsi ransum kambing Boerawa jantan
pasca sapih, sebaliknya berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan
bobot tubuh, protein efficiency ratio (PER), dan konversi ransum, serta (2) adanya
pengaruh terbaik penambahan konsentrat (PK 16%) dalam ransum basal terhadap
konversi ransum.
Abstract
Lampung is an area that has the potential for the development of goat breeding
business. The success of the farm business development can not be separated
from the influence of environmental factors, especially feeding the goat. Despite
high genetic potential, but without the support of good quality feed, the
production of one animal will not achieve the desired optimal. One effort that can
be taken to improve the productivity of goats boerawa amplifier is to add the feed
(concentrate) in the ration.
This study aims to: (1) determine the effect of the addition of concentrates with
different levels of crude protein in the basal ration for goats Boerawa pascaweaning performance and (2) to the addition of the best concentrates on pascaweaning performance Boerawa goats.
The experiment was conducted for 13 weeks from 12th May to 11 th August 2012,
in the village of Campang, District Gisting, Regency of Tanggamus. Goats are
used is pasca-weaning Boerawa goat as many as 20 goats with an average initial
weight of 18,25 ± 6,13 kg/goats. This research used randomized block design,
consisting of four treatments, with repeated five times, they are R0: bassal
feeding, R1: bassal feeding + concentrate (Crude Protein 13%), R2: bassal feeding
+ concentrate (CP 16%), and R3: bassal feeding + concentrate (CP 19%). The
gotten data was analysed by using variant analysis, when out of using variant
analysis shows that the treatment of goats Boerawa significant effect performance
at the level of 5% or 1%, then the analysis followed by BNT test.
The results shows: (1) a significant effect (P <0.05) additions concentrates on
bassal feeding to ration consumption Boerawa goats pasca-weaning, the opposite
effect was not significant (P>0.05) for the increasing of body weight, protein
efficiency ratio (PER), and the conversion ratio, and (2) the best effect of the
addition of concentrates (CP 16%) in the bassal feeding to the conversion ratio.Muhammad Arifin 07140610492015-09-07T04:14:39Z2015-10-23T03:54:16Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12632This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126322015-09-07T04:14:39ZPENGARUH KEPADATAN KANDANG
TERHADAP PERFORMAN AYAM JANTAN TIPE
MEDIUM DI KANDANG PANGGUNGAbstrak
Ayam jantan tipe medium merupakan hasil samping dari penetasan strain ayam
petelur. Ayam jantan tipe medium dapat dipelihara seperti broiler, tetapi rasa
dagingnya mirip dengan ayam kampung. Pertumbuhan ayam jantan tipe medium
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Untuk meningkatkan performan
ayam jantan tipe medium perlu dilakukan manajemen pemeliharaan yang baik,
khususnya kepadatan kandang yang ideal. Tingkat kepadatan kandang dapat
memengaruhi kenyamanan ayam di dalam kandang dan pertumbuhannya.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh kepadatan kandang
terhadap performan ayam jantan tipe medium di kandang panggung dan (2)
mengetahui kepadatan kandang yang terbaik terhadap performan ayam jantan tipe
medium di kandang panggung.
Penelitian dilaksanakan selama 7 minggu dari 12 Februari--29 Maret 2012, di
kandang ayam milik Rama Jaya Farm di Dusun Sidorejo, Desa Krawangsari,
Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Ayam yang digunakan adalah
ayam jantan tipe medium strain Hysex brown sebanyak 360 ekor saat berumur 2
minggu dengan rata-rata bobot awal 104,08--136,88 g. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL), terdiri atas tiga perlakuan,
dengan ulangan sebanyak enam kali, yaitu P1: kepadatan kandang 16 ekor m-2,
P2: kepadatan kandang 20 ekor m-2, dan P3: kepadatan kandang 24 ekor m-2.
Data yang dihasilkan dianalisis sesuai asumsi sidik ragam, apabila dari analisis
ragam menunjukkan bahwa perlakuan terhadap kepadatan kandang nyata pada
taraf 5%, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) tingkat kepadatan kandang (16, 20, dan 24 ekor
m-2 memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,
pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost, tetapi
berpengaruh nyata pada konsumsi air minum (P<0,05), serta (2) tingkat kepadatan
kandang (16, 20, dan 24 ekor m-2) memberikan pengaruh yang sama baiknya
terhadap performan ayam jantan tipe medium di kandang panggung.
