Digital Library: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T14:32:51ZEPrintshttp://digilib.unila.ac.id/images/sitelogo.pnghttp://digilib.unila.ac.id/2016-01-26T04:58:29Z2016-01-26T04:58:29Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/20408This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/204082016-01-26T04:58:29ZFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI
PADA PT. ANDATU LESTARI PLYWOODPT. Andatu Lestari Plywood sebagai salah satu perusahaan industri pengolahan
kayu memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melangsungkan
proses produksi secara efisien. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
sumber daya manusia diantaranya adalah tingkat pendidikan, umur, pergantian
shift kerja, sistem penggajin, penghasilan lain, jenis kelamin. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat kinerja karyawan bagian produksi pada
PT. Andatu Lestari Plywood, (2) mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kinerja karyawan bagian produksi pada PT. Andatu Lestari Plywood.
Penelitian dilakukan pada PT. Andatu Lestari Plywood yang terletak di Srengsem,
Kecamatan Panjang Bandar Lampung. Pemilihan lokasi dilakukan dengan
sengaja (purposive). Responden dalam penelitian merupakan karyawan kontrak
bagian produksi sebanyak 51 orang yang dipilih dengan metode sampling
kelompok (cluster sampling) dan terbagi dalam tiga subbagian kerja yaitu
subbagian glue, subbagian core dan subbagian veneer yang terbagi dalam dua
shift kerja yaitu shift A sebanyak 26 orang dan shift B 25 orang. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari bulan
Agustus-Oktober 2009. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif
dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat
kinerja karyawan dan analisis kuantitatif dengan metode analisis korelasi
Spearman untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat kinerja karyawan bagian
produksi berada pada klasifikasi sedang, (2) Tingkat pendidikan formal, dan
sistem pengggajian merupakan faktor yang berhubungan nyata terhadap kinerja
karyawan.
Kata kunci: Pergantian Shift kerja, Sistem penggajian, Penghasilan, dan Kinerja1
1 Alumni Jurusan Sosek
2 Dosen Jurusan SosekTiodor Sitanggang 05140210482016-01-26T04:56:33Z2016-01-26T04:56:33Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/20380This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/203802016-01-26T04:56:33ZPEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN
BAKU PEMBUATAN POT BUNGA DITINJAU DARI ASPEK
KEKUATAN BAHANLimbah plastik merupakan material buangan yang terbuat dari plastik yang sudah
tidak terpakai dan tidak bermanfaat lagi bagi manusia. Limbah plastik dapat
menjadi bermanfaat kembali dengan cara daur ulang (recycle). Produk daur ulang
plastik perlu untuk diteliti kualitasnya agar menjadi produk yang dapat diandalkan
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase
sampah plastik jenis HD, HDPE dan PP terhadap kualitas bahan plastik hasil daur
ulang.
Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Mekanisasi Pertanian, Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Januari 2010
sampai Maret 2010. Penelitian ini dilakukan dengan 5 perlakuan perbandingan
komposisi campuran yang bervariasi antara plastik jenis HD dengan HDPE dan
PP mulai dari (100 g : 0 g: 0 g), (80 g : 10 g : 10 g), (60 g : 20 g : 20 g), (40 g : 30
g : 30 g) dan (20 g : 40 g : 40 g) untuk dicetak menjadi balok plastik dan diuji
kekuatan tariknya dengan 3 kali ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik balok plastik semakin
menurun seiring dengan bertambahnya jumlah komposisi plastik jenis HDPE dan
PP terhadap komposisi plastik jenis HD. Penurunan kekuatan tarik rata-rata balok
plastik mulai dari perlakuan 1 sampai perlakuan 5 berturut-turut yaitu 1.112,67
kN/m2, 1.006,54 kN/m2, 828,64 kN/m2, 826,93 kN/m2 dan 805,24 kN/m2.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui seberapa besar pengaruh kekuatan
campuran plastik jenis HDPE dan PP terhadap plastik jenis HD sebagai bahan
baku produk daur ulang limbah plastik. Pada kenyataannya, kekuatan tarik pot
bunga yang dijual di pasaran memang menunjukkan hasil yang sama dengan
penelitian. Pot bunga yang terbuat dari bahan plastik jenis HD memiliki
ketahanan yang lebih kuat terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor luar
seperti retak dan patah, dibandingkan dengan pot bunga yang terbuat dari plastik
jenis HD yang dicampur dengan berbagai zat tambahan atau campuran plastik
jenis lain.YUNI HANDAYANI 06140710602016-01-26T04:54:26Z2016-01-26T04:54:26Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/20356This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/203562016-01-26T04:54:26ZANALISIS GENETIKA KUANTITATIF UNTUK
SIFAT VEGETATIF DAN GENERATIF PADA
TIGA KULTIVAR JAGUNG MANISAbstrak
Jagung manis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi
tinggi karena banyak disukai oleh masyarakat. Pemuliaan dilakukan pada
tanaman jagung manis untuk memperbaiki sifat-sifat kualitatif maupun kuantitatif
dan salah satu program pemuliaan yang dilakukan adalah seleksi. Analisis ragam
genetik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat yang diwariskan dari tetua yang
berada di ekosistem tempat ia tumbuh. Besarnya keragaman genetik suatu sifat
dalam populasi akan mempengaruhi besarnya heritabilitas. Semakin besar nilai
heritabilitas, semakin besar pula peluang sifat tersebut dapat diwariskan kepada
zuriat turunannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan sifat vegetatif dan
generatif pada tiga kultivar jagung manis dan jika dibandingkan dengan standar
Yorrensa Ulan Sari
komersial; (2) ragam genetik dan heritabilitas broad-sense ketiga kultivar jagung
manis; dan (3) segregasi epistatik dialel 9 bulat: 7 kisut dan 12 bulat: 4 kisut.
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak nonfaktorial
dengan tiga ulangan. Lini zuriat yang digunakan adalah LASS Kuning Bulat
(KuBu), LASS Kuning kisut (Kuki), dan LAW putih Bulat (puBu). Data diambil
dari variabel vegetatif dan generatif dan dilakukan analisis ragam. Pemeringkatan
ketiga kultivar jagung manis dilakukan berdasarkan Beda Nyata Jujur (BNJ) 5 %.
Berdasarkan kuadrat nilai tengah harapan yang diperoleh dari analisis ragam,
maka dihitung ragam genetik (σ2g), heritabilitas broad-sense (h2BS), dan koefisien
keragaman genetik (KKg). Segregasi warna dan bentuk biji diuji dengan uji
Goodness of Fit Chi-Squared (χ2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultivar LASS KuBu, LASS Kuki, dan
LAW puBu tidak berbeda untuk variabel vegetatif dan generatif. Ketiga kultivar
yang diuji memiliki peringkat yang sama. Nilai ragam genetik dan heritabilitas
tidak terbukti (= 0). Kultivar LASS KuBu bersegregasi sesuai nisbah Mendel 12
bulat: 4 kisut. Kultivar LASS Kuki tidak bersegregasi untuk bentuk biji karena
biji kisut (true type) adalah resesif homozigot.
Abstract
Sweet corn is one of the horticulture commodities of high economic value.
Markets require a great volume of the sweet corn. Plant breeders conduct
selection on the sweet corn plants to improve their vegetative and generative
traits. The selection in a breeding program results in a better qualitative and
quantitative properties. Analysis of variance (anova) determines the genetic
variances inherited from the parents. The amount of genetic variance of a trait in
a population affects the magnitude of heritability in the environment where it
grows. The greater the value of heritability, the greater the probability of the
progenies to inherit these properties, and the smaller the effects of the
environment to hamper the inheritance.
The study aimed to determine: (1) the vegetative and generative traits in three
sweet corn cultivars and to compare the traits with the commercial standard; (2)
the genetic variances and broad-sense heritabilities of the cultivars; and (3) the
Yorrensa Ulan Sari
diallel-epistatic segregation of the seeds following 9 Round: 7 wrinkle and 12
Round: 4 wrinkle.
The study employed a non-factorial randomized complete-block design with three
replications. The progeny lines of LASS Round-Yellow, LASS wrinkle-Yellow,
and LAW Round-white cultivars were evaluated. The anova determined
differences among traits and the Tukey’s HSD 5 % was used to rank the lines.
Furthermore the mean squares of the anova calculated for their expected values.
The expected values calculated for genetic variance (σ2g), broad-sense heritability
(h2BS), and genetic coefficient of variability (CVg) values. A test of goodness of
fit χ2 established the segregation of seed shape and color.
The results showed that there were no differences among the LASS RoundYellow, LASS wrinkle-Yellow, and LAW Round-white cultivars for the
vegetative and generative traits. Therefore the three cultivars were at the same
rank. The values of the genetic variance (σ2g) and the broad-sense heritability
(h2BS) were not existing, or were not different from zero. The LASS Roundyellow cultivar fitted a Mendelian segregation ratio of the seeds of 12 Round: 4
wrinkle. The LASS wrinkle-Yellow cultivar did not segregate either for the seed
shape or seed color. This cultivar was homozygous for the seed shape and color,
and produced wrinkle seeds true type for a sweet corn.YORRENSA ULAN SARI NN2016-01-25T13:19:44Z2016-01-25T13:19:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/20089This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/200892016-01-25T13:19:44ZPENGARUH MASUKAN SERESAH DAN UNSUR N, P TERHADAP KEMELIMPAHAN DAN KERAGAMAN MIKROBA TANAH PADA PEMBIBITAN KOPI ARABIKAAktifitas dan keragaman mikroba tanah dipengaruhi oleh keragaman kualitas seresah yang ada dipermukaan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh masukan berbagai jenis seresah dan penambahan unsur N, P terhadap kemelimpahan dan keragaman mikroba tanah (bakteri, jamur tanah dan nematoda) pada pembibitan kopi arabika. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pemberian jenis seresah dan penambahan unsur N, P akan mempengaruhi kemelimpahan dan keragaman mikroba tanah (bakteri, jamur tanah dan nematoda). Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2007 sampai dengan Juni 2008. Perlakuan disusun secara faktorial 6 x 2 dalam rancangan acak lengkap dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah masukan seresah yang terdiri atas 6 jenis seresah dan faktor kedua adalah pemupukan N, P. Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dan 36 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tujuh isolat bakteri dan sepuluh isolat jamur yang berbeda ditemukan pada pembibitan kopi arabika. Lima isolat bakteri yang termasuk kelompok Gram (+), dan dua isolat bakteri termasuk kelompok Gram (-). Aplikasi seresah dan pemupukan N, P tidak mempengaruhi kemelimpahan dan keragaman bakteri dan jamur tanah. Kemelimpahan seluruh individu nematoda pada bibit kopi dipengaruhi oleh aplikasi seresah, tetapi tidak oleh pemupukan N, P dan interaksi antara seresah dan pemupukan N, P. Kemelimpahan nematoda ordo Aphelenchida, Dorylaimida, Rhabditida yang tinggi terjadi pada bibit kopi yang diaplikasi seresah daun Gliricidia, sedangkan untuk kemelimpahan ordo Mononchida yang tinggi, terjadi pada bibit kopi yang diaplikasi seresah daun alpukat.
Kata kunci : seresah, pemupukan, kemelimpahan dan keragaman mikroba tanah, bibit kopi.
RULY OKTAVIA nn2016-01-25T08:10:23Z2016-01-25T08:10:23Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/19769This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/197692016-01-25T08:10:23ZPENGARUH HIDRASI-DEHIDRASI DAN PUPUK NPK SUSULAN PADA VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.)
VARIETAS ANJASMORO
Hidrasi dehidrasi adalah salah satu perlakuan benih untuk memperbaiki viabilitas benih yang telah mengalami kemunduran. Pemupukan susulan pada saat berbunga merupakan salah satu upaya agronomik dalam produksi benih untuk mendapatkan viabilitas (daya berkecambah dan vigor awal yang tinggi).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Mengetahui pengaruh invigorasi dengancara hidrasi-dehidrasi pada benih sumber yang telah disimpan 8 bulan dalam mempengaruhi viabilitas benih kedelai varietas Ajasmoro yang dihasilkan.
2) Mengetahui pengaruh peningkatan dosis pupuk NPK susulan saat berbunga yang diberikan pada tanaman dari benih sumber yang diinvigorasi dengan cara hidrasi-dehidrasi dalam menghasilkan viabilitas benih kedelai varietas Anjasmoro.
3) Mengetahui respons tanaman yang benih sumbernya diinvigorasi dengan hidrasi-dehidrasi terhadap peningkatan dosis NPK susulan pada saat berbunga dalam menghasilkan viabilitas benih kedelai varietas Anjasmoro.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2009. Rancangan perlakuan mengikuti percobaan di lapang yaitu pola faktorial (3 X 3); setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Faktor pertama adalah cara hidrasi-dehidrasi yaitu kontrol (H0), pelembaban (H1), dan perendaman (H2). Faktor kedua adalah dosis pemupukan NPK susulan pada saat berbunga yaitu dosis pupuk 0 kg/ha (P0), 75 kg/ha (P1), 100kg/ha (P2). Kesamaan ragam antarperlakuan diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan model diuji dengan uji Tukey. Hasil data yang didapat akan dianalisis dengan uji F terencana dan dilanjutkan pemisahan nilai tengah dengan perbandingan ortogonal pada taraf 0,05 dan 0,01.
Hasil penelitan menunjukkan bahwa (1) Perlakuan hidrasi-dehidrasi tidak mempengaruhi viabilitas benih berdasarkan variabel keserempakan berkecambah dan bobot kering kecambah normal; (2) Pemberian dosis pupuk NPK susulan tidak mempengaruhi tanggapan viabilitas benih pada variabel keserempakan berkecambah dan bobot kering kecambah normal; (3) Tanpa pupuk susulan, hidrasi-dehidrasi (pelembaban) lebih baik dalam menghasilkan daya berkecambah, kecepatan berkecambah, dan panjang berkecambah daripada perendaman sedangkan bila diberi pupuk NPK susulan pada dosis 75-100 kg/ha cara hidrasi-dehidrasi pada (perendaman) lebih baik dalam menghasilkan daya berkecambah, kecepatan berkecambah, dan panjang kecambah daripada yang dilembabkan.
Teddy Adhitia(1), Yayuk Nurmiaty (2), Niar Nurmauli (2) nn2016-01-22T07:32:10Z2016-01-22T07:32:10Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18954This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/189542016-01-22T07:32:10ZPENGERINGAN BIJI KAKAO MENGGUNAKAN ALAT PENGERING
HYBRID TIPE RAKABSTRAK.
Pengeringan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan mutu
biji kakao, di samping proses pemanenannya. Mutu biji kakao ditentukan oleh
kadar airnya. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam biji
sampai pada kondisi dimana kadar air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas
biji dan biji tidak ditumbuhi cendawan. Pengeringan biji kakao terbagi menjadi
dua yaitu sun drying dan artificial drying. Sun drying memerlukan sinar matahari
sebagai sumber energi dan sumber panas. Pengeringan secara buatan (artificial
drying ) dilakukan dengan menggunakan alat pengering mekanis.
Pengeringan dengan alat pengering mekanis yang memanfaatkan energi surya
terbagi menjadi dua sistem yaitu sistem pasif dan sistem hybrid. Pengeringan
sistem pasif memanfaatkan radiasi surya dan kecepatan angin tanpa tambahan
sumber energi selain energi surya. Pengeringan sistem hybrid memanfaatkan
energi surya dengan tambahan sumber energi lain (listrik, bahan bakar, dan lainlain). Untuk mengatasi banyaknya kendala dalam pengeringan tradisional, sistem
pengeringan hybrid diperlukan sebagai alternatif pengeringan biji kakao.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengeringan biji kakao menggunakan
alat pengering hybrid tipe rak. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap perlakuan
yaitu, pengujian tanpa beban dan pengujian dengan menggunakan beban.
Pengujian tanpa beban dilakukan dengan dua metode yaitu pengujian
menggunakan kipas pendorong dan penghisap, serta pengujian dengan kipas
pendorong tanpa kipas penghisap. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
sebaran suhu pada ruang pengering. Pengujian dengan beban menggunakan empat
perlakuan. Keempat perlakuan tersebut adalah pengeringan dengan alat
menggunakan energi matahari, pengeringan dengan alat menggunakan energi
matahari dan listrik (hybrid), pengeringan dengan alat menggunakan energi
listrik, dan penjemuran secara tradisional.
Penurunan kadar air berbeda pada setiap perlakuan, kadar air akhir rata-rata
terendah tercapai pada perlakuan menggunakan matahari dan listrik yaitu sebesar
Lany Sofia Nursanti
9,33 %, sedangkan kadar air akhir rata-rata tertinggi diperoleh pada perlakuan
menggunakan matahari yaitu sekitar 15,60 %. Kadar air akhir rata-rata yang
tercapai pada semua perlakuan lebih baik dari perlakuan secara tradisional yang
memiliki kadar air akhir 24,11 %. Kadar air akhir rata-rata terendah pada
perlakuan matahari dan listrik tercapai dalam waktu 20 jam pengeringan,
sedangkan pada perlakuan matahari dan perlakuan listrik kadar air akhir rata-rata
masih cukup tinggi yaitu sebesar 19,43 % dan 20,44 %.
Efisiensi pengeringan untuk perlakuan menggunakan matahari sebesar 26,35 %,
untuk perlakuan menggunakan matahari dan listrik adalah sebesar 30,34 %,
sedang pada perlakuan menggunakan listrik efisiensi yang dihasilkan yaitu
sebesar 67,93 %. Berdasarkan hasil dari efisiensi setiap perlakuan, energi yang
dihasilkan banyak yang belum termanfaatkan dengan baik (Qloss) atau energienergi tersebut terbuang ke alam bebas, diantaranya panas yang terbuang melalui
dinding-dinding alat secara konduksi, serta faktor-faktor tidak terkendalikan
lainnya.Lany Sofia Nursanti NN2016-01-22T04:42:32Z2016-01-22T04:42:32Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18950This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/189502016-01-22T04:42:32ZANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK GABAH PADA TIPE LAHAN SAWAH
YANG BERBEDA DI PROPINSI LAMPUNGABSTRAK.
Penelitian ini bertujuan untuk, (1) Mengetahui berapa besar harga pokok gabah yang
dihasilkan oleh petani pada berbagai tipe lahan sawah yang berbeda, (2) Mengetahui
distribusi harga pokok gabah pada berbagai tipe lahan sawah yang berbeda, (3) Menganalisis
perbandingan harga pokok gabah pada berbagai tipe lahan sawah yang berbeda.
Penelitian dilakukan di Propinsi Lampung dengan dua perwakilan kabupaten yaitu
Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Selatan dengan tiga wilayah
Kecamatan sebagai tempat penelitiannya. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dan
sampel diambil secara Simple Random Sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah
72 orang yang merupakan petani padi pada lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan
tadah hujan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Harga pokok Gabah yang dihasilkan oleh petani pada
tipe lahan sawah yang berbeda di Propinsi Lampung yaitu sebagai berikut (1) Lahan sawah
irigasi teknis sebesar Rp. 1.076,48 lahan sawah irigasi setengah teknis sebesar Rp. 1.209,79
dan lahan sawah tadah hujan dengan sebesar Rp. 1.333 (2) Distribusi harga pokok Gabah
Pada ke tiga tipe lahan dengan perhitungan gini rasio menunjukkan bahwa distribusi harga
pokok gabah cenderung merata dengan tingkat ketimpangan yang rendah, (3) Tingkat
perbedaan harga pokok gabah rata-rata antara tipe lahan sawah irigasi teknis setengah teknis
dan tadah hujan dengan pengujian One Way Anova menunjukan bahwa terdapat perbedaan
Harga Pokok Gabah rata-rata antara tiga tipe lahan dengan nilai signifikan anova sebesar 0,00
lebih kecil dari pada nilai signifikan 0,05
___________________________________
1 Mahasiswa, 2Pembimbing 1, 3Pembimbing 2
ABSTRACT
THE MAIN PRICE’S ANALYSIS OF RICE IN DIFFERENT TYPE OF RICE FIELD
AT LAMPUNG PROVINCE
BY
Lidia Waluyo1, Hanung Ismono2, Eka Kasymir3
This research aims to (1) detect how much the main price of rice that produced by farmer in
various different type of rice field, (2) detect distribution of rice’s main price in various
different type of rice field, (3) analyze the comparison in various different type of rice field.
Research is done at Lampung Province with two representations of regency that is regency in
middle of Lampung and regency in south of Lampung with three district areas as the research
place. This location was chosen according to expressly (purposive) and sample token
according to simple random sampling. Respondent in this research as much as 72 persons be
rice farmers in technical irrigation rice field, a half technical and reservoir rain. Research
method that used is survey method.
Research result shows that the main price of rice that produced by farmer in various different
type of rice field at Lampung Province that is as follows (1 ) technical irrigation rice field as
big as Rp. 1.076,48, irrigation rice field half technical as much as Rp. 1.209,79 and wet
Richfield dependant to rain as big as Rp. 1.333 (2) the distribution of main price at the third
types of field with calculation gini ratio shows that distribution of main price inclined rate
with low lameness level (3), the degree of level between technical irrigation rice field type
half technical and reservoir rain with testing One Way Anova shows that there was
differentiate between three tune types of field with significant value Anova as big as 0,00
smaller than value significant 0,05
Key word : Rice, Main Price Of Rice
______________________________
1 UniversityLidia Waluyo1, Hanung Ismono2, Eka Kasymir3 NN2016-01-22T04:41:42Z2016-01-22T04:41:42Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18937This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/189372016-01-22T04:41:42ZSTUDI DAYA DUKUNG STABILISASI TANAH LUNAK
MENGGUNAKAN ISS 2500 (IONIC SOIL STABILIZER)
SEBAGAI LAPIS PONDASI TANAH DASAR (SUBGRADE)ABSTRAK.
Kondisi tanah pada suatu daerah tidak akan memiliki sifat tanah yang sama
dengan daerah lainnya, ada yang mempunyai daya dukung baik dan adapula yang
buruk. Tanah dengan pengembangan yang cukup besar (plastisitas tinggi) dikenal
sebagai tanah lunak. Ruas-ruas jalan yang dibangun diatas tanah dasar dengan
daya dukung rendah (CBR < 6 %) umumnya lebih cepat mengalami kerusakan
terutama pada musim penghujan. Untuk mengatasi hal ini diperlukan alternatif
penanganan yang tersedia antara lain dengan penambahan bahan kimia (stabilisasi
secara kimiawi) dan salah satunya menggunakan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer).
Sampel tanah yang di uji pada penelitian ini yaitu tanah lunak yang berasal dari
Rawa Sragi Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung Lampung Timur. Variasi
kadar larutan ISS 2500 yang digunakan yaitu 0.5 ml, 0.8 ml, 1.1 ml dan 1.4 ml
dengan dilakukan waktu pemeraman yang sama selama 7 hari dan perendaman
selama 4 hari. Berdasarkan pemeriksaan sifat fisik tanah asli, AASHTO
mengklasifikasikan sampel tanah pada kelompok A-7 (tanah berlempung) dan
subkelompok A-7-5, sedangkan USCS mengklasifikasikan sampel tanah sebagai
tanah berbutir halus dan termasuk kedalam kelompok CH.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahan stabilisasi menggunakan ISS
2500 dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanik tanah lunak. Pada pengujian fisik
seperti berat jenis dan batas-batas Atterberg mengalami penurunan setelah
distabilisasi. Sementara pada pengujian mekanik, penggunaan ISS 2500 cukup
efektif dalam meningkatkan daya dukung tanah lunak. Dari hasil pengujian CBR
rendaman atau tanpa rendaman, tanah yang telah distabilisasi dengan campuran
ISS 2500 dapat digunakan sebagai tanah dasar pada konstruksi jalan dikarenakan
nilai CBRnya ≥ 6 %.
Kata kunci : ISS 2500, stabilisasi, tanah lunak, CBR.LUKI SANDI NN2016-01-22T04:41:07Z2016-01-22T04:41:07Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18929This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/189292016-01-22T04:41:07ZKOMPOSISI JENIS TANAMAN YANG DIBUDIDAYAKAN PETANI DI
AREAL REPONG DAMAR PEKON NEGERI RATU NGARAS
KECAMATAN BENGKUNAT KABUPATEN LAMPUNG BARATABSTRAK.
Manfaat repong damar yang utama adalah resinnya yang berfungsi sebagai
sumber ekonomi keluarga bagi petani. Pada saat ini di Pekon Negeri Ratu Ngaras
Kecamatan Bengkunat Kabupaten Lampung Barat banyak lahan petani yang
pohon damarnya ditebang dan ditanam kembali dengan jenis tanaman lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis tanaman yang
dikembangkan petani di areal repong damar Pekon Negeri Ratu Ngaras
Kecamatan Bengkunat Kabupaten Lampung Barat.
Penelitian ini dilakukan di repong damar Pekon Negeri Ratu Ngaras, Kecamatan
Bengkunat, Kabupaten Lampung Barat pada bulan Maret -- Juni 2009. Luas
repong damar yang diteliti 202 ha, dan Intensitas Sampling (IS) yang digunakan
1% sehingga diperoleh jumlah plot pengamatan sebanyak 40 plot. Data yang
diambil meliputi spesies tumbuhan, jumlah individu dan diameter batang, Data
dihimpun menggunakan metode plot lingkaran dengan 40 plot pengamatan. Plot
lingkaran terkecil dengan jari-jari 2,82 m (luas lingkaran lebih kurang 25 m2)
digunakan untuk pengamatan permudaan hutan fase semai dan sapihan, plot
lingkaran sedang dengan jari-jari 6,64 m (luas lingkaran lebih kurang 100 m2)
digunakan untuk pengamatan permudaan hutan fase tiang, dan lingkaran terbesar
dengan jari-jari 12,61 m (luas lingkaran lebih kurang 500 m2) digunakan untuk
pengamatan fase pohon. Sedangkan untuk mengetahui alasan petani dihimpun
data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada petani pengelola lahan yang
di dalamnya terdapat plot pengamatan tumbuhan dengan jumlah sesuai dengan
plot pengamatan.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa jenis tanaman yang dikembangkan
petani di areal repong damar Pekon Negeri Ratu Ngaras Kecamatan Bengkunat
Kabupaten Lampung Barat sebanyak 49 jenis yang didominasi oleh jenis tanaman,
damar (Shorea javanica), durian (Durio zibethinus),dan coklat (Theobroma
cacao). Jenis yang cenderung dikembangkan oleh petani di areal repong damar
pada saat ini adalah jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis
yang banyak dikembangkan petani sebagai pengganti damar adalah durian (Durio
zibethinus), coklat (Theobroma cacao), cengkeh (Eugenia aromatica) dan jengkol
(Pithecellobium jiringa). Jumlah petani yang mempertahankan repong damar
adalah sebanyak 11 orang, yang mengubah repong sebanyak 9 orang, dan yang
mengembangkan jenis tanaman lain di areal repong damar sebanyak 20 orang.
Alasan petani mengubah bentuk repong damar adalah karena adanya tawaran
menjual kayunya dengan harga tinggi, dan selain itu petani mengembangkan jenis
tanaman lain adalah karena bernilai ekonomi tinggi sebagai pengganti damar.
Kata Kunci : Repong damar, komposisi jenis.M. SAIPURROZI NN2016-01-22T04:35:38Z2016-01-22T04:35:38Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18863This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/188632016-01-22T04:35:38ZPRODUKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN KOMBINASI
DOSIS PUPUK DEKASTAR DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDAABSTRAK.
Rumput laut (Eucheuma cottonii) merupakan salah satu komoditas ekspor
yang potensial untuk dikembangkan. Pengembangan dapat dilakukan dengan
mempercepat pertumbuhan agar produksi E. cottonii meningkat, salah satunya
dengan pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk dengan unsur hara
makro dan mikro yang berguna bagi pertumbuhan E. cottonii seperti dekastar.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
berbasis Faktorial (Faktorial RAL) yang terdiri dari 2 perlakuan utama yaitu dosis
pupuk (150 g/l, 200 g/l, dan 250 g/l) serta lama perendaman (3 jam, 5 jam, dan 7
jam) dan kontrol sebagai pembanding. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 kali
ulangan. Analisis data digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan antar
perlakuan dengan menggunakan BNT pada taraf nyata 5%. Setiap perlakuan
menggunakan bibit E. cottonii dengan bobot 100 gr. Parameter uji yang diamati
antara lain : laju pertumbuhan harian, kadar konsentrasi klorofil-a dan
magnesium, produksi akhir (berat basah) dan serangan hama penyakit.
Hasil penelitian didapatkan laju pertumbuhan rata-rata E. cottonii selalu
mengalami peningkatan setiap minggunya. Laju pertumbuhan harian rumput laut
tertinggi 4,14%. Hasil uji nilai tengah (BNT) didapatkan bahwa pemupukan
terbaik ialah 5 g/l dengan lama perendaman tiga jam, sedangkan lama perendaman
terbaik adalah satu jam dengan pemupukan 15 g/l. Regresi antara bobot E.cottonii
dengan konsentrasi klorofil-a dan konsentrasi magnesium menunjukkan adanya
korelasi (hubungan antara variabel uji). Magnesium merupakan komponen inti
pembentuk klorofil, yang digunakan untuk proses fotosintesis untuk peningkatan
biomassa E.cottonii.
Kata Kunci : E.cottonii, pupuk dekastar, klorofil-a, magnesiumPutri Siskawati NN2016-01-22T04:26:24Z2016-01-22T04:26:24Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18842This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/188422016-01-22T04:26:24ZPENDUGAAN RAGAM GENETIK DAN HERITABILITAS BEBERAPA
KARAKTER VEGETATIF DAN HASIL EMPAT LINI TETUA
JAGUNG MANISABSTRAK.
Pemuliaan tanaman melalui seleksi pada suatu populasi akan berhasil bila
keragaman genetik dan heritabilitas tinggi. Ragam genetik diperlukan untuk
menjamin keberhasilan seleksi sedangkan heritabilitas mengukur kemajuan
pewarisan sifat karakter unggul dari tetua ke zuriatnya. Pada jagung manis tipe
segregasi biji bulat, karakter vegetatif dan hasil diharapkan sebaik jagung tetua
nirmanis dengan tetap mengekspresikan rasa manis pada karakter hasil.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui perbedaan karakter-karakter vegetatif
dan hasil di antara keempat lini tetua jagung manis dan disesuaikan dengan
standar komersial; (2) mengetahui besar ragam genetik dan heritabilitas broad
sense empat lini tetua jagung manis; (3) mendapatkan epistasis alel manis dalam
bentuk biji bulat yang bersegregasi pada sebaran 12 bulat : 4 kisut dan 9 bulat : 7
kisut; dan (4) mendapatkan sebaran segregasi genetik 9 kuning bulat : 3 kuning
kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut untuk kultivar Dwiwarna.
Reisha Ayu Puspita
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Politeknik Negeri Lampung pada
bulan September 2009 sampai Januari 2010. Penelitian menggunakan Rancangan
Kelompok Teracak Lengkap (RKTL) non faktorial dengan tiga ulangan. lini tetua
sebagai perlakuan terdiri atas (1) LASS KuBu; (2) LASS Kuki; (3) LAW puBu;
dan (4) LASS Dwiwarna. Data diambil dari karakter vegetatif: tinggi tanaman,
tinggi tongkol relatif, dan jumlah daun. Data karakter hasil: jumlah malai, jumlah
bunga betina, jumlah tongkol, diameter tongkol, panjang tongkol, dan kadar
sukrosa. Data dianalisis ragam, dan pemeringkatan lini tetua berdasarkan uji BNJ
5 %. Ragam genetik (σ2g), heritabilitas broad sense (h2BS), dan koefisien
keragaman genetik (KKg) dianalisis menggunakan model matematika Hallauer
dan Miranda. Segregasi bentuk biji diuji dengan uji goodness of fit chi-squared
(χ2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keempat lini tetua jagung manis berbeda
karakter vegetatif: tinggi tanaman dan jumlah daun, serta karakter hasil: diameter
tongkol dan panjang tongkol. Tinggi tanaman dan tinggi tongkol relatif belum
mampu memenuhi standar komersial; (2) ragam genetik dan heritabilitas broad
sense berbeda dari nol untuk tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tongkol, dan
panjang tongkol; (3) penyerbukan self-1 pada LASS KuBu mengalami epistasis
pada sebaran 12 bulat : 4 kisut; lini LASS KuBu, LASS Kuki, dan LASS
Dwiwarna berperan sebagai penghasil biji kisut (jagung manis true type);
(4) penyerbukan self-1 pada LAW puBu (tercampur dengan LASS Dwiwarnasegregan kuning muda bulat) tidak mampu memenuhi nisbah sebaran biji 9:3:3:1
dan penyerbukan self-1 pada LASS Dwiwarna menghasilkan sebaran biji dengan
nisbah 9:3:3:1.Reisha Ayu Puspita NN2016-01-21T03:42:48Z2016-01-21T03:42:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18478This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/184782016-01-21T03:42:48ZKETEBALAN LAPISAN GRANULOSA MENCIT (Mus musculus L.)
BETINA SELAMA FOLIKULOGENESIS SETELAH PEMBERIAN
EKSTRAK RIMPANG RUMPUT TEKI
(Cyperus rotundus L.)Abstrak
Berbagai alat kontrasepsi pada wanita secara umum telah diperkenalkan tetapi
dalam penggunaannya masih ditemui banyak hambatan karena belum diperoleh
alat kontrasepsi yang ideal yang bebas dari efek samping. Penggunaan tanaman
atau tumbuh-tumbuhan di Indonesia masih merupakan sumber utama dalam
menemukan obat baru termasuk sebagai obat kontrasepsi. Salah satu tanaman obat
yang biasa digunakan sebagai bahan kontrasepsi adalah rumput teki (Cyperus
rotundus L.).
Bagian rumput teki yang digunakan sebagai bahan obat adalah rimpangnya.
Rimpang rumput teki memiliki kandungan senyawa kimia antara lain flavonoid,
terpenoid, saponin, alkaloid, dan minyak atsiri. Diduga diantara kandungan
tersebut ada yang bersifat antiestrogen sehingga rimpangnya dapat digunakan
sebagai peluruh haid dan membersihkan keguguran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak rimpang rumput teki
(Cyperus rotundus L.) terhadap ketebalan lapisan granulosa selama
folikulogenesis mencit (Mus musculus L.) betina. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli sampai Oktober 2009 di Laboratorim Zoologi, Laboratorium Kimia
Organik FMIPA Unila dan Laboratorium Patologi Balai Penyidikan dan
Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung.
Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus L.) betina yang fertil.
Mencit dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan 6 kali pengulangan dan dosis
ekstrak rimpang rumput teki yang digunakan adalah : kelompok kontrol dengan
diberi 96 ml aquabides (K); perlakuan dosis 1,256 ml/40grBB (P1); perlakuan
dosis 12,56 ml/40grBB (P2); perlakuan dosis 37,67 ml/40grBB(P3).
Pemberian perlakuan diberikan kepada mencit dengan cara dicekok (secara oral)
setiap hari selama14 hari berturut-turut. Setelah pemberian perlakuan selesai, pada
hari ke-15 mencit dibedah untuk diambil ovariumnya. Kemudian dilanjutkan
dengan pembuatan preparat histologi dari ovarium. Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah ketebalan lapisan granulosa selama folikulogenesis.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4
kelompok perlakuan dengan 6 kali pengulangan. Data dianalisis dengan Analisis
Ragam (ANARA). Apabila diperoleh perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan
uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan derajat kepercayaan 5 %.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dibandingkan kontrol, pemberian ekstrak
rumput teki (Cyperus rotundus L.) dengan dosis 1 ,256 ml/40gBB, 12,56
ml/40gBB dan 37,67 ml/40gBB tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
ketebalan lapisan granulosa pada folikel primer, folikel sekunder dan folikel
tersier pada ovarium mencit (Mus musculus L.).
Keywords : rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.), mencit
(Mus musculus L.) betina, folikulogenesis, lapisan granulosa
Nevi Dini Astuti NN2016-01-21T03:20:16Z2016-01-21T03:20:16Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/18407This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/184072016-01-21T03:20:16ZPEMANFAATAN LIMBAH KULIT SINGKONG (Manihot esculenta
Crantz) yang DIMODIFIKASI dengan ASAM MERKAPTOASETAT
SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM BERAT Pb(II), Cd(II), DAN Cu(II)Abstrak
Limbah kulit singkong (Manihot esculenta Crantz) dapat dimanfaatkan untuk
mengadsorpsi ion-ion logam. Kemampuan absorpsinya cukup tinggi karena di
dalam kulit singkong (Manihot esculenta Crantz) banyak terdapat gugus fungsi
hidroksida dan amina yang dapat berikatan dengan ion logam. Penggunaannya
sebagai absorben belum cukup baik untuk menyerap ion-ion logam berat yang
kebanyakan berupa asam lunak, karena gugus hidroksida termasuk basa keras.
Sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap biomassa kulit singkong.
Pada penelitian ini telah dilakukan modifikasi biomassa kulit singkong (Manihot
esculenta Crantz) dengan menggunakan asam merkaptoasetat untuk mengganti
gugus fungsi hidroksida dengan gugus tiol yang bersifat basa lunak, dan
selanjutnya dilakukan proses adsorpsi terhadap ion logam Pb(II), Cd(II) dan
Cu(II). Hasilnya didapatkan bahwa waktu optimum untuk mencapai adsorpsi
maksimum ion logam Pb(II), Cd(II) dan Cu (II) oleh biomassa hasil modifikasi
dengan asam merkaptoasetat 1,0 M adalah 60 menit untuk Pb(II) dan Cu(II) dan
120 menit untuk Cd(II). Sedangkan untuk biomassa hasil modifikasi dengan asam
merkaptoasetat 0,5 M berturut-turut adalah 10 menit, 30 menit, dan 60 menit.
Kapasitas adsorpsi maksimum untuk biomassa hasil modifikasi dengan asam
merkaptoasetat 1,0 M adalah sebesar 21,47 mg/g untuk Pb(II), 19,56 mg/g untuk
Cd(II) dan 13,67 mg/g untuk Cu(II). Dengan energi adsorpsi 29,399 KJ/mol
untuk Pb(II), 21,802 KJ/mol untuk Cd(II) dan 22,058 KJ/mol untuk Cu(II).
Sedangkan kapasitas adsorpsi untuk biomassa hasil modifikasi dengan asam
merkaptoasetat 0,5 M adalah sebesar 18,91/ mg/g untuk Pb(II), 19,66 mg/g untuk
Cd(II) dan 10,58 mg/g untuk Cu(II). Dengan energi adsorpsi sebesar 25,128
KJ/mol untuk Pb(II), 21,272 KJ/mol untuk Cd(II) dan 23,627 KJ/mol untuk Cu(II).
Dari besarnya energi adsorpsi ini, diketahui bahwa interaksi yang terjadi antara
biomassa hasil modifikasi dengan ion logam adalah interaksi kimia yang
melibatkan ikatan koordinasi antara biomassa dengan ion logam berat. Secara
umum energi adsorpsi Pb(II) > Cu(II) > Cd(II).Misbahuddin Nur NN2015-10-02T07:37:34Z2015-10-02T07:37:34Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12772This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/127722015-10-02T07:37:34ZKARAKTERISTIK TEPUNG ONGGOK MENGGUNAKAN
TIGA METODE PENGERINGANAbstrak
Proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka menghasilkan limbah padat yang biasa
disebut onggok (ampas singkong). Onggok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan tepung. Tepung banyak digunakan sebagai bahan olahan sehari-hari seperti dalam
pembuatan berbagai jenis kue. Pengolahan onggok menjadi tepung melalui tahap pengeringan.
Pengeringan yang biasa dilakukan adalah pengeringan alami yang memerlukan waktu yang
relatif lama dan sangat bergantung pada cuaca. Pengering hybrid biasa digunakan untuk
mempersingkat waktu pengeringan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik warna dan aroma tepung onggok
yang dikeringkan menggunakan alat pengering hybrid dan pengeringan alami yang disukai
konsumen dengan organoleptik terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan tiga metode
pengeringan menggunakan alat dan pengeringan alami sebagai kontrol. Pengeringan onggok
dengan alat menggunakan energi matahari, pengeringan onggok dengan alat menggunakan
energi listrik, pengeringan onggok dengan alat menggunakan energi matahari ditambah
energi listrik (hybrid) dan pengeringan alami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengeringan dengan alat menggunakan energi
matahari menghasilkan tepung onggok dengen kriteria warna yang cenderung lebih baik
dibandingkan dengan metode pengeringan lainnya (2) Pengeringan dengan alat menggunakan
energi listrik menghasilkan tepung onggok dengen kriteria aroma yang cenderung lebih baik
dibandingkan dengan metode pengeringan lainnya (3) Produk terbaik berdasarkan uji
organoleptik adalah tepung onggok yang dikeringkan dengan pengeringan alami dengan
kriteria warna (agak putih), aroma (agak beraroma singkong), dan tingkat kesukaan (agak
suka).
Kata kunci: tepung onggok, alat pengering hybrid, karakteristik tepung onggok
Abstract
The production process of tapioca flour produces solid waste fiber called onggok. Onggok
can be used as raw material for making onggok flour. The process of onggok flour
production must throught a drying step. The conventional process takes a long time and
extremely depends on the weather. The hybrid dryer (solar and electrical energy) is
commonly uses to shorten the drying time.
The purpose of this study was to determine the characteristic of color and the flavor of
onggok flour dried by hybrid dryer and natural dryer, as well as organoleptic properties
preferred by consumers. This research was conducted with three drying methods: hybrid,
electric, and solar. Onggok flour with natural drying was used as control.
The results showed that (1) drying process under solar dryer produced onggok flour with
better color compared to those of other drying methods, (2) drying process using electric
dryer produced onggok flour with better flavor compared to those of other drying methods,
(3) the best product based on organoleptik experiment is onggok flour dried by natural
drying process with color criteria (a little white), the flavor criteria (slightly cassava
flavored), and overall acceptance (a bit like).
Keywords: onggok flour, drying, flavor, flour color.MARINDA SARI 08140710502015-09-07T04:37:15Z2015-09-07T04:37:15Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12592This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125922015-09-07T04:37:15ZKAJIAN KEMUNDURAN BENIH JAGUNG MANIS YANG TELAH
DISIMPAN DUA BELAS BULAN DAN PEMULIHANNYA
DENGAN PENAMBAHAN NUTRISIAbstrak
Jagung manis (Zea mays saccharata[Sturt.] Bailey) merupakan komoditas
pertanian yang disukai masyarakat. Kendala usaha tani jagung manis adalah
kelangkaan benih dan harga benih yang tinggi serta daya kecambah yang rendah.
Penyimpanan benih yang tidak tepat dan lamanya penyimpanan benih akan
mengakibatkan penurunan viabilitas benih. Untuk itu perlu dievaluasi apakah
benih yang telah disimpan lama masih memiliki viabilitas yang baik atau tidak.
Kelangkaan pupuk yang terjadi mengakibatkan penundaan pupuk pada awal
pertumbuhan tanaman. Defisiensi unsur hara di awal fase pertumbuhan tanaman
dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman. Oleh karena
itu dibutuhkan penambahan nutrisi untuk memulihkan kondisi tanaman. Hara
yang diberikan ke akar tanaman diserap tanaman dalam bentuk ion-ion, yang
mengakibatkan peningkatan metabolisme di dalam tanaman. Meningkatnya
metabolisme di dalam tanaman akan meningkatkan senyawa organik yang
disintesis oleh tanaman. Asimilat yang dihasilkan pada síntesis senyawa organik
tersebut ditranslokasikan ke daerah meristematik tanaman. Penelitian ini
Julia Agustina
bertujuan untuk: (1) Mengetahui besarnya viabilitas benih jagung manis yang
telah disimpan lebih dari dua belas bulan; (2) Menguji pemulihan (recovery)
tanaman setelah penambahan nutrisi.
Penelitian ini dilakukan dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS)
dengan tiga ulangan. Penelitian ini menggunakan empat pedigri jagung manis
LASSKuBu, LASSKuki, dan LAWSSpuBu yang telah disimpan selama 12 bulan,
serta UL4.01 yang baru dipanen. Keempat pedigri tersebut dibungkus dengan
kertas dan disimpan di kulkas rumah tangga. Tanaman ditumbuhkan di media air
untuk megetahui melihat ketahanan tanaman tanpa pemberian nutrisi. Pada 28
hst tanaman diberi nutrisi tambahan untuk diamati pemulihan yang terjadi.
Kehomogenan data diuji dengan uji Bartlett dan Levene. Jika hasil analisis ragam
yang diperoleh nyata, maka pemeringkatan nilai tengah dilakukan dengan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) pada α 5% menggunakan software Minitab 14. Analisis
ketahanan dan pemulihan tanaman ditampilkan dalam grafik tren analisis dengan
menggunakan software Microsoft Exel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Viabilitas benih LASSKuBu dan
LAWSSpuBu (panen Desember 2008) masih tinggi, dengan nilai masing-masing
daya perkecambahannya sebesar 96 % dan 99 %. Sedangkan LASSKuki (panen
Desember 2008) memiliki viabilitas sebesar 26 %, (2) Tidak terjadi pemulihan
tanaman setelah penambahan nutrisi.
Julia Agustina 06140110052015-09-07T04:36:31Z2015-09-07T04:36:31Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12577This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125772015-09-07T04:36:31ZANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN LABA,
PADA STANDAR INDONESIA RUBBER (SIR) 3L DAN 3 WF
DI PT XYZAbstrak
Penelitian bertujuan untuk : (1) menganalisis besar harga pokok produksi Standar
Indonesia Rubber (SIR) 3L dan 3WF di PT XYZ, (2) menganalisis besar laba
yang dihasilkan pada Standar Indonesia Rubber (SIR) 3L dan 3WF di PT XYZ,
dan (3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laba pada produksi SIR
3L dan 3WF di PT XYZ.
Penelitian dilakukan di PT XYZ. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
dengan pertimbangan bahwa PT XYZ merupakan perusahaan perkebunan besar di
Propinsi Lampung, dan merupakan salah satu Unit Usaha yang mengolah karet
remah dalam bentuk bahan olah karet Standar Indonesia Rubber (SIR) 3L dan
3WF . Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret sampai bulan April
2012. Penelitian ini menggunakan studi kasus di PT XYZ. Data yang digunakan
meliputi data primer dan data sekunder. Analisis harga pokok produksi dan laba
menggunakan metode full costing. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi laba
menggunakan pendekatan ekonometrika dengan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Harga pokok produksi Standar
Indonesia Rubber (SIR) 3L dan 3 WF di PT. XYZ berdasarkan analisis full
costing adalah Rp 22.688. Nilai full costing ini lebih besar dibandingkan dengan
perhitungan perusahaan sebesar Rp 22.500. (2) Laba produksi Standar Indonesia
Rubber (SIR) 3L PT. XYZ berdasarkan analisis full costing adalah
Rp 86.724.742.204. Nilai ini besarnya lebih kecil dibandingkan dengan
perhitungan perusahaan sebesar Rp 90.436.961.662. (3) Faktor-Faktor yang
mempengaruhi laba produksi Standar Indonesia Rubber (SIR) 3L dan 3 WF
adalah harga bahan baku, pemeliharaan bangunan dan mesin, serta harga pokok
penjualan
Kata Kunci : Harga pokok produksi, Laba, full costing, SIR 3L dan 3WF
Abstract
The study aims to: (1) analyze the cost of production of Standard Indonesian
Rubber (SIR) 3L and 3WF in XYZ, (2) analyzes of the profit generated on
the Standard Indonesian Rubber (SIR) 3L and 3WF on XYZ, and (3)
determine the factors that affect earnings in the production of SIR
3L and 3WF at XYZ.
The study was conducted at XYZ. Site selection is done deliberately by the
consideration that XYZ is a large plantation in Lampung Province, and is
one of the business unit that processes rubber crumb rubber in the form of
material if the Standard Indonesia Rubber (SIR) 3L and 3WF. When data
collection is done in March to April 2012. This study uses a case study in
PT XYZ. The data used include the primary data and secondary data.
Analysis of the cost of production and profit using the full costing method.
Analysis of the factors that affect earnings econometric approach with
multiple linear regression analysis.
The results showed that: (1) Cost of production Standard Indonesian Rubber
(SIR) 3L and 3 WF in PT. XYZ is based on analysis of full costing is $ 22
688. Full costing value is larger than the calculation of the company
amounted to Rp 22.500. (2) Income production Standard Indonesia Rubber
(SIR) 3L PT. XYZ is a full costing analysis Rp 86.724.742.204. This value
is smaller than the size of the company amounted to Rp 90.436.961.662
calculations. (3) Factors that affect the earnings of production Standard
Indonesia Rubber (SIR) 3L and 3 WF is the price of raw materials,
maintenance of buildings and machinery, as well as the cost of goods sold
Keywords: Cost of production, income, full costing, SIR 3L and 3WFIwan Kurniawan 08140230822015-09-07T04:36:26Z2015-09-07T04:36:26Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12576This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125762015-09-07T04:36:26ZANALISIS DAYA SAING DAN PROSPER EKSPOR KOPI ROBUSTA
INDONESIA DI PASAR INTERNASIONALAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis tingkat daya saing kopi robusta
Indonesia di pasar intemasional, dan (2) menganalisis prospek ekspor kopi
roobusta Indonesia di pasar intemasional.
Penelitian ini mencakup perdagangan produk kopi robusta Indonesia di tingkat
pasar intemasional. Pemilihan tempat berdasarkan pertimbangan bahwa Indonesia
mempunyai potensi perkebunan yang besar. Waktu pengumpulan data dilakukan
pada bulan Mei 2012. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data
deret waktu (time series) dari tahun 1975 sampai tahun 2010. Analisis daya saing
kopi robusta Indonesia menggunakan metode Revealed Comparative Advantage
(RCA). Analisis prospek ekspor kopi robusta Indonesia menggunakan metode
forecasting dengan model ARIMA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Indeks Revealed Comparative
Advantage (RCA) Indonesia lebih besar dari satu, hal ini berarti kopi robusta
Indonesia memiliki daya saing yang kuat, namun tingkat daya saingnya masih
dibawah negara pesaingnya seperti Vietnam, Pantai Gading, dan Brazil. (2)
Prospek ekspor kopi robusta Indonesia berdasarkan analisisforecasting akan
meningkat pada sepuluh tahun yang akan datang.
Kata Kunci : kopi robusta, ekspor, time series,forecasting, dan ARIMA
Abstract
The study aims to: (1) analyze the level of competitiveness of Indonesian robusta
coffee in the international market, and (2) analyze the prospects for exports of
Indonesian robusta coffee in the international market.
This study covers trade of Indonesian robusta coffee in the international market
level. Site selection based on the consideration that Indonesia has a huge potential
for plantation. Time of collection data was conducted in May 2012. This study
used time series data from 1975 until 2010. Analysis of the competitiveness of
Indonesian robusta coffee using the Revealed Comparative Advantage (RCA).
Analysis of prospects for Indonesian robusta coffee export using forecast method
of ARIMA model.
The results showed that: (1) Index of Revealed Comparative Advantage (RCA)
Indonesia is greater than one, it means Indonesia robusta coffee has a strong
competitive edge, but the level of competitiveness is still under state rivals such as
Vietnam, Ivory Coast, and Brazil. (2) Export of Indonesian robusta coffee will
rise in the coming ten years, the growth of the export of Indonesian robusta coffee
will be 1,6% each year. In 2021 the export of Indonesian robusta coffee will
reach 493.295 tons.
Keywords: robusta coffee, export, time series, forecasting, and ARIMADevi Chandra, R. Hanung Ismono 08140230642015-09-07T04:34:44Z2015-09-07T04:34:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12550This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125502015-09-07T04:34:44ZPENGARUH EKSTRAK BUAH JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.) TERHADAP MORTALITAS
Plutella xylostella L. (Lepidoptera :Plutellidae)Abstrak
Plutella xylostella L. merupakan hama penting yang menyerang tanaman sawi.
Salah satu alternatif pengendalian hama ini adalah dengan penggunaan pestisida
nabati. Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati adalah
tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh aplikasi ekstrak buah jarak pagar (J. curcas) terhadap
mortalitas P.xylostella. Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam rancangan
acak kelompok (RAK), yang terdiri atas tujuh perlakuan dengan tiga ulangan.
Perlakuan terdiri atas aplikasi ekstrak buah jarak konsentrasi 0,0; 2,5; 7,5; 10;
12,5; 15; dan 20 ml/l air. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan
dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% dan analisis probit untuk menentukan
LC50 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak buah jarak (J. curcas)
dapat menyebabkan mortalitas P. xylostella. Mortalitas tertinggi (88,33%)
terdapat pada konsentrasi 20 ml/l pada 72 jsa. Daya racun ekstrak buah jarak
pagar (J. curcas) terhadap larva P. xylostella ditunjukkan dengan nilai LC50 pada
72 jsa ialah sebesar 7,21 ml/l.
Kata kunci :Ekstrak buah jarak pagar, Jatropha curcas L., Plutella xylostella L.,
pestisida nabati.
Abstract
Plutella xylostella L. is one of important pests of brassica plants. Alternative
controls which is currently being intensively developed is the application of
botanic pesticide. This study aims to determine the effect of application of
jatropha fruit extract (J. curcas) on mortality of P. xylostella. The treatment was
arranged in randomized block design (RBD), which consisted of seven treatments
with three replications. The treatments consisted of the application of the fruit
extract concentration : 0.0; 2.5; 7.5; 10; 12.5; 15; and 20 ml/l of water. Data were
analyzed with analysis of variance followed by least significant difference ( LSD)
test at 5%, and probit analysis was performed to determine the LC50. The results
showed that the application of jatropha fruit extracts could cause mortality of P.
xylostella, with the highest mortality (88.33%) at a concentration of 20 ml / l.
Toxicity of jatropha fruit extracts (J. curcas) on larvae of P. xylostella indicated
by LC50 values at 72 hour after application was 7, 21 ml / l.
Key words : Jatropha fruit extracts, Jatropha curcas L., Plutella xylostella L.,
plant pesticide.AGIS PALUPI 06140410152015-09-07T04:32:44Z2015-09-07T04:32:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12524This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125242015-09-07T04:32:44ZPENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK KANDANG SERTA
URINE KELINCI PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKETAbstrak
Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai
komersial tinggi di Indonesia. Produksi melon salah satunya ditentukan oleh
teknik budidaya yang baik yaitu pemupukan. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
Mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang ayam, kambing, kelinci, atau
sapi pada pertumbuhandan produksi tanaman melon. (2) Mengetahui pengaruh
konsentrasi urine kelinci pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon.
(3) Mengetahui pengaruh masing-masing pupuk kandang pada tiap konsentrasi
urine kelinci pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan
Palapa VI, Bandar Lampung.
Penelitian ini menggunakan. (1) Rancangan Perlakuan Faktorial (4 x 4 ).
Faktor pertama adalah pupuk kandang ayam, kambing, kelinci, sapi. Faktor
kedua adalah 4 taraf konsentrasi urine kelinci yaitu, 0 ml/l, 5 ml/l, 10 ml/l, 15
ml/l. Rancangan percobaan menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna
(RKTS) dengan 3 kali ulangan. Analisis data diuji dengan polinomial ortogonal
pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pupuk kandang kelinci
lebih baik daripada pupuk kandang sapi dalam menghasilkan bobot buah dan
diameter buah. (2) Pada konsentrasi urine kelinci 6,1 ml/liter menghasilkan total
padatan terlarut sampai maksimal 15,8%. (3) Pada media pupuk kandang
kambing pemberian urine kelinci konsentrasi 10,4 ml/liter memberikan pengaruh
pada bobot buah maksimal 956,5 gram dan pada media pupuk kandang kelinci
pemberian urine kelinci konsentrasi 10,8 ml/liter memberikan pengaruh pada
diameter buah maksimal 12,4 cm.
Kata kunci : melon, pupuk kandang, urine kelinci.
Abstract
Melon fruit (Cucumis melo L.) is a plant which has a high commercial
value in Indonesia. The production of melon is determined by a good cultivation
method it is with fertilization. this research aims (1) to know the effect of giving
chicken manure, goat manure, rabbit manure or cow manure to the growth and
production of melon plant . (2) to know the effect of rabbit’s urine concentration
to the growth and production of melon plant (3) to know the effect of each
manure at every rabbit’s urine concentration level to the growth and production
of melon plant
This research is conducted from November 2011 till January 2012 at
Palapa VI street, Bandar Lampung. This research uses (1) factorial treatment
design (4 x 4) . the first factor is 4 kinds of chicken manure , goat-manure, rabbitmanure, cow manure. the second factor is 4 levels of rabbit’s urine concentration,
they are 0 ml/l, 5 ml/l, 10 ml/l, 15 ml/l. The design of experiment uses completely
random group design (RKTS) with repetition 3 times. Data analysis is continued
with polynomial hexagonal at level of 5%. The results of research show that (1)
Rabbit’s manure is better than cow’s manure in resulting fruit’s diameter and
weight. (2) at rabbit’s urine concentration level 6,1 ml/l resulted in maximal
0brix up 15.8 % (3) at goat manure media, the giving of rabbit’s urine
concentration 10,4 ml/l gave the effect to fruit’s maximum weight 95,5 gram and
at rabbit’s manure media, the giving of rabbit’s urine concentration 10,84 ml/l
gave the effect to fruit’s maximum diameter 12,4 cm
Keywords : melon, manure, rabbit’s urineAnggi Setyawan 07140120292015-09-07T04:32:38Z2015-09-07T04:32:38Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12523This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125232015-09-07T04:32:38ZUJI DAYA HASIL DELAPAN GENOTIPE KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.) DI DESA MASGAR
KECAMATAN TEGINENENG
KABUPATEN PESAWARANAbstrak
Perakitan varietas unggul kacang tanah yang memiliki sifat-sifat penting seperti
berdaya hasil tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit diperlukan tetua
yang memiliki sifat-sifat unggul. Tetua yang memiliki daya hasil tinggi antara lain
subspesies (ssp) hypogaea (mencakup tipe virginia dan runner yang tumbuh menjalar
dan setengah menjalar). Polong dan biji berukuran besar (tipe virginia) berukuran
besar, merupakan karakter agronomis yang mendukung daya hasil tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi galur-galur unggul kacang tanah dengan
cara membandingkan hasil dan komponenya dengan varietas standar. Uji daya hasil
dilakukan terhadap 6 galur-galur unggul baru yaitu K/SR-1, K/WS-6, K/C55-437,
K/Flg-1, Unila KT9-1 dan K/SR-3 Sedangkan sebagai pembanding digunakan 2
varietas standar nasional (pembanding) yaitu varietas Singa dan Kancil. Penelitian
dilaksanakan di Desa Masgar, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran dari
bulan November 2010 sampai dengan Februari 2011, menggunakan rancangan
percobaan dengan rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) terdiri dari 4
ulangan. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Barlett dan
kemenambahan model diuji dengan uji Tukey, pemisahan nilai tengah dengan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 0,05.
Hasil percobaan pada peubah generatif menunjukkan bahwa genotipe Unila KT9-1,
K/SR-1, K/SR-3, K/Flg-1 dan K/WS6 memiliki kinerja yang lebih baik daripada
varietas Singa dan Kancil. Berdasarkan data peubah bobot polong kering per petak
dan bobot 100 biji kering sebagai indikator utama, galur Unila KT9-1, K/WS6,
K/Flg-1, dan K/SR-1 menunjukkan bobot polong kering per petak lebih tinggi dari
varietas Singa. Pada peubah bobot 100 biji kering galur Unila KT9-1 dan K/Flg-1
juga lebih tinggi dari varietas Singa. Genotipe K/SR-3 yang memiliki tipe
pertumbuhan menjalar dan menunjukkan pertumbuhan vegetatif serta jumlah polong
lebih unggul daripada varietas Singa, dapat digunakan sebagai tetua persilangan
untuk memperoleh varietas baru.
Kata kunci: Arachis hypogaea L., Uji daya hasil, galur, varietas
Abstract
Assembly of peanut varieties that have important properties such as high yielding,
resistant to pests and diseases is required of elders who have superior properties.
Elders who has a power high yield among others subspecies (ssp) hypogaea (include
type virginia and runner that grow creeper and half metastasized). Pods and large
seeds (Virginia type) are large, the agronomic characters that support a high yield.
This study aims to evaluate the superior strains of peanuts by comparing the results
and komponenya with standard varieties. The test results carried out on six new high
yielding strains that K/SR-1, K/WS-6, K/C55-437, K/Flg-1, Unila KT9-1 and K/SR-3
While the comparison is used two varieties of the national standard (benchmark) the
varieties of the Lion and the Mouse Deer. Research conducted in the Village Masgar,
Tegineneng District, District Pesawaran from November 2010 until February 2011,
using the experimental design with randomized complete design (RKTS) consists of
four replications. Homogeneity range between treatments were tested with the
Bartlett test and kemenambahan models tested with Tukey test, with a mean
separation test of the Real Honest Differences (BNJ) at the 0.05 level.
The experimental results on the generative variables showed that genotype-1 Unila
KT9, K/SR-1, K/SR-3, K/Flg-1 and K/WS6 have better performance than the
varieties of the Lion and the Mouse Deer. Based on the data variable dry weight of
pods per plot and the dry weight of 100 seeds as a leading indicator, KT9 Unila-1
strain, K/WS6, K/Flg-1, and indicate the weight of pods dry K/SR-1 per plot is higher
than the varieties of the Lion . In the variable dry weight of 100 seeds strains Unila
K/Flg-1 KT9-1 and also higher than the Lion variety. K/SR-3 genotype that has
spread growth and indicate the type of vegetative growth and number of pods are
superior varieties of lions, can be used as a cross elders to obtain new varieties.
Key words: Arachis hypogaea L., the test results, strains, varietiesArif Nurrohman 07140110252015-09-07T04:31:40Z2015-09-07T04:31:40Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12515This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125152015-09-07T04:31:40ZKarakteristik Biologi Beberapa Generasi
Koloni Parasitoid Cotesia flavipes Cameron
Hasil Pembiakan Laboratorium dan Hasil
Penangkapan dari LapanganAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki karakteristik biologi beberapa generasi
koloni parasitoid Cotesia flavipes Cameron (Hymenoptera: Braconidae) yang
diperoleh dari populasi lapangan (generasi liar atau generasi pertama, G1) dan
hasil dari pembiakan laboratorium (generasi 5 dan 7, G5 dan G7). Penelitian
disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan koloni generasi
keturunan liar (G1), generasi 5 (G5), dan generasi 7 (G7) dari parasitoid C.
flavipes sebagai perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak lima kali.
Data jumlah imago yang dihasilkan dan lama hidup maksimum dari koloni C.
flavipes yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan
dilanjutkan dengan uji pembandingan nilai tengah (BNT dengan taraf nyata α =
0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa koloni C. flavipes yang lebih lama
dibiakkan di laboratorium menghasilkan jumlah imago betina yang lebih rendah.
Koloni parasitoid C. flavipes yang dibiakkan di laboratorium lebih lama juga
mempunyai lama hidup maksimum imago betina lebih pendek. Generasi
keturunan liar (G1) parasitoid C. flavipes mempunyai seks rasio yang lebih baik
untuk menghasilkan keturunan dengan jumlah populasi imago betina lebih tinggi
daripada koloni G5 dan G7. Perbandingan imago betina dan jantan C. flavipes
pada kelompok G1 adalah 2,79:1, sementara pada G5 dan G7 masing-masing
2,43:1 dan 1,89:1.
Kata kunci : penggerek batang tebu, karakteristik biologi, Cotesia flavipes, lama
hidup, seks rasio.
Abstract
The objective of the study was to examine the biological characteristics
of several generations of field collected Cotesia flavipes Cameron (Hymenoptera:
Braconidae) (wild colony or the first generation, G1) Vs. laboratory reared
colonies (5th and 7th generation or cohort, G5 and G7). The study was arranged
in a Completely Randomized Design (CRD) with generations of the C. flavipes
colonies were assigned as the treatments, i.e. generation (G1), generation 5
(G5), and generation 7 (G7). Each treatment was repeated five times. Data of
emerging adults and maximum longevity of the parasitoids were subjected to
analysis of variance (ANOVA) and followed by means separation test (LSD,
α =0.05). The results showed that colonies of C. flavipes that had been reared in
the laboratory for a longer period produced the lower number of female adults
compared to those collected from the field (wild colonies or G1). Colonies of C.
flavipes reared in the laboratory for a longer period also had a shorter
maximum longevity for their female adults. Colonies originated from wild cohort
(G1) of C. flavipes produced a better sex ratio with a higher number of females
compared to those of G5 and G7 colonies. Sex ratio of female to and male of
C. flavipes for G1 colony was 2,79:1, while the G5 and G7 colonies produced
2,43:1 and 1,89:1 sex ratio, respectively.
Keywords: sugarcane borer, biological characteristics, Cotesia flavipes,
longevity, sex ratio.ARIF ZAINURI 06140410192015-09-07T04:31:34Z2015-09-07T04:31:34Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12514This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125142015-09-07T04:31:34ZPENGARUH KEBERADAAN KELOMPOK SEMUT TERHADAP
JUMLAH KOLONI DAN POPULASI KUTU SACCHARICOCCUS
SACCHARI COCKERELL PADA HAMPARAN TEBUAbstrak
Kutu babi (Saccharicoccus sacchari Cockerell) (Pseudococcidae,Hemiptera)
dapat merusak pertanaman tebu secara langsung maupun sebagai vektor patogen
(virus). Dalam penyebarannya, kutu babi berasosiasi dengan semut simbion.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menyelidiki pengaruh jumlah kelompok
semut simbion yang terdapat pada suatu hamparan terhadap jumlah individu dan
jumlah koloni S. sacchari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli
2011 di lahan tebu PT Gunung Madu Plantations (GMP), Lampung Tengah.
Survei difokuskan pada hamparan tebu yang berumur tujuh bulan dan hamparan
tebu yang sudah dipanen. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kelompok
semut, jumlah individu, maupun jumlah koloni kutu babi S. sacchari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara umum terdapat korelasi positif yang nyata
antara jumlah kelompok semut dan jumlah individu kutu babi maupun jumlah
koloni kutu babi, baik pada hamparan pertanaman tebu yang sudah dipanen
maupun pada tanaman tebu berumur tujuh bulan. Terdapat hubungan yang relatif
kuat antara keberadaan semut dengan keberadaan kutu babi S. sacchari pada
hamparan pertanaman tebu yang sudah dipanen (47,4% – 63,1%) maupun pada
hamparan pertanaman tebu berumur 7 bulan (42,6% – 95,6%). Keberadaan kutu
babi S. sacchari selalu dikuti oleh keberadaan semut simbion, baik pada tanaman
tebu yang belum dipanen (di atas tanah) maupun pada tanaman tebu yang sudah
dipanen (di bawah tanah). Dengan memperhatikan simbiosis mutualistik antara
semut simbion dan kutu babi pada hamparan tebu ini maka pengendalian hama
kutu babi dapat dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika populasi semut
yang ada pada hamparan.
Katakunci : Kutu Babi, Saccharicoccus sacchari, Interaksi antara semut simbion
dan kutu babi, hamparan tebu.
Abstract
The pink sugarcane mealybug (Saccharicoccus sacchari Cockerell)
(Pseudococcidae, Hemiptera) could directly damage sugarcane or acts as vectors
of sugarcane pathogens such as viruses. The pink sugarcane mealybug is
associated with symbiotic ants. The research aims to study the effect of the
presence of symbiotic ants in the sugarcane field on the number of colonies and
abundance the pink sugarcane mealybug (S. sacchari). The research was
conducted from June until July 2011 in PT GMP sugarcane field, Central
Lampung. The survey was focused on 7 months old of sugarcane and on
harvested field. The results showed that in general there was a positive
correlation between the number of the ants and the number of individuals and
colonies of the pink sugarcane mealybug S. sacchari in the harvested field as well
as on 7 months old of sugarcane crop. There was a relatively strong relationship
between the presence of ants in the presence of pink sugarcane mealybug S.
sacchari in sugarcane field (47,4% - 63,1%) or in 7 months old of sugarcane
(42,6% - 95,6%). The presence of S. sacchari was always followed by of
symbiotic ants on the sugarcane that has not been harvested (above ground) or in
the harvested field (below ground). By considering the mutualistic symbiosis
between symbiotic ants and pink sugarcane mealybug in sugarcane field,
therefore,the population dynamics of simbiotic ants should be taken into
consideration when a control measure for the pink sugarcane mealybug is initiated
in sugarcane field.
Keywords: Pink sugarcane mealybug, Saccharicoccus sacchari, interaction
between symbiotic ants and pink sugarcane mealybug, sugarcane fieldAGUNG RIZKY JOHANSYAH 06140410162015-09-07T04:31:23Z2015-09-07T04:31:23Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12513This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125132015-09-07T04:31:23ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
UNTUK PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)
DI KELOMPOK TANI ”TANI MAKMUR” DESA SINAR MULYA
NATAR LAMPUNG SELATANAbstrak
Tanaman ubi kayu dikembangkan secara vegetatif yakni dengan stek. Jenis bahan
tanaman (varietas/klon) ubi kayu yang banyak ditanam di Lampung antara lain
adalah varietas UJ-3 (Thailand), varietas UJ-5 (Cassesart), dan klon lokal (BPS
Lampung, 2011 ).
Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan menggunakan kriteria biofisik menurut
Djaenuddin dkk., (2000), sedangkan penilaian secara ekonomi adalah dengan
menganalisa kelayakan finansial budidaya tanaman ubi kayu yang dilakukan
dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, dan IRR.
Hasil penelitian lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) di lahan
Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung
Selatan berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk., (2000) termasuk ke dalam kelas
kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas media perakaran dan
retensi hara (S2rcnr). Secara finansial, usaha budidaya tanaman ubi kayu layak
untuk dikembangkan, hal ini dibuktikan dari hasil NPV diperoleh petani komposit
I sebesar Rp36.818.793,5,-, Net B/C sebesar 1,94, IRR sebesar 8,55% bulan-1 dan
NPV petani komposit II sebesar Rp42.763.882,67,-, Net B/C sebesar 2,14, dan
IRR sebesar 9,87% bulan-1.
Kata kunci : Kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif, kelayakan usaha budidaya
tanaman ubi kayu.
Abstract
Cassava plants are planted in the vegetative cuttings. The type of plant material
(varieties / clones) cassava is widely planted in Lampung include varieties UJ-3
(Thailand), varieties UJ-5 (Cassesart), and local clones (BPS Lampung, 2011).
Land suitability evaluation performed using biophysical criteria according
Djaenuddin et al., (2000), while the economic assessment is to analyze the
financial feasibility of cassava cultivation is done by calculating the value of NPV,
Net B / C ratio and IRR.
The results of cassava plantation (Manihot esculenta Crantz) in the land of
Farmers Group “Tani Makmur” Sinar Mulya Village Natar South Lampung
District according criteria of Djaenuddin et al., (2000) can be classified as
moderatelly suitable with the limiting factor were rooting condition and nutrient
retention (S2 rcnr). Financially, the cultivation of cassava crops is feasible to be
developed, this is evidenced from calculating value of NPV the farmers obtained
composite I is Rp36.818.793, 5, -, Net B/C is 1.94, IRR is 8.55% month-1 and the
NPV farmers composite II is Rp42.763.882,67, -, Net B/C is 2.14, and IRR is
9.87% month-1.
Key words : qualitative and quantitative land suitability, feasibility of cultivation
of cassava plants.FERDY FIRMANSYAH SOFYAN 06140310312015-09-07T04:31:18Z2015-09-07T04:31:18Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12512This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125122015-09-07T04:31:18ZPENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI MULSA BAGAS
TERHADAP KANDUNGAN ASAM HUMAT DAN ASAM FULVAT
TANAH ULTISOL DI PERKEBUNAN TEBUAbstrak
Degradasi tanah merupakan masalah utama yang dihadapi dalam sistem budidaya
saat ini. Salah satu penyebab terjadinya penurunan kualitas tanah adalah cepat
habisnya kandungan bahan organik di dalam tanah. Sistem tanpa olah tanah yang
ditambah dengan penggunakan mulsa berbasis limbah tebu (bagas) diharapkan
mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah (BOT), yang selanjutnya
akan meningkatkan kandungan asam humat dan asam fulvat dalam tanah. Asam
humat dan asam fulvat merupakan bahan penting yang menentukan kesuburan
tanah. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh pengolahan tanah
dengan pemberian mulsa bagas terhadap kandungan asam humat dan asam fulvat
tanah ultisol di perkebunan tebu. Penelitian ini dirancang secara split plot dalam
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 kali ulangan. Petak utama yaitu
sistem olah tanah, yang terdiri dari tanpa olah tanah (T0) dan olah tanah intensif
(T1). Anak petak adalah aplikasi mulsa bagas, yang terdiri dari tanpa mulsa
bagas (M0) dan mulsa bagas 80 t ha-1 (M1). Adapun kombinasi perlakuan yang
diterapkan adalah sebagai berikut: T0M0 = tanpa olah tanah + tanpa mulsa bagas,
T0M1 = tanpa olah tanah + mulsa bagas 80 t ha-1, T1M0 = olah tanah intensif +
tanpa mulsa bagas, dan T1M1 = olah tanah intensif + mulsa bagas 80 t ha-1. Data
yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan Uji Bartlet dan aditivitasnya dengan
Uji Tukey, serta uji lanjut dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem olah tanah dan pemberian mulsa
bagas tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan asam humat, asam fulvat, Corganik, dan N-total tanah.
