Digital Library: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T08:39:14ZEPrintshttp://digilib.unila.ac.id/images/sitelogo.pnghttp://digilib.unila.ac.id/2014-03-22T04:36:28Z2014-03-22T04:36:28Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1122This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11222014-03-22T04:36:28ZPENGARUH UMUR INDUK TERHADAP FERTILITAS, SUSUT TETAS, DAYA TETAS, DAN BOBOT TETAS TELUR KALKUN NOT FOUNDFREDI WIDIATMOKO SUBAGYO2014-02-25T07:42:05Z2014-02-25T07:42:05Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1231This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12312014-02-25T07:42:05ZSELEKSI INDUK KAMBINGKACANGBERDASARKANNILAI INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK DI KECAMATAN
NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATANIndeks Produktivitas Induk(IPI)merupakan kemampuan induk untuk menghasilkan anak dengan bobot badan pada umur tertentu. NilaiIPIdidapatkandari hasil perkalian antara jarak beranak, jumlah anak per kelahiran,dan bobot ternak pada umur tertentu.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui NilaiIPIkambing Kacangyang terbaikdi Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari catatan30 ekor induk kambing Kacang yang sudah melahirkan duakali.
Metode yang digunakan adalahmetode surveiyangdilakukandi Kecamatan Natar,KabupatenLampung Selatan yang dilaksanakan pada November Desember 2012.Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah umur induk saat melahirkan, jarak beranak, jumlah anak per kelahirankelompok induk, bobot lahir dansapih, umur sapih, jenis kelamin, tipe kelahiran, dan tipe pemeliharaan kelompok cempe.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jarak beranak 8,73 ± 0,58 bulan; jumlah anak per kelahiran 1,83 ± 0,24 ekor;bobot sapihterkoreksi 11,11 ± 0,65 kg;nilai IPI24,37 ± 4,59 ekor/tahun.Dari 30 kambing yang diseleksi, 21ekor (70 %)memiliki nilaiIPI dibawah rata-rata, sedangkan9ekor (30%)diatas ratarata. Induk kambing Kacang yang memiliki nilaiIPIlimaterbaikadalahB1 (31,59);O1(31,48); G2(30,50); B2(30,20); Q3(29,45).Tegar Hanif Rifai Mulyono Rifai2014-02-25T07:42:00Z2014-02-25T07:42:00Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1230This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12302014-02-25T07:42:00ZPENGARUH PARITAS TERHADAP PERSENTASE ESTRUS DAN KEBUNTINGAN
PADA SAPI BALI YANG DISINKRONISASI ESTRUS DENGAN DUA KALI PENYUNTIKAN PROSTAGLANDIN F
2
α (PGF
2
α )Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. pengaruh paritas terhadap persentase estrus dan kebuntingan sapi Bali yang disinkronisasi estrus dua kali penyuntikan prostaglandin F
α (PGF
2
2
α) ; 2. menentukan paritas terbaik dari sapi Bali yang disinkronisasi estrus dengan dua kali penyuntikan prostaglandin F
2
α (PGF
2
α) dari berbagai paritas sapi Bali yang berbeda.
Penelitian ini dilakukan pada November 2012 sampai Februari 2013 di Pekon Sukoharjo II, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan, perlakuan pertama yaitu ternak sapi Bali betina dara/belum pernah beranak (P0), beranak satu kali (P1) dan beranak dua kali (P2). Preparat hormon yang digunakan untuk sinkronisasi adalah Juramate® , dengan dosis 500 µg/ ekor atau 2 ml/ekor secara im. Data mengenai persentase estrus dan persentase kebuntingan dianalisis dengan Khi-Kuadrat pada taraf nyata 5%.
α, pada sapi Bali P
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: persentase estrus setelah dua kali penyuntikan PGF
0
, P
1
, P
2
adalah 100% dan persentase kebuntingan pada sapi Bali P
0
, P
1
, P
2
2
berturut-turut 100%; 75%; 75%. Berdasarkan uji lanjut menggunakan Khi-Kuadrat paritas tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase estrus dan persentase kebuntingan pada sapi Bali setelah dua kali penyuntikan PGF
2
α.