1. Alumni Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
2. Dosen Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Ratih Pramita Angarani 08140610202015-09-07T04:14:32Z2015-10-23T03:53:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12630This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126302015-09-07T04:14:32ZRESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE
MEDIUM DENGAN KEPADATAN KANDANG
YANG BERBEDA PADA KANDANG PANGGUNGAbstrak
Ayam jantan tipe medium berasal dari hasil sampingan usaha penetasan ayam
petelur. Keberhasilan usaha ayam jantan tipe medium tidak terlepas dari
manajemen pemeliharaan yang baik yaitu kepadatan kandang.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui respon fisiologis ayam jantan tipe
medium pada kandang panggung dengan kepadatan kandang yang berbeda dan (2)
mengetahui kepadatan kandang yang terbaik terhadap respon fisiologis ayam
jantan tipe medium.
Penelitian dilaksanakan selama 7 minggu dari dari 09 Februari – 29 Maret 2012,
di kandang panggung milik PT. Rama Jaya Lampung, Dusun Sidorejo, Desa
Krawang Sari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Ayam yang
digunakan adalah ayam jantan tipe medium strain Hysex sebanyak 360 ekor
dengan rata-rata bobot awal 39,25±4,65 g/ekor dengan KK sebesar 8,43%.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL), terdiri atas tiga
perlakuan, dengan ulangan sebanyak enam kali, yaitu P1 : kepadatan kandang 16
ekor m-2, P2 : kepadatan kandang 20 ekor m-2, P3 : kepadatan kandang
24 ekor m-2. Data yang dihasilkan dianalisis dengan analisis ragam, apabila dari
analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan terhadap kepadatan kandang nyata
pada taraf 5%, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) kepadatan kandang 16, 20, dan 24 ekor per m-2
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap frekuensi pernafasan ayam jantan tipe
medium pada minggu ke-6 dan ke-7, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap frekuensi pernafasan minggu ke-3 sampai ke-5, dan suhu rektal serta
suhu shank minggu ke-3 sampai ke-7 serta (2) kepadatan kandang 16 dan 20 ekor
per m-2 memperlihatkan pengaruh terbaik terhadap frekuensi pernafasan ayam
jantan tipe medium minggu ke-6 dan ke-7.Esti Yuliana 08140610102015-09-07T04:14:29Z2015-10-23T03:53:03Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12629This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126292015-09-07T04:14:29ZPERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING BOERAWA
PRASAPIH PARITAS 1, 2, DAN 3 DI KECAMATAN GISTING
KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNGAbstrak
Salah satu kriteria untuk mengukur tingkat produktivitas kambing adalah
kemampuan menghasilkan anak kambing yang memunyai pertambahan bobot
tubuh yang tinggi dimana biasanya sangat dipengaruhi oleh umur induk dan bobot
lahir. Sifat-sifat pertumbuhan meliputi bobot lahir, pertumbuhan sebelum sapih,
dan bobot sapih dipengaruhi oleh paritas atau periode kelahiran. Semakin tinggi
paritas, maka semakin tinggi pula performan pertumbuhan anak-anak yang
dilahirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paritas terhadap
bobot lahir, bobot sapih, dan tingkat pertumbuhan kambing Boerawa prasapih.
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret—Juni 2012 di Kecamatan Gisting,
Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung yang merupakan lokasi pengembangan
kambing Boerawa. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk
mendapatkan materi penelitian berupa rekording bangsa kambing, waktu
melahirkan, tipe kelahiran, bobot lahir, tetua, umur induk, serta paritas dari 90
ekor induk kambing Boerawa masing-masing 30 ekor paritas 1, 2, dan 3. Data
yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Jarak
Berganda Duncan taraf nyata 5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bobot lahir dan sapih kambing Boerawa
antara paritas 1, 2, dan 3 masing-masing menunjukkan perbedaan. Bobot lahir
dan sapih paritas 3 (3,373 ± 0,292 kg dan 17, 429 ± 1,092 kg) berbeda nyata
(P<0,05) dengan paritas 2 (3,247 ±0,201 kg dan 16,762 ± 1,243 kg) dan paritas 1
(3,131 ± 0,152 kg dan 1 5,875 ± 1,211). Demikian pula bobot lahir dan sapih
paritas 2 berbeda nyata (P<0,05) dengan paritas 1. Selanjutnya, PBT paritas 3
(0,156 ± 0,012 kg/ekor/hari) maupun paritas 2 (0,150 ± 0,013 kg/ekor/hari)
masing-masing berbeda nyata (P<0,05) dengan PBT paritas 1 (0,142 ± 0,013
kg/ekor/hari). Namun, PBT paritas 3 dan 2 tidak berbeda nyata (P>0,05). Secara
umum, paritas 3 memberikan pengaruh pengaruh yang terbaik terhadap bobot
lahir, bobot sapih, dan PBT Kambing Boerawa prasapih.