Kata Kunci : asam fulvat, asam humat, mulsa bagas, olah tanah intensif, dan tanpa
olah tanah.
Abstract
Soil degradation is the main problem in agriculture system. One of the factors
that affected soil degradation is reduction of soil organic matter. No tillage
system with use of waste-based sugar cane mulch is expected to be able to
improve soil organic matter, and than improve humic acid and fulvic acid in soil.
Humic acid and fulvic acid is very important substance that determining soil
fertility. This research is designed to compare the effect of tillage system and
application bagasse mulch to humic acid and fulvic acid ultisol soil in sugar cane
plantation. This research was designed as split plots in randomized block design
(RBD) with 5 replications. The main plot was tillage system, which consists of no
tillage (T0) and intensive tillage (T1). Subplot was the application of bagasse
mulch, consisting of without bagasse mulch (M0) and with bagasse mulch with
dose of 80 t ha-1 (M1). The combination of treatment were applied as follows:
T0M0 = no tillage + no mulch bagasse, T0M1 = no tillage + bagasse mulch 80 t ha-
1, T1M0 = intensive tillage + no mulch bagasse, and T1M1 = intensive tillage +
bagasse mulch 80 t ha-1. The data obtained were analysed their homogenity with
Bartlett Test and additivity with Tukey test, and continued by Least Significant
Different (LSD) with 5% level and 1% level. The result showed that the
application of tillage system and bagasse mulch was not significantly different to
humi acid, fulvic acid, organic carbon, and total nitrogen in soil.
Key word : bagasse mulch, fulvic acid, humic acid, intensive tillage, and no
tillageNOVI ROKHMAWATI HASTIN 06140310092015-09-07T04:31:00Z2015-09-11T06:34:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12504This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125042015-09-07T04:31:00ZPERANCANGAN LANSEKAP KAWASAN RUMAH SUSUN
MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG SEBAGAI
LABORATORIUM PRAKTIKUM PERTANIANAbstrak
Unila telah membangun rumah susun sebagai fasilitas bagi mahasiswa baru yaitu
Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa). Rusunawa yang telah dibangun ini belum
memiliki perencanaan dan perancangan lansekap yang pasti. Oleh karena itu
perlu adanya pemikiran perancangan lansekap Rusunawa Unila guna
menyeimbangkan bangunan yang sudah ada (hardscape) dan perlu penataan
vegetasi (softscape) sesuai dengan fungsinya sehingga terkesan lebih estetis.
Laboratorium merupakan salah satu kebutuhan civitas akademi diUniversitas,
sehingga perencanaan pembangunan Laboratorium harus cermat dan
mempertimbangkan banyak hal. Dengan adanya Laboratorium yang direncanakan
oleh pihak Universitas Lampung dengan Kementrian kelautan pada tahun 2010
yaitu penyediaan Laboratorium praktikum dan perbaikan kualitas pendidikan,
namun sampai saat ini usaha tersebut belum seluruhnya memenuhi harapan karena
belum adanya kesesuaian antara keinginan akademika dengan Laboratorium
praktikum yang diusahakan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk membuat
perancangan lanskap area sekitar (outdoor), serta penataan fasilitas pendukung
(hardscape) dengan hasil akhir berupa gambar desain sehingga, tercipta
perancangan lanskap kawasan Rusunawa Unila yang sesuai dengan Laboratorium
Praktikum Pertanian.
Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, kawasan Rusunawa Unila berpotensi untuk
dikembangkan menjadi 7 zona, yaitu Zona penerimaan A, Zona penerimaan B,
Zona olahraga, Zona ruang terbuka hijau, Zona praktikum, Zona parkiran umum,
Zona Rusunawa Unila.Batasan masing-masing pembagian zona adalah (1). zona penerimaan A dimulai
dari pintu masuk Utara sampai gedung Rusunawa tanda selamat datang sebagai
penyambut dan pengarah jalan bagi pengunjung laboratorium lapangan terpadu.
(2). zona penerimaan B mempunyai tujuan sebagai pintu masuk berada disebelah
Utara dan disebelah Timur agar mahasiswa lebih dekat ke lahan praktikum
dengan melalui area kolam pemancingan, (3). zona olahraga merupakan salah satu
tempat beraktifitasnya badan yang digunakan untuk penghuni rusunawa dan untuk
umum. Sarana olahraga yang telah disediakan lapangan adalah lapangan
softball/baseball, lapangan futsal dan lapangan parkir motor, sehingga pintu
masuknya di bagian Utara pintu penerimaan A, ( 4). zona ruang terbuka hijau
berada di sekitar Rusunawa dan dekat kolam. Fasilitas lansekap yang ada adalah
gazebo, bangku taman, lampu taman, (5). zona praktikum mahasiswa dilengkapi
dengan tanaman buah dan sayuran yang berbatasan dengan kolam pemancingan,
petak sawah, rumah pupuk kompos, keran air dan bak penampungan air, (6).
zona parkir umum menggunakan tanaman yang berfungsi sebagai peneduh
dengan kriteria cabangnya kuat, banyak cabang, dan tidak mudah rontok daunya,
(7). zona rumah susun mahasiswa, memiliki fasilitas bangunan yang dirancang
sebagai dua bangunan kembar yang berhadapan, parkir kendaraan roda empat,
rumah generator, kantin mahasiswa, dan mini market.Ika Fatmasari 05140120272015-09-07T04:30:37Z2015-09-07T04:30:37Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12496This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124962015-09-07T04:30:37Znnnnnn 08140610162015-09-07T04:28:41Z2015-09-07T04:28:41Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12485This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124852015-09-07T04:28:41ZKAJIAN PENAMBAHAN CHITOSAN, GLISEROL DAN CARBOXY
METHYL CELLULOSE TERHADAP KARAKTERISTIK
BIODEGRADABLE FILM DARI BAHAN KOMPOSIT SELULOSA
NANASAbstrak
Limbah padat buah nenas merupakan bahan baku yang sangat potensial untuk
pembuatan biodegradable film. Limbah padat tersebut mengandung antara lain
selulosa dan lignin. Penggunaan biodegradable film untuk mengurangi dampak
negatif dari plastik yang limbahnya sulit terurai. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan konsentrasi chitosan, gliserol dan carboxy methyl cellulose yang
efektif untuk menghasilkan karakteristik biodegradable film dari bahan komposit
selulosa nenas terbaik.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)
dengan perlakuan yang disusun secara faktorial 3x3x2. Penelitian dilakukan
menggunakan tiga faktor, yaitu faktor pertama adalah konsentrasi chitosan (C)
yang terdiri dari tiga konsentrasi yaitu 0,5% (C1), 1% (C2), dan 1,5% (C3).
Faktor kedua adalah konsentrasi gliserol (G) yang terdiri dari tiga konsentrasi
yaitu 0,5% (G1), 1% (G2), dan 1,5% (G3). Sedangkan faktor ketiga adalah
konsentrasi CMC (M) yang terdiri dari dua konsentrasi yaitu 1% (M1) dan 2%
(M2). Kesamaan ragam data diuji dengan Uji Bartlett dan kemenambahan data
diuji dengan Uji Tukey. Data hasil pengamatan karakteristik biodegradable film
dari bahan komposit selulosa nenas dianalisis dengan ANOVA untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Analisis data dilanjutkan dengan Uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) 1% dan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi chitosan, gliserol dan CMC
berpengaruh nyata terhadap kekuatan tarik, kelarutan dan biodegradabilitas. Hasil
terbaik diperoleh pada konsentrasi chitosan 1,5%, gliserol 0,5% dan CMC 1%
yang menghasilkan kuat tarik 199, 629 MPa, kelarutan 47,22% dan
biodegradabilitas selama 14 hari.
Kata Kunci : Biodegradable Film, selulosa nenas, chitosan, gliserol, CMC
Abstract
The solid waste of pineaple is a potential raw material biodegradable film for
making. The solid waste is a kind of cellulose and lignin. The use of
biodegradable film is to reduce the negative impact of plastic because of its
undegradable. This research was aimed to finding the most effective chitosan,
glycerol and carboxy methyl cellulose concentration in order to produce the best
of biodegradable film pineapple characteristic.
This research was arranged randomly in 3x3x2 factorial completely randomized
block design. The first factor was chitosan concentration (C) which consist of
three level. There were 0,5% (C1), 1% (C2)and 1,5% (C3). The second factor was
glycerol concentration (G) which consisted of three level. There were 0,5% (G1),
1% (G2) and 1,5% (G3). Meanwhile the third factor was concentration CMC (M)
which consisted of two level. There were 1% (M1) and 2% (M2). The homogenity
was analyzed by using Bartlett test and additivity was analyzed by using Tukey
test. The data were analyzed by using ANOVA. Then they were analyzed further
using HSD each at level 1% and 5%.
The result of research showed that chitosan concentration, glycerol and CMC
influenced tensile strength, solubility and biodegradability. The best result was
gotten in chitosan concentration 1,5%, glycerol 0,5% and CMC 1% which
produced tensile strength 199, 629 MPa, solubility 47,22% and biodegradability
during 14 days.
Key Words: Biodegradable Film, pineapple of cellulose, characteristicSATRIYO 07140510682015-09-07T04:28:31Z2015-09-07T04:28:31Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12473This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124732015-09-07T04:28:31ZPENGARUH JENIS BAHAN PENGAWET TERHADAP SIFAT KIMIA,
ORGANOLEPTIK, DAN MIKROBIOLOGI
PERMEN JELLY BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)
SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANGAbstrak
Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer
di Indonesia. Akan tetapi seperti buah-buahan segar pada umumnya, buah naga
juga akan mengalami kerusakan apabila tidak diolah lebih lanjut. Salah satu usaha
diversifikasi produk untuk meningkatkan daya guna hasil pertanian dan untuk
menarik minat konsumen adalah pemanfaatan buah naga dalam pembuatan
permen jelly. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bahan pengawet
yang dapat menghasilkan permen jelly buah naga dengan sifat kimia dan
organoleptik terbaik, serta dapat mempertahankan dari kerusakan mikroorganisme
selama penyimpanan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS)
yang terdiri atas dua faktor dan dua ulangan. Faktor pertama adalah jenis bahan
pengawet yang terdiri dari tanpa bahan pengawet (P0), natrium benzoat (P1)
sebanyak 0,1 % (b/v), dan natrium propionat (P2) sebanyak 0,2% (b/v). Faktor
kedua adalah lama penyimpanan pada suhu kamar yang terdiri dari dari
penyimpanan 0 hari (H0), 5 hari (H1 ), 10 hari (H2), 15 hari (H3), 20 hari (H4), 25
hari (H5), dan 30 hari (H6), 35 hari (H7), dan 40 hari (H8). Parameter yang
diamati adalah kadar air, kadar abu, gula reduksi, total mikroba dan uji
organoleptik. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam untuk
mendapatkan penduga ragam galat dan uji signifikasi untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan antar perlakuan. Keseragaman data diuji dengan uji Bartlett
dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan
uji perbandingan dan polinomial ortogonal pada taraf nyata 1% dan 5%.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa jenis bahan pengawet dan lama
penyimpanan berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar air, penurunan gula
reduksi, peningkatan total mikroba, penurunan skor kekenyalan, dan penurunan
skor penerimaan keseluruhan dari permen jelly buah naga.
Afnita Sari
Penggunaan pengawet Na-propionat 0,2% (b/v) pada penyimpanan hari ke-20
(H4P2) menghasilkan permen jelly buah naga dengan sifat mikrobiologi dan
kimia terbaik, dengan total mikroba 9 × 10 kol/g, kadar air 17,66%, kadar abu
0,343%, dan gula reduksi 4,44%. Hasil uji organoleptik juga menunjukkan
bahwa, permen jelly buah naga dengan pengawet Na-propionat pada lama simpan
20 hari (H4P2), memiliki aroma agak khas buah naga, berwarna coklat keruh,
kenyal, rasa manis dan lebih disukai panelis.
Kata kunci : Permen jelly, buah naga, bahan pengawet.
Abstract
Dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) is recently a popular fruit in Indonesia.
However, this fruit, as well as other common fruits, will degrade immediately
without further processing. One of product diversification efforts is using dargon
fruit in making jelly candy. This research objective is to find out types of
preservative substance that is able to produce fruit dragon jelly candy with best
chemical and organoleptic properties, and prevent from microorganism damage
along storage.
This research used perfect group randomized design consisting of two factors and
two repetitions. The first factors were preservative types consisting of withput
preservative (P0), 0.1% (b/v) natrium benzoate (P1), 0.2% (b/v) natrium
propionate (P2). The second factors were the storage durations in room
temperature consisting of duration of 0 day (H0), 5 days (H1), 10 days (H2), 15
days (H3), 20 days (H4), 25 days (H5), 30 days (H6), 35 days (H7), and 40 days
(H8). The observed parameters were water content, ash content, sugar reduction,
total of microbial and organoleptic test. Obtained data were analyzed using
analysis of variance (anova) to obtain prediction error variance, and significant
test to find out if any differences exist amongst treatments. The data homogeneity
was tested using Bartlett test, while data additivity is tested using Tukey test. The
data analysis continued with comparison and orthogonal polynomial tests in
significant levels of 1% and 5% respectively.
The results showed that the types of preservative and storage duration had
significant influence to the improvement of water content, sugar reduction, total of
microbial increase, elasticity score reduction, and reduction of total acceptance
score of dragon fruit jelly candy.
Afnita Sari
The use of 0.2% (b/v) Na-propionate in the 20th days of storage (H4P2) produced
the best chemical and microbiological properties for dragon fruit jelly candy, with
microbial total of 9 × 10 Col/g, 17.66% water content, 0.343% ash content, 4.44%
sugar reduction. Organoleptic test result showed that dragon fruit jelly candy
using Na-propionate preservative in 20 days storage (H4P2) has typical dragon
fruit aroma, turbid brown colored, elastic, sweet taste, and more favored by
panelists.
Keywords: jelly fruit, dragon fruit, preservativeAfnita Sari 07140510282015-09-07T04:27:41Z2015-09-07T04:27:41Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12464This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124642015-09-07T04:27:41ZPENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL MIKRO ORGANIK
TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY ACID (VFA)
CAIRAN RUMEN PADA SAPI PEDAGINGAbstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian mineral mikro
organik dalam ransum terhadap volatile fatty acid (VFA) dan amonia (NH3)
rumen sapi pedaging dan untuk mengetahui tingkat terbaik penggunaan mineral
mikro organik dalam ransum terhadap volatile fatty acid dan amonia sapi
pedaging.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 4 ekor sapi pedaging pascasapih
dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), 4 perlakuan dan 4 ulangan.
Adapun perlakuan yang diberikan yaitu R0 : Ransum basal (20% hijauan + 80%
konsentrat), R1: Ransum basal + Mineral mikro organik ½ kali dosis, R2 :
Ransum basal + Mineral mikro organik 1 kali dosis, R3: Ransum basal + Mineral
mikro organik 1½ kali dosis. Rekomendasi NRC 1 dosis kali (Zn 40ppm, Cu
10ppm, Cr 0,30ppm, Se 0,10ppm). Data yang diperoleh diuji dengan analysis of
variance (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal untuk
menentukan tingkat terbaik penggunaan mineral mikro organik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pengunaan mineral mikro organik dalam
ransum berpengaruh tidak nyata terhadap kadar volatile fatty acid dan amonia
tetapi memberikan pengaruh yang positif terhadap kadar volatile fatty acid dan
amonia ; (2) Level penggunaan mineral mikro organik dengan 1 ½ kali dari
rekomendasi ke dalam ransum (R3) cenderung merupakan level terbaik.
Abstract
The objective of this research was to know the influence organic micro mineral in feed,
against Volatile Fatty Acid (VFA) and NH3 the rumen of cow and to knew the level
determination in use organic micro mineral on feed against Volatile Fatty Acid (VFA) and
NH3 of cow.
This research used 4 post-weaning cows with used Latin square design, with 4 treatments
and 4 replications. The treatment was arranged RO=Basal feed(20%mix grass +80%
concentrates) R1= Basal feed + organic micro mineral( Zn,Cu,Se and Cr)*1/2x ,R2= Basal
feed l +organic micro mineral(Zn,Cu,Se and Cr)*1 x,R3= Basal feed +organic micro
mineral(Zn,Cu,Se and Cr)*1 1/2 x. Data obtained was analyzed using variant analysis and the
relation of treatments polynomial orthogonal analysis to determine the best level in used
organic micro mineral.
The results showed that: (1) The used organic micro mineral in feed had no effect ,but give
positive influence of Volatile Fatty Acid(VFA) and ammonia (NH3)content.(2) the level of
organic micro mineral used 1 1/2X from recommendation into feed treatment(R3) that the
best level.
(1) Alumni Animal Husbandry Major Faculty of Agriculture .Lampung University.
(2) Lecturer Animal Husbandry Major Faculty of Agriculture .Lampung UniversityAndik Kristiawan 06140610152015-09-07T04:27:12Z2015-09-07T04:27:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12460This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124602015-09-07T04:27:12ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF
DAN KUANTITATIF BUDIDAYA PADI (Oryza
sativa L.) PADA LAHAN SAWAH NON IRIGASI
TEKNIS KELOMPOK TANI TANI MAKMUR
DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR
LAMPUNG SELATANAbstrak
Padi merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi bahan pangan utama di
Indonesia. Beras adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan
penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab beras mengandung bahan yang
mudah diubah menjadi energi. Evaluasi lahan dibutuhkan dalam proses bercocok
tanam padi untuk mendapatkan produksi tanaman yang maksimum. Evaluasi
lahan berguna sebagai acuan dalam menduga potensi penggunaan lahan untuk
penggunaan tertentu. Penilaian kesesuaian lahan secara finansial dilakukan untuk
menilai kelayakan usaha tani yang dilakukan berdasarkan faktor biaya dan
pendapatan.
Penelitian ini dilakukan dengan menilai kesesuaian lahan berdasarkan kriteria
Djaenuddin, dkk (2000) dan kelayakan finansial pada usahatani budidaya padi
(Oriza sativa) pada kelompok tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan
Natar Lampung Selatan. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan menggunakan
kriteria biofisik menurut Djaenuddin, dkk. (2000), sedangkan penilaian secara
id742159 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
ii
BernofHengrikLeonardSagala
ekonomi adalah dengan menganalisis kelayakan finansial budidaya tanaman padi
yang dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, dan IRR.
Hasil penelitian menunjukkan, lahan pertanaman padi pada kelompok tani Tani
Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan termasuk kedalam
kelas cukup sesuai (S2) dengan kejenuhan basa dan pH (nr) (S2 nr) dan secara
finansial layak untuk dilanjutkan dilihat dari 4 musim tanam yang diteliti. Hasil
penelitian menunjukkan nilai rata-rata NPV sebesar Rp 57.024.378,-, Net B/C
3,32 bulan-1, dan IRR 3,75 %. Nilai NPV yang diperoleh lebih besar dari 0, untuk
nilai Net B/C lebih besar dari 1 dan nilai IRR lebih besar dari suku bunga yang
digunakan yaitu 1,08% bulan-1 atau 13% tahun-1, dari data tersebut menunjukkan
bahwa usaha budidaya tanaman padi sawah selama periode tanam empat musim
(Desember 2009 ñ September 2011) menguntungkan.
Kata kunci : Kesesuaian lahan, kelayakan usahatani sawah.
BERNOF HENGRIK LEONARD SAGALA 06140310212015-09-07T04:27:07Z2015-09-07T04:27:07Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12459This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124592015-09-07T04:27:07ZPENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK PELENGKAP CAIR
PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
CABAI (Capsicum annuum) TM 999Abstrak
Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai
ekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yang unik dan menarik. Cabai
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk
keperluan bumbu dapur. Salah satu upaya peningkatan produksi tanaman cabai
dengan cara pemupukan dan perbaikan lingkungan. Bahan organik adalah bahanbahan yang berasal dari limbah tumbuhan maupun hewan atau sering dianggap
sebagai produk sampingan. Bahan organik berperan penting untuk menciptakan
kesuburan tanah. Plant Catalyst 2006 mengandung unsur hara lengkap baik
makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh sehat.
Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui bahan organik yang terbaik dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999, mengetahui
Konsentrasi Plant Catalist 2006 terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman
cabai TM 999, mengetahui respon antara Bahan Organik dengan penambahan
Konsentrasi Plant Catalist 2006 yang terbaik pada pertumbuhan dan produksi
tanaman cabai TM 999. Penelitian ini di laksanakan di Desa Sukabanjar
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan April sampai
dengan September 2011.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan
disusun dalam rancangan faktorial (4x5). Faktor pertama adalah bahan organik 2
kg/tanaman (tanpa bahan organik, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan
kompos daun) dan faktor kedua adalah plant catalyst (0 g/l, 1 g/l, 1,5 g/l, 2 g/l, dan
2,5 g/l). Masing-masing perlakuan di ulang 3 kali, setiap ulangan terdiri atas 20
bedengan masing-masing populasi tiap bedeng 6 tanaman.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa : bahan organik yang terbaik dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999 adalah bahan
organik pupuk kompos daun menghasilkan jumlah bunga per tanaman sebanyak
354,17 lebih banyak daripada tanpa bahan organik yaitu 234.94 dan bobot kering
brangkasan seberat 144,57 g dibandingkan dengan tanpa bahan organik yaitu
93,36 g. Konsentrasi plant catalyst yang terbaik dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999 adalah pada konsentrasi plant
catalyst 1 g/l menghasilkan jumlah bunga per tanaman (276,63), bobot buah per
tanaman (340,92 g), dan jumlah buah per tanaman (238,83). Pemberian bahan
organik dan konsentrasi plant catalyst yang memperlihatkan respon terbaik adalah
pemberian bahan organik pupuk kandang sapi dan konsentrasi plant catalyst 2 g/l
(B2P3) yaitu pada bobot buah per tanaman (475,00 g).Poniran 06140120502015-09-07T04:26:55Z2015-09-07T04:26:55Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12457This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124572015-09-07T04:26:55ZEVALUASI VIABILITAS BENIH, KETAHANAN DAN PEMULIHAN
BIBIT EMPAT PEDIGRI INBRED JAGUNG YANG DISIMPAN
LEBIH DARI DUA BELAS BULANAbstrak
Salah satu upaya meningkatkan produktivitas jagung adalah mengembangkan varietas
unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu.
Perakitan varietas unggul dimulai dengan membentuk galur atau lini inbred sebagai
calon tetua. Inbred adalah individu dengan derajat kehomozigotan yang tinggi yang
dicapai melalui self secara berulang. Benih self yang telah disimpan 12 —24 bulan
mengalami penurunan viabilitas. Penurunan viabilitas dapat dicegah dengan teknik
penyimpanan benih yang baik. Untuk memperoleh benih dengan mutu awal yang
tinggi, lingkungan pertanaman termasuk kesuburan tanah diusahakan pada kondisi
optimal. Salah satu caranya yaitu dengan pemupukan. Kelangkaan pupuk yang
terjadi menyebabkan penundaan pupuk pada awal pertumbuhan tanaman. Dengan
demikian, inbred perlu diseleksi agar dapat bertahan terhadap ketiadaan pupuk dasar
pada fase bibit selama 25—30 hari setelah tanam (hst). Vigor bibit yang kuat akan
mampu bertahan walaupun dalam keadaan tercekam. Pemulihan diperlukan untuk
Gusti Ayu Ningrum
melihat vigor bibit dapat meningkat dan menghasilkan tanaman yang normal.
Pemberian pupuk NPK diharapkan dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman
sehingga membantu pemulihan tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi viabilitas benih jagung yang telah
disimpan lebih dari 12 bulan, (2) mengetahui ketahanan hidup bibit tanpa tambahan
pupuk sampai umur 28 hst, dan (3) mengevaluasi pemulihan bibit setelah
penambahan pupuk.
Perlakuan disusun dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan
tiga ulangan. Bahan tanaman yang digunakan adalah empat benih inbred yaitu
UL4.01 (pedigri Srikandi), UL3.03 (pedigri BiSi 3), UL2.03 (pedigri Cargill 3) , dan
UL1.04 (pedigri Pioneer 4). Kehomogenan data dianalisis menggunakan uji Bartlett
dan Levene. Data untuk semua peubah dianalisis menggunakan Analysis of
Variance (Anova) melalui Minitab 14. Jika hasil analisis ragam yang diperoleh
nyata, maka dilakukan pemeringkatan nilai tengah dengan uji Beda Nyata Jujur
(BNJ) 0,05. Tingkat Pertumbuhan dianalisis dengan trend line melalui Microsoft
Excel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Empat pedigri inbred jagung memiliki
persentase viabilitas benih >86% yaitu UL4.01 95%, UL3.03 100%, UL2.03 94%,
dan UL1.04 100%; (2) Keempat pedigri inbred jagung mampu bertahan hidup tanpa
adanya tambahan pupuk sampai umur 28 hst; dan (3) Setelah diberi pupuk keempat
pedigri inbred jagung tidak menunjukkan terjadinya pemulihan.
Abstract
One effort to increase the productivity of maize is to develop high yielding varieties
of high yielding and adaptable to particular environmental conditions. Varieties
development begins by establishing inbred strains or lines as potential parents.
Inbreds are individual with a high degree of homozygote achieved through self
repeatedly. Seeds that have been stored for 12 — 24 months decreased in their
viability. Decrease in viability can be prevented by good seed storage techniques. To
obtain seeds with high initial quality, cropping environments including soil cultivated
in optimal conditions. One way is by fertilizing. Scarcity of fertilizers happened to
cause the delay of fertilizer application in early plant growth. Thus, inbred need to be
selected in order to withstand the absence of starting fertilizer at seedling stage for
25-30 days after planting (dap). Strong seedling vigor will be able to survive even in
a state of no fertilizer. Recovery is necessary to look to increase seed vigor and
Gusti Ayu Ningrum
produce a normal crop. NPK fertilizer is expected to stimulate vegetative growth of
plants that help plant recovery.
This study aims to (1) evaluate the viability of the seed corn that has been stored for
more than 12 months; (2) determine plant survival without additional fertilizer until
age 28 dap; and (3) evaluate the recovery of crops after the addition of fertilizer.
Treatments were prepared in Randomized Complete Block Design (RCBD) with
three replications. Plant materials used were four inbred seeds : UL4.01 (Srikandi
pedigree), UL3.03 (BiSi 3 pedigree), UL2.03 (Cargill 3 pedigree), and UL1.04
(pedigree Pioneer 4). Homogeneity of variation was analyzed using Bartlett's and
Levene's test. Data for all the variables stem length, root length, number of root
branches, number of leaves, dry weight stem, and root + the remaining seed dry
weight were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) with Minitab 14. If the
results obtained by the analysis of a variety were significant, then the inbreds were
ranked using Honestly Significant Difference (HSD) 0,05. Growth rate was analyzed
by the trend line using Microsoft Excel.
The results showed that (1) four pedigrees of inbred corn seed had a percentage
viability > 86% in the order of: 95% UL4.01, 100% UL3.03, 94% UL2.03 and 100%
UL1.04; (2) the four pedigrees of inbred maize will survive without fertilizer for 28
dap; and (3) after the application of fertilizers, the four pedigrees of inbred maize did
not show the recovery.Gusti Ayu Ningrum 06140110262015-09-07T04:26:36Z2015-09-07T04:26:36Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12453This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124532015-09-07T04:26:36ZEVALUASI KARAKTER VEGETATIF KLON – KLON UBIKAYU
(Manihot Esculenta Crantz) DI DESA MUARA PUTIH
KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATANAbstrak
Salah satu upaya meningkatan produktivitas ubikayu adalah dengan
menggunakan klon-klon ubikayu yang mempunyai produktivitas yang tinggi.
Perakitan varietas unggul baru ubikayu dilakukan melalui berbagai tahap, yaitu
perluasan keragaman genetik, evaluasi dan seleksi klon, dan uji daya hasil.
Melalui seleksi, klon – klon yang terpilih sangat berpotensi dilepas menjadi
varietas unggul baru yang berdaya hasil tinggi setelah melalui tahap uji daya hasil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keunggulan 38 klon berdasarkan
pengamatan variabel vegetatif dengan cara membandingkan dengan varietas
standar dan mendeskripsikan variabel vegetatif 10 klon terbaik berdasarkan
variabel generatif. Varietas standar yang digunakan sebagai pembanding adalah
klon UJ-3 dan UJ-5.
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, Natar,
Kabupaten Lampung Selatan dari Mei 2011 sampai dengan September 2011 .
Klon-klon yang diuji yaitu CMM 97-6, CMM 36-5, CMM 38-7, CMM 97-14,
CMM 20-2, CMM 1 -10, CMM 25-27, CMM 2-8, CMM 36-7, CMM 21 -7, CMM
2-2, CMM 2-16, CMM 21 -26, BL-1, BL-2, BL-4 , BL-5 , BL-1A, Bogor, Melati,
UJ-5 A, Adira-4, Mesa, Garuda, Mulyo, Kelenteng, Gayor, UJ-3, UJ-5, Kasetsart
Hijau, Kasetsart Putih, Malang-6, TM-90, Duwet-1, Duwet-3 , Duwet-3A, Duwet-
4, Bendo-1, Bendo-2, dan Bendo-3. Perlakuan diterapkan pada rancangan
kelompok teracak sempurna yang terdiri dari tiga ulangan.
Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett. Jika data memenuhi asumsi, maka
dilanjutkan dengan analisis ragam dan untuk mengetahui perbedaan nilai tengah
antarperlakuan digunakan uji Duncan (DMRT) pada taraf nyata 5%. Korelasi
antarkarakter menggunakan uji korelasi.
Disimpulkan bahwa klon Klon Kasetsart hijau dan Kasetsart putih memiliki
tinggi, jumlah lobus, lebar daun dan panjang tangkai yang berbeda nyata dengan
klon UJ-3. Klon Bendo-3, CMM 97-6, CMM 25-27 memiliki jumlah daun,
jumlah tingkat percabangan, dan persentase tanaman berbiji yang berbeda nyata
dengan varietas standar. Klon CMM 1 -10 dan Garuda memiliki diameter batang
yang berbeda nyata dengan varietas standar, tinggi tanaman dan panjang tangkai
berbeda nyata dengan UJ-3, dan panjang daun berbeda nyata dengan UJ-5.
Klon CMM 20-2 memiliki lebar daun yang berbeda nyata dengan varietas standar,
panjang daun berbeda nyata dengan UJ-5, panjang tangkai berbeda nyata dengan
UJ-3. Klon CMM 36 – 7 memiliki panjang daun berbeda nyata dengan UJ-5,
diameter berbeda nyata dengan varietas standar, tinggi tanaman dan jumlah lobus
berbeda nyata dengan UJ-3. Klon CMM 36-5 memiliki jumlah daun berbeda
dengan varietas standar, persentase tanaman bercabang berbeda dengan UJ-3,
persentase tanaman berbiji berbeda dengan UJ-5. Klon CMM 97-6 memiliki
bobot ubi per petak 35,85 kg , kadar aci 30,60%, dan indeks panen sebesar 0,62
yang didukung dengan jumlah daun sebanyak 181, diameter batang sebesar 1,99
cm, jumlah tingkat percabangan sebanyak 2,8, dan persentase tanaman berbiji
sebesar 75%. Klon CMM 36-5 memiliki bobot ubi per petak 26,37 kg dan kadar
aci 28,13% yang didukung dengan jumlah daun sebanyak 142,13, diameter batang
sebesar 2,14 cm, persentase tanaman bercabang sebesar 80%, dan persentase
tanaman berbiji sebesar 40%. Klon CMM 1 -10 memiliki bobot ubi per petak 29,1
kg yang didukung dengan diameter batang sebesar 2,03 cm, tinggi tanaman
setinggi 330,27 cm, panjang daun sepanjang 15,27 cm, dan panjang tangkai
sepanjang 26,61 cm. Telah didapatkan deskripsi karakter vegetatif 10 klon terbaik
berdasarkan karakter generatif yaitu Klon CMM 97-6, CMM 2-16, CMM 21-7,
CMM 1 -10, CMM 20-2, CMM 38-7, CMM 36-5, Duwet-3, Duwet-1, dan
Klenteng.
Kata kunci : Perakitan varietas, seleksi, singkong, ubikayu, varietas unggul,
uji daya hasil
Abstract
One effort to increase the productivity of cassava is by using cassava clones that
have high productivity. Breeding of superior varieties of cassava is conducted
through various stages, namely to broad the genetic diversity, evaluation and
selection of clones, and the yield test. Through selection, selected potential clones
will be released to be a new superior variety that have high yield after being
evaluated in a yield test stage.
This research was aimed to evaluate superiority of 38 clones based on
vegetatively variable observation by comparing standard varieties and describe
vegetative variables of the best 10 clones based on generative variables. Standard
varieties used for comparison were UJ-3 and UJ-5.
This research was carried out in the experiment field of University of Lampung,
Natar, South Lampung District from May – September 2011 . The treatments were
some clones of cassava including CMM 97-6, 36-5 CMM, CMM 38-7, CMM 97-
14, CMM 20-2, 1-10 CMM, CMM 25-27, 2-8 CMM, CMM 36 - 7, CMM 21-7,
CMM 2-2, CMM 2-16, CMM 21-26, BL-1, BL-2, BL-4, BL-5, BL-1A, Bogor,
Melati, UJ-5, Adira-4, Mesa, Garuda, Mulyo, Klentenge, Gayor, UJ-3, UJ-5,
Kasetsart Hijau, Kasetsart Putih, Malang-6, TM-90, Duwet-1, Duwet-3, Duwet-
3A, Duwet-4, Bendo-1, Bendo-2, and Bendo-3 which were arranged in a
randomized block design consisting of three replications. The treatments were
arranged in a randomized block design consisting of three replications.
Homogenity range of the data was tested by Bartlett test. If the data met the
assumptions, then it was followed by analysis of variance to determine differences
in median values among clones by using Duncan test (DMRT) at the 5% level.
Correlation between characters was performed by using the correlation test.
The results showed that clones Kasetsart Green, Bendo-3, CMM 97-6, CMM 1 -
10, CMM 20-2, Garuda, CMM 36-7, CMM 36-5, CMM 25-27, and Kasetsart
White showed better vegetative characters based on the median compared with
standard varieties. Tuber weight per plot was positively correlated with stem
length, leaf length, leaf width, stem diameter, and number of leaves. Harvest
index was positively correlated with leaf length. Starch content was positively
correlated with plant height and leaf number. It has been described a description
of the best 10 clones based on 10 generative characters, those are clones CMM
97-6, 2-16 CMM, CMM 21-7, 1-10 CMM, CMM 20-2, 38-7 CMM, CMM 36-5,
Duwet-3 , Duwet-1, and Klenteng.
Key words: Cassava, plant breeding, selection , superior varieties, the yield testALDIANSYAH 08540130032015-09-07T04:26:01Z2015-09-07T04:26:01Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12446This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124462015-09-07T04:26:01ZPENGARUH FORMASI LUBANG UDARA TERHADAP KINE TUNGKU GASIFIKASI BIOMASSAAbstrak
Teknologi gasifikasi merupakan salah satu teknologi konversi energi biomassa
yang masih penting. Proses gasifikasi meliputi 4 tahap yaitu pengeringan,
pirolisis, oksidasi parsial, dan reduksi. Panas yang diperlukan secara kesluruhan
dalam teknologi gasifikasi dihasilkan oleh oksidasi parsial. Proses oksidasi
memerlukan suplai Oksigen secara memadai. Kinerja tungku dipengaruhi oleh
suplai Oksigen ke dalam ruang pembakaran. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lubang udara terhadap kinerja tungku berbahan bakar
biomassa yang dirancang bekerja dengan sistem gasifikasi.