Kata Kunci: Sapi Bali, Sinkronisasi Estrus, Paritas, PGF
2
αRojab Fadillah Harun 2014-02-25T07:41:15Z2014-02-25T07:41:15Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1228This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12282014-02-25T07:41:15ZPENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP GAMBARAN DARAH
PADA BROILERPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kunyit dan temulawak terhadap jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih, dan kadar hemoglobin pada broiler. Penelitian ini dilaksanakan dari Februari -- Maret 2013 di unit kandang percobaan PT. Rama Jaya Lampung yang berada di Desa Fajar Baru II, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan. Ayam yang digunakan adalah broiler strain Cobb sebanyak 180 ekor. Penelitian terdiri atas tiga perlakuan, yaitu P0 : air minum biasa; P1 : air rebusan kunyit 10 g/600 ml; dan P2 : air rebusan temulawak 10 g/600 ml. Setiap perlakuan terdiri atas 6 ulangan dengan masing-masing ulangan terdiri atas 10 ekor. Dari 18 petak kandang, setiap petaknya diambil 1 ekor untuk dijadikan sampel. Data yang diperoleh dianalis ragam menggunakan taraf nyata 5% dan atau 1%. Apabila pada analisis ragam diperoleh hasil nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5% dan atau 1% (Steel dan Torrie, 1993).
Hasil penelitian menunjukan pemberian kunyit dan temulawak tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah sel darah merah, sel darah putih dan kadar hemoglobin. Rata-rata jumlah sel darah merah yang dihasilkan yaitu P0 (1.128.333/mm
3
), P1 (1.440.000/mm
3
), dan P2 (1.386.667/mm
3
). Rata-rata jumlah sel darah putih yang dihasilkan yaitu P0 (7.767/mm
3
3
), P1 (7.792/mm
), dan P2 (7.908/mm
3
). Rata-rata kadar hemoglobin yang dihasilkan yaitu P0 (7,6 g/100ml), P1 (8,5 g/100ml), dan P2 (8,5 g/100ml). Pada perlakuan yang diberikan kunyit dan temulawak (P1 dan P2) memiliki nilai rata-rata sel darah merah, sel darah putih, dan hemoglobin yang lebih tinggi dari pada yang tidak diberikan perlakuan (P0).
Kata kunci : broiler, kunyit, temulawak, sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin.Nopendika Fahrurozi Slamet Jumadi2014-02-25T07:41:07Z2014-02-25T07:41:07Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1226This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12262014-02-25T07:41:07ZPerbandingan Pertumbuhan Kambing Boerawa Jantan G1 dan G2
di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan. Salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan di daerah ini yaitu kambing. Keberhasilan dari pengembangan usaha peternakan dipengaruhi oleh faktor genetik ternak dan lingkungan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guna memperbaiki mutu genetik kambing yaitu melalui persilangan dengan program grading-up. Grading-up adalah sistem perkawinan silang yang keturunannya selalu disilangbalikkan (back crossing) dengan bangsa pejantannya dengan maksud mengubah bangsa induk (lokal) menjadi bangsa pejantannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) pertumbuhan antara kambing Boerawa Jantan G1 dan G2 periode pertumbuhan umur 9 dan 12 bulan; (2) ukuran tubuh yaitu: lingkar dada (LD), panjang badan (PB), dan tinggi pundak (TP) antara
kambing Boerawa jantan G1 dan G2 pada umur 9 dan 12 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei di Kecamatan
Gisting, Kabupaten Tanggamus yang dilaksanakan pada Juli 2012. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot tubuh, lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak. Kambing Boerawa G1 dan G2 umur 9 dan 12 bulan masing-masing 30 ekor digunakan sebagai sampel. Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan antara G1 dan G2 masing-masing peubah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kambing Boerawa jantan G2 lebih tinggi dibandingkan dengan G1 baik pada periode umur 9 bulan maupun 12 bulan. Pada umur 12 bulan, LD (74,07 cm) & BT (33,27 kg) G1 lebih kecil/rendah (P<0,01) daripada G2; PB (64,60 cm) G1 sama (P>0,05) dengan G2; TP (71,20 cm) G1 lebih tinggi (P<0,01) dari G2. Pada umur 9 bulan, LD (72,67 cm) & BT (29,46 kg) G1 lebih kecil/rendah (P<0,01) daripada G2; PB (63,67 cm) & TP (68,80 cm) G1 sama (P<0,05) dengan G2. Naro Jihadi Ahmad Fithoniy 2014-02-25T07:41:00Z2014-02-25T07:41:00Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1223This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12232014-02-25T07:41:00ZPENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL
TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH
Salah satu upaya yang dapat ditempuh guna meningkatkan produktivitas kambing boerawa adalah dengan menambahkan pakan penguat (konsentrat) dalam ransum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrat dengan kadar protein kasar yang berbeda pada ransum basal terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik kambing Boerawa pasca sapih dan mengetahui adanya penambahan konsentrat yang terbaik terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik kambing Boerawa pasca sapih.
Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dari 27 Agustus –26 September 2012, di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Kambing yang digunakan adalah kambing Boerawa fase pasca sapih sebanyak 20 ekor dengan rata-rata bobot awal 18,25 ± 6,13 kg/ekor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri atas empat perlakuan, dengan ulangan sebanyak lima kali, yaitu R0: ransum basal, R1: ransum basal + konsentrat (PK 13%), R2: ransum basal + konsentrat (PK 16%), dan R3: ransum basal + konsentrat (PK 19%). Data yang dihasilkan dianalisis dengan analisis ragam, apabila dari analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan terhadap performans kambing Boerawa nyata pada taraf 5% dan atau 1%, maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh nyata (P<0,05) penambahan konsentrat pada ransum basal terhadap kecernaan bahan organik kambing Boerawa jantan pasca sapih, sebaliknya berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering, serta perlakuan terbaik adalah ransum basal tanpa tambahan konsentrat.
Kata kunci : konsentrat, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, kambing Boerawa Muhammad Nur Kundau Lukman Jamal2014-02-25T07:40:54Z2014-02-25T07:40:54Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1221This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12212014-02-25T07:40:54ZPOTENSI LIMBAH JERAMI PADI DAN DAUN SINGKONG UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PEMBIBITAN SAPI PO (PERANAKAN ONGOLE) DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN TANJUNG SARI
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi limbah jerami padi dan daun singkong dan mengetahui berapa besarnya kapasitas tampung ternak Sapi PO di Desa Sidomukti Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai September 2013, bertempat di Desa Sidomukti Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian mengunakan metode survei purposive sampling. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari atas data primer dan sekunder serta analisis kadar air dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Hasil penelitian menunjukkan luas lahan padi dan singkong di Desa Sidomukti penghasil limbah hijauan masing – masing seluas 43 ha dan 11,6 ha. Secara keseluruhan mampu menghasilkan 469.669,81 kg/th (46,96 ton/th) berdasarkan bahan kering dan berdasarkan protein 27.511,677 kg/th (2,75 ton/th). Berdasarkan limbah jerami padi dan daun singkong kapasitas tampung untuk bibit sapi PO pejantan di Desa Sidoumkti Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten lampung Selatan sebanyak 54 UT/tahun.
Kata kunci : limbah jerami padi dan daun singkong, kapasitas tampung Maulana Azis Edi Suhaidi2014-02-25T07:40:48Z2014-02-25T07:40:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1219This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12192014-02-25T07:40:48ZPOTENSI LIMBAH PADI SEBAGAI PAKAN SAPI BALI DI DESA SUKOHARJO II
KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi limbah tanaman padi berupa dedak dan jerami padi berdasarkan luas tanam dan mengetahui kapasitas tampung ternak di Desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di Desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode survei yang digunakan adalah metode purposive sampling. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari atas data primer dan data sekunder. Data primer mencakup segala informasi tentang lahan pertanian,luas tanam, luas panen padi, produksi pabrik penggilingan padi , dan produksi limbah yang dihasilkan. Data sekunder meliputi informasi tentang potensi pertanian dan peternakan yang ada di wilayah Desa Sukoharjo II.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa (1) produksi limbah asal tanaman padi di Desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu berupa limbah jerami sebesar 2.782.000 kg/th dan berdasarkan bahan kering sebesar 683.537,4 kg/th. Produksi limbah jerami padi memiliki kapasitas tampung untuk ternak sapi sebesar 343 UT dengan kisaran penggunaan 40% sebagai pakan. (2) produksi limbah dedak padi memiliki angka produksi sebesar 64.920 kg/th dan memiliki kapasitas tampung pada ternak sapi sebesar 28 UT dengan kisaran pengunaan 50% sebagai pakan (3) total produksi limbah tanaman padi adalah 752.957,4 kg/th serta memiliki kapasitas tampung sebesar 371 UT.