Abstract
One of the criteria for measuring the productivity of goats is the ability to produce
a kid who has a high body weight gain which is usually strongly influenced by the
age of the mother and birth weight. The properties include the growth in birth
weight, pre-weaning growth and weaning weight is influenced by parity or birth
period. The higher the parity, the higher the growth performance of the children
were born. This study aimed to determine the effect of parity on birth weight,
weaning weight and growth rate of goats Boerawa pre-weaning.
The research was carried out in March-June 2012 in District Gisting, Tanggamus
District, Lampung province, the site of the development of goat Boerawa. This
study used a survey method to obtain research materials such as goat nations
recording, time of delivery, type of delivery, birth weight, elder, parent age, and
parity of 90 breeding goats Boerawa each 30 tail parity 1, 2, and 3. Data were
analyzed with analysis of variance, followed by Duncan's test Distance
Regression real level of 5%.
The results of this study showed that birth weight and weaning goats Boerawa
between parity 1, 2, and 3 respectively show the difference. Birth weight and
weaning parity 3 (3.373 ± 0.292 kg and 17, 429 ± 1.092 kg) significantly (P
<0.05) with parity 2 (3.247 ± 0.201 kg and 16.762 ± 1.243 kg) and parity of 1
(3.131 ± 0.152 kg and 15.875 ± 1.211). Similarly, birth weight and weaning parity
2 were significantly different (P <0.05) with parity 1. Furthermore, PBT parity 3
(0.156 ± 0.012 kg / head / day) and parity 2 (0.150 ± 0.013 kg / head / day) each
significantly different (P <0.05) with PBT parity 1 (0.142 ± 0.013 kg / head / day).
However, PBT parity 3 and 2 were not significantly different (P> 0.05). In
general, the effect of parity 3 provides the best effect on birth weight, weaning
weight, and PBT Goat Boerawa pre-weaning.AAN NURHASANAH 08140610012015-09-07T04:14:10Z2015-10-23T03:55:35Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12652This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126522015-09-07T04:14:10ZPOTENSI PAKAN HIJAUAN DI BAWAH
NAUNGAN POHON KARET PRAPRODUKSI
DAN PRODUKSI DI PERKEBUNAN
MASYARAKAT DESA RUKTI SEDYO
KECAMATAN RAMAN UTARA LAMPUNG
TIMURAbstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi hijauan pakan ternak dan
memberi gambaran potensi kapasitas tampung ternak, serta komposisi botani, di
bawah naungan pohon karet praproduksi dan produksi di perkebunan masyarakat
desa Rukti Sedyo kecamatan Raman Utara lampung Timur.