Penelitian ini menggunakan 4 formasi lubang udara yang berbeda. Tabung bakar
mempunyai tinggi 30 cm dan diameter 14 cm, lubang udara di alas berdiameter 1
cm, di sisi tabung berdiameter 0,3 cm, dan di sisi atas tabung 0,5 cm. Empat
formasi lubang udara yaitu: 1) lubang udara pada alas dan satu baris di sisi atas
tabung, (2) sama seperti tabung pertama ditambah lubang udara ¼ dari tabung
bakar, (3) sama seperti tabung pertama ditambah lubang udara ½ dari tabung
bakar, dan (4) lubang udara pada alas dan seluruh tabung bakar. Pengujian tungku
dilakukan berdasarkan uji standar dari Baldwin. Parameter yang akan dianalisa
meliputi kebutuhan bahan bakar, waktu mendidihkan, kebutuhan energi spesifik,
nyala api, dan efisien termal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formasi lubang udara berpengaruh pada
kinerja tungku. Formasi lubang udara tabung ketiga memberikan pengaruh yang
paling baik terhadap kinerja tungku gasifikasi. Hal ini ditunjukkan dari waktu
mendidihkan 5 liter air selama 16,33 menit, kebutuhan energi spesifik 2,27 MJ/kg
air, kebutuhan rata-rata bahan bakar 720 g, dan efisiensi sebesar 19,83 %. Secara
keseluruhan tungku gasifikasi pada penelitian ini memiliki kinerja lebih baik dari
tungku pot tradisional tanpa memperhatikan formasi lubang udaranya.
Abstract
Gasification technology is one of the biomass energy conversion technologies are
still important. Gasification process includes four stages, namely drying,
pyrolysis, partial oxidation, and reduction. Overall heat required in the
gasification technology produced by partial Oxidation. Oxidation processes
require adequate Oxygen supply. Furnace performance is influenced by the
supply of oxygen to the combustion chamber. This study aimed to determine the
effect of air holes on the performance of stoves burning biomass gasification
system designed to work with.
This study used four different air hole formation. Fuel tube had a height of 30 cm
and a diameter of 14 cm, the air holes in the base was 1 cm diameter, on the tube
body was 0,3 cm diameter, and on the top tube body was in diameter 0,5 cm.
Four air hole formation, included: 1) air holes on the bottom and a single line at
the top of the tube, (2) same as the first air holes plus of ¼ of the fuel tube, (3)
same as the first plus air holes of ½ of the fuel tube, and (4) the air holes on the
bottom and around the fuel tube. The test was based on standard test furnace
Baldwin. The all parameters to be analyzed included fuel consumption, boiling
time, from specific energy, flame, and thermally efficient.
Results showed that the formation of air holes affected furnace performance. The
third tube formation of air holes provided the best effect on the performance of
gasification furnace. It was shown from boiling time of 5 liters of water for 16,33
minutes, specific energy of 2.27 MJ/kg of water, average fuel consumtion of 720
g, and thermal efficiency of 19,83%. Generally gasification furnace in this study
has a better performance than the traditional pot furnace regardless of the air hole
formation.FADIL MURDA KUSUMA 08140710062015-09-07T04:25:05Z2015-09-07T04:25:05Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12440This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124402015-09-07T04:25:05ZEVALUASI KARAKTER GENERATIF KLON-KLON UBIKAYU
(Manihot Esculenta Crantz) DI DESA MUARA PUTIH
KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATANAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi keunggulan 38 klon berdasarkan
variabel generatif, dengan cara membandingkan dengan varietas standar. (2)
membuat deskripsi 10 klon terbaik berdasarkan pengamatan variabel generatif.
Varietas standar yang digunakan sebagai pembanding adalah varietas Kasetsart dan
Thailand.
Penelitian ini dilakukan di lahan Dusun Muji Mulyo, Desa Muara Putih, Kecamatan
Natar, Kabupaten Lampung Selatan dari Oktober 2010 – September 2011.
Perlakuan diterapkan pada rancangan kelompok teracak sempurna yang terdiri dari
tiga ulangan. Kemenambahan data diuji dengan uji tukey. Jika data memenuhi
asumsi, maka dilanjutkan dengan analisis ragam, untuk mengetahui perbedaan nilai
tengah antarperlakuan digunakan uji Waller Duncan pada taraf nyata 5%. Analisis
ragam dan pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan program
analisis statistik SAS (SAS Institute, Cary, NC, USA).
Untuk seluruh 40 klon yang diuji didapatkan persentase warna kulit ubi bagian luar
yang berwarna coklat adalah 65% dan coklat muda 35%, persentase warna kulit ubi
lapisan dalam yang berwarna rose 22,5%, rose muda 5%, gading 70%, dan kuning
2,25%, dan persentase untuk warna daging ubi yang berwarna putih 90% dan
kuning 10%. Untuk variabel pendukung klon Bendo-2 memiliki nilai rata-rata
jumlah akar (non ubi) tertinggi yaitu 10,89, klon Adira-4 memiliki rata-rata nilai
tertinggi untuk peubah diameter ubi yaitu 5,74 cm, sedangkan klon Klenteng
memiliki rata-rata nilai tertinggi untuk peubah jumlah ubi yaitu 14 sedangakan
klon standar yaitu klon UJ-3, klon ini hanya memiliki nilai rata-rata jumlah akar
(non ubi) yaitu 1,74, rata-rata nilai untuk peubah diameter ubi yaitu 5,09 cm, dan
rata-rata nilai untuk peubah jumlah ubi yaitu 9,22.
Daniel Simatupang
Klon CMM 97-6, CMM 2-16, CMM 21 -7, CMM 1-10 , CMM 20-2, CMM 38-7,
CMM 36-5, Duwet-3, Klenteng, dan Duwet-1 menunjukkan keunggulan sifat
generatif. Klon CMM 97-6 menunjukkan daya hasil yang lebih baik terutama pada
peubah panjang ubi, bobot ubi per tanaman, bobot ubi per petak , dan kadar aci.
Klon CMM 97-6 memiliki bobot ubi 3,82 kg per tanaman dengan bobot ubi per
petak 35,85 kg per petak(setara 44,84 ton/ ha) , dan kadar aci sebesar 30,6%,
dibandingkan dengan varietas UJ-3 yang memiliki bobot ubi 1,92 kg/per tanaman
dengan bobot ubi 17,5 kg per petak (21,86 ton/ha), dan kadar aci sebesar 23,43%,
sedangkan klon 38-7 unggul pada peubah bobot ubi per tanaman yaitu 3,87
kg/tanaman.
Kata kunci : Manihot esculenta Crantz, ubikayu, uji daya hasil, variabel generatif
Daniel Simatupang 08140131042015-09-07T04:24:58Z2015-09-07T04:24:58Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12439This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124392015-09-07T04:24:58ZPENGARUH APLIKASI PACLOBUTRAZOL MELALUI DAUN PADA
TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) UNTUK
MERANGSANG INDUKSI PEMBUNGAANAbstrak
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) salah satu komoditas unggulan tanaman
pangan. Permintaan ubikayu yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan
banyaknya bahan baku ubikayu. Hal ini perlu diantisipasi melalui intensifikasi
dalam budidaya ubikayu. Intensifikasi dapat dilakukan dengan penggunaan
varietas unggul melalui rekayasa genetika dengan pemuliaan tanaman. Salah satu
kendala dalam pemuliaan tanaman ini adalah umur tanaman berbunga yang tidak
serempak antargenotipe. Berdasarkan hal tersebut, untuk mempermudah proses
persilangan antarubikayu, maka dilakukan perangsangan pembungaan pada
tanaman ubikayu menggunakan paclobutrazol. Melalui aplikasi ini tanaman
ubikayu diharapkan dapat membantu percepatan rekayasa ubikayu klon unggul
sesuai dengan tuntutan industri di masa depan. Percobaan dilakukan untuk
mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap induksi pembungaan tanaman
ubikayu.
Pada percobaan ini aplikasi dilakukan pada tanaman yang berumur 4 MST.
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Masing-masing
perlakuan diulang 3 kali, satuan unit percobaan terdiri dari 2 tanaman sample
dengan perlakuan aplikasi paclobutrazol 0; 250; 500; 750 dan 1000 ppm.
Paclobutazol diberikan dengan penyemprotan ke daun sampai seluruh daun basah
sebanyak 0,45 gram bahan aktif perlarutan, diberikan tiga kali sebanyak 20 ml, 30
ml, dan 50 ml per tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah aplikasi.
Variabel yang diamati yaitu kecepatan bercabang, kecepatan berbunga, tinggi
tanaman, jumlah daun bobot basah tanaman, dan bobot kering tanaman.
Pemberian paclobutrazol melalui daun aktif menekan pertumbuhan vegetatif
tanaman ubikayu dan merangsang pembentukan bunga. Konsentrasi paclobutrazol
500 ppm efektif dalam merangsang pembentukan bunga dan saat tanaman
berbunga untuk pertama kali. Pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 500 ppm
memberikan hasil terbaik pada kecepatan berbunga dan kecepatan bercabang.
Kata kunci : Paclobutrazol, Induksi Pembungaan, Tanaman Ubikayu
Abstract
Cassava (Manihot esculenta Crantz) is one of the leading commodity crops.
Demand for cassava growing is not matched with the number of raw material
cassava. This needs to be anticipated through the intensification of the cultivation
of cassava. Intensification can be done with the use of high yielding varieties
through genetic engineering in plant breeding. One obstacle in plant breeding is
the age of flowering plants that are not in unison antargenotipe. Based on this, to
ease the process of cross antarubi wood, then performed the stimulation of
flowering in cassava plants using Paclobutrazol. Through this application the
cassava plant is expected to help accelerate the engineering of superior cassava
clones according to the demands of industry in the future. The experiments were
conducted to determine the effect of Paclobutrazol on flowering induction of
cassava plants.
In this experiment an application made in plants that were 4 MST. Experimental
design using a Completely Randomized Design. Each treatment was repeated 3
times, experimental units consisted of two treatment plants with a sample
application of Paclobutrazol 0; 250; 500; 750 and 1000 ppm. Paclobutazol
administered by spraying the leaves until all the leaves wet as much as 0.45 grams
of active ingredient perlarutan, given three times as much as 20 ml, 30 ml, and 50
ml per plant. Observations were made each week after application. Observed
variable is the speed of branching, flowering rate, plant height, leaf number of
plants wet weight and dry weight of plants.
Paclobutrazol through the provision of active leaf pressed cassava plant vegetative
growth and stimulate flower formation. Paclobutrazol concentration of 500 ppm is
effective in stimulating the formation of flowers and plants at flowering for the
first time. Giving Paclobutrazol at a concentration of 500 ppm gave the best
results in speed and the speed of flowering branches.
Keyword : Paclobutazol, Flowering induction, Cassava plant.KRISTINA ARTIKA 08140130332015-09-07T04:24:28Z2015-09-07T04:24:28Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12436This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124362015-09-07T04:24:28ZRANCANG BANGUN ALAT PENGERING ENERGI SURYA
DENGAN KOLEKTOR KEPING DATARAbstrak
Alat pengering energi surya tipe rak adalah salah satu contoh pemanfaatan energi surya
yang sangat berguna, namun belum begitu banyak digunakan oleh masyarakat. Dengan
menggunakan alat pengering surya tipe ini kita dapat mengeringkan hasil perikanan dan
perkebunan tanpa menggunakan bahan bakar fosil, dimana prinsip kerjanya sinar
matahari diserap atau ditampung melalui kolektor, panas yang akan dihasilkan dari
kolektor dibawa oleh sistem aliran udara menuju ruang plenum atau pengumpul panas
dan menuju ruang pengering yang terdiri dari rak-rak. Alat pengering energi surya
dengan kolektor keping datar hasil rancangan memiliki spesifikasi dimensi yaitu 4,66 m
x 4,66 m x 1,95 m yang memiliki kapasitas ± 50 kg bahan dengan lama pengeringan ±
2 | J . T E P L a m p u n g . ( 2 0 1 2 )
20 jam. Berdasarkan pengujian diketahui pola penurunan kadar air tidak merata, secara
berurutan dimulai dari kadar air akhir tertinggi adalah pada rak atas, rak tengah, dan rak
bawah. Adapun kadar air akhir rata-rata adalah 16,95 %. Waktu yang dibutuhkan
untuk pengeringan selama 20 jam, dengan rata-rata beban uap air 10,4574 kg H2O.
Laju pengeringan rata-rata 0,5228 kg H2O/jam atau 2,1036 % bb/jam. Pada pengujian
ini digunakan daya intensitas radiasi matahari yang diukur dengan alat lux meter sebesar
634,88 Watt/m2. Rata-rata energi yang digunakan untuk proses pengeringan (Qe)
pisang sale adalah 37.124,58 kJ per satu kali pengeringan dan rata-rata energi input
yang digunakan selama proses pengeringan adalah (Qrs) sebesar 147.227,87 kJ. Ratarata efisiensi pengeringan adalah sebesar 27,07%. Dengan demikian, secara teknis alat
ini dapat digunakan sebagai alternatif pengeringan semua jenis komoditas hasil
pertanian.
Kata kunci : Kadar air, Sale pisang, Alat pengering, Rancang bangun alat, Kolektor
keping datar, Intensitas radiasi surya.
Abstract
Rack solar drier is one example ofuseful utilization of solar energy, but has not widely
used by the public, yet. Using this solar drier we can dry our fish and agricultural
products without fossil fuels. Solar dryer works by absorbing sunlight by four blackened
flat collectors, and the heat generated by the collectors was transferred by air flow to
the plenum chamber and drying chamber consisting of shelves. The solar dryer used in
this experiment has dimension of4,66 m length by 4,66 m width and by 1,95 m height.
The dryer has a capacity of around 50 kg materials that can be dried during 20 hours.
Based on our testing it was observed that the decrease in water level was not uniform
among the shelves position. The final moisture content was highest in the top shelves,
followed by middle shelves and bottom shelves. The average final moisture content was
16,95%. The time required for drying was 20 hours, with an average moisture load of
10,46 kg H2O. The average drying rate was 0,5228 kg H2O/jam or 2,10% wet basis per
hour. In this experiment intensity of solar radiation was measured to be 634,88
Watt/m2, and electric power of 12,83 watt was used to run small fan in order to exhaust
moist air. The average energy used (Qe) for drying banana chips was 37124,58 kJ per
each drying process and the average energy input used during the drying process (Qrs)
was 147.227,87 kJ. This meant that average drying efficiency was 27,07%. Technically,
it can be concluded that solar dryer can be used as an alternative to drying agricultural
commodities.
Key words : Moisture content, Banana chip, solar drier, flat collectors, solar intensity.Hizami Ch Anwar 07140710412015-09-07T04:24:05Z2015-09-07T04:24:05Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12219This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122192015-09-07T04:24:05ZPENGARUH KONSENTRASI ASAM PERASETAT DAN CMC
TERHADAP SIFAT KIMIA PULP BERBASIS AMPAS
RUMPUT LAUT Eucheuma cottoniiAbstrak
Kebutuhan kertas terus meningkat dan peningkatan ini diiringi dengan
peningkatan produksi pulp yang menggunakan kayu sebagai bahan baku utama.
Selama ini untuk memenuhi kebutuhan kayu tersebut dilakukan eksploitasi hutan
sehingga perlu adanya alternatif bahan baku pengganti kayu yang dapat
dimanfaatkan menjadi pulp dan kertas. Salah satu bahan baku alternatif adalah
ampas rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Proses delignifikasi dan penambahan
bahan pengisi dapat menghasilkan pulp dengan sifat kimia yang baik. Dalam
penelitian ini digunakan asam perasetat sebagai bahan pemutih dan CMC sebagai
bahan pengisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
asam perasetat, pengaruh konsentrasi CMC, dan pengaruh interaksi konsentrasi
asam perasetat dan CMC terhadap sifat kimia pulp berbasis ampas rumput laut
Eucheuma cottonii.
Penelitian ini disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL) dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama yaitu konsentrasi asam
Tiara Mailisa
perasetat A1 0% (v/v), A2 2% (v/v), A3 4% (v/v), dan A4 6% (v/v) dan faktor
kedua yaitu konsentrasi bahan pengisi CMC sebesar C1 0% (b/v), C2 0,1% (b/v),
dan C3 0,2% (b/v). Kesamaan ragam diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan
data diuji dengan uji Tuckey. Data dianalisis dengan sidik ragam untuk
mendapatkan penduga ragam galat dan uji signifikansi untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan antar perlakuan. Data kemudian diolah lebih lanjut dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) 1% dan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asam perasetat berpengaruh
sangat nyata terhadap nilai rendemen, selulosa, hemiselulosa, lignin, dan kadar
abu, serta berpengaruh nyata terhadap kadar air pulp berbasis ampas rumput laut
yang dihasilkan. Konsentrasi CMC tidak berpengaruh nyata terhadap nilai
rendemen, selulosa, hemiselulosa, lignin, kadar air, dan kadar abu pulp berbasis
ampas rumput laut yang dihasilkan. Antar kedua perlakuan dalam penelitian ini
yaitu konsentrasi asam perasetat dan konsentrasi CMC tidak terdapat interaksi.
Hasil terbaik konsentrasi asam perasetat diperoleh dari konsentrasi asam perasetat
4%, dengan nilai rendemen 65,64%, selulosa 60,76%, hemiselulosa 16,26%,
lignin 5,83%, kadar air 94,75%, dan kadar abu 0,91%.
Kata kunci : Eucheuma cottonii, pulp, asam perasetat, CMC
Abstract
Needs of paper increase continously and this increasing is followed by increasing
production of pulp which uses wood as raw material. The Forest Exploitation is
done to supply needs of that wood, so it is necessary to find other raw material to
replace wood which can be utilized to pulp and paper. One of the alternative of
raw material pulp is extract of Eucheuma cottonii seaweed. Delignification
process and filler addition can produce pulp with good chemical properties. In
this research was used perasetic acid as bleaching agent and CMC as filler. The
aim of this research was to get effect of peracetic acid concentration, effect of
CMC concentration, and effect of interaction peracetic acid concentration and
CMC concentration on chemical properties of pulp extract based Eucheuma
cottonii seaweed.
The research was prepared by a multiple treatment in a structure Complete
Randomised Group Design in three replications. The first factor was
Tiara Mailisa
concentration of peracetic acid which consisted of A1 0% (v/v), A2 2% (v/v), A3
4% (v/v), dan A4 6% (v/v) and second factor was concentration of CMC consisted
of C1 0% (b/v), C2 0,1% (b/v), dan C3 0,2% (b/v). The homogenity was analyzed
by using Bartlett Test and the additivity was analyzed by using Tuckey Test. The
data were analyzed by using analyzes of varians to know difference of each
treatment. Then they were analyzed further using LSD each at level 1% and 5%.
The results showed that concentration of peracetic acid have very significant
effect in yield value, cellulose, hemicellulose, lignin, ash, and have significant in
water content. The result of CMC concentration showed unsignificant in yield
value, cellulose, hemicellulose, lignin, water content, and ash from pulp extract of
eucheuma cottonii seaweed species. Between the two treatment in this research,
there are perasetic acid concentration and CMC concentration didn’t have
interaction. The best result of peracetic acid was obtained from using peracetic
acid 4%, which has characteristic of yield 65,64%, cellulose 60,76%,
hemicellulose 16,26%, lignin 5,83%, water content 94,75%, and ash 0,91%.
Keyword : Eucheuma cottonii, pulp, peracetic acid, CMCTiara Mailisa 07140510702015-09-07T04:24:00Z2015-09-07T04:24:00Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12215This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122152015-09-07T04:24:00ZPENGARUH RASIO LARUTAN PEMASAK DAN KONSENTRASI
HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) TERHADAP SIFAT KIMIA PULP
BERBASIS AMPAS RUMPUT LAUT Eucheuma cottoniiAbstrak
Pulp merupakan bahan baku
pembuatan kertas. Peningkatan
kebutuhan kertas menyebabkan
tingginya kebutuhan pulp.
Untuk mencegah ekspoitasi
hutan, perlu adanya bahan baku
pulp ramah lingkungan dan
memiliki sifat yang lebih baik.
Penggunaan ampas rumput laut
Eucheuma cottonii sebagai
bahan baku pulp dapat
mengurangi penggunaan bahan
kimia untuk larutan pemasak
dan pemutih pulp H 2O2.
Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan rasio larutan
pemasak dan konsentrasi
hidrogen peroksida (H 2O2) yang
tepat untuk menghasilkan sifat
kimia pulp berbasis ampas
rumput laut Eucheuma cottonii
terbaik.
Perlakuan dalam penelitian ini
disusun secara faktorial dalam
Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) dengan 3 kali
ulangan. Faktor pertama adalah
rasio larutan pemasak (R) yang
terdiri dari tiga taraf yaitu 2:1
(R1), 4:1 (R2), dan 6:1 (R3).
Faktor kedua adalah
konsentrasi hidrogen peroksida
(H) yang terdiri dari empat taraf
yaitu 0% (H0), 2% (H1), 4%
(H2), dan 6% (H3). Kesamaan
ragam data diuji dengan uji
Bartlett dan kemenambahan
data diuji dengan Uji Tuckey.
Data hasil pengamatan sifat
kimia pulp berbasis ampas
rumput laut Eucheuma cottonii
dilakukan sidik ragam untuk
mengetahui ada tidaknya
perbedaan antar perlakuan.
Data diolah lebih lanjut dengan
uji BNT 1% dan 5% (Steel and
Torrie, 1995).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio larutan pemasak berpengaruh terhadap
kadar rendemen, kadar air, kadar selulosa, kadar hemiselulosa, kadar lignin, dan
kadar abu pulp ampas rumput laut yang dihasilkan. Hasil terbaik rasio larutan
pemasak dan ampas rumput laut diperoleh pada rasio 2:1 dengan kadar rendemen
63,46%, kadar air 95,57%, kadar selulosa 59,15%, kadar hemiselulosa 12,14%,
kadar lignin 16,07%, dan kadar abu 1,67%. Dan konsentrasi hidrogen peroksida
(H2O2) berpengaruh terhadap kadar hemiselulosa, kadar lignin, dan kadar abu
pulp yang dihasilkan, namun tidak berpengaruh terhadap kadar rendemen, kadar
air dan kadar selulosa pulp ampas rumput laut yang dihasilkan. Hasil terbaik
konsentrasi H2O2 diperoleh dari konsentrasi H2O2 2% dengan kadar rendemen
sebesar 60,57%, kadar air 95,94%, kadar selulosa 59,08%, kadar hemiselulosa
11,22%, kadar lignin 15,61%, dan kadar abu 1,43%. Interaksi antara rasio larutan
pemasak dan konsentrasi hidrogen peroksida (H2O2) tidak berpengaruh terhadap
kadar rendemen, kadar air, kadar selulosa, kadar hemiselulosa, kadar lignin, dan
kadar abu pulp ampas rumput laut yang dihasilkan.
Kata kunci: rasio larutan pemasak, hidrogen peroksida, pulp, Eucheuma cottonii
Abstract
Pulp is the raw material for making paper. Increasing demand of paper cause high
pulp demand. To prevent the exploitation of forests, other raw materials which
enviromental friendly are needed for properties improvement. The usage of
Eucheuma cottonii seaweed’s extract as pulp raw material can decrease usage of
chemical solutions and H2O2 as bleaching agent. The aim of this experiment was
to get liquor-to-seaweed’s extract ratio and hydrogen peroxyde concentration that
can give the best chemical properties of pulp.
The research in this phase was prepared by a multiple treatment in a structured
Complete Randomised Group Design. The factors investigated in this phase were
the liquor-to-seaweed’s extract ratio which consisted of 3 levels: 2:1 (R1), 4:1
(R2), and 6:1 (R3), and concentrations of H2O2 which consisted of 4 levels: 0%
(H0), 2% (H1), 4% (H2), and 6% (H3). The overall research was carried out in
three replications and then the data were analyzed by using Bartlett Test. Tuckey
Test was used for their homogenity and additivity. Then they were analyzed
further using LSD each at level 1% and 5% to look for differences between the
bleaching process (Steel and Torrie, 1995).
The results showed that liquor-to-seaweed’s extract ratio has influence in yield,
water content, cellulose, hemicellulose, lignin, and ash. The best liquor-toseaweed’s extract ratio results was 2:1 with the yield of 63,46%, water content
95,57%, content of cellulose 59,15%, hemicellulose 12,14%, lignin 16,07%, and
ash value 1,67% respectively. And hydrogen peroxyde (H2O2) concentrations has
influence in hemicellulose, lignin, and ash, but they have no influence in yield,
water content, and cellulose. The best H2O2 concentration result was obtained
from the bleaching process through using H2O2 2%, has the characteristic of yield
60,57%, water content 95,94%, cellulose 59,08%, hemicellulose 11,22%, lignin
15,61%, and ash value 1,43% respectively. There are no interaction between
liquor-to-seaweed’s extract ratio and H2O2 concentration.
Keyword : liquor-to-seaweed’s extract ratio, hydrogen peroxyde, pulp, Eucheuma
cottonii
ERFAN ARDITHA PRIYOGI 07140510472015-09-07T04:23:53Z2015-09-07T04:23:53Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12205This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122052015-09-07T04:23:53ZUJI EFIKASI Trichoderma harzianum SEBAGAI PENGIMBAS KETAHANAN
TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADA TANAMAN
LADAAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi T. harzianum sebagai pengimbas
ketahanan bibit lada untuk mengendalikan penyakit BPBL. Hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah (1) T. harzianum sebagai pengimbas ketahanan dapat
menurunkan intensitas penyakit busuk pangkal batang lada (BPBL) yang disebabkan oleh
P. capsici. (2) Terdapat perbedaan kemampuan dalam mengendalikan penyakit BPBL di
antara isolat T. harzianum. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian
Universitas Lampung dari Oktober 2011 sampai Maret 2012. Perlakuan dalam penelitian
ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas lima perlakuan
dengan enam ulangan sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Perlakuan terdiri atas (1) T.
harzianum isolat 1, (2) isolat 2, (3) isolat 3, (4) isolat 4 dan (5) kontrol tanpa T.
harzianum. Peubah yang diamati adalah diameter bercak yang terbentuk pada daun dan
keparahan penyakit pada batang. Semua perlakuan menggunakan media tanam campuran
tanah dan pasir dengan perbandingan 2:1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa
T.harzianum tidak mampu mengimbas ketahanan tanaman lada terhadap P.capsici.
Kata kunci : P. capsici, T. harzianum, Penyakit BPBL.
Abstract
The objective of this study was to determine the efficacy of T. harzianum as resistance
inducer in pepper seedling to control foot rot. The hypothesis proposed in this study was
(1) T.harzianum as systemic resistance inducer can reduce the intensity of foot rot and
(2) There are differences in the ability to control the disease among isolates T.harzianum.
The research was carried out in the greenhouse of Faculty of Agriculture, University of
Lampung from October 2011 to March 2012. The treatments in this experiment were
arranged in a completely randomized design (CRD). There were five treatments and six
replications so there were 30 experimental units. The treatments consisted of (1) T.
harzianum isolate 1, (2) isolate 2, (3) isolate 3, (4) isolate 4 and (5) plants without the
application of T. harzianum as a control. Observed variables were the diameter of the
spots formed on the leaf and stem disease severity. All treatments used planting media of
soil and sand mixture in the ratio of 2:1 . The results showed that T. harzianum was not
able to induce plant resistance in black pepper against P.capsici.
Key words: P. capsici, T. harzianum, Foot rot.WIKA TRI WIDIYANTI PERTIWI 07140410222015-09-07T04:23:48Z2015-09-07T04:23:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12180This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121802015-09-07T04:23:48ZANALISIS KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING USAHATANI
TEMBAKAU DI KECAMATAN BATANGHARI NUBAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMURAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Menganalisis keuntungan
usahatani tembakau, (2) Menganalisis uji beda opportunity cost lahan sebelum dan
sesudah berusahatani tembakau, (3) Menganalisis daya saing usahatani tembakau.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011, dengan sampel sebanyak
35 orang yang membudidayakan tembakau. Metode yang digunakan adalah
metode survei.Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif,
menggunakan analisis keuntungan usahatani (R/C Rasio) dan analisis daya saing
(Policy Analisys Matrix).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Keuntungan atas biaya total Rp.
31.840.014,64. R/C Rasio yang diperoleh > 1, maka dapat dikatakan bahwa
usahatani tembakau menguntungkan, (2) Petani lebih menguntungkan
memanfaatkan musim gadu untuk berusahatani tembakau, (3) Usahatani tembakau
memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Usahatani tembakau memiliki
daya saing dan layak untuk dijalankan, (4) Kebijakan yang diterapkan pemerintah
bersifat tidak protektif terhadap output tembakau dan input tradeabletzmbakavL.
Kata Kunci: Keuntungan dan Daya Saing Usahatani Tembakau
'
Abstract
This study aims to determine: (1) analyze the benefits of tobacco fanning in the
District of Batanghari Nuban, (2) Analyze the opportunity cost of land of different
test before and afterfanning of tobacco at the Batanghari Nuban District , (3)
Analyze the competitiveness of tobacco farming in the District Batanghari Nuban.
The study was conducted in November-December 201 1.Samples in this study are
members of farmer groups as many as 35 people are farming cultivates the study
is tobacco.Method of data analysis in this study be descriptive and quantitative,
using the analysis of farm profits R / C ratio and the analysis of competitiveness
by Policy ANALISYS Matrix (PAM).
The results showed that: (1) R / C ratio above the cash cost and total cost are
obtained for 3.67 and 2.76 with an advantage over the total cost of Rp.
31,840,014.64. R / C ratio obtained > 1, then it can be said that tobacco farming
profitable, (2) Income respondent farmers in land use for 1 year before tobacco
farming Rp. 14,648,505.33 and income of the respondent farmers in land use for 1
year after tobacco farming Rp. 38,005,242.38, it can be said that the farmers be
more profitable by using gadu season for tobacco farming, (3) of tobacco farming
in the District of Batanghari Nuban have competitive and comparative advantages,
the PCR value of 0.1625 and 0.1 193, which means fanning DRCR tobacco in the
District of Batang Nuban highly competitive and viable to run, (4) the policy
applied by the goverment is not is not protective againts tobbaco output and input
tradeable, EPC value is 0,73. Subsidy policy is only applied to the input tradeable,
so as not to influence on the acceptance of tobbacos farmers.Aldila Rahman1, R. Hanung Ismono2, Eka Kasymir2 07140210372015-09-07T04:22:51Z2015-09-07T04:22:51Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12395This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123952015-09-07T04:22:51ZPENGARUH LIMA JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN
PUPUK NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM PADA
PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA
(Coffea canephora Pierre)Abstrak
Bibit merupakan fase awal pertumbuhan tanaman kopi dan bibit memerlukan
unsur hara dan air yang cukup. Lampung sebagai salah satu daerah penghasil
kopi di Indonesia memiliki tanah yang didominasi olleh jenis Ultisol. Tanah jenis
ini dapat mengikat unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Fungi Mikoriza
Arbuskular merupakan mikroorganisme yang dapat mengurai unsur hara sehingga
menjadi tersedia bagi tanaman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendapatkan jenis FMA yang sesuai untuk
tanaman kopi robusta, (2) mendapatkan takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl yang
terbaik untuk pertumbuhan bibit kopi robusta, (3) mengetahui apakah tanggapan
bibit kopi robusta terhadap pemberian FMA ditentukan oleh takaran pupuk urea,
SP-36, dan KCl, (4) mendapatkan takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl yang
terbaik untuk masing-masing jenis FMA.
Ari Dwinara Januarsyah
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai September 2011 di rumah kaca
dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung. Penelitian disusun secara faktorial (6x2) dalam rancangan
kelompok teracak sempurna (RKTS) yang terdiri atas 4 kelompok. Faktor
pertama adalah jenis FMA, yang terdiri dari: kontrol (m0), Glomus sp. 1 (m1),
Entrophospora sp. (m2), Glomus sp. 2 (m3), Gigaspora sp. (m4), Glomus sp. 3
(m5). Faktor kedua adalah dua takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl. Takaran
pertama adalah 0,5 g urea, 0,25 g SP-36, dan 0,25 g KCl (p1). Takaran kedua
adalah 0,25 g urea, 0,13 g SP-36, dan 0,13 g KCl (p2). Homogenitas ragam diuji
dengan Uji Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Data
dianalisis ragam kemudian pemisahan nilai tengah diuji dengan Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua jenis FMA memberikan pertumbuhan
bibit kopi robusta yang baik dibandingkan tanpa FMA dengan peningkatan
tingggi tanaman sebesar 14%, bobot kering akar sebesar 41%, bobot kering tajuk
sebesar 40%, dan Glomus sp. 3 memberikan respon terbaik melalui peningkatan
bobot segar akar sebesar 111% dan bobot kering tajuk sebesar 40%. Takaran
pupuk urea, SP-36, dan KCl tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kopi
robusta. Respon pertumbuhan bibit kopi robusta terhadap jenis FMA tidak
ditentukan oleh pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl. Semua jenis FMA
menghasilkan pertumbuhan bibit kopi robusta lebih baik dibandingkan kontrol
pada kedua dosis pupuk yang diujikan.Ari Dwinara Januarsyah 06140110202015-09-07T04:22:41Z2015-09-07T04:22:41Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12430This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124302015-09-07T04:22:41ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI
KARYA MAKMUR DESA BUMI SARI KECAMATAN
NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATANAbstrak
Jagung (Zea mays. L.) merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia
sesuai ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan
oleh akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Jagung juga menjadi komoditas
yang penting bagi kehidupan manusia dan hewan.
Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan
untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuain lahan suatu areal dapat saja
berbeda tergantung pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan.
Evaluasi kesesuain lahan pada dasarnya berhubungan dengan evaluasi untuk suatu
penggunaan tertentu. Sedangkan kemampuan lahan umumnya ditujukan untuk
penggunaan yang lebih luas atau lebih umum seperti penggunaan untuk pertanian,
permukiman, industri, perkotaan, jasa, peruntukan dan sebagainya. Pada
penelitian ini usahatani yang akan diteliti adalah kesesuaian lahan dan kelayakan
finansial pada tanaman jagung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan
Tommi Indra Kurniawan
ii
kuantitatif pada tanaman jagung (Zea mays L.) Kelompok Tani Karya
Makmur Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan,
berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk (2000). Evaluasi kesesuaian lahan
dilakukan menggunakan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk. (2000),
sedangkan penilaian secara ekonomi adalah dengan menganalisa kelayakan
finansial budidaya tanaman jagung yang dilakukan dengan menghitung nilai NPV,
Net B/C Ratio, dan IRR.
Hasil penelitianmenunjukkan bahwa Lahan pertanaman Jagung (Zea mays L.) di
Kelompok Tani Karya Makmur Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan. berdasarkan kriteria Djaenudin dkk (2000) termasuk ke dalam
kelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor pembatas terberat
ketersediaan air berlebih dan retensi hara khususnya (pH) yang diberi simbol
S3wanr, dan secara finansial, usaha tani tanaman jagung dalam 4 musim layak
untuk dikembangkan. Dengan nilai NPV satuan lahan I dan II sebesar Rp
31.015.899,- dan nilai NPV satuan lahan III dan IV sebesar Rp 29.021.192,- .
Net B/C satuan lahan I dan II sebesar Rp 2,04 dan Net B/C satuan lahan III dan IV
sebesar Rp 2,01. IRR satuan lahan I dan II sebesar 25,25% per bulan dan IRR
satuan lahan III dan IV sebesar 25% yang nilainya lebih besar dari tingkat suku
yang berlaku saat ini yang diasumsikan sebesar 1,25% per bulan.
Kata kunci : Evaluasi lahan, kesesuaian lahan, karakteristik lahan dan
kelayakan finansial budidaya tanaman jagung.
Abstract
Corn (Zea mays. L.) is the most productive cereal crop in the world, according
planted in high-temperature region, and maturation are determined by the
accumulation of heat cobs obtained plants. Corn became an important commodity
for human life and animal.
Suitability of land is a form of depiction of the plot of land suitability for a
particular use. Class kesesuain an area of land may be different depending on the
type of land use under consideration. Evaluation of land kesesuain basically
related to the evaluation for a particular use. While the ability of the land is
generally intended for a wider or more general such as the use for agricultural,
residential, industrial, urban, services, designation and so on. In this research farm
to be examined is the suitability of land and financial feasibility on cor n crop.
This study aims to evaluate the suitability of qualitative and quantitative by
calculating the level of financial viability in maize (Zea mays L.) Works Farmers
Prosperous District village of Sari Bumi Natar South Lampung regency, based on
criteria Djaenuddin et al (2000). Land suitability evaluation performed using
[Type text][Type text] Tommi Indra Kurniawan
biophysical criteria according Djaenuddin et al. (2000), while the economic
assessment is to analyze the financial feasibility of maize cultivation is done by
calculating the value of NPV, Net B / C ratio and IRR.