Kata kunci : Desa Sukoharjo II, limbah tanaman padi, kapasitas tampung FAISAL ABDUL AZIZ .2014-02-25T07:40:43Z2014-02-25T07:40:43Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1126This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11262014-02-25T07:40:43ZPENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DAN ZEOLIT BERAMONIUM DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING BOERAWANOT FOUNDHERLINA DAMAN HURI DAIS2014-02-25T07:40:37Z2014-02-25T07:40:37Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1217This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12172014-02-25T07:40:37ZPENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP RESPON FISIOLOGIS BROILER Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kunyit dan temulawak dalam air minum terhadap respon fisiologis broiler dan mengetahui perlakuan yang terbaik terhadap respon fisiologis broiler. Penelitian dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di kandang percobaan milik PT. Rama Jaya Lampung yang berada di Desa Fajar Baru II, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan. Ayam yang digunakan adalah broiler strain Cobb sebanyak 180 ekor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah P0 : air minum biasa; P1 : air rebusan kunyit 10 g/600 ml; dan P2 : air rebusan temulawak 10 g/600 ml. Pengambilan sampel respon fisiologis dilakukan sebanyak 10% dari jumlah satuan percobaan. Kemudian data yang diperoleh dianalisis ragam menggunakan taraf nyata 5% dan atau1% (Steel and Torrie, 1993). Peubah yang diamati adalah frekuensi pernafasan, denyut jantung, dan suhu rektal. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa pemberian kunyit dan temulawak pada broiler umur 16 dan 24 hari tidak berpengaruh nyata terhadap frekuensi pernafasan, denyut jantung, dan suhu rektal. Kata kunci : broiler, respon fisiologis, kunyit, temulawak Bomy Mas Suhendra Achmad 2014-02-25T07:40:32Z2014-02-25T07:40:32Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1216This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12162014-02-25T07:40:32Z
ANALISIS KANDUNGAN SERAT KASAR PADA TANAMAN KIAMBANG (Salvinia molesta) DENGAN METODE VAN SOEST DI
WADUK BATUTEGI TANGGAMUS LAMPUNG
Kiambang (Salvinia molesta) merupakan gulma di Waduk Batutegi yang keberadaan dan kandungannya berpotensi untuk dijadikan bahan pakan ternak. Informasi terkait kandungan serat kasar terutama NDF dan lignin Kiambang Waduk Batutegi belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk: (1). Mengetahui perbedaan kandungan serat kasar yakni dinding sel (NDF) dan lignin pada bagian tanaman utuh, daun muda, akar muda, daun tua, dan akar tua kiambang. (2). Mengetahui kandungan serat kasar yakni dinding sel (NDF) dan lignin paling banyak atau paling sedikit pada bagian kiambang tanaman utuh, daun muda, daun tua, akar muda, dan akar tua. Penelitian dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor Jawa Barat. Penelitian mengunakan metode deskriptif yakni dua kali ulangan dan lima perlakuan (Tumbuhan utuh, daun muda, daun tua, akar muda, dan akar tua). Hasil penelitian NDF paling banyak terdapat pada tumbuhan utuh Kiambang yaitu sebesar 77.56 % dan paling sedikit terdapat pada daun muda yaitu 68.40 %. Kandungan lignin paling banyak terdapat pada akar dan batang tua Kiambang sebesar 25.38% dan paling sedikit terdapat pada daun muda 16.62%
AULIA LUTHFIANA ARYANI YS Yanni Sumarlan,2014-02-25T07:40:26Z2014-02-25T07:40:26Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1215This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12152014-02-25T07:40:26Z PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR
PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN KECERNAAN SERAT
KASAR KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH Kambing Boerawa merupakan jenis ternak pengahasil daging yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan konsentrat dengan kadar protein kasar yang berbeda pada ransum basal terhadap kecernaan protein dan kecernaan serat kasar kambing Boerawa pasca sapih dan mengetahui adanya penambahan konsentrat yang terbaik terhadap kecernaan protein dan kecernaan serat kasar kambing Boerawa pasca sapih.
Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dari 27 Agustus–26 September 2012, di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Kambing yang digunakan adalah kambing Boerawa fase pasca sapih sebanyak 20 ekor dengan rata-rata bobot awal 18,25 ± 6,13 kg/ekor. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri atas empat perlakuan, dengan ulangan sebanyak lima kali, yaitu R
0
: ransum basal, R
: ransum basal+konsentrat (PK 13%); R
2
1
: ransum basal+konsentrat (PK 16%); dan R
; ransum basal+konsentrat (PK 19%). Data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji normalitas, homogenitas, dan aditivitas untuk memenuhi asumsi-asumsi dari analisis ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5% dan atau 1%. Hasil penelitian menunjukkan penambahan konsentrat dengan kadar protein kasar yang berbeda pada ransum basal tidak mempengaruhi terhadap kecernaan protein dan serat kasar (P>0,05) pada kambing Boerawa pasca sapih.