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret—April 2012, bertempat di areal
perkebunan karet masyarakat Desa Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara
Lampung Timur, dan analisis kadar air dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan
Makanan Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah produksi hijauan, kapasitas
tampung ternak, dan komposisi botani. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survei. Data yang diambil meliputi data primer dan data
sekunder. Penelitian ini menggunakan dua perlakuan dengan ulangan sebanyak
10 kali pada tanaman karet produksi dan 25 kali pada karet praproduksi,
selanjutnya dilakukan uji T pada produksi hijauan segar pada tanaman karet
praproduksi dan produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi hijauan di bawah naungan tanaman
karet praproduksi berbeda sangat nyata yaitu 3,2:1 dengan produksi hijauan
dibawah naungan karet produksi. Komposisi botani yang terdapat pada tanaman
karet yaitu 16 spesies pada tanaman karet praproduksi dan 7 spesies pada karet
produksi. Areal tanaman karet produksi seluas 13 hektar mampu memproduksi
bahan kering sebanyak 4.131,81 kg dengan daya tampung 0,83 UT/13ha/th atau
317,8315 kg/ha/th dengan daya tampung 0,06 UT/ha/th. Sedangkan produksi
bahan kering di areal tanaman karet praproduksi dengan luas lahan 34 hektar
sebanyak 24.918,7084 kg dan mampu menampung ternak sebanyak 5,01
UT/34ha/th atau 732,903 kg/ha/th dan mampu menampung ternak sebanyak 0,14
UT/ha/th.Purwa Pramana 08140610532015-09-07T04:13:46Z2015-10-23T03:55:21Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12638This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126382015-09-07T04:13:46ZPERBANDINGAN BOBOT LAHIR DAN MORTALITAS PRASAPIH
ANTARA KAMBING BOERAWA G1 DAN G2 DI DESA CAMPANG
KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUSAbstrak
Peningkatan produktivitas kambing lokal dapat dilakukan dengan melakukan
grading-up, yakni mengawinkan pejantan Boer dengan betina PE yang hasil
persilangannya dinamakan kambing Boerawa G1 dan selanjutnya disilangkan
kembali dengan bangsa pejantannya menghasilkan kambing Boerawa G2. Oleh
karena itu, kambing Boerawa G2 diharapkan memiliki performan pertumbuhan
yang lebih tinggi dibandingkan kambing Boerawa G1 maupun kambing PE.
Semakin tingginya komposisi darah yang dimiliki kambing Boerawa G2
diharapkan bobot anak yang dilahirkan lebih bsar daripada kambing Boerawa G1
sedangkan mortalitasnya lebih kecil dari pada kambing Boerawa G1. Penelitian in
bertujuan untuk mengetahui perbandingan bobot lahir dan mortalitas prasapih
antara kambing Boerawa G1 dan G2.
Penelitian ini menggunakan metode survey di lokasi pengembangan kambing
Boerawa yakni di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus,
Provinsi Lampung dengan sampel masing-masing 42 ekor anak kambing Boerawa
G1 dan G2 pada Maret—Juni 2012. Peubah yang diamati yaitu bobot lahir,
mortalitas prasapih, dan manajemen pemeliharaan. Data yang digunakan adalah
data primer dan data skunder. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji tstudent pada taraf 5% dan atau 1%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata bobot lahir kambing Boerawa G2
(4,11± 0,32kg) sangat nyata meningkat dibandingkan dengan kambing Boerawa
G1 (3,59± 0,21kg); mortalitas prasapih kambing Boerawa G2 (9,52%) lebih
rendah daripada kambing Boerawa G1 (14,28%).
Abstract
Increasment of local goat productivity can do by grading up, it is crossing male
Boer and female PE whinch produce Boerawa G1 and than crossing again with
male’s one and produce Boerawa G2. Therefore, Boerawa G2 expected have a
better performance than Boerawa G1 and PE. More high blood content of
Boerawa G2 expected that birth weight of child will be bigger than Boerawa G1,
and have lower mortality than Boerawa G1.This research is purporting to
knowing comparison of birth weight and mortality in pre-weaning between
Boerawa G1 and G2.
This research use survey method in Growing Center Boerawa goat in Campang
Village, Gisting, Tanggamus, Lampung with 42 sample child of Boerawa G1
and G2 in March-June 2012. Observation is about birth weight, pre-weaning
mortality, and goat management. Recording which used is primary recoeding
and secondary recording. And than it’s analysed by t-student trial in 5% real
level and or 1%.
Result of this research shows that Boerawa G2 birth weight average (4,11±
0,32kg) so real increase compared to Boerawa G1(3,59± 0,21kg); pre-weaning
mortality of Boerawa G2 (9,52%) lower than Boeraw G1 (14,28%).DWI JAYANTO 08140610342015-09-07T04:13:41Z2015-10-23T03:54:42Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12637This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126372015-09-07T04:13:41ZPENGARUH PENGELOLAAN PENETASAN TERHADAP FERTILITAS
DAN DAYA TETAS TELUR ITIK MOJOSARIAbstrak
Penetasan telur merupakan suatu proses biologis yang kompleks untuk
menghasilkan generasi baru dalam usaha untuk pengembangan ternak unggas
yang berkesinambungan. Penetasan dapat dilakukan dengan metode alamiah
(induk), metode buatan (mesin tetas) atau metode kombinasi. Berdasarkan
pengalaman Kelompok Peternak Rahayu dengan metode kombinasi yaitu
mengeramkan telur di induk kemudian dilanjutkan ke mesin tetas dapat
menghasilkan fertilitas dan daya tetas yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh proses pengelolaan
penetasan kombinasi pengeraman 7 dan 10 hari di entok kemudian dilanjutkan ke
mesin tetas terhadap fertilitas, susut tetas (weight loss), daya tetas, dan bobot tetas
telur itik mojosari dan (2) mengetahui pengaruh terbaik antara pengeraman 7 dan
10 hari di induk entok terhadap fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan bobot tetas
telur itik mojosari.