The results of planting Land Maize (Zea mays L.) in the village of Prosperous
Farmers Group's work Sari Bumi Natar District of South Lampung Regency
criteria Djaenudin et al (2000) belong to a class of marginal land suitability in
accordance with the biggest limiting factor of water availability and pH
land (S3wanr), and financially, maize farming in the 4 seasons worth to be
developed. This is evidenced from the average count shows that the NPV value of
the average respondent in land units I and II of Rp 31,015,899, - and NPV value
of the average respondent in land units III and IV of Rp 29,021,192, - more than 0
(NPV> 0) means that profitable farming. Net B / C average respondents on land
units I and II of Rp 2.04 and Net B / C average respondents on land units III and
IV of Rp 2.01. whose value is more than 1 (Net B / C> 1) means that profitable
farming. While the average IRR of respondents on land units I and II of 25.25%
per month and an average IRR of respondents on land units III and IV of 25% of
greater value than the current rate is assumed to be 1, 25% per month. This
suggests that the cultivation of maize for four seasons (2009 - 2010) profitable.
Key words: land evaluation, land capability, land characteristics and financial
feasibility of maize cultivation.Tommi Indra Kurniawan 07140310542015-09-07T04:22:31Z2015-09-07T04:22:31Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12423This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124232015-09-07T04:22:31ZPERANAN ANGGOTA KELOMPOK PETERNAK SAPI BRAHMAN CROSS
DALAM PROGRAM BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM)
DI DESA TANJUNG TIRTO KECAMATAN WAY BUNGUR
KABUPATEN LAMPUNG TIMURAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) sejauhmana peranan anggota
kelompok petemak dalam Program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) di
Desa Tanjung Tirto Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur
2) faktor-faktor yang berhubungan dengan peranan anggota kelompok petemak
dalam Program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) di Desa Tanjung Tirto
Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur.
Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Tirto Kecamatan Way Bungur
Kabupaten Lampung Timur pada bulan September sampai dengan November
2011. Responden dalam penelitian ini adalah 34 orang petemak yang ditetapkan
dengan mengunakan Propotional Simple Random Sampling yang mengacu pada
teori Yamane (1967). Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survai.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan hubungan antar variabel diuji dengan
korelasi Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 ) Peranan anggota kelompok petemak sapi
Brahman cross dalam Program BLM di Desa Tanjung Tirto Kecamatan Way
Bungur Kabupaten Lampung Timur dalam mengembalikan bibit tergolong dalam
klasifikasi tinggi (modus 3); dan dalam penerapan panca usaha budidaya temak
sapi potong tergolong dalam klasifikasi sedang (modus 2); 2) Faktor-faktor yang
berhubungan nyata dengan peranan anggota kelompok petemak dalam Program
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) di Desa Tanjung Tirto Kecamatan Way
Bungur Kabupaten Lampung Timur meliputi tingkat pengetahuan anggota
kelompok petemak tentang program BLM, tingkat pengetahuan anggota
kelompok petemak terhadap panca usaha budidaya temak sapi potong, lama
betemak, dan motivasi anggota kelompok petemak mengikuti program BLM.
Kata Kunci : Kelompok Petemak Sapi Brahman Cross, Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM)
Abstract
The objective of this research are to find out: 1) the role of group members on
Public Direct Aid (BLM) in Tanjung Tirto village of Way Bungur district in
Lampung Timur regency, 2) factors related to the role of group members on
Public Direct Aid (BLM) in Tanjung Tirto village of Way Bungur district in
Lampung Timur regency.
This research was conducted in Tanjung Tirto village of Way Bungur district in
Lampung Timur regency from September to November 2011. Respondents were
34 breeders that were selected by propotional simple random sampling refer to
Yamane theory (1967). This research used survey method. Data were analyzed by
descriptive analysis and relationships between variables were tested by Rank
Spearman correlation.
The results show that: 1) the role of group members of Public Direct Aid (BLM)
in Tanjung Tirto village of Way Bungur district in Lampung Timur regency in
returning beef cattle breeds is high classification (modus 3), and application five
efforts of beef cattle cultivation is middle classification (modus 2) in; 2) factors
related significantly to the role of group members of Public Direct Aid (BLM) in
Tanjung Tirto village of Way Bungur district in Lampung Timur regency are
knowledge level of breeder group members to Public Direct Aid program,
knowledge level of breeder group members to five efforts of beef cattle
cultivation, duration of breeding experience, and motivation of breeder group
member to join in the Public Direct Aid program.
Keywords: cross Brahman cow breeder group, Public Direct Aid (BLM)Eri Rahmawati 07140220252015-09-07T04:22:02Z2015-09-07T04:22:03Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12405This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124052015-09-07T04:22:02ZDESKRIPSI NILAI GIZI DAN INDEKS GLIKEMIK
MIE BERBAHAN BAKU NON-TERIGUAbstrak
Berdasarkan hasil kajian preferensi konsumen, mie merupakan produk
pangan yang paling sering dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat baik
sebagai makanan sarapan maupun sebagai selingan. Sebagai komoditas tanaman
pangan yang memiliki produktivitas tinggi, perlu dilakukan diversifikasi ubi kayu,
jagung, sagu, beras dan sukun menjadi mie. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan nilai gizi dan indeks glikemik mie berbahan baku non-terigu
antara lain mie pati sukun, mie pati sagu, mie pati singkong, mie beras komersial,
dan mie pati jagung komersial. Penelitian disusun dalam faktor tunggal dengan
dua ulangan. Faktor tunggal tersebut adalah jenis mie yaitu mie pati sukun, mie
pati sagu, mie pati singkong, mie beras komersial, dan mie pati jagung komersial.
Data hasil penelitian dirata-rata dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk
diagram batang.
Dari hasil penelitian di peroleh kandungan air kelima mie non-terigu
berkisar antara 9%-10,2%. Kandungan protein berkisar antara 0,63% (bb)-3,66%
(bb). Kandungan abu berkisar antara 0,15% (bb)-0,62% (bb). Kandungan lemak
berkisar antara 0,31% (bb)-0,50% (bb). Kandungan serat kasar berkisar antara
0,23% (bb)-0,36% (bb). Kandungan karbohidrat berkisar antara 86,52% (bb)-
81,63% (bb). Kandungan total serat pangan kelima mie non-terigu berkisar antara
(1,59% (bb)-6,08% (bb). Kandungan pati resisten berkisar antara 3,58% (bb)-
10,47% (bb). Daya cerna pati berkisar antara 25,07% (bb)-29,45% (bb). Kelima
jenis produk mie berbahan baku non-terigu memiliki nilai indeks glikemik yang
tergolong tinggi (>70) yaitu mie pati singkong sebesar 122,24, mie pati sukun
sebesar 117,94, mie pati sagu sebesar 105,99, mie beras komersial sebesar 104,13,
dan mie pati jagung komersial sebesar 100,18. Rendahnya kandungan serat
pangan yang terkandung dalam produk (1,59%-6,08% bb) menyebabkan tinggi
nya nilai indeks glikemik. Indeks glikemik dipengaruhi oleh daya cerna pati dan
pati resisten. Tingginya Beban Glikemik mie pati sukun, mie pati sagu, mie pati
singkong, mie beras komersial, dan mie pati jagung komersial berkaitan dengan
nilai IG dan kandungan karbohidrat dalam bahan pangan.
Kata kunci : Mie non-terigu, gizi, indeks glikemik
Abstract
According to the observation result of consumer preferences, noodles are
consumed the most frequently by the citizens whether as their breakfast or only as
interlude. As the food commodities with high productivity, need to be diversified
upon cassavas, corns, sago, rice and breadfruit become noodles. The purpose of
this research is to describe the nutrient values and glycemic index of non-wheat
noodles i.e. breadfruit-essence noodles, sago-essence noodles, cassava-essence
noodles, commercial-rice noodles, and corn-essence noodles. The research was
arranged into single factor with double repetition. The single factor is the noodles,
i.e. breadfruit-essence noodles, sago-essence noodles, cassava-essence noodles,
commercial-rice noodles, and corn-essence noodles. All of the data of the research
are managed into average value and served in form of bar diagram.
Based on the result of the research, all the non-wheat noodles contained
Water is about 9% - 10.2%, Protein is about 0.63% - 0.66%, Fat is about 0.31% -
0.50, rough fiber is about 0.23% - 0.36%, Carbohydrate is about 81.63% -
86.52%. Total food fibers of all the non-wheat noodles are 1.59% - 6.08%. Total
resistant essence is about 3.58% - 10.47%. Absorbing effort of the essences is
about 25.07% - 29.45%.
All the non-wheat noodles relatively have high value of glycemic index
(>70) i.e. cassava-essence noodle is 122.24, breadfruit-essence noodle is 117.94,
sago-essence noodle is 105.99, commercial-rice noodle is 104.13, and
commercial-corn noodle is 100.18. The low substance of food fiber in this
products increase the value of glycemic index. Glycemic index is affected by
absorbing effort of essence and the essence resistant. The high glycemic burden of
breadfruit-esssence noodles, sago-essence noodles, cassava-essence noodles,
commercial-rice noodles, and commercial-corn noodles are related to GI value
and Carbohydrate in the food substances.
Keywords : Non-wheat noodles, Nutrient, Glycemic IndexNovi Sugiartini 06140510572015-09-07T04:21:58Z2015-09-07T04:21:58Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12403This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124032015-09-07T04:21:58ZANALISIS TINGKAT KESUKAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN
PRODUK JAHE MERAH “HERBALIST”
(Studi Pada Pabrik Herbal Haji Mena Lampung Selatan)Abstrak
Perusahaan Herbal Haji Mena Lampung Selatan adalah salah satu perusahaan
yang bergerak di bidang minuman fungsional. Munculnya perusahaan lain yang
bergerak di bidang industri sejenis akan mempengaruhi pemasaran produk Jahe
Merah “Herbalist” Haji Mena Lampung Selatan. Oleh karena itu untuk
memenangkan persaingan tersebut perusahaan perlu menerapkan kegiatan
pemasaran dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesukaan dan kepuasan konsumen terhadap produk Jahe Merah “Herbalist” pada
Pabrik Herbal Haji Mena Lampung Selatan.
Penelitian ini meliputi 2 bagian yaitu bagian pertama adalah uji organoleptik
untuk mengukur tingkat kesukaan konsumen Jahe Merah “Herbalist” dan bagian
kedua adalah survei lapangan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen Jahe
Merah “Herbalist” di Bandar Lampung. Untuk uji kesukaan digunakan uji hedonik
dengan menggunakan panelis sebanyak 60 orang. Data yang diperoleh dianalisis
dengan sidik ragam untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara perlakuan.
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji Duncan (Multiple Range Test)
pada taraf 5%. Sedangkan Uji kepuasan konsumen dilakukan dengan metode
survei. Kemudian data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan empat
alat terdiri dari analisis kesenjangan, importance performance analysis, analisis
indeks kepuasan konsumen, dan analisis multi atribut model angka ideal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan komposisi bahan penyusun
minuman instan berbasis jahe merah memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap
nilai kesukaan aroma, warna, rasa, penampakan dan penerimaan keseluruhan
minuman instan berbasis jahe merah. Hasil uji organoleptik, produk Jahe Merah
“Herbalist” disukai oleh konsumen dengan skor penerimaan keseluruhan 3,40
kriteria netral. Hasil analisis kesenjangan menunjukkan prioritas atribut Jahe
Merah “Herbalist” yang rendah adalah reputasi perusahaan, distribusi lancar,
kebersihan produk, dan promosi yang menarik. Atribut yang memiliki derajat
kepuasan adalah produk bermanfaat bagi kesehatan, kesegaran, harga terjangkau,
dan jahe merah “Herbalist” diterima baik oleh konsumen. Hasil ImportancePerformance Analysis atribut yang menjadi prioritas utama (kuadran A) untuk
ditingkatkan kinerjanya adalah variabel distribusi dan mudah memperoleh Jahe
Merah “Herbalist”, prioritas selanjutnya untuk ditingkatkan kepentingannya
(kuadran C) adalah desain produk menarik, reputasi perusahaan, warna produk
menarik, dan promosi menarik. Hasil analisis indeks kepuasan konsumen
menunjukkan bahwa Jahe Merah “Herbalist” telah memberikan kepuasan pada
pelanggan dengan nilai skala 25035 (pada skala puas). Hasil pengujian multi
atribut model angka ideal menunjukkan nilai sikap konsumen rata-rata adalah
2,834 yang berarti lebih mendekati angka nol sebagai angka ideal yang
dibandingkan dengan angka non ideal, nilai maksimum rata-rata adalah 19,00.
Berarti atribut Jahe Merah “Herbalist” telah mampu memenuhi harapan konsumen.
Kata Kunci : tingkat kesukaan, kepuasan konsumen, Jahe Merah “Herbalist”
Abstract
Haji Mena’s herbal company, South Lampung, is one of fungsional
beverage companies. The rise of the other companies will affect product
marketing of Haji Mena’s “Herbalist” red ginger, South Lampung. Because of
that, to win the competition, the company must do marketing well. This research
has purpose to know preference degree and consumer satisfaction toward
“Herbalist” red ginger product at Haji Mena’s herbal product, South Lampung.
This research includes two parts. The first part is organoleptic test, to
measure affective test of “Herbalist” red ginger consumer and field survey to
measure satisfaction degree of “Herbalist” red ginger consumer in Bandar
Lampung. For the test of consumer preference uses hedonic test by using sixty
panelists. Data is analyzed of variants to know whether it has difference between
treatment or not. Then, data is analyzed by using Duncan test at 5% degree.
Whereas, for the test of consumer satisfaction is done by survey method. Then,
data is analyzed quantitatively by using four devices consists gap analysis,
important performance analysis, consumer satisfaction index analysis,
and attribute multi analysis model ideal number.
The result of the research shows that ingredient difference of instant drink
is basis of red ginger gives real different effect toward joy value of aroma, colour,
taste, appearance, and overall acceptance instant drink is basis of red ginger. The
result of organoleptic test, “Herbalist” red ginger product is loved by consumer
with score overall acceptance 3,40 criterion netral. The result of difference
analysis shows that the attribute priority of “Herbalist” red ginger that must be
increased, Company reputation, fluent distribution, hygiene of product and
interesting promotion. While the attribute that has the highest satisfaction degree
is a product that benefits to health, freshness, price reached and “Herbalist” red
ginger well accepted by consumer. Those attributes that become excellence of
company competitiveness. Based on the result of important performance analysis,
the attribute that becomes the main priority (A kuadran) and must be improved its
performance; distribution variable, so that it is easy to get “Herbalist” red ginger.
The next priority to be increased its importance (C kuadran); interesting product
design, company reputation, interesting colour, and interesting promotion. The
result of the consumer satisfaction index analysis shows that “Herbalist” red
ginger has given satisfaction to customer with scale score is 25035 (satisfied
scale). Next, the result of the attribute multi analysis model ideal number shows
that the average value of consumer attitude is 2,834 and it approaches zero (0) as
an ideal number whereas non ideal number shows that the average of maximum
score is 19,00. So, the attribute of “Herbalist” red ginger has reached consumer
hope.
Keyword : affective test, consumer satisfaction, “Herbalist” red ginger.Muhamad Septiadi 06140510532015-09-07T04:21:54Z2015-09-07T04:21:54Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12402This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124022015-09-07T04:21:54ZPENGARUH SISTEM PENGOLAHAN TANAH TERHADAP KANDUNGAN
BIOMASSA NITROGEN MIKROORGANISME (N-mik) LAHAN BEKAS
ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) UMUR LEBIH DARI 10 TAHUN
YANG DITANAMI JAGUNG (Zea mays L.)Abstrak
Lahan alang-alang merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan di
Indonesia. Lahan alang-alang pada umumnya mempunyai tingkat kesuburan tanah
rendah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan adanya usaha agar dapat mendukung
peningkatan produktifitas lahan, salah satunya yaitu dengan pengolahan tanah
yang tepat. Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua
setelah padi. Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah digalakan
melalui program ekstensifikasi (perluasan areal) dan intensifikasi (peningkatan
produktivitas). Program perluasan areal hanya bisa memanfaatkan lahan-lahan
kritis. Sedangkan untuk program intensifikasi dengan melakukan pengolahan
lahan yang baik. Salah satu pengolahan tanah yang dianjurkan adalah olah tanah
intensif dan olah tanah konservasi (OTK). Sistem olah tanah konservasi secara
tidak langsung akan meningkatkan bahan organik tanah yang merupakan
komponen penting dari kualitas dan produktivitas tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah pada lahan
bekas Alang-alang (Imperata cylindrica L.) terhadap kandungan biomassa
nitrogen mikroorganisme pada pertanaman jagung (Zea mays L.)
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
dengan 6 ulangan. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sistem
olah tanah intensif (T1), sistem olah tanah minimum (T2), dan tanpa olah tanah
(T3). Data yang diperoleh ditabulasi dan diuji homogenitas ragamnya dengan uji
Barlett dan aditifitasnya dengan Uji Tukey. Data di analisis dengan sidik ragam
dan dilanjutkan dengan Uji BNJ5%.
Dari Hasil uji BNJ0.05 menunjukkan bahwa sistem olah tanah intensif (OTI), olah
tanah minimum dan tanpa olah tanah tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan
Valentinus Ixmanto
biomassa nitrogen mikroorganisme (N-mik). Berdasarkan hasil uji korelasi
kandungan C-organik, N-total, dan reaksi tanah (pH) tidak berkorelasi dengan Nmik.
Kata kunci : Alang-alang, biomassa nitrogen mikroorganisme (N-mik), sistem
olah tanah.Valentinus Ixmanto 06140310592015-09-07T04:21:50Z2015-09-07T04:21:50Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12401This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124012015-09-07T04:21:50ZPENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BIOFISIK DAN ANALISIS KELAYAKAN
FINANSIAL PADA LAHAN PERTANAMAN JAMBU BIJI KRISTAL (Psidium
guajava L.) DI LAHAN PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF)
BLOK 301-05 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMURAbstrak
Tanaman jambu biji kristal (Psidium guajava L.) merupakan salah satu prioritas
komoditas holtikultura. Subsektor hortikultura selain berperan dalam pemenuhan
kebutuhan pangan juga mampu memberikan kontribusi pendapatan domestik bruto
(PDB) yang cukup besar dimana nilai dari PDB hortikultura selalu mengalami
peningkatan pada tahun 2004-2008. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menetapkan kelas kesesuaian lahan biofisik pertanaman jambu kristal di PT Nusantara
Tropical Fruit (NTF) dan menetapkan tingkat kelayakan finansial budidaya jambu biji
kristal dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, IRR, dan BEP. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode survei evaluasi lahan, yaitu melakukan
analisis biofisik dan analisis kelayakan finansial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lahan pertanaman jambu biji kristal di PT NTF Kecamatan Labuhan Ratu Lampung
Timur termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas
terberat ketersediaan air berupa kelebihan curah hujan dan retensi hara berupa
kekurangan C-organik (S2wanr). Secara finansial, usaha budidaya tanaman jambu biji
kristal dalam 25 tahun layak untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dengan nilai NPV
selama 25 tahun/ha sebesar Rp 2.355.251.498, Net B/C sebesar 6,68, IRR /tahun
sebesar 61,34%, dan BEP (titik impas) akan dicapai pada tahun ke-9, 7 bulan, dan 8
hari, sehingga usaha tani tanaman jambu biji kristal ini layak untuk dikembangkan.
Kata kunci : Evaluasi kelayakan biofisik dan finansial
Abstract
Beside for food, crystal guava (Psidium guajava L.) is one of horticultural priorities.
The role in horticulture subsectors are also able to contribute to gross domestic product
(GDP), which is large enough where value of GDP horticulture always increase in
2004-2008 in Indonesia. The purpose of this research is to establish biophysical land
suitability of crystal guava plantation in PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) and
determine level of financial feasibility of crystal guava cultivation by calculating the
NPV, Net B/C Ratio, IRR and BEP. The method used in research was land evaluation
survey, it means analysis of land’s biophysical and financial feasibility. The results are
crystal guava plantation land in PT NTF Labuhan Ratu Lampung Timur belong to
enough suitable, with heaviest limiting factor is water availability in form of excess
rainfall and nutrient retention in form of lack of C-organic (S2wanr). Financially,
cultivation of crystal guava plant be developed in 25 years. It was shown by during 25
years/ha with NPV is Rp 2,355,251,498, Net B/C Ratio is 6.68, IRR/year is 61.34%,
and BEP (break event point) will be achieved in 9 year, 7 months, and 8 days, so the
crystal guava plantation is feasible to be developed.
Keywords: Evaluation of biophysical and finance feasibilityRIYAN SULISTIO 06140310542015-09-07T04:21:46Z2015-09-07T04:21:46Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12400This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/124002015-09-07T04:21:46ZPENILAIAN KESESUAIAN LAHAN BIOFISIK DAN ANALISIS KELAYAKAN
FINANSIAL PADA LAHAN PERTANAMAN JAMBU BIJI KRISTAL (Psidium
guajava L.) DI LAHAN PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF)
BLOK 301-05 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMURAbstrak
Tanaman jambu biji kristal (Psidium guajava L.) merupakan salah satu prioritas
komoditas holtikultura. Subsektor hortikultura selain berperan dalam pemenuhan
kebutuhan pangan juga mampu memberikan kontribusi pendapatan domestik bruto
(PDB) yang cukup besar dimana nilai dari PDB hortikultura selalu mengalami
peningkatan pada tahun 2004-2008. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menetapkan kelas kesesuaian lahan biofisik pertanaman jambu kristal di PT Nusantara
Tropical Fruit (NTF) dan menetapkan tingkat kelayakan finansial budidaya jambu biji
kristal dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, IRR, dan BEP. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode survei evaluasi lahan, yaitu melakukan
analisis biofisik dan analisis kelayakan finansial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lahan pertanaman jambu biji kristal di PT NTF Kecamatan Labuhan Ratu Lampung
Timur termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas
terberat ketersediaan air berupa kelebihan curah hujan dan retensi hara berupa
kekurangan C-organik (S2wanr). Secara finansial, usaha budidaya tanaman jambu biji
kristal dalam 25 tahun layak untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dengan nilai NPV
selama 25 tahun/ha sebesar Rp 2.355.251.498, Net B/C sebesar 6,68, IRR /tahun
sebesar 61,34%, dan BEP (titik impas) akan dicapai pada tahun ke-9, 7 bulan, dan 8
hari, sehingga usaha tani tanaman jambu biji kristal ini layak untuk dikembangkan.
Kata kunci : Evaluasi kelayakan biofisik dan finansial
Abstrak
Beside for food, crystal guava (Psidium guajava L.) is one of horticultural priorities.
The role in horticulture subsectors are also able to contribute to gross domestic product
(GDP), which is large enough where value of GDP horticulture always increase in
2004-2008 in Indonesia. The purpose of this research is to establish biophysical land
suitability of crystal guava plantation in PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) and
determine level of financial feasibility of crystal guava cultivation by calculating the
NPV, Net B/C Ratio, IRR and BEP. The method used in research was land evaluation
survey, it means analysis of land’s biophysical and financial feasibility. The results are
crystal guava plantation land in PT NTF Labuhan Ratu Lampung Timur belong to
enough suitable, with heaviest limiting factor is water availability in form of excess
rainfall and nutrient retention in form of lack of C-organic (S2wanr). Financially,
cultivation of crystal guava plant be developed in 25 years. It was shown by during 25
years/ha with NPV is Rp 2,355,251,498, Net B/C Ratio is 6.68, IRR/year is 61.34%,
and BEP (break event point) will be achieved in 9 year, 7 months, and 8 days, so the
crystal guava plantation is feasible to be developed.
Keywords: Evaluation of biophysical and finance feasibilityRIYAN SULISTIO 06140310512015-09-07T04:21:40Z2015-09-07T04:21:40Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12397This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123972015-09-07T04:21:40ZKAJIAN KEMANTAPAN AGREGAT TANAH DAN KERAPATAN ISI
PADA PENGOLAHAN TANAH DAN MULSA
PADA PERKEBUNAN TEBUAbstrak
Pertanaman tebu secara terus menerus dan penggunaan alat berat yang kerap pada
pengolahan tanah dan panen dapat menurunkan produktivitas dan kualitas lahan.
Salah satu upaya konservasi lahan perkebunan adalah dengan pengaplikasian
mulsa bagas dan sistem olah tanah yang tepat. Bagas dapat digunakan sebagai
mulsa karena memiliki C/N rasio yang tinggi, sehingga sulit terdegradasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penerapan pengolahan tanah
dan penambahan mulsa bagas terhadap kemantapan agregat dan kerapatan isi
tanah pada perkebunan tebu. Penelitian ini dirancang secara split plot dalam
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 kali ulangan. Petak utama yaitu
sistem olah tanah, yang terdiri dari tanpa olah tanah (T0) dan olah tanah intensif
(T1). Anak petak adalah aplikasi mulsa bagas, yang terdiri dari tanpa mulsa
bagas (M0) dan mulsa bagas 80 t ha-1 (M1). Adapun kombinasi perlakuan yang
diterapkan adalah sebagai berikut: T0M0 = tanpa olah tanah + tanpa mulsa bagas,
T0M1 = tanpa olah tanah + mulsa bagas 80 t ha-1, T1M0 = olah tanah intensif +
tanpa mulsa bagas, dan T1M1 = olah tanah intensif + mulsa bagas 80 t ha-1. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem olah tanah dan pemberian mulsa
bagas tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan C-organik. C-organik tanah
rendah yaitu 0.72 % hingga 1.09 %, sementara stabilitas kemantapan agregat
tanah bervariasi dari tidak mantap sampai sangat mantap.
Kata Kunci : kerapatan isi, kemantapan agregat, mulsa bagas, olah tanah intensif,
dan tanpa olah tanah.
Abstract
Intensive tillage system and heavy machinery in sugarcane plantation, especially
during land preparation and harvesting could reduce land productivity and soil
quality. These problems could be encounter by baggase application and proper
tillage system. Baggase to be used because it has high C/N ratio, so it is difficult
to degrad. The purpose of this experiment is to study the effect of tillage system
and baggase application on soil aggregate stability and bulk density in sugarcane
plantation. This experiment was designed in split plots within randomized block
design (RBD) with 5 replications. The main plot was tillage system, which
consists of no tillage (T0) and intensive tillage (T1). While the subplot was the
bagasse application with the rate of 80 t ha-1 (M1). So the combination of
treatment applied as follows: T0M0 = no tillage + no mulch bagasse, T0M1 = no
tillage + bagasse mulch 80 t ha-1, T1M0 = intensive tillage + no mulch bagasse,
and T1M1 = intensive tillage + bagasse mulch 80 t ha-1. The result showed there
was no significant defferent among the treatments on C-organic content, bulk
density and soil aggregate stability. C-organic content was low between 0.72 %
until 1.09 %, while the soil aggregate stability varied from weak to strong.
Key Word: bulk density, aggregate stability, baggase mulch, soil tillage intensive,
and no tollage.ASRI NURMALASARI 06140310182015-09-07T04:21:24Z2015-09-11T06:52:51Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12393This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123932015-09-07T04:21:24ZPENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN PEMUPUKAN N
JANGKA PANJANG TERHADAP EMISI GAS CO2 DARI TANAH
PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) MUSIM KE-41
DI POLITEKNIK NEGERI LAMPUNGAbstrak
Praktik pertanian di Indonesia umumnya dengan melakukan Olah Tanah Intensif
yang dapat merusak agregat tanah sehingga partikel-partikel tanah menjadi lepas,
karbon tanah hilang terbawa erosi, dan memacu oksidasi bahan organik sehingga
menurunkan cadangan karbon tanah dan dapat meningkatkan emisi CO2 yang
berpengaruh kepada peningkatan pemanasan global. Hal ini berbanding terbalik
dengan Olah Tanah Konservasi.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap
(RAKL) dan disusun secara faktorial dengan 4 ulangan. Faktor pertama dalam
penelitian ini adalah perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu T1 = olah tanah
intensif, T2 = olah tanah minimum, T3 = tanpa olah tanah. Faktor kedua dalam
penelitian ini adalah pemupukan nitrogen jangka panjang (N) yaitu N0 = 0 kg N
ha-1, N1 = 100 kg N ha-1 dan N2 = 200 kg N ha-1. Pengamatan emisi gas CO2
dilakukan 2 minggu 1 kali sebanyak 10 kali pengamatan. Data yang diperoleh
diuji homogenitasnya dengan uji Barlet dan aditifitasnya dengan Uji Tukey. Data
di analisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji BNJ 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum emisi gas CO2 tertinggi pada
perlakuan sistem Olah Tanah Intensif dan pemupukan 200 kg N ha-1, sedangkan
emisi gas CO2 terendah pada sistem Tanpa Olah Tanah dan tanpa pemupukan N.
Kata kunci : Emisi CO2, Olah Tanah Konservasi, Olah Tanah IntensifDefri Barmintoro 05140310202015-09-07T04:21:20Z2015-09-11T06:52:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12392This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123922015-09-07T04:21:20ZPENGARUH SISTEM OLAH TANAH KONSERVASI DAN PEMUPUKAN
NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP N-TOTAL DAN NITRAT
TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI
KEBUN PERCOBAAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNGAbstrak
Di Indonesia saat ini telah dikembangkan penerapan sistem olah tanah konservasi.
Cara persiapan lahan yang memenuhi kriteria olah tanah konservasi adalah
pengolahan tanah minimum dan tanpa pengolahan tanah. Selain dengan sistem
olah tanah konservasi, usaha untuk menigkatkan produksi tanaman pangan juga
dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan merupakan suatu tindakan
pemberian unsur ke tanah atau tanaman sesuai yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan normal tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan
pengaruh pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap N-total dan nitrat (NO3-)
dalam tanah pada lahan pertanaman jagung di Kebun Percobaan Politeknik Negeri
Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak
kelompok lengkap (RAKL) disusun secara faktorial dengan 4 ulangan. Faktor
pertama dalam penelitian ini adalah perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu T1 =
olah tanah intensif, T2 = olah tanah minimum, T3 = tanpa olah tanah, dan faktor
kedua dalam penelitian ini adalah pemupukan nitrogen jangka panjang (N) yaitu
N0 = 0 kg N ha-1, dan N1 = 200 kg N ha-1. Adapun kombinasi perlakuan yang
diterapkan adalah : N0T1 , N1T1 , N0T2, N1T2, N0T3, N1T3.
Pada masing-masing petak percobaan, sampel tanah diambil pada tiga titik
kemudian dikompositkan. Pengambilan sampel tanah untuk sampel nitrat
dilakukan pada fase vegetatif, fase generatif dan setelah panen tanaman jagung
pada kedalaman 0-20 cm sedangkan untuk sampel N-total dilakukan sebelum
pengolahan tanah pada musim tanam sebelumnya pada tanaman kedelai pada
kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm. Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.
Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Bartllet dan aditifitasnya
dengan Uji Tukey.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sistem olah tanah tidak berpengaruh
terhadap N-total tanah, sedangkan sistem olah tanah intensif menghasilkan nitrat
(NO3-) lebih tinggi dibandingkan sistem olah tanah lainnya. Pemupukan nitrogen
dengan dosis pemupukan 200 kg N ha-1 menghasilkan N-total tanah nyata lebih
tinggi dibandingkan tanpa dipupuk N, dan pemupukan N 200 kg N ha-1
menghasilkan nitrat tanah (NO3-) nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk N.
Interaksi antara pengolahan tanah minimum dengan pemupukan nitrogen dengan
dosis 200 kg N ha-1 menghasilkan N-total nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa
pupuk N, sedangkan pada nitrat (NO3-) interaksi antara pengolahan tanah dan
pemupukan N tidak berpengaruh nyata.
Kata kunci : Nitrat, N-total, Pemupukan, Sistem olah tanah konservasi.
Abstract
Nowday, Indonesia has developed the application of conservation tillage systems.
How tillage conservation tillage criteria are minimum tillage and no tillage
(Utomo, 1990). Abdurachman et al. (1998) explain that conservation tillage
(OTK) is a way of preparing land to reduce soil and water loss due to erosion and
evaporation compared by means of conventional land preparation.
In addition to conservation tillage systems, efforts to boost crop production can
also be done with fertilization. Fertilization is an act of giving elements to the soil
or plants as needed for the normal growth of plants (Pulung, 2005).
Fertilizer N is one of the activities carried out in the cultivation of land, out of
necessity N available for plant growth is not granted and organic-N in the soil will
not be enough to meet the needs of the plant (Sanchez, 1992). Fertilization is
intended to supplement the nutrients that plants need to be able to increase the
production and quality of the production and quality of crops. N fertilization were
performed continuously on the previous season with a conservation tillage system
contains a higher soil N compared to intensive tillage (Niswati et al., 1994). Based
on this fact it is important to know the N content of the soil in the planting season
for corn-41.
This study aimed to determine the effect of tillage systems and nitrogen
fertilization effect of long-term N-total and nitrate (NO3-) in the soil at planting
corn land in Lampung State Polytechnic Experimental Farm. The study was
conducted using a complete randomized block design (RAKL) arranged in
factorial with four replications. The first factor in this study is the treatment of
tillage system (T) is T1 = intensive tillage, T2 = minimum tillage, T3 = no-tillage,
and the second factor in this study is a long-term fertilizer nitrogen (N), ie N0 = 0
kg N ha-1, and N1 = 200 kg N ha-1. The combination treatment applied is: N0T1,
N1T1, N0T2, N1T2, N0T3, N1T3.
In each experimental plot, soil samples were taken at three points and then
composited. Soil sampling for nitrate samples done in the vegetative phase, the
generative phase and after harvest of maize at a depth of 0-20 cm, while for the
sample of N-total tillage done before the growing season prior to the soybean crop
at a depth of 0-5 cm, 5 - 10 cm, and 10-20 cm.
Data were analyzed with analysis of range and continued with test Honestly
Significant Difference (HSD) at the level of 5%. The data obtained by the assay
Bartllet tested homogeneity and aditifitasnya with Tukey Test.
The result showed that the tillage system had no effect on N-total land, while the
intensive tillage systems produce nitrate (NO3-) differ significantly higher than
other tillage systems. Nitrogen fertilizer dose of fertilizer 200 kg N ha-1 produced
different soil N- total significantly higher than without fertilizer N, fertilizer N
and 200 kg N ha-1 produced soil nitrate (NO3-) differs significantly higher than
that without fertilizer N. Interactions between minimum tillage with fertilizer
nitrogen dose of 200 kg N ha-1 produced significantly different N-total is higher
than without fertilizer N, whereas the nitrate (NO3-) interaction between tillage
and N fertilization had no significant effect.
Keywords: conservation tillage systems, fertilizer N, N-total, Nitrate.AYU DASA NOVITA 05140310182015-09-07T04:21:15Z2015-09-11T06:49:55Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12391This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123912015-09-07T04:21:15ZPENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN PEMUPUKAN
NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP UNSUR HARA, SERAPAN
N DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) DI LAHAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNGAbstrak
Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang dibudidayakan di
lahan kering. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kedelai di lahan
kering adalah dengan pengolahan tanah konservasi dan pemberian pupuk
nitrogen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan
pemupukan Nitrogen jangka panjang terhadap unsur hara tanah N, P, K,Ca, Mg
serapan hara N dan produksi tanaman kedelai. Percobaan penanaman dilakukan
di lahan Politeknik Negeri Lampung dengan perlakuan pemupukan N jangka
panjang dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2008. Pada tahun 2008 lahan
diberakan selama 1 tahun. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di laboratorium
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
dan disusun secara faktorial 4 ulangan. Faktor pertama dalam penelitian ini adalah
perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu T1 = ola tanah intensif, T2 = olah tanah
minimum, T3 = tanpa olah tanah, dan faktor kedua dalam penelitian ini adalah
pemupukan nitrogen jangka panjang (N) yaitu N0 = 0 kg N ha-1, N1 = 25 kg N ha-1
dan N2 = 50 kg N ha-1. Sampel tanah diambil pada tiga titik setiap plot tanaman
kedelai pada waktu sehari sebelum pengolahan tanah dan setelah panen.
Berangkasan tanaman dan biji kedelai diambil pada saat panen. Data yang
diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Barlet dan aditifitasnya dengan Uji
Tukey serta dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Unsur hara N, Ca dan Mg pada
perlakuaan olah tanah minimum (OTM) lebih tinggi dibandingkan tanpa olah
tanah (TOT) dan olah tanah intensif (OTI). Sedangkan pada unsur hara P
Berthiria
perlakuaan sistem olah tanah tidak mempengaruhi kandungan P. (2) Unsur hara N
pada pemupukan 50 kg N ha-1 lebih tinggi dibandingkan tanpa pemupukan (0 kg
N ha-1) dan pemupukan 25 kg N ha-1. Sedangkan unsur hara P, Ca, dan Mg
dengan tanpa pemupukan N 0 kg N/ha-1 lebih tinggi dibandingkan pemupukan N
25 kg N/ha-1 dan 50 kg N/ha-1. (3) Interaksi yang terjadi ada pada unsur hara K
pada pemupukan N, kandungan kalium tanah tertinggi diperoleh pada perlakuan
OTM tetapi tidak berbeda dengan TOT, sedangkan kalium terendah diperlakuan
OTI. (4) Serapan hara N pada pemupukan 25 kg N ha-1 lebih tinggi dibandingkan
tanpa pemupukan (0 kg N ha-1) dan pemupukan 50 kg N ha-1. (5) Produksi
tanaman kedelai dengan pemupukan 25 kg N ha-1 dan pemupukan 50 kg N ha-1
lebih tinggi dibandingkan pemupukan 0 kg N ha-1.