3
Kata kunci : konsentrat, kecernaan protein, kecernaan serat kasar, kambing Boerawa Asep Sukmawan Endang Sukmana2014-02-25T07:40:20Z2014-02-25T07:40:20Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1214This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12142014-02-25T07:40:20ZPERBANDINGAN BOBOT SAPIH TERKOREKSI KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DAN KACANG BERDASARKAN NILAI INDEKS
PRODUKTIVITAS INDUK DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN Perbaikan mutu genetik untuk meningkatkan produktivitas ternak dapat dilakukan
melalui proses seleksi individu. Proses seleksi tersebut dapat dilakukan ber- dasarkan nilai Indeks Produktivitas Induk (IPI) yang berkaitan dengan bobot sapih anak kambing Peranakan Ettawah (PE) dan Kacang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) rata-rata bobot sapih cempe per induk, rata-rata litter size, dan selang beranak dari masing-masing bangsa kambing; (2) nilai IPI bobot sapih induk kambing PE dan Kacang di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok Ternak “Marga Rini VI” di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran dengan menggunakan metode survei. Kambing yang digunakan pada penelitian ini adalah induk kambing PE dan Kacang yang sudah melahirkan sebanyak 3 kali, dengan sampel induk berdasarkan kelahiran anak masing-masing sebanyak 40 ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jarak beranak kambing PE sebesar 8,650 ± 0,483 bulan lebih singkat (P<0,01) daripada kambing Kacang 8,780 ± 0,479 bulan; jumlah anak kambing PE sebesar 1,800 ± 0.320 ekor lebih sedikit (P<0,01) daripada kambing Kacang 2,020 ± 0, 323 ekor; rata-rata bobot sapih terkoreksi kambing PE 25,611±5,505 kg lebih berat (P≤0,01) daripada kambing Kacang 17,481±3,369 kg; rata-rata nilai IPI kambing PE sebesar 63,365± 12,641 kg lebih tinggi (P≤0,01) daripada kambing Kacang 48,354 ± 11,369 kg. Andreas Sumantri Yoserizal 2014-02-25T07:39:56Z2014-02-25T07:39:56Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1210This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12102014-02-25T07:39:56Z
RESPON FISIOLOGI KAMBING BOERAWA JANTANDI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI
0,877 kali/menit. Kata kunci: Respon Fisiologi, Kambing Boerawa, Dataran tinggi dan dataran rendah.
0,407 kali/menit dan 25
0,563 kali/menit; 31
0,847 kali/menit dan 72
0,078
0,054
Respon fisiologis ternak adalah usaha ternak dalam rangka merespon kondisi tubuhnya dari lingkungan berupa cekaman panas atau cekaman dingin. Performan ternak dipengaruhi oleh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan respon fisiologi kambing Boerawa jantan terbaik di dataran rendah dan dataran tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober - Desember 2012, di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus dan di Negerisakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten
Pesawaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei untuk mendapatkan data penelitian yang meliputi 30 ekor Kambing Boerawa jantan. Peubah yang diukur meliputi suhu rektal, frekuensi denyut jantung, dan respirasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan suhu rektal, frekuensi denyut jantung, dan respirasi kambing Boerawa pada dataran rendah (P
1
) dan dataran tinggi (P
) berbeda sangat nyata (P<0,01). Kambing Boerawa di dataran tinggi memiliki respon fisiologis yang lebih baik dibandingkan Kambing Boerawa di dataran rendah. Rata-rata suhu rektal, frekuensi denyut jantung, dan respirasi ternak kambing Boerawa jantan yaitu masingmasing sebesar 39,25
0
C dan 39,06
0
C; 77
2ANDES FERNANDA Yoto Kurniawan 2014-02-25T07:39:50Z2014-02-25T07:39:50Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1209This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12092014-02-25T07:39:50ZPENGARUH TINGKAT PEMBERIAN MINERAL Ca dan Mg ORGANIK BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI TERHADAP KADAR
KOLESTEROL SERTA TRIGLISERIDA PADA SERUM DARAH KAMBING
Penelitian ini bertujuan: 1) mengetahui pengaruh tingkat pemberian mineral Ca dan Mg organik didalam ransum terhadap kadar kolesterol serta trigliserida pada serum darah kambing; 2) mengetahui tingkat pemberian mineral Ca dan Mg organik terbaik di dalam ransum terhadap kadar kolesterol serta trigliserida pada serum darah kambing.
Penelitian dilaksanakan pada September sampai Oktober 2012, bertempat di Kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Analisis sampel serum darah dilaksanakan di Laboratorium Klinik Mitra Anda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Bobot tubuh sebagai ulangan dan perlakuan yang digunakan adalah R0 = Ransum Basal, R1 = Ransum Basal + Mineral Organik (Ca 0,50%, Mg 0,04%), R2 = Ransum Basal + Mineral Organik (Ca 1,00%, Mg 0,08%).