Penelitian dilaksanakan selama 4 minggu pada 27 April--30 Mei 2012, bertempat
di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran. Telur yang
digunakan adalah telur itik mojosari sebanyak 160 butir dengan rata-rata bobot
telur 66,70--67,27g.
Penelitian ini menggunakan 2 rancangan perlakuan, yaitu P1: Pengeraman
dengan entok selama 7 hari kemudian dilanjutkan ke dalam mesin tetas, P2:
Pengeraman dengan entok selama 10 hari kemudian dilanjutkan ke dalam mesin
tetas, masing-masing perlakuan terdiri dari 20 satuan percobaan dan setiap satu
satuan percobaan terdiri dari 4 butir telur. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji t-student pada taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) perlakuan pengeraman di entok 7 dan 10 hari
kemudian dilanjutkan ke mesin tetas memberikan pengaruh yang tidak nyata
(P>0,05) terhadap fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan bobot tetas telur itik
mojosari serta (2) perlakuan pengeraman di entok 7 dan 10 hari kemudian
dilanjutkan ke mesin tetas memberikan pengaruh yang sama baiknya terhadap
fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan bobot tetas telur itik mojosari. PENGARUH PENGELOLAAN PENETASAN TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA TET 08140610242015-09-07T04:06:19Z2015-10-23T03:51:43Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12340This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123402015-09-07T04:06:19ZPENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA RANSUM KOMERSIAL
TERHADAP PERFORMANS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM
UMUR 0--8 MINGGUAbstrak
Pemilihan ransum dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan ternak mampu
meningkatkan pertumbuhan ternak tersebut. Oleh sebab itu, pemilihan ransum
harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam jantan tipe medium agar
mendapatkan konsumsi ransum, konsumsi energi, konsumsi protein, pertambahan
berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost yang baik. Penelitian ini
bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh pemberian ransum komersial terhadap
performan ayam jantan tipe medium; (2) mengetahui pemberian ransum komersial
yang terbaik terhadap performan ayam jantan tipe medium. Penelitian ini
dilaksanakan pada Desember 2010 sampai dengan Februari 2011, di kandang
ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian
ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri atas tiga perlakuan
pemberian ransum yaitu R1, R2, dan R3. Setiap perlakuan diulang sebanyak 6
kali dan ayam yang digunakan ayam jantan tipe medium umur 0 minggu sampai
dengan umur 8 minggu sebanyak 180 ekor yang dipelihara pada 18 petak kandang
sistem litter. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau
1% dan dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan uji Duncan. Hasil penelitian
menunjukkan : (1) konsumsi energi R1 lebih tinggi (P<0,01) daripada R2 dan R3,
sedangkan R1, R2, dan R3 berbeda tidak nyata (P>0,05) pada konsumsi ransum,
konsumsi protein, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan income over
feed cost, serta (2) adanya pengaruh terbaik pemberian ransum komersial R3
terhadap performans ayam jantan tipe medium umur 0--8 minggu.
Abstract
The selection of feeding with suitable composition to the animals need can
increase the animals growth. Therefore, the selection of feeding must be noticed
in maintenance of roosters medium type in order to get the good feeding
consumptoin, energy consumption, protein consumption, body weight increasing,
feeding conversion, and income over feed cost.
The experiment intends : (1) to know the influence of giving some commercial
feeding to the performance of roosters medium type; (2) to know the giving of the
best commercial feeding to the performance of roosters medium type.
This experiment was held on December 2010 up to Februari 2011, in the poultry
house of Department of Animal husbandry, Faculty of Agriculture, University of
Lampung. This experiment used Completely Randomized Design (CRD), that
consists of three treatments of feeding, they are R1, R2, and R3. Every treatment
was repeated 6 times and it used 180 roosters medium type aged 0--8 weeks old
which were maintained in 18 squares of litter system house. The gotten data was
variance analyzed on real level 5 % and 1 5 and contined with advanced test using
Duncan’s Multiple Range Test.