Kata kunci : kedelai, pengolahan nitrogen, pengolahan tanah konservasi, produksi
kedelai dan serapan N.Berthi Ria 05140310022015-09-07T04:21:11Z2015-09-11T06:48:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12390This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123902015-09-07T04:21:11ZPENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN
PEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG
TERHADAP LAJU DEKOMPOSISI MULSA IN SITU DAN
PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
DI TANAH ULTISOLAbstrak
Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di
wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu
beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan. Tanah ultisol adalah tanah yang
pada umumnya mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan hara
terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kapasitas tukar
kation rendah, dan peka terhadap erosi.
Olah tanah konservasi (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah) menjadi alternatif
penyiapan lahan yang dilaporkan dapat mempertahankan produktivitas tanah tetap
tinggi. Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan olah tanah
konservasi adalah pemberian bahan organik dalam bentuk mulsa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan
pemupukan nitrogen terhadap laju dekomposisi mulsa in situ dan produksi tanaman
jagung selama musim tanam pada percobaan plot jangka panjang tahun 2011 .
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Perlakuan disusun secara faktorial 3x3 dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah
sistem olah tanah (T) terdiri dari tanpa olah tanah (T0), olah tanah minimum (T1), dan
olah tanah intensif (T2). Faktor kedua adalah pemupukan nitrogen (N) terdiri dari
pemupukan 0 kg N ha-1 (N0), 100 kg N ha-1 (N1), dan 200 kg N ha-1 (N2). Data yang
diperoleh akan diuji homogenitas dengan uji Bartlett dan aditivitas dengan uji Tukey,
kemudian dilakukan analisis ragam. Perbandingan nilai tengah pengamatan
menggunakan uji BNJ taraf 5 %.
ii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan dekomposisi mulsa in situ sistem
olah tanah intensif (T2) dan sistem olah tanah minimum (T1) nyata lebih tinggi dari
pada sistem tanpa olah tanah (T0) pada pengamatan minggu ke-2. Pada minggu ke-10
kecepatan dekomposisi mulsa pada sistem olah tanah intensif (T2) nyata lebih tinggi
dari pada sistem olah tanah minimum (T1) dan sistem tanpa olah tanah (T0).
Sedangkan antara olah tanah intensif (T2) dan olah tanah minimum (T1) adalah
sama. Pemupukan nitrogen dosis tinggi (200 kg N ha-1) nyata menurunkan laju
dekomposisi mulsa in situ.
Produksi jagung tertinggi terdapat pada sistem olah tanah minimum (T1) sebesar 5,89
ton ha-1, sama dengan sistem tanpa olah tanah (T0). Sedangkan produksi terendah
terdapat pada sistem olah tanah intensif (T2) sebesar 4,38 ton ha-1. Pemupukan
nitrogen dosis tinggi (200 kg N ha-1) nyata meningkatkan produksi tanaman jagung
sebesar 5,82 ton ha-1.
Kata kunci : Laju dekomposisi, pemupukan N, produksi jagung, sistem olah tanahARIE SYAPUTRA 05140310012015-09-07T04:20:50Z2015-09-09T06:46:29Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12384This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123842015-09-07T04:20:50ZMOTIVASI PETERNAK SAPI MENGIKUTI PROGRAM KEMITRAAN
(Kasus Kemitraan PT Great Giant Livestock Co Di Desa Karang Endah
Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung TengahAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Motivasi peternak sapi dalam
mengikuti program kemitraan dengan PT Great Giant Livestock Co.(GGLC) di
Desa Karang Endah Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
(2) Tingkat motivasi peternak sapi dalam mengikuti program kemitraan dengan
PT.GGLC (3) Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi peternak sapi
dalam mengikuti program kemitraan dengan PT.GGLC
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 sampai dengan Juni 2011. Sampel
dalam penelitian ini adalah 36 orang peternak sapi. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode survei, sedangkan metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Hubungan antar variabel
diuji dengan menggunakan uji analisis Korelasi rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Motivasi peternak sapi terhadap program
kemitraan dengan PT Great Giant Livestock Co.(GGLC) di Desa Karang Endah
Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah adalah meningkatkan
pendapatan peternak sapi melalui mendapatkan bakalan sapi dan pemberian pakan
dari PT.GGLC serta adanya fasilitas pasar dari PT.GGLC.(2) Tingkat motivasi
peternak sapi dalam mengikuti program kemitraan adalah tinggi. (3) Faktor-faktor
yang berhubungan nyata dengan motivasi peternak sapi dalam mengikuti program
kemitraan dengan PT Great Giant Livestock Co.(GGLC) adalah tingkat
pengetahuan, lama berusaha ternak, tingkat kosmopolitan, intensitas mengikuti
penyuluhan.
Keyword : Motivasi,Kemitraan, Peternak Sapi
Abstract
This research purposed were to: 1) find out cattle breeder’s motivation in
following partnership programme with PT. Great Giant Livestock Co. (GGLC),
2) find out factors which were related to the member of breeder group’s
motivation in partnership programme with PT. Great Giant Livestock Co.
(GGLC) in Karang Endah village of Terbanggi Besar district in Central Lampung
regency.
This research was conducted in Karang Endah village of Terbanggi Besar district
Central Lampung regency from May until June 2011. Samples were 36 peoples of
cattle breeder. This research used survey method, which were analyzed using
descriptive analysis method. Correlations among variables were tested using Rank
Spearman correlation analysis.
The results showed that: 1) the cattle breeder’s motivation to partnership
programme with PT. Great Giant Livestock Co. (GGLC) was high. 2) factors
which had real correlation to the member of breeder group’s motivation in
partnership programme with PT. Great Giant Livestock Co. (GGLC) were
knowledge, breeding period, cosmopolitan’s level, and the intensity in following
agricultural counseling.
Keywords: breeder’s motivation, partnership programme, PT. Great Giant
Livestock Co. (GGLC), rank spearmanSelvia Fitri nn2015-09-07T04:20:46Z2015-09-07T04:20:46Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12383This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123832015-09-07T04:20:46ZnnnnDhenda nn2015-09-07T04:20:22Z2015-09-07T04:20:22Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12307This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123072015-09-07T04:20:22ZPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CAMPURAN KOMPOS BAHAN
ORGANIK DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DENGAN PENGEKSTRAK
AQUADES DAN ASAM ASETAT TERHADAP RESPIRASI TANAHAbstrak
Di Provinsi Lampung banyak dihasilkan limbah agroindustri seperti limbah
kepala udang, jerami bekas media jamur, kulit kopi, dan kulit kakao, kepala udang
memiliki potensi sebagai sumber bahan organik, namun dapat menjadi sumber
pencemaran apabila tidak dilakukan penanganan yang sesuai. Meskipun limbah
agroindustri telah dimanfaatkan dengan cara dicampurkan bahan organik seperti
pupuk kandang dan kascing menjadi pupuk organik sebagai penyedia hara
essensial. Namun, pendayagunaannya masih dalam bentuk padatan sehingga
kurang praktis dan juga pupuk organik memiliki kekurangan yaitu kandungan
unsur hara yang relatif rendah dibanding pupuk anorganik sehingga dosis
penggunaannya lebih tinggi. Akibatnya biaya transportasi, gudang atau
penyimpanan dan tenaga kerja pun meningkat.
Salah satu alternatif yang dilakukan dalam pemanfaatan campuran bahan organik
dan limbah agroindustri yang berbentuk padatan dengan cara pengekstrakan
menjadi pupuk cair, sehingga dapat memberikan nutrisi bagi tanaman tanpa
merusak sifat biologi dan fisik tanah serta lebih praktis dalam pengaplikasiannya.
Untuk mengetahui pengaruh hasil ekstraksi campuran bahan organik dan limbah
agroindustri terhadap tanah, ekstraksi juga dapat diaplikasikan ke dalam tanah
sebagai sumber unsur hara dan tempat beraktifitasnya mikroorganisme tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terbaik dari ekstrak campuran
bahan organik dan limbah agroindustri dengan pengekstrak aquades dan asam
asetat terhadap respirasi tanah. Penelitian ini dirancang secara faktorial dalam
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah
bahan organik (O) yang terdiri dari O1= Pupuk kandang + kulit kopi, O2= Pupuk
kandang + kulit kakao, O3= Pupuk kandang + jerami bekas media jamur, O4=
Merisca Andria Putri
Pupuk kandang + kepala udang, O5= Kascing + kulit kopi, O6= Kascing + kulit
kakao , O7= Kascing + jerami bekas media jamur, O8= Kascing + kepala udang,
E1= Pengekstrak Aquades, E2= Pengekstrak Asam asetat. Data yang diperoleh
diuji homogenitasnya dengan Uji Bartlet dan aditivitasnya dengan Uji Tukey, data
di analisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5 %,
untuk melihat perbedaan perlakuan dilakukan juga uji korelasi pada hari ke-30
antara variabel utama dengan pH, C-organik, dan N-total tanah pada respirasi
tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran jerami bekas media jamur dengan
pupuk kandang yang diekstrak menggunakan aquades lebih baik dalam
meningkatkan respirasi tanah. Sedangkan respirasi tanah dengan pengekstrak
aquades lebih tinggi dibandingkan pengekstrak asam asetat pada semua ekstrak
campuran bahan organik dan limbah agroindustri. Tidak terdapat korelasi antara
respirasi tanah dengan pH, C-organik, dan N-total tanah, serta terdapat interaksi
antara bahan organik, limbah agroindustri dan pengekstrak terhadap respirasi
tanah.
Kata kunci : Bahan organik, ekstraksi, jenis pengekstrak, dan respirasi tanah.
Abstract
Lampung province produce a lot of agroindustrial waste such as shrimp waste,
rice straw as the media for mushroom, the peel of coffee and cocoa. The shrimp
head is potential as the source of organic material, however it can also become
pollutant if it is not handled wisely and properly. Even though the agroindustrial
waste has been used by mixing the organic material as cow manure. However, it is
still used in the solid from so it become less practical. In addition, the organic
fertilizer has weakness which is the content of the main element in the soil is
relatively low compare to the anorganic fertilizer so the dose used is higher. As
the cansequence, the transportation, stockhouse or storage and workers fee
increase.
One of the alternative way used in the use of organic materials and agroindustrial
waste is in the solid form. It is done by marking he solid from into the extract of
liquid. So it can be as a nutrition for a plants without destroying/breaking the
biological and physical from of the soil. In addition it is also considered more
practical in the application. To know the effect of the mixture extract of organic
material and agroindustrial waste towards the soil, the extract can be also applied
into the soil as the sourse of main element for soil and place on activated soil
microorganism.
The purpose this research was to examine the effect of mixed organic material
extract and agroindustrial waste with aquades and acetic acid extractor on soil
respiration. This research is designed factorially in the from of group design with
3 times respeatition. The main factor is organic material which is O1 = cow
Merisca Andria Putri
manure + coffee peel, O2 = cow manure + cocoa peel, O3 = cow manure + straw
mushroom, O4 = cow manure + shrimp head, O5 = earthworm cast + coffee peel,
O6 = earthworm cast + cocoa peel, O7 = earthworm cast + straw mushroom, O8 =
earthworm cast + shrimp head, E1 = Aquades extract, E2 = Asetat extract. The
data obtained were tested its homogenity using Bartlett’s test and its additivity
were tested using Tukey’s test. Furthermore tested by Least Significant Difference
(LSD) of 5% to detect the difference in treatment and also performed a correlation
test on 30 day between the main variable of pH, C-organic and total soil N in soil
respiration.
The research shows that the mixture on haste as the mushroom media with cow
manure which is extracted by aquades is increasing soil respiration. Meanwhile,
the soil respiration used aquades is higher that the respiration used. There is
correlation between soil respiration with pH, C-organic, N-total soil, and there is
an interaction between organic material, agroindustrial waste and extract towards
the soil respiration.
Key word : extract, kinds of extract, soil respiration, organic material.Merisca Andria Putri 06140310422015-09-07T04:20:18Z2015-09-07T04:20:18Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12275This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122752015-09-07T04:20:18ZPotensi Penyerapan Karbon pada Sistem Agroforestri
di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran Provinsi LampungAbstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui vegetasi dominan dan besarnya
serapan karbon dari sistem agroforestri yang diaplikasikan oleh sebagian
besar masyarakat di Desa Pesawaran Indah. Penelitian dilaksanakan pada
bulan April – Juni 2012 di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Metode Summed
Dominance Ratio (SDR) dan Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk
mengetahui vegetasi dominan dan untuk menghitung jumlah serapan
karbon digunakan persamaan allometrik. Guna mempermudah dalam
memperoleh data maka Desa Pesawaran Indah dibagi menjadi fisiografi
bawah, tengah, atas dan hutan dusun. Berdasarkan hasil penelitian,
vegetasi dominan pada fisografi bawah untuk fase pohon adalah Jati
(Tectona grandis), untuk fase tiang, pancang dan semai adalah Kakao
(Theobroma cacao). Vegetasi dominan fisiografi tengah untuk fase pohon
adalah Alpukat (Persea americana), untuk fase tiang, pancang dan semai
adalah Kakao (Theobroma cacao). Vegetasi dominan fisiografi atas untuk
fase pohon adalah Waru gunung (Hibiscus macrophyllus), untuk fase
tiang, pancang dan semai adalah Kakao (Theobroma cacao). Vegetasi
dominan hutan dusun untuk fase pohon adalah Tabu (Crescentia pujeta),
fase tiang adalah Cempaka (Michelia champaca), fase pancang adalah
Bambu (Gigantochloa apus), dan fase semai adalah Karet (Hevea
brasiliensis). Serapan karbon di atas permukaan tanah pada sistem
penggunaan lahan agroforestri di Desa Pesawaran Indah fisiografi bawah
yaitu 118,96 Mg/ha , fisiografi tengah yaitu 104,16 Mg/ha, fisiografi atas
yaitu 89,01 Mg/ha dan pada hutan dusun yaitu 526,43 Mg/ha.
Kata kunci : agroforestri, vegetasi dominan, karbon.
Abstract
This research aim to determine dominant vegetation and amount of carbon
absorption of agroforestry systems which is applicated by Pesawaran
Indah Village’s people. This research held on April – June 2012 at
Pesawaran Indah Village, Padang Cermin Sub Distric, Pesawaran Distic,
Lampung Province. Summed Dominance Ratio (SDR) methode,
vegetation of INP (“Indeks Nilai Penting”) used to determine dominant
vegetation and than to calculate the carbon absorption by allometrik
equation. Agroforestry land lies on fisiography category. There are three
fisiography to ease in obtaining the data. There are low land, middle land,
up land and forest hamlet. Based on the research, on low land the
dominanat vegetation for tree phase is Teak (Tectona grandis), and for
pole, sapling and seedling phase is dominant Cacao (Theobroma cacao).
On middle land the dominanat vegetation for tree phase is Avocado
(Persea americana), the pole, sapling and seedling phase is dominant
Cacao (Theobroma cacao). On up land the dominant vegetation for tree
phase is Waru (Hibiscus macrophyllus), the pole, sapling and seedling
phase is dominant Cacao (Theobroma cacao). On village forest the
dominant vegetation for tree phase is Taboos (Crescentia pujeta), pole
phase is Champaca (Michelia champaca), sapling phase is Bamboo
(Gigantochloa apus) and seedling phase is hevea (Hevea brasiliensis).
The results of carbon above absorption on agroforestry lands at Pesawaran
Indah Village is 118,96 Mg/ha (low land), 104,16 Mg/ha (Middle land)
and 89,01 Mg/ha (up land) and 526,43 Mg/ha (forest hamled).
Keywords : agroforestry, dominant vegetation, carbon.Dessy Natalia 08140810342015-09-07T04:20:14Z2015-09-07T04:20:14Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12273This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122732015-09-07T04:20:14ZManajemen Penangkaran Lebah Madu (Apis cerana Fabr.)
di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung TimurAbstrak
Madu adalah salah satu produk perlebahan yang dapat dikembangkan dengan
upaya penangkaran lebah madu. Agar hasil produksi penangkaran tetap
berkesinambungan maka diperlukan manajemen penangkaran lebah madu yang
baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi
manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. berdasarkan indikator dan
parameter penilaian aspek perencanaan persyaratan teknis, pelaksanaan
penangkaran, teknologi pengembangan penangkaran, dan hasil penangkaran.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012 di Desa Buana
Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Metode yang digunakan
adalah observasi lapangan dan wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan
kualitatif, yaitu membandingkan hasil pengumpulan data dari lapangan dengan
kriteria dan indikator penilaian manajemen penangkaran. Hasil penelitian
menunjukkan aspek perencanaan persyaratan teknis dan hasil penangkaran dapat
dikategorikan cukup baik karena telah memenuhi syarat untuk pelaksanaan
penangkaran baik. Sedangkan aspek teknologi pengembangan penangkaran dan
pelaksanaan penangkaran dikategorikan kurang baik karena masih terbatasnya
kemampuan dari petani lebah dan penangkaran tersebut. Secara keseluruhan
manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti dapat
dikategorikan cukup baik. Manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr.
di Desa Buana Sakti perlu lebih ditingkatkan terutama dalam aspek teknologi
pengembangan dan pelaksanaan penangkaran untuk memperoleh hasil
penangkaran lebah madu yang optimal.
Kata kunci : Manajemen Penangkaran Lebah, Budidaya Lebah, Apis cerana Fabr.
Abstarct
Honey forest are one of beekeeping product that can developed by honey bees
breeding method. In order to remain sustainable production of honey breeding, a
good breeding management is significantly needed. The purpose of this research
was to identify and evaluate the breeding management of Apis cerana Fabr. honey
bee based on the indicator and parameter assessment of technical requirement
planning, the technique, the implementation, and the products of breeding. This
research was conducted from February 2012 until April 2012 in the Buana Sakti
Village, Distric of Batanghari, East Lampung. The method used in this research is
field observations and questionnairy interviews. The analysis applied in this
reseacrh is quantitative and qualitative method, comparing the data collection
from the field to the criteria and indicator of breeding management assessment.
The results of this research showed that the aspect of technical requirement
planning and the breeding products are considered good, it is because it has
accomplished the requirement. While the aspect of breeding technique and
implementation are considered not good, it is caused by the limited competence of
bee farmer and the breeding methods. Overally, the breeding management of Apis
cerana Fabr. honey bee in Buana Sakti village for all aspects is considered good.
The breeding management of Apis cerana Fabr. honey bee in Buana Sakti village
needs to be well improved, particularly in term of technique and implemetation of
breeding to obtain the maximum quality of honey bee breeding.
Key words: Bee Breeding Management, Bee Conservation, Apis cerana Fabr.Apriyanita Pitri Ningrum 08140810292015-09-07T04:20:10Z2015-09-07T04:20:10Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12245This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122452015-09-07T04:20:10ZDAMPAK PRODUKSI TANAMAN PANGAN
TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI LAMPUNG:
ANALISIS KETERKAITAN ANTARSEKTORAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:(l) keterkaitan antara subsektor
tanaman pangan dengan sektor lain ; (2) dampak pengganda produksi subsektor
tanaman pangan terhadap output, pendapatan rumah tangga dan nilai tambah; dan
(3) dampak total produksi tanaman pangan terhadap perekonomian wilayah
Provinsi Lampung.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Provinsi Lampung. Penelitian dilakukan mulai Desember 2011 sampai
dengan April 2012. Analisis yang digunakan meliputi analisis keterkaitan
antarsektor, analisis dampak pengganda dan analisis dampak total komoditas
tanaman pangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subsektor tanaman pangan mempunyai
keterkaitan ke belakang yang tinggi namun mempunyai keterkaitan ke depan yang
rendah dengan sektor lain. Angka pengganda output komoditas padi, jagung dan
ubi kayu adalah 1,370, 1,413, dan 1,330. Angka pengganda pendapatan rumah
tangga komoditas padi, jagung, dan ubi kayu adalah 1,350, 1,525, dan 1,384.
Angka pengganda nilai tambah komoditas padi, jagung, dan ubi kayu adalah
1,297, 1,339, dan 1,249. Keterkaitan antarsektor menciptakan nilai tambah pada
komoditas tanaman pangan. Nilai tambah yang diciptakan komoditas tanaman
pangan akan berpengaruh pada perekonomian wilayah. Dampak total terhadap
nilai tambah wilayah masing-masing sebesar Rp 9.717 milyar, Rp 4.886 milyar
dan Rp 7.345 milyar.
Kata kunci: Keterkaitan, Dampak Pengganda, Input Output
Abstract
This research aims to analyze: (1) linkages between food crops subsector and
other sectors; (2) multiplier effects of food crops subsector on output, household
income and value-added; (3) total impacts of food crops subsector on regional
economics of Lampung.
This research used secondary data from Central Statistic Agency of Lampung and
was conducted from Desember 2011 to May 2012. Analyses employed are
intersectoral linkages, multiplier effects, and total impacts of food crops
commodity analyses.
The results showed that the food crops subsector had high point backward
linkages, however, it had low point forward linkages. Multiplier effects of output
of rice, com, and cassava were 1,370, 1,413, and 1,330. Multiplier effects of
household income of rice, com, and cassava were 1,350, 1,525, and 1,384.
Multiplier effects of value added of rice, com, and cassava were 1,297, 1,339, and
1,249. Intersectoral linkages created value added on food crops subsector . This
value added will affect regional economics. Total impacts of rice, com, and
cassava on regional value added were Rp 9,717 billion, Rp 4,886 billion dan Rp
7,345 billion respectively
Keywords: Linkages, Multiplier Effect, Input-Output.Ribut Widayanto 08140231042015-09-07T04:20:06Z2015-09-07T04:20:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12242This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122422015-09-07T04:20:06ZPOLA ALIRAN RANTAI PASOK, PENGENDALIAN PERSEDIAAN
BAHAN BAKU, DAN STRATEGI PENINGKATAN KINERJA
AGROINDUSTRI TAHU TEMPE DI KELURAHAN GUNUNG SULAH
KECAMATAN SUKARAME BANDAR LAMPUNGAbstrak
enelitian ini bertujuan untuk menganalisis mekanisme rantai pasok, menganalisis
pengendalian persediaan bahan baku, menyusun strategi peningkatan kinerja, dan
menganalisis nilai tambah pada agroindustri tahu tempe.
Penelitian dilakukan di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar
Lampung pada bulan Januari-Maret 2011. Metode yang digunakan adalah metode
survei. Jumlah responden sebanyak 15 pengrajin tahu dan 15 pengrajin tempe,
serta 5 responden dari pakar atau instansi terkait agroindustri. Analisis yang
digunakan yaitu metode Economic Order Quantity (EOQ ), analisis SWOT,
metode Analitycal Hierarchi Process (AHP), dan analisis nilai tambah model
Hayami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok pada agroindustri keripik
pisang terdiri pemasok kedelai, pedagang pengumpul, pengrajin tahu tempe,
pedagang pengecer tahu tempe, dan konsumen. Pembelian bahan baku yang
ekonomis secara rata-rata sebesar 68 kilogram, dengan frekuensi pemesanan
sebanyak 21 kali per bulannya. Untuk meningkatkan kinerja agroindustri perlu
memfokuskan pada pemasaran dan penjualan, dimana peran instansi terkait sangat
dibutuhkan, tujuan yang harus diperhatikan adalah peningkatan mutu produk,
kemudian dapat dipilih altematif yang mendukung tujuan yaitu meningkatkan
kualitas tahu tempe agar tidak terpengaruh pesaing sejenis yang memberikan
harga lebih murah. Nilai tambah rata-rata tahu sebesar Rp. 4.812,90 per kilogram
kedelai dengan rasio nilai tambah sebesar 41,29%, nilai tambah rata-rata tempe
sebesar Rp. 3.017,63 per kilogram kedelai dengan rasio nilai tambah sebesar
30,44%.
Kata Kunci : Rantai Pasok, Pengendalian Bahan Baku, Peningkatan Kinerja, dan
Nilai Tambah
Abstract
The aimed of this research was to analyze the formulation of supply chain,
analyze the basic commodity inventory control, performance enhanced strategy,
and analyze value added in tofu and tempe agro industry.
Research was done in Gunung Sulah village at Sukarame district in Bandar
Lampung from Januari until Maret 2011. Method used was survey method.
Respondent were15 workers tofu and 15 workers tempe, with 5 respondents were
expert or related to resort of agroindustry. Analyses were Economic Order
Quantity (EOQ) method, SWOT analysis, Analytical Hierarchy Process (AHP)
method, and analysis of model value added of Hayami.
Research result showed that supply chain in tofu and tempe agroindustry consists
of soybean supplier, collectors’ tradesman, worker of tofu and tempe, dealer of
tofu and tempe, and consumer. Buying commodity economically were 68
kilograms, with order frequency as long as 21 times per month. To increase
performance of agroindustry needed focus on marketing and sale, where does
related resort character wanted so much, aim that must be payed product quality
enhanced, then eligible alternative that support aim that was increase quality of
tofu and tempe so that not influenced competitor of a kind that give cheaper price.
Average value added were Rp. 4.812,90 per soy bean kilogram with added value
ratio as big as 41,29%, average value added tempe were Rp. 3.017,63 per
kilogram of soy bean with added value ratio as big as 30,44%.
Keyword: supply chain, material inventory control, performance enhanced, and
value addedElfa Sari 08140230702015-09-07T04:20:01Z2015-09-07T04:20:01Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12240This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122402015-09-07T04:20:01ZANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
USAHA TERNAK SAPI PERAH DI DESA PURWOASRI
KECAMATAN METRO UTARA KOTA METROAbstrak
Penelitian bertujuan untuk : (1) menganalisis kelayakan finansial usaha ternak
sapi perah dan (2) menganalisis sensitivitas kelayakan finansial usaha temak sapi
perah.
Penelitian dilakukan di Desa Purwoasri Kecamatan Metro Utara Kota Metro.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan desa tersebut
merupakan desa yang terkenal sebagai sentra produksi susu segar dan satusatunya desa di Kota Metro yang membudidaya temak sapi perah. Data yang
digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel
dilakukan dengan motode sensus dengan jumlah sampel sebanyak 8 responden.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2011 hingga Januari 2012.
Analisis yang dilakukan adalah analisis kelayakan finansial, menggunakan NPV,
Net B/C, Gross B/C, IRR, Payback Period, titik impas, dan sensitivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha temak sapi perah di Desa Purwoasri
Kecamatan Metro Utara Kota Metro secara finansial layak dijalankan dengan nilai
NPV 662.204.387,31, Net B/C 5,80, Gross B/C 1,97, IRR 50 %, dan Pp 3,39.
Kenaikan biaya produksi dan harga jual memberikan pengaruh terhadap nilai
NPV, Net B/C, Gross B/C, IRR, dan Payback Period, namun usaha temak sapi
perah tetap layak untuk dijalankan.
Kata Kunci : sapi perah, kelayakan, kelayakan finansial, sensitivitas, sentra.
Abstract
The aimed of this research was to: (1) analyze the financial feasibility of dairy
cattle business farming and (2) analyze sensitivities of financial feasibility of dairy
cattle business farming.
Research was done in Purwoasri village of North Metro district in Metro.
Location was done purposively considering the village was the central production
of fresh milk and the only village in Metro that cultivate dairy cattle business.
Data used was primary data and secondary data. Sample took by census method
with total sample as many as 8 respondents. Data collect was done on December
2011 up to January 2012. Analyses for financial feasibility, were NPV, Net B/C,
Gross B/C, IRR, Payback Period, breakeven point, and sensitivities.
Research result showed that dairy cattle BUSINESS farming in Purwoasri village
of North Metro district in Metro has NPV 662,204,387.31, Net B/C 5.80, Gross
B/C 1.97, IRR 50 % and Pp 3.39. The increase of production and price influenced
the value of NPV, Net B/C, Gross B/C, IRR and Payback Period, but dairy cattle
business farming is still feasible to be ran.
Keyword: dairy cattle, feasibility, financial feasibility, sensitivities, centre.R.A Niken Sri Rizki1, 08140230342015-09-07T04:19:52Z2015-09-07T04:19:52Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12224This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122242015-09-07T04:19:52ZPENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI
CAMPURAN MEDIA PEMBIBITAN DAN PUPUK
NPK (15:15:15) TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)Abstrak
Media tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman kakao di pembibitan, adanya kompos kulit buah kakao berpotensi sebagai
campuran media pembibitan kakao. Pemberian pupuk NPK sebagai tambahan
unsur hara makro ke media pembibitan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit
kakao. Penelitian dilakukan untuk mengetahui: (1) berapakah dosis kompos kulit
buah kakao yang menghasilkan pertumbuhan bibit kakao terbaik, (2) berapakah
dosis pupuk NPK yang menghasilkan pertumbuhan bibit kakao terbaik , (3)
apakah respon bibit tanaman kakao tehadap pemberian pupuk NPK ditentukan
oleh dosis kompos kulit buah kakao dan (4) berapakah kombinasi dosis pupuk
NPK dan kompos kulit buah kakao yang menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman
kakao terbaik. Hipotesis yang diajukan adalah (1) terdapat salah satu dosis
kompos kulit buah kakao sebagai campuran media pembibitan yang dapat
menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik, (2) terdapat salah satu
dosis pupuk NPK yang dapat menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao
terbaik, (3) respon bibit tanaman kakao tehadap pemberian pupuk NPK ditentukan
Minarsih
oleh dosis kompos kulit buah kakao, dan (4) terdapat kombinasi dosis pupuk NPK
dan kompos kulit buah kakao yang menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman
kakao terbaik.
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung
pada Desember 2011 -September 2012. Rancangan perlakuan disusun sacara
faktorial dengan empat ulangan. Faktor pertama adalah dosis campuran kompos
kulit buah kakao dengan tiga taraf: K0(0% [v/v]), K1(12,5% [v/v]) dan K2(25,0%
[v/v]). Faktor kedua adalah pupuk NPK dengan empat taraf: P1(1,5 g/tanaman),
P2(3,0 g/tanaman), P3(4,5 g/tanaman) dan P4(6,0 g/tanaman). Data yang diperoleh
diuji dengan uji χ2 dan additifitas data diuji dengan uji Tukey, sedangkan uji
pemisahan nilai tengah dilakukan dengan uji beda nyata jujur (BNJ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tanpa kompos kulit buah kakao
menghasilkan pertumbuhan bibit kakao terbaik tetapi tidak berbeda nyata dengan
pemberian kompos kulit buah kakao sebanyak 12,5%. Pemupukan NPK 1,5
g/tanaman menghasilkan pertumbuhan bibit kakao terbaik. Respon bibit kakao
terhadap pemberian pupuk NPK ditentukan oleh dosis kompos kulit buah kakao.
Pemberian dosis pupuk NPK sebanyak 1,5; 3,0; dan 6,0 g/tanaman yang
dikombinasikan dengan kompos 0% (v/v) menghasilkan pertumbuhan bibit
tanaman kakao terbaik.
Kata kunci: kakao, kompos kulit buah kakao, pupuk NPKMinarsih 08140130412015-09-07T04:19:48Z2015-09-07T04:19:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12187This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121872015-09-07T04:19:48ZANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KARET ( Hevea Brasiliensis ) RAKYAT
JENIS BOKAR DI KECAMATAN BANJAR AGUNG, KABUPATEN
TULANG BAWANG, PROPINSI LAMPUNGAbstrak
Penelitian bertujuan untuk : (1) Mengetahui jalur pemasaran karet rakyat dari
produsen sampai Pabrik karet. (2) Mengetahui efisiensi pemasaran karet rakyat di
Kecamatan Banjar Agung, Kabupaten Tulang Bawang, Propinsi lampung.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Banjar Agung
Kabupaten Tulang Bawang. Petani responden berjumlah 52 orang yang ditentukan
dengan teknik simple random sampling. Untuk lembaga pemasaran diambil lembaga
pemasaran yang terlibat langsung dalam pemasaran karet rakyat di daerah penelitian.
Pengumpulan data pada lembaga pemasaran penulis menggunakan teknik snowball
sampling. Metode yang digunakan untuk menganalisis efisiensi sistem pemasaran
adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Analisis kualitatif (deskriptif)
digunakan untuk mengetahui struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar.
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin pemasaran (RPM), analisis
elastisitas koefisiensi korelasi harga, dan analisis elastisitas transmisi harga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat tiga saluran pemasaran Karet di
Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang bawang. Saluran pemasaran yang
paling efisien adalah saluran pemasaran yang pertama, yaitu: Petani secara langsung
menjual karet ke Pabrik. (2) Sistem pemasaran karet di Kecamatan Banjar Agung,
Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung tidak efisien. Marjin pemasaran dan
Ratio Profit Margin (RPM) menyebar tidak merata. Pasar produsen dan konsumen
kurang terintegrasi, dan pasar yang terbentuk cenderung oligopsoni.
Kata kunci : efisiensi pemasaran, Karet, Bokar
Abstract
This research aims were to analyze marketing channel of rubber from producers to
factory, was to analyze the marketing efficiency of rubber in Sub-District Banjar
Agung, District Tulang Bawang, Province Lampung.
Location was chosen purposively in sub-district Banjar Agung, district Tulang
Bawang. The number of respondents was 52 farmers taken by simple random
sampling. Marketing agency directly involved in the marketing of rubber in the study
area. Collecting data on marketing agencies authors used snowball sampling
technique. Methods used to analyze the efficiency of marketing systems is a
descriptive qualitative and quantitative descriptive. Analysis of qualitative
(descriptive) was used to determine the market structure, market behavior, and variety
market. Analysis of quantitative was used to investigate the marketing margin
(RPM), elasticity of price efficient, and analysis of price transmission elasticity.
The results showed that: (1) there were three marketing channels in sub-district
Banjar Agung, district Tulang bawang. The most efficient marketing channel is the
first marketing channel, Farmers sell directly to the factory rubber. (2) Marketing
system in sub-district Banjar Agung, district Tulang Bawang was not efficient yet.
Marketing margins and Profit Margin Ratio is not evenly distributed. Producer and
consumer markets are less integrated, and the market tends to form oligopsoni
Key word : Marketing efficiency, Rubber, BokarErick Kurniawan 07140210482015-09-07T04:19:40Z2015-09-07T04:19:40Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12177This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121772015-09-07T04:19:40ZANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI
PADI HIBRIDA DI KECAMATAN BUMI RATU NUBAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAHAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi ekonomi usahatani, daya saing
usahatani, sensitivitas usahatani, dan dampak kebijakan pemerintah terhadap
usahatani padi hibrida di Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung
Tengah.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung
Tengah. Pengambilan sampel petani padi hibrida dilakukan dengan metode
representative sampling sebanyak 40 responden yang tersebar pada empat desa
yang memiliki luas areal yang besar, yaitu Bumi Ratu, Tulung Kakan, Sido
Waras, dan Suka Jawa. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden
di daerah penelitian memiliki keseragaman (homogenitas) dalam hal usahatani di
lahan sawah irigasi teknis dan petani menanam benih padi hibrida varietas yang
sama (DG 1 SHS), tetapi berbeda dalam luas lahan yang ditanami, peralatan yang
dipakai, jumlah pupuk yang digunakan, jumlah tenaga kerja, dan tingkat
produktivitas lahan. Pengumpulan data dilaksanakan pada Bulan Maret-Agustus
2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) usahatani padi hibrida di Kecamatan
Bumi Ratu Nuban Kabupetan Lampung Tengah menguntungkan dan efisien
secara ekonomi, (2) usahatani padi hibrida di Kecamatan Bumi Ratu Nuban
Kabupaten Lampung Tengah berdaya saing (PCR = 0,30795 dan DRC =
0,40908), (3) Usahatani padi hibrida di Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten
Lampung Tengah hanya peka (sensitif) terhadap peningkatan harga gabah kering
panen dan total biaya produksi, serta (4) Dampak kebijakan pemerintah
melindungi petani padi hibrida dengan pemberian subsidi pupuk dan kebijakan
yang ada menyebabkan harga gabah kering panen pada daerah penelitian lebih
besar dibandingkan harga intemasional.
1. Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2. Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Abstract
The objective of this research is to find out the economic efficiency, competitive
ability, sensitivity of farming business, and the effects of government policies to
hybrid paddy business in Bumi Ratu Nuban sub district of Lampung Tengah
regency.
This research was conducted in Bumi Ratu Nuban sub district in Lampung
Tengah regency. Samples were 40 respondents distributed in four villages with
wide paddy field areas; they were Bumi Ratu, Tulung Kakan, Sido Waras, and
Suka Jawa villages, and samples were taken using representative sampling
method. This was conducted with consideration that respondents in the research
location had homogeneity in terms of farming business in technical irrigation
paddy field, and farmers growth the same variety of hybrid paddy (DG 1 SHS),
but they were different in field wide, the instruments to use, amount of fertilizer to
use, amount of work force, and field productivity level. Data were collected in
March to August 2011. The data was analyzed by using PAM (.Policy Analysis
Matrix).
The results showed that: (1) hybrid paddy business in Bumi Ratu Nuban of
Lampung Tengah regency was profitable and economically efficient, (2) hybrid
paddy business in Bumi Ratu Nuban of Lampung Tengah regency had
competitive ability (PCR = 0.30795, and DRC = 0.40908), (3) hybrid paddy
business in Bumi Ratu Nuban of Lampung Tengah regency was only sensitive to
the increasing of dried harvested paddy price and total production cost, and (4)
effect of government policy on input-output indicates that the government policy
on the price of dried harvested paddy and fertilizer subsidies to be effective in
protecting the hybrid paddy farmers.
1Agnes Luliana1, M Irfan Affandi2, Suriaty Situmorang2 07140210352015-09-07T04:19:31Z2015-09-11T06:33:35Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12503This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125032015-09-07T04:19:31ZPENGARUH PUPUK ORGANIK DAN PUPUK MIKRO PADA
VIABILITAS BENIH PADI (Oryza sativa L.)Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis pupuk organik dan dosis
pupuk mikro pada viabilitas benih padi. Benih yang dipanen dari suatu percobaan
faktorial (2x3) didalam rancangan kelompok petak terbagi (split splot) dengan 3
blok. sebagai ulangan diuji viabilitasnya setelah diberi perlakuan lama deraaan
uap jenuh etanol. Dosis pupuk organik adalah petak utama terdiri dari 2 taraf,
yaitu dosis 0 ton/ha (O1,tanpa pemupukan), dan dosis 2 ton/ha (O2), dan dosis
pupuk mikro adalah anak petak terdiri 3 taraf, yaitu dosis 0 kg/ha (M1, tanpa
pemupukan), dosis 1 kg/ha (M2), dan dosis 2 kg/ha (M3). Setelah kesamaan
ragam data antarperlakuan yang diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data
yang diuji dengan uji Tukey menunjukkan homogen dan aditif, selanjutnya
dilakukan analisis ragam, dan diuji Beda Nyata Jujur (BNJ) masing-masing pada
taraf 5 %. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan viabilitas benih yang
ditunjukkan oleh peubah kecambah normal kuat setelah benih mendapat deraan 20
dan 30 menit, peubah kecambah normal setelah benih mendapat deraan 30 menit,
dan peubah bobot kering kecambah normal setelah benih mendapat deraan 50
Bay Achmadi
menit, pemberian pupuk mikro berpengaruh nyata pada viabiltas benih yang
ditunjukkan peubah kecambah normal kuat, panjang tajuk, dan panjang akar
primer tanpa didera uap jenuh etanol, peubah panjang kecambah normal, panjang
tajuk, dan panjang akar primer setelah didera uap jenuh etanol 10 menit, dan pada
peubah kecepatan perkecambahan setelah didera uap jenuh etanol 30 menit.
Pengaruh interaksi antara dosis pupuk organik dan pupuk mikro terjadi pada
viabilitas benih nyata ditunjukkan peubah panjang akar primer tanpa deraan uap
jenuh etanol dan setelah didera uap jenuh etanol 10 menit, serta peubah panjang
kecambah normal setelah didera uap jenuh etanol 10 menit.Bay Achmadi 05140110182015-09-07T04:19:27Z2015-09-09T07:34:20Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12502This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125022015-09-07T04:19:27ZPERTUMBUHAN BEBERAPA ISOLAT
TRICHODERMA spp. PADA MEDIA YANG
MENGANDUNG TRIADIMEFON,
BELERANG ATAU UREAAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuh beberapa isolat
Trichoderma spp. pada media yang mengandung triadimefon, belerang atau urea.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah beberapa isolat Trichoderma
spp. mampu tumbuh pada media yang mengandung fungisida triadimefon,
belerang atau urea. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, dari bulan Desember 2008
sampai dengan bulan April 2009. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan empat (4) perlakuan dan tiga (3) ulangan. Isolat yang
digunakan terdiri atas empat isolat Trichoderma, yaitu isolat hasil isolasi dari
tanah di daerah Panumangan, Tulang Bawang (T1); isolat Trichoderma yang
diisolasi dari lahan perkebunan karet yang ada di daerah Panumangan, Tulang
Bawang yang sudah diaplikasikan dengan belerang untuk pengendalian penyakit
JAP (T2); isolat yang diisolasi dari tubuh buah jamur Coreolus yang ditemukan di
Panumangan, Tulang Bawang (T3); dan isolat dari koleksi Klinik Tanaman
Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Unila (T4). Bahan kimia yang
ditambahkan ke media, yaitu fungsida triadimefon, urea, dan belerang dengan
konsentrasi 6ml/l. Data yang diperoleh, yaitu diameter koloni Trichoderma spp
diolah dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan dari keempat
isolat yang tumbuh pada media yang mengandung triadimefon ataupun urea,
isolat Coreolus (T3) merupakan isolat yang memiliki diameter terbesar
dibandingkan dengan ketiga isolat lainnya, penambahan triadimefon dan urea
menghambat pertumbuhan koloni Trichoderma tetapi tidak membunuhnya,
sedangkan pada belerang, koloni yang tumbuh tampak transparan.
Abstract
This study was aimed to determine the ability of some isolates of Trichoderma
spp. grow on media containing triadimefon, sulfur or urea. The hypothesis
proposed in this study was that isolates of Trichoderma spp. are able to grow on
media containing triadimefon, sulfur or urea. The research was conducted at The
Laboratory of Plant Diseases Faculty of Agriculture, University of Lampung,
from December 2008 until April 2009. This research used Completely
Randomized Design with four treatments and three replicates. The Isolates
consisted of four isolates of Trichoderma: isolate from the isolation of the land in
the Panumangan, Tulang Bawang (T1); Trichoderma isolate isolated from rubber
plantations in the area Panumangan, Tulang Bawang that have been applied with
sulfur for white root control (T2); isolate from the basidia of fungus Coreolus
found in Panumangan, Tulang Bawang (T3); and isolate from the collection of
the Plant Clinic of Faculty of Agriculture, Unila (T4). Each of chemical was
added to the media 6ml/L namely fungisida triadimefon, urea and sulfur. The data
obtained, the diameter of Trichoderma spp. colonies were processed using
ANOVA and continued by Least Significant Different (LSD) on the significances
level 5%. The results showed that the four isolates were capable of growing on
media containing urea or triadimefon, Coreolus isolate (T3) was the isolate that
the largest colony diameter compared to the three other isolates. The addition of
urea or triadimefon inhibited the growth of Trichoderma colonies but did not kill
them, while in the media containing sulfur, the colony was thin and look
transparent.Fitrina Sari 04140410292015-09-07T04:18:35Z2015-09-07T04:18:35Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12509This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125092015-09-07T04:18:35ZTANGGAPAN PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU (Saccharum
officinarum L.) TERHADAP PEMBERIAN TIGA JENIS FUNGI
MIKORIZA ARBUSKULAR SECARA TUNGGAL
DAN CAMPURANAbstrak
Tebu merupakan salah satu komoditas pertanian penting di Indonesia. Sejalan
dengan pertumbuhan industri gula nasional, perkebunan tebu sebagai pendukung
utama industri gula juga tumbuh. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui
apakah pemberian FMA dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu, (2)
untuk mengetahui apakah pemberian FMA satu jenis lebih baik terhadap
pertumbuhan tebu dibandingkan dengan pemberian FMA campuran, (3) untuk
mengetahui apakah pemberian FMA campuran dua jenis lebih baik terhadap
pertumbuhan tebu dibandingkan dengan pemberian FMA campuran tiga jenis, (4)
untuk mengetahui apakah pemberian FMA jenis Glomus sp. lebih baik terhadap
pertumbuhan tebu dibandingkan dengan jenis Entrophospora sp. dan Gigaspora
sp., (5) untuk mengetahui apakah pemberian FMA jenis Entrophospora sp. lebih
baik terhadap pertumbuhan tebu dibandingkan dengan jenis Gigaspora sp.,
(6) untuk mengetahui apakah pemberian FMA campuran Glomus
sp.+Entrophospora sp. lebih baik terhadap pertumbuhan tebu dibandingkan
Yayah Inayah
dengan campuara Glomus sp.+Gigaspora sp. dan campuran Entrophospora
sp.+Gigaspora sp., dan (7) untuk mengetahui apakah pemberian FMA campuran
Glomus sp.+Gigaspora sp. lebih baik terhadap pertumbuhan tebu dibandingkan
campuran Entrophospora sp.+Gigaspora sp.
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Ilmu Tanaman, dan
Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung sejak bulan Februari sampai dengan Oktober 2011.
Rancangan perlakuan disusun secara tunggal terstruktur berkelas dengan 8
perlakuan m0 (kontrol), m1 (Glomus sp.(G)), m2 (Entrophospora sp.(En)), m3
(Gigaspora sp.(Gi)), m4 (G+En), m5 (G+Gi), m6 (Gi+En), m7 (G+En+Gi) dengan
7 ulangan. Setiap satu satuan percobaan diterapkan pada petak percobaan
menurut rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS). Jumlah tanaman per
satuan percobaan adalah satu tanaman dengan total pengamatan 56 tanaman. Data
yang diperoleh diuji dengan uji Bartlett untuk menguji kehomogenan ragam antar
perlakuan dan kemenambahan model dengan uji Tukey. Pemisahan nilai tengah
dilakukan dengan menggunakan ortogonal kontras pada taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian FMA (tunggal maupun
campuran) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu melalui peningkatan
bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk.
Tidak terdapat perbedaan pertumbuhan tanaman tebu yang diberi FMA tunggal
maupun campuran.
Yayah Inayah 06140110612015-09-07T04:18:30Z2015-09-07T04:18:30Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12508This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125082015-09-07T04:18:30ZPENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI
BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUTAbstrak
Evaluasi keturunan biasanya dikaitkan dengan kemampuan tetua dalam suatu
persilangan yang disebut daya gabung. Daya gabung adalah kemampuan genotipe
untuk mewariskan karakter yang diinginkan (sifat interest) kepada keturunannya.
Evaluasi daya gabung merupakan salah satu cara menilai kemamampuan kedua
inbred untuk mewariskan sifat interest mereka kepada zuriat hibrida F1.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengevaluasi daya gabung tetua inbred kepada
zuriat kuning kisut polinasi terbuka; (2) mengetahui adanya ragam genetik dan
heritabilitas untuk sifat-sifat interest yang dievaluasi; dan (3) mendapatkan jagung
manis kuning kisut pada tongkolnya.
Penelitian ini dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)
dengan tiga ulangan. Data dianalisis ragam untuk mendapatkan kuadrat nilai
tengah dan kuadrat nilai tengah harapan yang akan digunakan untuk menduga
ragam genetik dan heritabilitas. Ragam genetik (σ2g) dan heritabilitas broad
Tanti Yunita Saputri
sense (h2BS) dihitung menggunakan model matematika berdasarkan Hallauer dan
Miranda. Analisis daya gabung dilakukan dengan analisis boxplot. Segregasi biji
jagung manis true type dihitung dengan cara membandingkan jumlah biji kisut
dengan jumlah biji seluruhnya dalam satu tongkol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, daya gabung umum terbukti pada karakter
tinggi tanaman, posisi tongkol, jumlah daun, jumlah malai, panjang tongkol, dan
jumlah baris biji. Daya gabung khusus terbukti pada karakter diameter tongkol,
dan kadar sukrosa. Nilai ragam genetik (σ2g) dan heritabilitas broad-sense (h2BS)
berbeda dari nol untuk karakter jumlah daun, jumlah malai, dan diameter tongkol.
Dari 15 tongkol jagung manis kuning kisut yang diamati. Rasa manis pada
jagung manis ditentukan oleh bentuk tampilan kisut pada biji jagung manis.
Berdasarkan jumlah biji kisut, dapat dilihat bahwa hampir semua sampel yang
diamati membawa sifat manis dengan perbandingan 12:4.
Abstract
The progeny analysis is commonly related with the ability of parents in a cross
known as combining ability. The combining ability is the ability of genotypes to
inherit characters of interest to their progenies. The evaluation of combining
ability is a mean to estimate the capacity of both parental inbreds to inherit their
characters of interest to their F1 hybrid progenies.
This study intended to: (1) evaluate the combining ability of parental inbreds to
their-pollinated shrunken yellow progeny; (2) asses the presence of genetic
variance and heritabilty for characters of interest to be evaluated; and (3) obtain
the having shrunken yellow sweet corn on its ears.
This study was accomplished in a Randomized Complete-Block Design (RCBD)
with three replications. Data was analyzed for the variances to estimate for its
mean squares and expected means squares to be utilized to estimate genetic
variance and heritability. Genetic variance (σ2g) and broad-sense heritability
Tanti Yunita Saputri
(h2BS) were calculated following mathematical model developed by Hallauer and
Miranda. The combining ability analysis was done using boxplot analysis. The
seed segregation of true-type sweet corn was calculated in a way of comparing
the number of shrunken-seeds with the total number of seeds in the ear.
Base on the result of this study, the general combining ability were proven on the
characters of plant height, ear position, leaf number, male-inflorencence spike
number, ear length, and seed row number. The specific combining ability was
proven on the characters of ear diameter and sugar content. The values of genetic
variation and heritability were different from zero for the characters of leaf
number, male-inflorencence spike number, and ear diameter. All of 15 sweet corn
ears under study were shrunken yellow sweet corn. The sweet taste of sweet corn
was determined by the shrunkeness of the sweet-corn seeds. Based on the
shrunken-seed number, it was proven that almost all of the observed samples
inherited the character of sweetness with a ratio 12:4.Tanti Yunita Saputri 06140110582015-09-07T04:18:26Z2015-09-07T04:18:26Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12507This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125072015-09-07T04:18:26ZPENGARUH JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR PADA
PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
YANG DITANAM PADA MEDIA YANG TERINFEKSI
DAN TIDAK TERINFEKSI Ganoderma sp.Abstrak
Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh fungi Ganoderma sp.
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Oleh karena itu,
pada fase pembibitan kelapa sawit diaplikasikan fungi mikoriza arbuskular untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit dan menghambat
infeksi penyakit BPB.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendapatkan jenis FMA yang paling sesuai untuk
pertumbuhan bibit kelapa sawit, (2) mengetahui apakah Ganoderma sp. yang terdapat
dalam media tanah mampu menginfeksi akar kelapa sawit dan menghambat
pertumbuhan bibit kelapa sawit, dan (3) mendapatkan jenis FMA yang paling sesuai
untuk meningkatkan ketahanan bibit kelapa sawit terhadap serangan Ganoderma sp..
Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik dan Laboratorium Produksi Perkebunan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung mulai November 2010 sampai dengan Juli
Syaifudin Nur Hasan
2011. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan perlakuan faktorial (4x2) dengan 5
ulangan. Faktor pertama adalah jenis FMA yaitu tanpa FMA (m0), Glomus sp. (m1),
Entrophospora sp. (m2) dan campuran Glomus sp. dengan Entrophospora sp. (m3).
Faktor kedua adalah Ganoderma sp. yaitu g0 (tanah steril) dan g1 (tanah terinfeksi
Ganoderma sp.). Setiap satuan percobaan diterapkan pada petak percobaan menurut
rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS). Pengelompokkan didasarkan pada
arah cahaya matahari. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett, kemenambahan
data diuji dengan uji Tukey, kemudian data dianalisis ragam. Bila uji Bartlett nyata
atau uji Tukey nyata, data ditransformasi menggunakan √(x+0,5). Pemisahan nilai
tengah dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf
5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kedua jenis FMA dan kombinasinya
menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam meningkatkan pertumbuhan
bibit kelapa sawit, (2) inokulum Ganoderma sp. dalam media tanam tidak
menghambat pertumbuhan bibit kelapa sawit karena tidak terjadi infeksi pada akar
bibit kelapa sawit, dan (3) tidak dapat diketahui jenis FMA yang dapat menghambat
perkembangan Ganoderma sp. karena tanaman tidak terinfeksi oleh Ganoderma sp.SYAIFUDIN N.H. 06140110572015-09-07T04:18:09Z2015-09-09T07:19:11Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12501This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/125012015-09-07T04:18:09ZEFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH DAN BIJI
RAMBUTAN (Nephelium lappaceum) SEBAGAI SENYAWA
ANTIBAKTERIAbstrak
Kulit buah dan biji rambutan memiliki potensi sebagai obat alami demam,
kencing manis, dan disentri pada manusia. Tujuan penelitian ini untuk menguji
ekstrak kulit buah dan biji rambutan sebagai senyawa antibakteri. Metode yang
digunakan adalah metode eksperimen. Kulit buah dan biji rambutan diekstrak
dengan pelarut etanol. Ekstrak diujikan dengan empat spesies bakteri patogen
pada ikan yaitu Aeromonas hydrophila, A. salmonicida, Streptococcus sp., dan
Vibrio alginolyticus dengan metode kertas cakram. Ekstrak yang memiliki zona
hambat pada bakteri dilanjutkan dengan uji MIC. Hasil uji bakteriostatis
menghasilkan bahwa kulit buah rambutan tidak efektif sebagai antibakteri,
sedangkan biji rambutan menunjukkan ekstrak biji rambutan mampu menghambat
pertumbuhan bakteri A. hydrophila, A. salmonicida, dan Streptococcus sp..
Kemampuan senyawa antibakteri ekstrak biji rambutan paling besar terjadi pada
konsentrasi 75% dengan diameter zona hambat diatas 10 mm. Hasil uji toksisitas
menunjukkan bahwa biji rambutan bersifat toksik dengan tingkat mortalitas 100%
dan hasil uji LC50 < 1000 ppm, yaitu 663,44 ppm.
Kata kunci : Nephelium lappaceum, etanol, antibakteriIBRAHIM AZWAR 2015-09-07T04:14:43Z2015-09-07T04:14:43Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12661This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126612015-09-07T04:14:43ZUJI KELARUTAN FOSFAT CANGKANG TELUR AYAM RAS
MENGGUNAKAN AIR LIMBAH TAHU SEBAGAI UPAYA
PENGEMBANGAN PUPUK ALTERNATIFAbstrak
NNVenty Kurniasari 08140710522015-09-07T04:13:49Z2015-09-07T04:13:49Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12639This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126392015-09-07T04:13:49ZGAMBARAN DARAH BROILER DENGAN KEPADATAN KANDANG
YANG BERBEDA PADA SEMI CLOSED HOUSEAbstrak
Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan.
Salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan broiler adalah
kepadatan kandang. Kepadatan kandang dapat memengaruhi suhu yang ada
dalam kandang tersebut. Tingginya suhu dapat menurunkan jumlah oksigen yang
sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidup ayam yang dipelihara dalam
kandang tersebut. Ketersediaan oksigen di dalam kandang memengaruhi sistem
peredaran darah dan gambaran darah unggas.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh kepadatan kandang
terhadap gambaran darah broiler ; (2) mengetahui gambaran darah (total sel
darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin) broiler yang terbaik pada
semi closed house (kandang semi tertutup) dengan kepadatan kandang yang
berbeda.
Penelitian dilaksanakan selama 24 hari dari 16 Februari--7 Maret 2012, di
kandang ayam milik PT. Rama Jaya Lampung Unit Candimas Kecamatan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan, dan analisis sampel darah di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan, Bandar Lampung.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL), terdiri atas empat
perlakuan, dengan lima ulangan, yaitu P1: kepadatan kandang 12 ekor m-2, P2:
kepadatan kandang 15 ekor m-2, P3: kepadatan kandang 18 ekor m-2, dan P4:
kepadatan kandang 21 ekor m-2. Data yang dihasilkan dianalisis sesuai dengan
asumsi sidik ragam, apabila dari analisis asumsi sidik ragam pada taraf 5%. maka
analisis dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Hasil penelitian menunjukkan kepadatan kandang 12, 15, 18 dan 21 ekor m-2
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap total sel darah merah, nilai hematokrit
dan kadar hemoglobin broiler.
Khoirul Anam 08140610442015-09-07T04:13:17Z2015-09-07T04:13:17Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12725This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/127252015-09-07T04:13:17ZPENGARUH BERBAGAI TINGKAT FRAKSI EKSTRAK DAUN
MENGKUDU (Morinda citrifolia L) TERHADAP PERTUMBUHAN
Colletotrichum capsici PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA
CABAI (Capsicum annum L) SECARA IN VITROAbstrak
Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici merupakan
penyakit penting pada tanaman cabai (Capsicum annum L) di Indonesia. Secara
umum penyakit antraknosa sangat ditakuti karena dapat menghancurkan seluruh
pertanaman. Kerugian jauh lebih tinggi terjadi di daerah endemis, terutama di
daerah basah pada musim hujan. Salah satu alternatif pengendalian yang yang
mulai dikembangkan saat ini adalah penggunaan ekstrak daun mengkudu
memiliki potensi sebagai biofungisida yang efektif untuk mengendalikan patogen
tumbuhan. Kandungan zat kimia yang mempunyai efek antifungi dan antibiotik,
yaitu scopoletin sebagai anti jamur dan antraquinon untuk melawan infeksi
bakteri dan jamur.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh berbagai fraksi ekstrak daun
mengkudu terhadap pertumbuhan Colletotrichum capsici penyebab penyakit
antraknosa pada cabai secara in vitro.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun mengkudu yang
terlarut dalam alkohol konsentrasi 10%, 30%, 50%, 60%, 70%, 90% dan ekstrak
daun mengkudu yang terlarut dalam aquades efektif menghambat pertumbuhan
diameter pada koloni C. capsici. Selain menghambat pertumbuhan vegetatif,
fraksi ekstrak daun mengkudu juga menghambat pembentukan spora (sporulasi)
koloni C. capsici yaitu ekstrak daun mengkudu yang terlarut dalam alkohol
konsentrasi 10% dan 30%.
Kata kunci: Colletotrichum capsici, ekstrak daun mengkudu, Morinda citrifolia L.
Abstract
Anthracnose caused by Colletotrichum capsici was a major disease to chili pepper
plant (Capsicum annum L) in Indonesia. Generally is anthracnose was a serious
problem in chili pepper growy area because it could destroy the entire of crop.
Much higher losses occur in endemic areas, especially in the wet areas during the
rainy season. One of alternative controls used is noni leaf extract which has a
potential as biofungicide that effective to control plant pathogens. Chemical
substances of noni had the effect of antifungal and antibiotics, namely scopoletin
as an anti-fungal and antraquinon that against bacterial and fungal infections.
The objective of this research was to determine the effect of various levels of
fraction extract of leaf Morinda citrifolia L to the in vitro growth of C. capsici.
The result showed that noni leaf extract which dissolved in concentration alcohol
10%, 30%, 50%, 60%, 70%, 90% and noni leaf extract which dissolved in
aquades gave the best effect to inhibitory diameter of colony. Aside from inhibit
the growth of vegetative, nonni leaft extract also inhibits spore formation
(sporulation) colonies C. capsici which is dissolved in alcohol concentration 10%
and 30%.
Keyword: Colletotrichum capsici, Morinda citrifolia L, Nonni leaf extract.SEPTYA EKA PRASETIA RANI 07140410182015-09-07T04:12:26Z2015-09-07T04:12:26Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12686This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126862015-09-07T04:12:26ZPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CAMPURAN KOMPOS BAHAN
ORGANIK, LIMBAH AGROINDUSTRI, DAN JENIS PENGEKSTRAK
TERHADAP KANDUNGAN ASAM HUMAT DAN ASAM FULVAT PADA
TANAH ULTISOLAbstrak
Tanah-tanah di Indonesia termasuk Sumatra pada umumnya merupakan jenis
tanah Ultisol yang memiliki kandungan bahan organik rendah dan miskin unsur
hara, hal ini menyebabkan produksi tanaman rendah jika tidak ditangani secara
tepat. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan pada tanah Ultisol
diperlukan penambahan bahan organik. Peranan bahan organik tanah berfungsi
sebagai sumber unsur hara, terutama N, S, dan sebagian P serta unsur mikro.
Selain itu bahan organik tanah berperan dalam meningkatkan kestabilan agregat,
kapasitas menahan air, KTK, daya sangga tanah, serta menurunkan jerapan P oleh
tanah.
Di Provinsi Lampung banyak dihasilkan limbah agroindustri seperti limbah kulit
kopi, kulit kakao, jerami bekas media jamur, dan kepala udang. Limbah-limbah
tersebut memiliki potensi sebagai bahan organik, namun jika tidak dimanfaatkan
secara optimat dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan. Untuk itu
diperlukan cara untuk mengubah limbah-limbah tersebut agar dapat digunakan
sebagai pupuk organik, salah satu upaya yang dapat dilakukan melalui teknologi
ekstraksi dengan menggunakan jenis pengekstrak yang sesuai.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati pengaruh pemberian ekstrak
campuran kompos bahan organik dan jenis pengekstrak terhadap kandungan asam
humat dan asam fulvat pada tanah Ultisol.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK), yang disusun secara faktorial (8 x 2) dengan 3 kelompok, faktor pertama
bahan organik yang ditambahakan limbah agroindustri adalah (O) yaitu O1 =
Pupuk kandang sapi + kulit kopi, O2 = Pupuk kandang sapi + kulit kakao, O3 =
Pupuk kandang sapi + jerami bekas media jamur, O4 = Pupuk kandang sapi +
kepala udang, O5 = Kascing + kulit kopi, O6 = Kascing + kulit kakao, O7 =
Kascing + jerami bekas media jamur, O8 = Kascing + kepala udang. Faktor kedua
adalah jenis pengekstrak (E) yaitu E1 = Air destilata (H2O), E2 = Asam asetat
(CH3COOH) 0,01 N. Data yang diperoleh dirata-ratakan berdasarkan
kelompoknya, kemudian diuji homogenistas dengan Uji Bartlett dan aditivitas
dengan Uji Tukey. Selanjutnya dilakukan analisis ragam pada taraf nyata 5% dan
perbedaan perlakuan diuji dengan uji BNT pada taraf 5%, serta untuk melihat
hubungan antara kadar asam humat dan fulvat dengan pH, C-organik dan N-total
dilakukan uji korelasi pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan asam humat dan asam fulvat
tanah dengan pemberian ekstrak campuran kompos bahan organik dengan semua
jenis pengekstrak meningkat dari hari ke-0 sampai dengan hari ke-15, namun
terjadi penurunan pada hari ke-30. Jenis pengekstrak asam asetat 0,01 N mampu
meningkatkan kandungan asam humat dan asam fulvat lebih baik dibandingkan
dengan pengekstrak air destilata. Kombinasi antara kascing dan jerami bekas
media jamur baik dengan pengekstrak asam asetat maupun air destilata
meningkatkan kadar asam humat dan asam fulvat dalan tanah lebih baik
dibandingkan perlakuan lainnya pada hari ke-15. Pemberian ekstrak campuran
kompos pupuk kandang dan jerami bekas media jamur dengan pengekstrak asam
asetat 0,01 N lebih meningkatkan kadar asam humat dan asam fulvat
dibandingkan dengan ekstrak campuran lainnya. Terdapat korelasi antara kadar
asam humat dan asam fulvat tanah dengan C-organik, N-total, dan pH dalam
tanah.
Kata Kunci : Asam Humat, Asam Fulvat, Bahan Organik, Ekstraksi, Limbah
Agroindustri.Dwi Ayu Septa Nabila Putri 07140310302015-09-07T04:12:23Z2015-09-07T04:12:23Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12687This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126872015-09-07T04:12:23ZPENGARUH ASIDULASI BATUAN FOSFAT DENGAN LIMBAH CAIR
INDUSTRI NANAS DAN PELARUT ASAM TERHADAP
FOSFAT-LARUTAbstrak
Proses industri pembuatan pupuk superfosfat dari batuan fosfat pada umumnya melalui
proses asidulasi, yaitu melibatkan senyawa kuat untuk melarutkan fosfat yang terikat kuat
pada batuan fosfat. Proses ini berbiaya tinggi karena penggunaan asam kuat tersebut,
sehingga harga pupuk superfosfat ini menjadi mahal. Perlu dicari alternatif pelarut yang
murah, antara lain memanfaatkan potensi keasaman limbah cair nanas untuk asidulasi
BFA. Limbah cair nanas cenderung memiliki sifat asam yang tergolong asam lemah.
Potensi limbah cair nanas diharapkan akan sama dengan pelarut asam pada umumnya
yang digunakan sebagai pelarut BFA. Kelarutan P dari BFA dengan pelarut asam dan
limbah cair nanas ditentukan juga oleh kandungan P2O5 dari BFA tersebut. Semakin
tinggi kandungan P2O5 diharapkan semakin banyak dan semakin cepat P terlarut dari
BFA. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pelarutan P dari beberapa jenis
batuan fosfat dengan kandungan P2O5 berbeda yang berasal dari lokasi berbeda yang
diasidulasi dengan limbah cair industri nanas dan beberapa pelarut asam konvensional,
serta lamanya waktu inkubasi (perendaman) batuan fosfat dengan pelarut asam tersebut.
Penelitian disusun secara faktorial 4 x 2 dalam Rancangan Acak kelompok (RAK) dan 3
ulangan (kelompok). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah
Universitas Lampung dan Politeknik Negeri Lampung, dari bulan September sampai
dengan Februari 2012. Pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada 1 hari, 30 hari,
60 hari, dan 90 hari setelah inkubasi (perendaman). Dianalisis dengan analisis ragam
pada taraf nyata 5% dan perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5% terhadap variabel utama P-larut. Variabel utama (Plarut) dikorelasikan dengan variabel pendukung (pH, dan P-total).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut limbah cair nanas dapat melarutkan P dari
BFA tetapi potensinya lebih rendah dari pada pelarut asam konvensional. BFA Selagai
Lingga (P205 tinggi) menghasilkan P-larut lebih tinggi dari pada BFA Sukabumi (P205
rendah) pada semua jenis pelarut. BFA asal Selagai lingga dengan pelarut asam sulfat
menghasilkan kelarutan P tertinggi pada lama inkubasi 30 hari dengan nilai 14,70%,
sedangkan pelarut limbah cair nanas dengan batuan fosfat Selagai Lingga menghasilkan
kelarutan P dengan nilai 9.09 %. Kelarutan P batuan fosfat alam dengan pelarut asam
sulfat dan limbah cair nanas belum memenuhi standar persyaratan pupuk fosfat mutu
SNI, tetapi memenuhi syarat sebagai pupuk fosfat alam kualitas A, B, dan C.
Kata Kunci : Asidulasi, Batuan Fosfat, Limbah Cair Nanas ,Pupuk P.
Abstract
Superphosphate fertilizer industry process of rock phosphate in general through asidulasi process,
which involves a powerful compound to dissolve the solid-bound phosphate in rock phosphate. This
process is costly because of the use of strong acids, so the price of superphosphate fertilizer is
becoming expensive. Necessary to find a cheaper alternative solvents, such as exploiting the potential
acidity of the pineapple liquid waste to asidulasi BFA (Natural Rock Phosphate). Pineapple waste
water tend to have acidic properties that are categorized as a weak acid. The potential of liquid
pineapple waste is expected to be similar to the acid solvent commonly used as a solvent BFA (Natural
Rock Phosphate). P solubility of BFA (Natural Rock Phosphate) with solvent and acid pineapple liquid
waste is determined also by the P2O5 content of the BFA (Natural Rock Phosphate). The higher content
of P2O5 expected more and more and the faster the P dissolved from the BFA(Natural Rock
Phosphate). This study aims to compare the P dissolution from several types of rock phosphate with
different P2O5 content originating from different locations asidulasi with pineapple and liquid industrial
waste some conventional acid solvent, and the length of incubation time (immersion) of rock phosphate
with acid solvent.
Research compiled in a 4 x 2 factorial randomized block design and 3 replications (group). The
research was conducted at the Laboratory of the Department of Soil Science and Polytechnic
University of Lampung, from September to February 2012. Observations made as much as 4 times that
at 1 day, 30 days, 60 days, and 90 days after incubation (submersion). Analyzed by analysis of
diversity in the real level 5% and the mean treatment differences were tested with the Smallest Real
Differences test on the real level 5% of the soluble P-primary variables. The main variables (P-soluble)
correlated with the variable support (pH, and P-total).
The results showed that the liquid pineapple waste solvent can dissolve P from BFA but its potential is
lower than the conventional acid solvent. BFA Selagai Lingga (high P205)-soluble P yield is higher than
the BFA Sukabumi (P205 lower) on any type of solvent. BFA from Selagai Lampung Tengah with
sulfuric acid solvent yield the highest P solubility in the long incubation period of 30 days with a value
of 14.70%, while the solvent liquid pineapple waste with rock phosphate solubility Selagai Linga
produce a value P 9:09%. P solubility of the resulting sulfuric acid and liquid pineapple wastes do not
meet the quality standard requirements of phosphate fertilizer (SNI), but qualifies as a good quality
natural phosphate fertilizers A, B, and C.
Keywords: Asidulasi, Rock Phosphate, Liquid Pineapple Waste, Fertilizer P.Fera Indrayani 07140310332015-09-07T04:12:16Z2015-09-07T04:12:16Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12689This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126892015-09-07T04:12:16ZPENGARUH ASIDULASI BATUAN FOSFAT DENGAN
LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DAN PELARUT ASAM
SERTA LAMA INKUBASI TERHADAP
FOSFAT-LARUTAbstrak
Batuan fosfat merupakan bahan baku pembuatan pupuk P industri (pupuk
superfosfat). Proses industri pembuatan pupuk superfosfat dari batuan fosfat pada
umumnya melalui proses asidulasi, yaitu melibatkan senyawa asam kuat untuk
melarutkan fosfat yang terikat kuat pada batuan fosfat. Proses ini berbiaya tinggi
karena penggunaan asam kuat tersebut, sehingga harga pupuk superfosfat ini
menjadi mahal. Perlu dicari alternatif pelarut yang murah, antara lain
memanfaatkan limbah cair tahu untuk asidulasi batuan fosfat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi potensi limbah cair tahu untuk melarutkan P dari
batuan fosfat dari dua lokasi berbeda dengan kandungan P2O5 berbeda
dibandingkan pelarut asam konvensional. Hasil penelitian ini akan digunakan
sebagai dasar untuk merekayasa industri pupuk P dari batuan fosfat lokal dengan
pelarut berupa limbah cair tahu dengan biaya produksi yang diharapkan lebih
murah.
Penelitian disusun secara faktorial 4 x 2 dalam Rancangan Acak kelompok (RAK)
dan 3 ulangan (kelompok). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan
Ilmu Tanah Universitas Lampung dan Politeknik Negeri Lampung, dari bulan
September sampai dengan Desember 2011. Pengamatan dilakukan sebanyak 4
kali yaitu pada 1 hari, 30 hari, 60 hari, dan 90 hari setelah inkubasi (perendaman).
Dianalisis dengan analisis ragam pada taraf nyata 5% dan perbedaan nilai tengah
perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%
terhadap variabel utama P-larut. Variabel utama (P-larut) dikorelasikan dengan
variabel pendukung (pH, dan P-total).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut limbah cair tahu dapat melarutkan P
dari batuan fosfat tetapi potensinya lebih rendah daripada pelarut asam
konvensional. Batuan fosfat Selagai Lingga (P205 tinggi) menghasilkan P-larut
lebih tinggi daripada batuan fosfat Sukabumi (P205 rendah) pada semua jenis
pelarut. Batuan fosfat asal Selagai lingga dengan pelarut asam sulfat
menghasilkan pelarutan P tertinggi pada lama inkubasi 30 hari dengan nilai
14,70%, sedangkan pelarut limbah cair tahu dengan batuan fosfat Selagai Lingga
menghasilkan pelarutan P dengan nilai 11,75 %. Pelarutan P yang dihasilkan
asam sulfat dan limbah cair tahu belum memenuhi standar persyaratan pupuk
fosfat mutu (SNI), tetapi memenuhi syarat sebagai pupuk fosfat alam baik mutu
A, B, dan C.