Data yang diperoleh di uji statistik untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dengan analisis ragam. Kemudian dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5% dan atau 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemberian mineral Ca dan Mg organik tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar kolesterol serta trigliserida. Nurlia Sari Fachrudin 2014-02-25T07:39:43Z2014-02-25T07:39:43Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1208This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12082014-02-25T07:39:43ZPERBANDINGAN BOBOT TELUR TERHADAP FERTILITAS, SUSUT TETAS (WEIGHT LOSS), DAYA TETAS, DAN BOBOT TETAS KALKUN
Pembibitan merupakan suatu upaya untuk menghasilkan bibit unggas. Untuk meningkatkan bibit kalkun yang berkualitas, perlu dilakukan seleksi ketat terhadap telur tetas kalkun sebelum telur-telur tersebut ditetaskan. Bobot telur merupakan faktor yang memengaruhi bibit kalkun yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bobot telur terhadap fertilitas, susut tetas (weight loss), daya tetas, dan bobot tetas kalkun. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret- 5 April 2013, bertempat di Desa Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu. Telur yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur kalkun sebanyak 30 butir untuk masing-masing perlakuan. Perlakuan terdiri dari bobot telur T1 (70,00--74,99 g) dan T2 (75,00--80,00 g). Telur yang diambil dari 10 kandang induk kalkun masing-masing sebanyak 3 butir. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan uji t-student dengan taraf nyata 5% . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan bobot telur kalkun 70,00--74,99 g dan bobot telur 75,00--80,00 g tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap fertilitas, susut tetas, dan daya tetas. Namun berbeda nyata (P<0,05) pada bobot tetas kalkun. Febri Ahyodi Waluyo2014-02-19T08:40:21Z2014-02-19T08:40:21Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1144This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11442014-02-19T08:40:21ZRESPON KECEPATAN TIMBULNYA ESTRUS DAN LAMA ESTRUS PADA BERBAGAI PARITAS SAPI BALI SETELAH DUA KALI PEMBERIAN PROSTAGLANDIN F2α (PGF2αPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon kecepatan timbulnya estrus dan lama estrus pada berbagai paritas sapi Bali setelah dua kali pemberian prostaglandin F2α (PGF2α). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung.
Materi yang digunakan sebanyak 12 ekor sapi, dengan bobot badan berkisar antara 272,5--309,76 kg (rata-rata = 285 kg ± 12,17). Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan paritas ternak yang terdiri dari paritas 0 (P0) yaitu sapi yang belum pernah beranak, paritas 1 (P1) yaitu sapi yang sudah beranak satu kali, paritas 2 (P2) yaitu sapi yang sudah beranak dua kali. Tiap perlakuan diulang 4 kali yaitu 4 ekor paritas 0 atau sapi dara, 4 ekor paritas 1 atau sapi yang telah beranak 1 kali, dan 4 ekor paritas 2 atau sapi yang telah beranak 2 kali. Hormon yang digunakan pada penelitian ini adalah prostaglandin F2α (Juramate®) dengan dosis 2 ml/ekor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada perlakuan P0 dan P1 dengan P2, tetapi tidak berbeda antara P0 dan P1 (P>0,05) terhadap kecepatan timbulnya estrus, dan terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara perlakuan pada P0, P1, dan P2 terhadap lama estrus. Rata-rata kecepatan timbulnya estrus untuk masing-masing perlakuan berturut-turut adalah P0 = 44,15 jam; P1 = 48,89 jam; P2 = 22,33 jam. Rata-rata lama estrus berturut-turut adalah P0 = 12,94 jam; P1 = 20,85 jam; P2 = 16,63 jam.