The result of this experiment shows : (1) energy consumption R1 is very real
(P<0,01) than R2 and R3 contrary R1, R2, and R3 it is unreal (P>0,05) influence
to the feeding consumption, protein consumption, increasing of body weight,
feeding conversion, and income over feed cost (2) there is an influence of giving
the best commercial feeding R3 to the performance of roosters medium type 0--8
weeks old.Eka Apriyanti 07140610372015-09-07T04:06:14Z2015-10-23T03:51:25Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12339This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123392015-09-07T04:06:14ZPENGARUH JENIS KAPANG PADA FERMENTASI BAGAS TEBU
TERHADAP KONSENTRASI VFA DAN NH3 SECARA IN VITRO
Abstrak
Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.
Pemanfaatan limbah industri gula tebu sebagai pakan alternatif merupakan kajian
yang sangat strategis dalam upaya pemenuhan kebutuhan pakan yang berkualitas
dan terjangkau oleh peternak. Limbah industri gula tebu yang secara luas telah
dimanfaatkan hanya molasses, sedangkan peluang pucuk tebu dan bagas untuk
subsitusi rumput gajah belum dimanfaatkan sebagai pakan kambing secara
maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui pengaruh jenis kapang selulolitik
pada fermentasi bagas tebu terhadap konsentrasi VFA dan konsentrasi NH3; 2)
mengetahui jenis kapang selulolitik yang terbaik dalam fermentasi bagas tebu
terhadap konsentrasi VFA dan konsentrasi NH3.
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Januari sampai dengan Februari
2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas
lima perlakuan dengan jenis kapang yang berbeda R1: Aspergillus spp.2, R2:
Aspergillus spp.3, R3: Aspergillus spp.4, R4: Penicyllium spp.1, R5: Penicyllium
spp.2. Masing-masing perlakuan diulang lima kali sehingga diperoleh dua puluh
lima satuan percobaan. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5%
dan atau 1% dan uji lanjut menggunakan uji Duncan jika ada peubah yang nyata.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) terdapat pengaruh tidak nyata (P>0,05)
terhadap konsentrasi VFA dan NH3 pada fermentasi bagas tebu; 2) tidak ada
perlakuan jenis kapang yang terbaik terhadap konsentrasi VFA dan NH3 pada
fermentasi bagas tebu;
Dea Hernanda Putri 07140610342015-09-07T04:06:10Z2015-10-23T03:51:17Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12338This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123382015-09-07T04:06:10ZPOTENSI LIMBAH TANAMAN KOPI DAN GAMAL SEBAGAI PAKAN
TERNAK RUMINANSIA DI AREAL KAWASAN HUTAN
REGISTER 45B KECAMATAN AIR HITAM
KABUPATEN LAMPUNG BARATAbstrak
Provinsi Lampung memiliki areal hutan yang cukup luas terutama pada daerah
Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat yang tumbuh beberapa jenis
tumbuhan seperti cempaka, suren, pulai, medang, bayur, sonokeling, kayu afrika,
dadap, lamtoro, tanaman kopi serta hijauan yang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan alternatif ternak ruminansia.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memberi gambaran potensi pakan ternak yang
ada di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam,
(2) Mengetahui sumber daya pakan ternak yang tersedia di areal kawasan hutan
register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam, (3) Mengetahui produksi
pakan ternak di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat
Kecamatan Air Hitam, (4) Mengetahui kapasitas tampung ternak berdasarkan
potensi limbah tanaman kopi di areal kawasan hutan register 45B Kabupaten
Lampung Barat Kecamatan Air Hitam
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap pada Juli 2011, bertempat di areal
kawasan hutan register 45B, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung barat.
Penelitian ini menggunakan menggunakan metode Purposive Sampling, dan
analisis kualitas kulit kopi dan daun gamal berupa bahan kering, kadar air, kadar
abu dan protein kasar dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Hasil penelitian menunjukkan luas wilayah perkebunan kopi pada kecamatan Air
Hitam seluas 4.955,79 ha menghasilkan limbah kulit kopi sebanyak 6.244,2
ton/tahun, dan limbah daun gamal sebanyak 27.653,30 ton/tahun. Pada
pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai pakan ternak dengan kisaran penggunaaan
30%, menghasilkan kapasitas tampung sebanyak 4.242 UT/tahun, 40%, sebanyak
3.185 UT/tahun, dan 50 % sebanyak 2.548 UT/tahun. Pada pemanfaatan limbah
daun gamal sebagai pakan ternak ruminansia dengan kisaran penggunaan
30%,menghasilkan kapasitas tampung sebanyak 18.881 UT/tahun, 40% sebanyak
14.108 UT/tahun, dan 50% sebanyak 11.287 UT/tahun.
Abstract
Lampung Province has guite wide forest area, especially in District of Air
Hitam, Regency of West Lampung, where some kinds of plants grow, such as
cempaka, suren, pulai, medang, bayur, sonokeling, African wood, dadap, lamtoro,
coffe plants, and greenery which can be used as alternative feeding of ruminant
animals.
This experiment intends to (1) give the illustration of animals feeding in
the area of register forest 45 B, Regency of West Lampung, District of Air Hitam;
(2) know the source of animals feeding in the area of Register Forest 45 B,
regency of West Lampung, District of Air Hitam; (3) know the production of
animals feeding in the area of Register Forest 45B, Regency of West Lampung,
District of Air Hitam; (4) know the capacity of animals based on the potency of
coffe plants waste in the area of register forest 45, Regency of West Lampung,
District of Air Hitam.
This experiment was held step by step on July 2011, located in the area of
Register Forest 45B, Regency of West Lampung, District of Air Hitam. This
experiment used Purposive Sampling Method. The quality analysis of coffe shell
waste and gamal leaves of dry material, water value, ash value, and rough protein
value was held in Laboratory of Nutrient and Animals Feeding, Program Study of
Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung.
The result of this experiment shows that the extent of the area of coffe
horticulture in the area of Register Forest 45B, Regency of West Lampung,
District of Air Hitam. As wide as 4.955,79 ha produces the coffe shell waste as
many as 6.244,2 ton/year, and gamal leaves as many as 27.653,30 ton/year. The
using of coffe shell waste as the animals feeding wiith turn of use 30%, 40%, and
50% respextikely produces the capacity as many as 4242, 3185, and 2548 animal
unit/ year. The using of gamal leaves as the ruminant animals feeding with turn of
use 30%, 40%, and 50% produces the capacity as many as 18.881;14.108; and
11.287 animal unit/year respextikely.DAVID IRAWAN NATA KESUMA 07140610332015-09-07T04:06:06Z2015-10-23T03:51:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12337This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123372015-09-07T04:06:06ZPENGARUH DOSIS PEMBERIAN
BRUSEIN-A YANG DIKAPSULASI
LIPOSOM TERHADAP HISTOPATOLOGI
GINJAL DAN HATI AYAM JANTAN TIPE
MEDIUMAbstrak
Pembuatan obat Leucocytozoonosis dengan bahan aktif brusein-A yang
dikapsulasi liposom merupakan sebuah metode baru. Brusein-A yang dikapsulasi
liposom dapat meningkatkan stabilitas dan aktivitas senyawa brusein-A.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemberian brusein-A
yang dikapsulasi liposom terhadap gambaran histopatologi ginjal dan hati ayam
jantan tipe medium. Pada penelitian ini digunakan tujuh kelompok perlakuan
yaitu brusein-A yang dikapsulasi liposom pada konsentrasi 0 mg/kgBB (A1); 2,5
mg/kg BB (A2); 5,0 mg/kg BB (A3); 7,5 mg/kg BB (A4); 10,0 mg/kg BB (A5);
12,5 mg/kg BB (A6); dan 15,0 mg/kg BB (A7). Brusein-A yang dikapsulasi
liposom diberikan pada ayam jantan tipe medium sehari sekali selama tujuh hari.
Pengambilan organ ginjal dan hati dilakukan pada hari kedelapan dilanjutkan
dengan pembuatan preparat histopatologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian brusein-A yang dikapsulasi liposom pada dosis kurang dari atau sama
dengan 7,5 mg/kg BB sehari sekali selama tujuh hari tidak mengakibatkan
kerusakan berat pada sel hati dan ginjal ayam jantan tipe medium.