Kata Kunci : Paritas, PGF2α, kecepatan timbulnya estrus, lama estrusUlvi Fitri Handayani Kasnu2014-02-19T08:40:08Z2014-02-19T08:40:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1142This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11422014-02-19T08:40:08ZSTUDI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH ANTARA KAMBING
JANTAN BOERAWA G1 DAN G2 PADA MASA DEWASA TUBUH
DI DESA CAMPANG KECAMATAN GISTING
KABUPATEN TANGGAMUSProvinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan. Salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan di Provinsi Lampung yaitu kambing. Keberhasilan dari pengembangan usaha peternakan tidak terlepas dari pengaruh faktor genetik ternak dan lingkungan. Peranan faktor genetik ternak sebesar 30% dan lingkungan sebesar 70%. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guna memperbaiki mutu genetik kambing yaitu melalui persilangan dengan program grading-up.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: perbedaan karakteristik (warna rambut, panjang telinga, dan bentuk muka) dan ukuran tubuh (bobot tubuh, lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak) antara kambing jantan Boerawa G1 dan G2, serta ukuran tubuh terbaik antara kambing jantan Boerawa G1 dan G2.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus yang dilaksanakan pada Juni 2012. Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu karakteristik ternak (warna rambut, bentuk muka, dan panjang telinga) dan ukuran tubuh (bobot tubuh, lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak). Kambing Boerawa G1 dan G2 sampel masing-masing 60 ekor. Data kualitatif mengenai karakteristik dianalisis dengan analisis deskriptif, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan uji-t untuk mengetahui perbedaan antara G1 dan G2 masing-masing peubah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk muka kambing Boerawa G1 cembung, rahang atas dan bawah seimbang, sedangkan bentuk muka kambing Boerawa G2 datar dan tebal. Rata-rata panjang telinga G1 21,13 cm dan G2 19,65 cm. Lingkar dada, panjang badan, dan bobot tubuh kambing Boerawa jantan G2 lebih besar daripada G1 : rata-rata lingkar dada 78,15 >< 71,97 cm; panjang badan 66,14 >< 63,90 cm; bobot badan 41,14 >< 34,85 kg, sedangkan tinggi pundak G2 lebih rendah daripada G1 yakni 65,77 >< 71,16 cm.Priyo Nugroho Suwondo Hadi2014-02-19T08:40:03Z2014-02-19T08:40:03Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1141This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11412014-02-19T08:40:03ZPENGARUH PARITAS TERHADAP PERSENTASE ESTRUS DAN KEBUNTINGAN SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DISINKRONISASI ESTRUS MENGGUNAKAN
PROSTAGLANDIN F2α (PGF2α)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paritas terhadap persentase estrus dan kebuntingan pada sapi Peranakan Ongole (PO) setelah disinkronisasi estrus menggunakan Prostaglandin F2α (PGF2α). Penelitian ini dilakukan pada November 2012 sampai Februari 2013 di Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yang masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ekor sapi. Satuan percobaan yang digunakan adalah sapi PO betina yang memiliki fase fisiologis belum pernah beranak (P0), beranak satu kali (P1), dan beranak dua kali (P2). Data tentang persentase estrus dan kebuntingan dianalisis dengan Khi-kuadrat pada taraf nyata 5%.
Hasil analisis Khi-kuadrat menunjukkan bahwa paritas tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap persentase estrus dan kebuntingan sapi PO. Persentase estrus sapi PO setelah injeksi PGF2α menunjukkan hasil semua sapi (100%) mengalami estrus. Persentase kebuntingan sapi PO pada P0, P1, dan P2 berturut-turut adalah 25%, 0%, dan 25%.
Kata kunci: sapi PO, paritas, PGF2α, estrus, kebuntinganArni Nadhirah Putri Arief Sutanto2014-02-19T08:39:39Z2014-02-19T08:39:39Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1137This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11372014-02-19T08:39:39ZPENGARUH LAMA FERMENTASI Trametes sp. TERHADAP
BAHAN KERING, KADAR ABU, DAN KADAR SERAT KASAR
DAUN NENAS VARIETAS Smooth cayenePermasalahan utama dalam pengembangan produksi ruminansia di Indonesia adalah sulitnya memenuhi ketersediaan pakan secara berkesinambungan baik mutu maupun jumlahnya. Melimpahnya daun nenas menyebabkan daun nenas berpotensi menjadi bahan pakan. Namun, kandungan serat kasarnya tinggi. Oleh karena itu, daun nenas akan difermentasi dengan perlakuan hari untuk mengurangi tingginya kandungan serat kasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi terbaik dan mengetahui pengaruh Trametes sp. terhadap bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar daun nenas varietas Smooth cayene.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Perlakuan disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas fermentasi selama 0 hari, 2 hari, 4 hari, dan 6 hari. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dengan taraf nyata 5% dan atau 1%, uji polynomial orthogonal digunakan setelah analisis sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan lama fermentasi 0 hari, 2 hari, 4 hari, dan 6 hari berpengaruh sangat nyata (P<1%) terhadap kandungan bahan kering, kadar abu, dan kadar serat kasar. Lama fermentasi Trametes sp. berpengaruh sangat nyata terhadap kadar bahan kering, kadar serat kasar, dan kadar abu. Semakin lama fermentasi, maka kadar bahan kering, kadar serat kasar, dan kadar abu semakin menurun. Hal ini sesuai dengan persamaan regresi bahan kering Y=12,11-0,61x (R2=0,84. r=0,92), kadar serat kasar Y=26,08-1,81x (R2=0,69, r=0,83), dan kadar abu Y=7,39-0,47x (R2=0,73, r=0,85).