Abstract
Leucocytozonosis drug making by using brusein-A as an active substance which
is encapsulated liposome is regard as a new method. Brusein-A which is
encapsulated liposome could increase stability and activity of brusein-A
compound. This research aimed to determine the effect of liposome-encapsulated
brusein-A exposure dosage against histopathology of medium-typed rooster’s
kidney and liver. In this research, there were seven group treatments; they were
brusein-A which was encapsulated by liposome in dosage: 0 mg/kg body weight
(A1); 2,5 mg/kg body weight (A2); 5,0 mg/kg body weight (A3); 7,5 mg/kg
body weight (A4); 10,0 mg/kg body weight (A5); 12,5 mg/kg body weight (A6);
and 15,0 mg/kg body weight (A7). Brusein-A, which is encapsulated by
liposome, was given to a medium-typed rooster once a day in seven days. The
preparation of kidney and liver was done on the eighth day continued by the
making of blood smear histopathology. The result showed that the dosage of
brusein-A encapsulated liposome in less than or equals to 7,5 mg/kg body weight
once a day for seven days did not lead to bad damage in medium-typed rooster’s
liver and kidney.Indra Sofwatama 07140610092015-09-07T04:04:40Z2015-10-23T03:51:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12318This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123182015-09-07T04:04:40ZPENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL
ORGANIK PADA RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN
KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI POAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh pemberian zeolit
beramonium dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan
organik pada sapi PO; (2) pengaruh pemberian zeolit beramonium dan mineral
organik dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan
organik pada sapi PO; (3) pengaruh pemberian mineral organik dalam ransum
terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi PO.
Penelitian ini dilaksanakan pada November sampai dengan Desember 2010,
bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. Analisis sampel pakan dan feses dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan
Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan tiga kali perlakuan dan tiga kali ulangan. Adapun Ransum perlakuan yang
diberikan adalah : R1: ransum basal mengandung 7% daun singkong + 93%
Konsentrat ( 19% bungkil kelapa , 12% dedak, 42% onggok, 19% pod cokelat,
premix 1%); R2: R1 + 3% zeolit beramonium; R3: R1 + 3% zeolit beramonium +
1% mineral organik. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5%
dan atau 1%. Setlah itu, dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal pada taraf nyata
5% dan atau 1%. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ransum basal
dibandingkan dengan ransum basal yang ditambah 3 % zeolit beramonium (R1 vs
R2) berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering (KCBK)
dan kecernaan bahan organik (KCBO) pada sapi PO; (2) ransum basal
dibandingkan dengan ransum basal yang ditambah 3% zeolit beramonium dan 1%
mineral organik (R1 vs R3) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan
bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) pada sapi PO; (3)
ransum basal yang ditambah zeolit beramonium dibandingkan dengan ransum
basal yang ditambah zeolit beramonium dan mineral organik (R2 vs R3)
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering (KCBK) dan
kecernaan bahan organik (KCBO) pada sapi PO
Abstract
The objective of this research was to evaluate; (1) the effect of ammoniated
zeolite in ration of digestibility dry sample and digestibility organic sample of the
cows mixed ongole; (2) the effect of ammoniated zeolite and organic mineral in
ration of digestibility dry sample and digestibility organic sample of the cows
mixed ongole;.(3) the influence organic mineral in ration of digestibility dry
sample and digestibility organic sample of the cows mixed ongole.
This research was implemented on November until December 2010, in animal
husbandry cowshed. Faculty of Agriculture. Lampung University. The analyzed
sample of ration and feces was done in Nutrition and Fodder Laboratory. Animal
Husbandry Major. Faculty of Agriculture .Lampung University. This research was
used random block design with three treatments and three replications. The
treatments was arranged R1: basal ration consist of 7% cassava leaves +93%
concentrates (19% palm kernel cake, 12% bran, 42% onggok, 19% brown pod,
premix 1%; R2: R1+3% zeolites beramonium; R3=R1+3% zeolites beramonium+
organic mineral 1%.The research showed that: (1) The Basal ration than The
mixing basal ration that gave 3% ammoniated zeolite (R1 vs R3) had no effect
(P>0,05) of digestibility in dry sample and organic sample;.(2) The basal ration
than The mixing basal ration that gave 3% ammoniated zeolites and 1% organic
mineral (R1 vs R3) had effect of digestibility in dry sample and organic; (3). The
basal ration than the mixing basal feed that gave ammoniated zeolites and organic
mineral (R2 vs R3) had no effect of digestibility in dry sample and organic.
Hery Donni Sinaga 0614061035