Kata kunci : Trametes sp., daun nenas, bahan kering, kadar abu, kadaNUR EKA STYAWATI Akhmad Munasir2014-02-19T08:39:11Z2014-02-19T08:39:11Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1133This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11332014-02-19T08:39:11ZPERBANDINGAN FASE PRODUKSI TELUR KALKUN TERHADAP FERTILITAS, SUSUT TETAS, DAYA TETAS, DAN BOBOT TETASFase produksi telur terdiri dari dua fase yaitu fase produksi pertama dan fase produksi kedua. Produksi telur pada fase produksi pertama lebih tinggi dibandingkan dengan produksi telur di fase produksi kedua. Hal ini disebabkan oleh kemampuan organ reproduksi pada fase produksi pertama lebih baik dari pada fase kedua. Produksi telur sejalan dengan umur induk karena semakin tua umur induk, produksi telur akan meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan fase produksi telur kalkun pertama dan fase produksi kedua terhadap fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan bobot tetas.
Penelitian ini dilaksanakan pada 1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan Kalkun Mitra Alam Pekon Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu. Telur tetas dari induk kalkun yang digunakan yaitu fase produksi pertama yang berumur 7 bulan dan fase produksi kedua yang berumur 14 bulan, masing-masing perlakuan sebanyak 30 butir, sehingga total telur tetas dari perlakuan adalah 60 butir dengan rata-rata telur tetas umur induk 7 bulan sebesar 68,83 g dan umur 14 bulan sebesar 82,45 g. Telur tetas yang ditetaskan berumur 4 hari dengan sex ratio jantan dan betina 1:4. Penelitian ini menggunakan 2 rancangan perlakuan, yaitu fase produksi pertama (T1)dan fase produksi kedua(T2), masing-masing perlakuan terdiri dari 10 satuan percobaan dan setiap satuan percobaan terdiri dari 3 butir telur. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t-student dengan taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menujukkan: Perlakuan telur dari fase produksi pertama dan kedua dari kalkun umur induk 7 bulan dan 14 bulan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap fertilitas, susut tetas, dan daya tetas,Nike Anggraini Sudarman2014-02-19T08:10:33Z2014-02-19T08:10:33Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1121This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11212014-02-19T08:10:33ZPENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI
AIR MINUM TERHADAP TITER ANTIBODI AI, IBD, DAN ND
PADA BROILERPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat penggunaan kunyit dan temulawak terhadap titer antibodi Avian Influenza (AI), Infectious Bursal Desease (IBD), dan Newcastle Desease (ND) pada broiler. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang percobaan PT. Rama Jaya Lampung yang berada di Desa Fajar Baru II, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan. Ayam yang digunakan adalah broiler strain Cobb sebanyak 180 ekor.
Penelitian terdiri atas tiga perlakuan, yaitu P0 : air minum biasa; P1 : air rebusan kunyit 10 g/600 ml; dan P2 : air rebusan temulawak 10 g/600 ml. Setiap perlakuan terdiri atas 6 ulangan dengan masing-masing ulangan terdiri atas 10 ekor. Dari 18 petak kandang, setiap petaknya diambil 2 ekor untuk dijadikan sampel. Kemudian data yang diperoleh dianalisis deskriptif. Peubah yang diamati adalah titer antibodi Avian Influenza, Infectious Bursal Desease, dan Newcastle Desease.
Rata-rata titer antibodi Avian Influenza yang dihasilkan setelah 20 hari vaksinasi adalah P0 (0,33 log 2), P1 (0,17 log 2), dan P2 (0,17 log 2). Rata-rata titer antibodi Infectious Bursal Desease yang dihasilkan setelah 15 hari vaksinasi adalah P0 (6.400,92), P1 (4.391,43), dan P2 (5.098,50). Rata-rata titer antibodi Newcastle Desease yang dihasilkan setelah 20 hari vaksinasi adalah P0 (4,42), P1 (4,42), dan P2 (5,00). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air rebusan kunyit tidak berpengaruh positif terhadap titer antibodi Avian Influenza, Infectious Bursal Desease dan Newcastle Desease (P1 lebih rendah daripada P0), sedangkan pemberian air rebusan temulawak tidak berpengaruh positif terhadap titer antibodi Avian Influenza dan Infectious Bursal Desease (P2 lebih rendah daripada P0), namun berpengaruh positif terhadap titer antibodi Newcastle Desease (P2 lebih tinggi daripada P0).
Kata kunci : broiler, kunyit, temulawak, titer antibodiDani Rohmad Nurkholis Rimin