Kata kunci: Batuan fosfat alam, limbah cair industri tahu, pelarut asam, pupuk P,
P-larut.
Abstract
Phosphate rock is the raw material for making P fertilizer industry (super
phosphate fertilizer). Process of making super phosphate fertilizer from phosphate
rock is commonly through acidulation process; a process involving strong acid
compound to solve strongly bound phosphate to the phosphate rock. This process
requires a high cost because of the use of strong acid, so that super phosphate
price is expensive. Cheaper alternative solvent should be sought such as using
tofu liquid waste for phosphate rock acidulation. The objective of this research is
to evaluate tofu liquid waste potential to solve P from phosphate rock from two
different locations with different content of P2O5 compared with conventional
acid. The results of this research will be used as a basic to design P fertilizer
industry from local phosphate rock with tofu liquid waste solvent with cheaper
production cost.
This research was composed in factorial 4 x 2 in randomized group design and
three repetitions (group). This research was conducted in laboratory of Soil
Science in Lampung University and Lampung State Polytechnique from
September to December 2011. Observations were conducted 4 times in day 1, 30,
60, and 90 after incubation (soaking). Data were analyzed using analysis of
variance with significant level of 5% and middle value difference of treatment
was tested using Least Significant Difference at significant level 5% to main
variable solved-P. Main variable (P-solved) was correlated with supporting
variables (pH and P-total).
The results showed that tofu liquid waste was able to solve P from phosphate
rock, but it’s potential was lower than conventional solvent acid. Phosphate rock
from Selagai Lingga (high P2O5) produced higher solved-P than phosphate rock
from Sukabumi (low P2O5) in all types of solvents. Selagai Lingga phosphate rock
with sulphate acid solvent produced highest solved-P in 30 days incubation with
value of 14.70%, while tofu liquid waste solvent with Selagai Lingga phosphate
rock produced solved-P with value of 11.75%. Solved-P produced by sulphate
acid and tofu liquid waste did not yet fulfill standard requirement of qualified
phosphate fertilizer (SNI), but it fulfilled requirements as a good natural
phosphate quality A, B, and C.
Keywords: natural phosphate rock, tofu industry liquid waste, acid solvent, P
fertilizer, solved-P.NIA INDAH WORO 07140310442015-09-07T04:12:12Z2015-09-07T04:12:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12690This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126902015-09-07T04:12:12ZPENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP
BIOMASSA KARBON MIKROORGANISME (C-mik) PADA PERTANAMAN
JAGUNG (Zea may L.) MUSIM TANAM KE-41Abstrak
Di Indonesia saat ini telah dikembangkan penerapan sistem olah tanah konservasi.
Pengolahan tanah tanpa didukung dengan tindakan konservasi tanah akan menyebabkan
menurunnya produktifitas lahan secara cepat. Usaha untuk menigkatkan produksi tanaman
pangan juga dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah
unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk dapat meningkatkan produksi, mutu hasil
produksi dan mutu hasil tanaman. Selain itu, peningkatan produksi tanaman juga dapat
dilihat dari indeks kesuburan tanah. Tanah yang banyak mengandung berbagai
mikroorganisme tanah, secara umum dapat dikatakan bahwa tanah tersebut adalah tanah yang
memiliki sifat fisik dan kimia yang baik. Oleh karena itu, biomassa mikroorganisme tanah
dapat digunakan sebagai indeks kesuburan tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biomassa karbon mikroorganisme (C-mik)
akibat perlakuan sistem pengolahan tanah dan pemupukan nitrogen jangka panjang pada
pertanaman jagung.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dan
disusun secara faktorial (3x3) dengan 4 ulangan. Faktor pertama dalam penelitian ini adalah
perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu T1 = olah tanah intensif, T2 = olah tanah minimum, T3
= tanpa olah tanah, dan faktor kedua dalam penelitian ini adalah pemupukan nitrogen jangka
panjang (N) yaitu N0 = 0 kg N ha-1, N1 = 100 kg N ha-1 dan N2 = 200 kg N ha-1. Pada
masing-masing petak percobaan, sampel tanah diambil pada tiga titik kemudian
dikompositkan. Pengambilan sampel tanah dilakukan satu hari sesudah pengolahan tanah,
masa vegetatif maksimum dan masa panen tanaman jagung. Data yang diperoleh diuji
homogenitas dengan uji Bartlet, uji aditifitas dengan Uji Tukey, kemudian analisis ragam,
serta dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5% serta uji korelasi dengan C-organik,
N-total, dan pH.
Semua hasil penelitian baik sebelum pengolahan tanah, saat vegetatif maksimum,
maupun setelah panen menunjukkan C-mik tertinggi ada pada sistem Tanpa Olah Tanah
(TOT) dan pemupukan 200 kg N ha-1. Dimana C-mik terendah pada Olah tanah Intensif
(OTI) dan tanpa pemupukan. Sama halnya dengan uji korelasi pada C organik dan N-total,
dimana Corganik tertinggi dan N-total tertinggi terdapat pada sistem TOT. Sedangkan pada
pH, yang menunjukkan pH tertinggi terdapat pada OTI, baik pH KCl maupun pH H2O.
Kata kunci : Sistem olah tanah konservasi, pemupukan N, biomassa karbon mikroorganisme
tanah (C-mik).
Abstract
In Indonesia today has developed the application of conservation tillage system.
Cultivation of land without conservation measures supported by the soil will
cause the decline in land productivity. Effort to increase crop produktion can also
be done by fertilizing. Aims to increase the production, quality production, and
quality of crops. In addition, the increase in crop production can also be seen
from the index of soil fertility. Land that contains a variety of soil
microorganism, in general it can be said that the land is land that has the physical
and chemical properties of both. Therefore, the biomass of soil microorganisms
can be used as an index of soil fertility.
The research aims were determined the effects of tillage systems and nitrogen
fertilization on carbon biomass of the soil microorganism (C-mik).
This research was conducted using a randomized block design (RAK) and
arranged in factorial with (3x3) 4 replications. The first factor in this research is
the treatment of tillage system (T), which T1 = intensive tillage, T2 = minimum
tillage, T3 = no tillage, and the second factor in this study were long-term nitrogen
fertilization (N), which, N0 = 0 kg N ha-1, N1 = 25 kg N ha-1 and N2 = 50 kg N
ha-1. Mix the three soil sampel point in each field trial. Sampling was done one
day after tillage system, maksimum vegetatif, and after harvest. Data obtained
were tested for homogenity with Barlett test and aditifity with Tukey test. Data
were analyzed by ANOVA and followed by 5% BNJ test than correlated with
Organic C, N-Total, and pH.
Over all the result were showed the highest C-mik in the no tillage system (TOT)
and fertilization 200 kg N ha-1. Whereas the lowest C-mik in the intensive tillage
system and without N fertilizer. Similarly, the correlation test in organic C and N
total which the highest organic C was highest N-total in the TOT system. But to
pH (Kcl and H2O) the highest in OTI system.
Key : Tillage system, N fertilization, carbon biomass of the soil microorganismYUNITA ANGGRAINI 07140310622015-09-07T04:12:09Z2015-09-07T04:12:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12691This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126912015-09-07T04:12:09ZENGARUH KOMPOSISI PUPUK TERHADAP PENGGEREK BATANG
(Ostrinia furnacalis Guenee ) DAN PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa
armigera Hubner) PADA PERTANAMAN
JAGUNG (Zea mays)Abstrak
Penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol
(Helicoverpa armigera Hubner) merupakan hama penting pada tanaman jagung.
Meningkatnya jumlah hama dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya dosis
pupuk nitrogen (N) yang diberikan. Sedangkan pemberian pupuk yang
mengandung unsur kalium (K) dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
berbagai hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi
pupuk dengan dosis yang berbeda terhadap jumlah hama penggerek batang
(Ostrinia furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera
Hubner)pada pertanaman jagung. Hipotesis yang diajukan adalah (1) Pemberian
komposisi pupuk dengan dosis N tinggi (urea 800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha +
KCl 75 kg/ha dapat meningkatkan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia
furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner)
pada pertanaman jagung. (2) Pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi
(urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 150 kg/ha dapat menurunkan jumlah
hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan hama penggerek
tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) pada pertanaman jagung.
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar
Lampung dari November 2011 sampai Februari 2012. Perlakuan disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 4 perlakuan dengan 5 ulangan
sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Perlakuan terdiri atas (1) komposisi pupuk
(urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 75 kg/ha), (2) komposisi pupuk (urea
800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 75 kg/ha), (3) komposisi pupuk (urea 400
kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 150 kg/ha) dan (4) pupuk NPK Phonska sebesar
100 kg/ha. Peubah yang diamati adalah tingkat serangan hama tongkol dan jumlah
hama penggerek batang dan tongkol pada tanaman jagung. Data hasil pengamatan
dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Anova) dan dilanjutkan dengan uji
perbandingan nilai tengah (BNT) dengan taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian komposisi pupuk dengan dosis N
tinggi (urea 800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 75 kg/ha) dapat meningkatkan
tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee)
dan hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) pada pertanaman
jagung, sedangkan pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi (urea 400
kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 150 kg/ha) dapat menurunkan tingkat serangan
dan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan hama
penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) pada pertanaman jagung.
Kata kunci : tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang dan tongkol,
pupuk N, P, dan K.
Abstract
Stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera
Hubner) was an important pest on corn. The increasing number of pests have
been reported with high doses of fertilizer nitrogen (N). While the provision of
fertilizers that contain the element potassium (K) can enhance plant resistance
against various pests. This reshach aimed to determine the effect of manure
composition with different doses of the number of stem borer (Ostrinia furnacalis
Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) in corn. The hypothesis
advanced ware (1) Provision of fertilizer composition with a high dose of N (urea
800 kg / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 75 kg / ha could be increasing the number
of stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera
Hubner) in maize. (2) The composition of K fertilizer with a high dose (400 kg
urea / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 150 kg / ha could be reduceing the number of
stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and pests cob borer (Helicoverpa
armigera Hubner) in corn.
Research carried out in field trials Polytechnic Lampung, Bandar Lampung from
November 2011 until February 2012. Treatments arranged in a randomized block
design (RGD) consisting of 4 treatments with 5 replicates including control so that
there are 20 experimental units. The treatment consists of (1) the composition of
fertilizers (urea 400 kg / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 75 kg / ha), (2) the
composition of fertilizers (urea 800 kg / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 75 kg / ha),
(3) the composition of fertilizers (urea 400 kg / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 150
kg / ha) and (4) Phonska NPK fertilizer at 100 kg / ha. Observed variable was the
level of pest attack cobs and number of stem borer and corn cobs on the plant.
Data was analyzed using the results of observations of variance (Anova), followed
by the mean comparison test (LSD) with a real level 5%.
The results showed that administration of a dose of N fertilizer komposisi high
(800 kg urea / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 75 kg / ha) can increase the level of
pest attacks and the number of stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob
borer (Helicoverpa armigera Hubner) in maize, while giving the composition of K
fertilizer with a high dose (400 kg urea / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 150 kg /
ha) can reduce the attack rate and the number of stem borer (Ostrinia furnacalis
Guenee ) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) in maize.
Keyword : Attack rate and the number of stem and cob borer, fertilizer N, P
and K.
OVIANA SURI. A 07140410132015-09-07T04:12:06Z2015-09-07T04:12:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12692This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/126922015-09-07T04:12:06ZKEEFETIFAN PESTISIDA NABATI DAN KIMIAWI UNTUK
MENGENDALIKAN POPULASI HAMA UTAMA TANAMAN JAGUNG
(Zea mays L.)Abstrak
Kendala utama dalam budidaya tanaman jagung yaitu adanya serangan hama
seperti lalat bibit, penggerek batang dan penggerek tongkol. Teknik pengendalian
hama yang banyak diterapkan untuk mengendalikan hama tersebut yaitu
penyemprotan pestisida nabati dan kimiawi. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan keefektifan aplikasi pestisida nabati dengan pestisida kimiawi
dalam mengendalikan populasi hama utama tanaman jagung (Zea mays L.).
Percobaan ini dilakukan di lahan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung
mulai November 2011 sampai Februari 2012. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan
yang dicobakan adalah penyemprotan air tanpa pestisida (kontrol), penyemprotan
pestisida nabati ekstrak daun nimba dan aplikasi pestisida kimia Furadan 3G dan
Decis 2,5 EC. Kerusakan tanaman dan produksi jagung dianalisis ragam (Anara)
dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pengendalian hama menggunakan
pestisida kimiawi lebih efektif dalam mengendalikan hama lalat bibit
dibandingkan dengan pestisida nabati. Namun, aplikasi pestisida nabati dan
kimiawi tidak berpengaruh nyata dalam mengendalikan hama penggerek batang
dan penggerek tongkol.
Kata kunci: lalat bibit, penggerek batang, penggerek tongkol, pestisida nabati dan
kimiawi.
Abstract
The main constraints that often influence the production of corn plants is pest
attacks such as seed flies, stem borers and cob borers. The most common
technique used to control those pests is by spraying either botanical or chemical
pesticides. This research was aimed at comparing the effectiveness of applying
plant-based and chemical pesticides to control pest population in maize crop (Zea
mays L.). The experiment was carried out in trial fields at Politeknik Negeri
Lampung, Bandar Lampung from November 2011 to February 2012 using a
randomized block design (RGD) with 3 treatments and 6 replications. The trial
treatments were spraying water without pesticides (control), spraying neem leaf
extract pesticides, and sowing chemical pesticides (3% Karbofuran and 25 gr
Dekametrin). The result plant data and corn production were analysed of variance
(Anova) then followed by LSD (Least Significant of Difference Test) at 5%
significant level. The results showed that pest control technique using chemical
pesticides was more effective to control pest (seed flies) than that using plant
pesticides. However, applying plant and chemical pesticides did not significant
effect in controlling stem borer and cob borers.
Key words : seed flies, stem borers, cob borer, vegetable and chemical pesticides.FEBRIANA LESTARI 0714041033 2015-09-07T04:11:36Z2015-09-07T04:11:36Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12700This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/127002015-09-07T04:11:36ZPENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI INDOLE-3
BUTYRIC ACID (IBA) DAN JUMLAH BUKU PADA STEK TERHADAP
PERAKARAN STEK BATANG MINI UBIKAYU
(Manihot esculenta Crantz)Abstrak
Kelangkaan stek sebagai bahan tanam mengakibatkan penurunan produksi
ubikayu. Salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut dengan menggunakan
stek batang mini. Hal ini dilakukan untuk menghemat bahan tanam, sehingga
kebutuhan stek dapat terpenuhi. Suatu stek dikatakan berhasil tumbuh apabila
terjadi regenerasi pucuk dan akar. Regenerasi pucuk dan akar dapat terjadi bila
didukung dengan faktor fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh
di dalam tanaman. Akan tetapi, terkadang rasio zpt di dalam tanaman tidak
mencukupi, sehingga diperlukan aplikasi zpt secara eksternal. ZPT yang berperan
dalam proses regenerasi pucuk dan akar adalah Auksin. Dalam penelitian ini
digunakan IBA yang termasuk kelompok Auksin. Selain pemberian ZPT, faktor
lain yang ikut berperan dalam regenerasi pucuk dan akar adalah jumlah buku pada
stek. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai
konsentrasi indole-3 butyric acid (IBA) dan jumlah buku pada stek terhadap
perakaran stek batang mini ubikayu (Manihot esculenta Crantz).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun
secara faktorial (4x3). Faktor pertama ialah konsentrasi IBA yang terdiri atas 4
taraf, yaitu, tanpa IBA, IBA 500 ppm, IBA 1.000 ppm dan IBA 2.000 ppm,
sedangkan faktor kedua berupa jumlah buku pada stek yang terdiri dari 3 taraf,
yaitu stek satu buku, stek dua buku, dan stek tiga buku. Penelitian dilaksanakan di
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung dari
bulan Maret hingga April 2012. Analisis data meliputi jumlah tunas, panjang
tunas rata-rata per stek, jumlah buku, jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar
rata-rata per stek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi IBA dengan konsentrasi 2.000 ppm
merupakan konsentrasi terbaik dalam menunjang perakaran stek batang mini
ubikayu. Pada perlakuan jumlah buku pada stek diketahui bahwa stek tiga buku
menghasilkan pertumbuhan akar yang lebih baik daripada stek lainnya.
Kombinasi perlakuan antara IBA dengan konsentrasi 2.000 ppm dan stek tiga
buku menghasilkan pertumbuhan stek batang mini terbaik dibandingkan
kombinasi perlakuan lainnya.
Kata kunci : IBA, perakaran stek batang mini, ubikayu
Abstract
Scarcity of stakes as planting materials causes the reduction of cassava yield. An
alternative to solve the problem is to use mini stem cutting. This is to save
planting material, so the number of stakes needed is fullfiled. A stake is
considered to grow well if there is a regeneration both in shoot and root.
Regeneration of shoot and root can occur if phytohormone system in the plant.
However, sometimes the ratio of growth regulator in the plant is not enough, so
that the external growth regulator is needed. Growth regulator whose function is
to regenerate shoot and root is auxin. In this research IBA which includes in auxin
was used. Beside growth regulator, another factor responsible in regenerating
shoot and root is the number of nodes along a stake. The objectives of this
research were to know the effect of application of some concentrantion of indole-
3 butyric acid (IBA) and the number of nodes on the rooting of mini cutting of
cassava (Manihot esculenta Crantz).
This research used completely randomized design (RAL) arranged in factorial
(4x3). The first factor was IBA concentrations consisting of 4 levels; without IBA,
IBA 500 ppm, IBA 1,000 ppm, and IBA 2,000 ppm. The second factor was the
number of nodes in cutting consisting of 3 kinds; stem cutting with one node,
stem cutting with two nodes, and stem cutting with three nodes. This research was
conducted in experiment garden of Agriculture Faculty in University of Lampung
in Bandar Lampung from March to April 2012. Data analysis included the amount
of shoots, the length of shoot, amount of nodes, amount of leaves, amount of
roots, and length of root.
The results showed that the IBA application with concentration of 2,000 ppm was
the best concentration in supporting rooting in mini cassava stem cutting. In the
treatment of amount of nodes in the stem cutting, it was found that three-node in
stem cutting produced better root growth than other stem cuttings. The
combination of treatments of IBA with 2,000 ppm concentration and three-node in
stem cutting produced the best mini stem cutting growth than other treatments.
Keywords: IBA, rooting of mini cutting, cassavaHenni Elfandari 08140131442015-09-07T04:11:14Z2015-09-07T04:11:14Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12722This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/127222015-09-07T04:11:14ZPENGARUH GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)Abstrak
Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai
banyak diminati oleh masyarakat. Untuk meningkatkan produksi bunga dan
subang gladiol, maka dapat dilakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman
dengan pemberian pupuk organik dan pemilihan kultivar yang sesuai dengan
lingkungan tumbuh.
Penelitian ini bertujuan untuk (1 ) membandingkan pengaruh jenis gulma pada
pertumbuhan dan produksi gladiol, (2) membandingkan respons kedua kultivar
gladiol pada masing-masing jenis gulma dalam pertumbuhan dan produksi, (3)
mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi kedua kultivar gladiol.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Bandar Lampung pada
bulan Januari-juli 2011. Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan
perlakuan faktorial 2x4, yang ditata dalam rancangan petak terbagi (split–plot
design) yang diluluh dalam rancangan acak kelompok (RAK).
Taraf faktor gulma ditempatkan pada petak utama yaitu gulma berdaun lebar
(G1), gulma berdaun sempit (G2), gulma campuran (G3), dan tanpa gulma (G4).
kultivar gladiol yaitu Kultivar Ungu (KU) dan Kultivar Nabila (KN) ditempatkan
pada petak anak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) kultivar ungu menghasilkan
pertumbuhan bobot subang lebih tinggi dibandingkan dengan kultivar nabila,
(2) kultivar dan gulma berpengaruh nyata pada variabel jumlah kormel, bobot
kormel dan bobot subang, (3) perlakuan bersih tanpa gulma menghasilkan jumlah
floret, panjang tangkai bunga dan bobot subang lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan gulma.
Kata kunci : gladiol, kultivar, gulma
Abstract
The ornamental plant is the one of horticulture product that became popular
nowadays. To increase the flower production and gladiol’s corm, it could be done
by fulfill the plant’s nutrition with application of organic fertilizer and choase the
cultivar that proper with environment.
This research has a function to : (1) compare the effect of cultivar of weed on
growth and production of gladiol, (2) compare the respons of two cultivar of
gladiol on each weed on growth and production, (3) knowing the differences the
growth and production on two cultivar of gladiol.
This research has been done in Gunung Terang District, Bandar Lampung on
Januari to July 2011. This research was arranged by using factorial treatment
design 2x4. That arranged on split plot design that arranged on group random
design. Level of weed’s placed on first plot on wide leaves weed (G1), norrow
leaves weed (G2), mix weed (G3) and without weed (G4). The cultivar of gladiol
were purple cultivar and Nabila Cultivar placed on tiller’s plot.
The result showed that : (1) purpel cultivar resulted that growth of corm’s weight
higher that Nabila Cultivar, (2) cultivar and weed gave the real effect on cormels
number variabel, cormels weight and corm’s weight, (3) clean treatment without
weed resulted floret’s number, flower stem length and corm’s weight higher than
weed treatment.
Key words : gladiol, cultivar, weedRIDHO HARDIYAN 07140120602015-09-07T04:08:13Z2015-09-07T04:08:13Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12204This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122042015-09-07T04:08:13ZKETERJADIAN PENYAKIT TERSEBAB JAMUR PADA HAMA
PENGGEREK BUAH KOPI (Pbko) DI PERTANAMAN KOPI
AGROFORESTRIAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterjadian penyakit tersebab jamur
pada hama penggerek buah kopi (Pbko) di pertanaman kopi agroforestri di
Sumber Jaya, Lampung Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode survei (sigi). Survei atau pengambilan sampel buah kopi dilakukan di
areal perkebunan kopi rakyat yang ditanam dengan sistem agroforestri yaitu
agroforestri sederhana dan agroforestri kompleks. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keterjadian penyakit tersebab jamur Pbko pada sampel buah kopi dari
pohon di agroforestri kompleks lebih tinggi (45,8%) dibandingkan dengan
agroforestri sederhana (27,2%). Keterjadian penyakit tersebab jamur Pbko pada
buah kopi di tanah lebih tinggi dibandingkan dengan yang masih berada di pohon,
baik pada sistem agroforestri kompleks (65,3% vs 45,8%) maupun pada
agroforestri sederhana (61,3 vs 27,2%).
Kata kunci : penyakit tersebab jamur, penggerek buah kopi, agroforestri.
Abstract
This study aims to determine the occurrence of fungal disease of the coffee berry
borer in agroforestry coffee in Sumber Jaya area, West Lampung. Study was
conducted using a survey method. Coffee berries were sampled from simple and
complex agroforestry coffee plantations, respectively. The result showed that
disease occurence in coffee berries collected from trees in complex agroforestry
was significanly higher (45.8 %) than that in simple agroforestry (27.2 %).
Futhermore, disease occurrence in coffee berries collected from soil surface was
higher than that collected from trees, both in complex agroforestry (65.3% vs
45.8%) and in simple agroforestry (61.3 vs 27.2%).
Key words : fungal disease, coffee berry borer, agroforestry.JUWITA SURI MAHARANI 07140410082015-09-07T04:08:09Z2015-09-07T04:08:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12196This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121962015-09-07T04:08:09ZPERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA JAGUNG HIBRIDA
DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO
KABUPATEN LAMPUNG TIMURAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui persepsi petani terhadap komoditas
jagung hibrida (2) Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi
petani (3) Mengetahui kelayakan usahatani jagung hibrida. Penelitian dilakukan di
Desa Bandar Agung. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
proporsional random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 77 responden.
Waktu penelitian dilakukan dari bulan September sampai dengan Desember
2011. Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Hubungan antara
variabel diuji dengan menggunakan analisis Korelasi Kendall’S Tau_b dan
perbedaan persepsi petani dengan uji beda Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Persepsi petani terhadap budidaya
jagung hibrida pada petani yang tetap menanam adalah baik, sedangkan bagi
petani yang beralih komoditas lain adalah cukup, (2) Tidak terdapat faktor-faktor
yang berhubungan dengan persepsi petani pada petani yang tetap menanam,
sedangkan bagi petani yang beralih komoditas lain (kakao) adalah tingkat
pengetahuan petani, tingkat pengalaman berusahatani dan tingkat interaksi sosial
petani. (3) Usahatani jagung hibrida di Desa Bandar Agung layak diusahakan.
Nilai R/C usahatani jagung hibrida pada petani yang tetap menanam jagung
hibrida adalah 1,93, sedangkan pada petani yang beralih komoditas lain (kakao)
sebesar 1,59.
Kata Kunci : Persepsi dan Jagung Hibrida
Abstract
The aims of these researches are: (1) to know farmer’s perception in hybrid com,
(2) to know factors related to farmer’s perception, (3) to know farming feasibility
in hybrid corn. The research was in Bandar Agung Village. Sample intake uses
proportional random sampling with a sample of 77 respondent. Time of this
research was from September to December 2011. The method of this research is
survey. The relations among variables were tested by Kendall’s Tau_b
Correlation Test and the difference of farmers perceptions by Mann-Whitney
Difference Test.
The results showed that: (1) The perception of fanners towards the cultivation of
hybrid com farmers are still growing well, while the farmers are turning to other
commodities is sufficient, (2) There are no factors related to the perception of
farmers on a fixed fanners to plant, while for farmers to switch other commodities
(cocoa) is the farmers level of knowledge, level of fanning experience and
fanners level of social interaction, (3) hybrid com farming in the village of
Bandar Agung worth the effort. Value of R/C hybrid com cultivation on a fixed
farmers to plant hybrid com is 1.93, while the farmers are turning the other
commodities (cocoa) is 1 .59.
Key Words: Perception and Hybrid CornSiti Patonah 07140220402015-09-07T04:08:02Z2015-09-07T04:08:02Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12190This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121902015-09-07T04:08:02ZPENERAPAN TEKNIK PEMBUATAN GULA KELAPA SECARA
TRADISIONAL DAN POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUMAH
TANGGA PETANI DI KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN
TANGGAMUSAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Tingkat penerapan teknik
pembuatan gula kelapa secara tradisional di Kecamatan Wonosobo Kabupaten
Tanggamus, (2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan teknik
pembuatan gula kelapa secara tradisional di Kecamatan Wonosobo Kabupaten
Tanggamus, dan (3) Pola pengambilan keputusan rumah tangga petani dalam
penerapan teknik pembuatan gula kelapa secara tradisional di Kecamatan
Wonosobo Kabupaten Tanggamus.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus yang
dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan November 2011. Metode penelitian
yang digunakan yaitu studi kasus. Responden dalam penelitian ini adalah 37 orang
pengrajin gula kelapa yang ditetapkan dengan mengacu pada teori Arikunto
(2006). Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif
dan untuk menguji Hipotesis menggunakan statistik nonparametrik Uji Korelasi
Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat penerapan teknik pembuatan
gula kelapa secara tradisional di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus
tergolong sesuai dengan anjuran Dinas Koperasi dan UKM, Perindag dan
Pengelolaan Pasar Kabupaten Tanggamus. (2) Tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan merupakan faktor yang berbubungan dengan penerapan teknik
pembuatan gula kelapa secara tradisional. (3) Pola pengambilan keputusan rumah
tangga petani dalam teknik pembuatan gula kelapa secara tradisional didominasi
oleh keputusan istri sendiri pada bidang penyadapan nira, bidang penyaringan
nira, dan bidang pencetakan gula kelapa. Pengambilan keputusan didominasi oleh
keputusan bersama (istri dan suami) pada bidang pemasakan nira dan pengemasan
gula kelapa.
Kata kunci: Penerapan teknik pembuatan gula kelapa secara tradisional dan pola
pengambilan keputusan rumah tangga petani
Abstract
This research is to find out the following aspects in Wonosobo sub district of
Tanggamus Regency: 1) the application of palm sugar making technique
traditionally, 2) factors associated with the application of palm sugar making
technique traditionally, 3) Patterns of farmer’s household decision-making in the
application of the traditional technique in palm sugar making.
The study was conducted in Wonosobo sub district in Tanggamus Regency from
July to November 2011. Respondents in this case study were 37 palm sugar
producers by referring to Arikunto (2006) theory. Data were analyzed
descriptively and the hypotheses were tested using nonparametric statistics,
Spearman Rank Correlation Test.
The results showed that: 1) the application of the traditional technique in palm
sugar making in Wonosobo sub district of Tanggamus Regency was in accordance
with the recommendation from the Department of Cooperatives and SMEs,
Industry and Trade and Market Management of Tanggamus Regency. 2) The
level of education and level of knowledge are factors associated with the
application of the traditional technique in palm sugar making. 3) Patterns of
farmer’s household decision-making in the application of the traditional technique
in palm sugar making are dominated by wives, especially in the fields of sap
tapping, sap filtering, and palm sugar printing. Decision-making was dominated
by a joint decision (wife and husband) on the fields of sap cooking and palm sugar
packaging.Dewi Susanti 07140220012015-09-07T04:07:54Z2015-09-07T04:07:54Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12188This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121882015-09-07T04:07:54ZANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF
AGROINDUSTRI KOPI
DI KABUPATEN EAMPUNG BARATAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis keunggulan kompetitif dan
keunggulan komparatif agroindustri kopi di Kabupaten Lampung Barat, (2)
Menganalisis kepekaan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif
agroindustri kopi di Kabupaten Lampung Barat terhadap perubahan harga input
dan output.
Penelitian ini dilakukan pada agroindustri pengolahan kopi di Kecamatan Way
Tenong Kabupaten Lampung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive). Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan
wawancara secara langsung kepada manajer agroindustri kopi bubuk. Data
sekunder diperoleh dari instansi terkait dan literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan model Polecv Analysis Matrix
(PAM)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Agroindustri kopi di Kabupaten
Lampung Barat memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif
dengan nilai PCR (Private Cost Ratio) sebesar 0,47989 dan nilai DRC (Domestic
Resource Cost) sebesar 0,46795 sehingga layak dan mengguntungkan untuk
diusahakan. (2) Keunggulan kompetitif dan komparatif klaster agroindustri kopi
di Kabupaten Lampung Barat peka terhadap perubahan harga bahan baku pada
harga privat namun pada harga sosialnya tidak peka. Kenaikan ataupun penurunan
harga bahan baku akan mempengaruhi keunggulan kompetitif klaster kopi di
Kabupaten Lampung Barat.
Abstract
The research was aimed to: (1) Analyze the competitive and comparative
advantages of coffee agroindustry in West Lampung regency., (2) analyze the
sensitivity of competitive and comparative advanteges of coffee agroindustry in
West Lampung regency towoard the cost changes, input and output.
The research was conducted in coffee cluster in coffee industry agroindustry in
Way Tenong district, West Lampung regency. The location was selected by
purposive sampling. The research used primary and secondary data. Primary data
were collected from questionnaires and direct interview with manager of coffee
agroindustry. Secondary data was collected from the relevant literature. This
research applied Polecy analysis Matrix (PAM) model.
The results showed that: (1) the coffee agroindustry in Gunung Terang village of
Way Tenong district in West Lampung regency has competitive and comparative
advantages with PCR (Privat Cost Ratio) was 0.47989 and DRC (Domestic
Resource Cost) was 0.46795, thus is wasfeasible to develop. (2) The coffee
agroindustry in West Lampung regency was sensitive with the changes of raw
material costs influence the competitive advantages of coffee agroindustry in
West Lampung regency.Y. Satria Widiatmaja 07140210762015-09-07T04:06:23Z2015-09-07T04:06:23Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12341This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123412015-09-07T04:06:23ZPENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA RANSUM KOMERSIAL
TERHADAP PENAMPILAN AYAM JANTAN TIPE MEDIUM
UMUR 8—12 MINGGUAbstrak
Pemilihan ransum berpengaruh terhadap penampilan ternak termasuk ayam jantan
tipe medium. Hal ini karena komposisi zat nutrien dalam ransum akan
dimetabolisme di dalam tubuh ayam menjadi glikogen, protein, dan lemak jika zat
nutrien yang dikonsumsi lebih besar dari batas kebutuhan dasar. Oleh karena itu,
pemilihan ransum harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam jantan tipe
medium agar mendapatkan konsumsi ransum, konsumsi energi, pertambahan
berat tubuh, efisiensi protein, konversi ransum, dan income over feed cost yang
baik.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh pemberian beberapa
ransum komersial terhadap penampilan ayam jantan tipe medium; (2) mengetahui
pemberian ransum komersial yang terbaik terhadap penampilan ayam jantan tipe
medium.
Penelitian ini dilaksanakan pada 18 Februari sampai dengan 18 Maret 2011, di
kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri atas tiga
perlakuan pemberian ransum yaitu BR-1, HP 611, CP-611 M. Setiap perlakuan
diulang sebanyak 6 kali dan ayam yang digunakan ayam jantan tipe medium
umur 8 minggu sebanyak 108 ekor yang dipelihara pada 18 petak kandang sistem
litter. Data yang diperoleh dianalisis kovarian pada taraf nyata 5% dan atau 1%
dan dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan : terdapat perbedaan tidak nyata (P>0,05) pada
pengaruh pemberian ransum komersial BR-1, HP 611, dan CP-611 M terhadap
jumlah konsumsi ransum, konsumsi energi, pertambahan berat tubuh, efisiensi
protein, konversi ransum, dan income over feed cost, serta semua ransum
perlakuan dapat dipakai dan peternak disarankan menggunakan ransum komersial
CP-611 M dalam pemeliharaan ayam jantan tipe medium.
Abstract
The selection of feeding is influential to the performance of animals, including
roosters medium type. It is because the composition of nutrient in feeding will be
metabolized in the roosters body to become glikogen, protein, and fat if the
consumption of nutrient is more than the limit of basic need. Therefore, the
selection of feeding must be noticed in maintenance of roosters medium type in
order to get the good feeding comsumption, energy comsumption, body weight
increasing, protein efficiency, feeding conversion, and income over feed cost.
The experiment intends : (1) to know the influence of giving some commercial
feeding to the performance of roosters medium type; (2) to know the giving of the
best commercial feeding to the performance of roosters medium type.
This experiment was held on Februari 18th up to March 18th, 2011, in the poultry
house of Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of
Lampung. This experiment used Completely Randomized Design (CRD), that
consists of theree treatments of feeding, they are BR-1, HP 611, and CP-611 M.
Every treatment was repeated 6 times and it used 108 roosters medium type aged
8 weeks old which were maintained in 18 squares of litter system house. The
gotten data was analyzed with covariance on real level 5% and or 1% and
continued with advanced test using Duncan’s Multiple Range Test.
The result of this experiment shows : there is unreal differences (P>0,05) in the
influence of giving commercial feeding BR-1, HP 611, and CP-611 M to the
amount of feeding consumption, energy consumption, body weight increasing,
protein effeciency, feeding conversion, and income over feed cost, and all feeding
treatments can be used and the farmers are suggested to use the commercial
feeding CP-611 M in maintenance of roosters medium typeYuni Utami Putri R 07140610652015-09-07T04:05:16Z2015-09-07T04:05:16Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12328This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123282015-09-07T04:05:16ZPENGARUH PENAMBAHAN INDOLE-3-BUTYRIC ACID (IBA) PADA
PELAPIS KITOSAN TERHADAP MASA SIMPAN DAN MUTU
BUAH PISANG cv. ‘CAVENDISH’Abstrak
Pemasakan dapat diperlambat dengan merendam buah dalam larutan tertentu atau
dengan melapisi buah. Perendaman buah bertujuan untuk menghambat proses
biokimia buah. Pelapisan pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya
penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan dan menghambat laju
respirasi.
Larutan yang sudah biasa digunakanuntuk meremdam adalah zat pengatur tumbuh
(ZPT). Salah satu jenis auksin yang dapat dipakai adalah Indole-3-butyric acid
(IBA). Aplikasi dengan perendaman menghasilkan perbedaan konsentrasi ZPT
antara kulit dengan daging buah. Perendaman buah pada larutan ZPT yang lebih
lama diharapkan dapat menghasilkan penetrasi yang merata pada buah.
Perendaman buah dapat diganti dengan cara pelapisan buah menggunakan bahan
yang dapat dicampur dengan ZPT. Salah satu bahan pelapis buah yang dapat
digunakan adalah kitosan. Aplikasi IBA yang ditambahkan ke dalam larutan
pelapis kitosan diharapkan dapat meningkatkan penyerapan ZPT oleh buah,
sehingga berpengaruh terhadap masa simpan dan mutu buah pisang cv.
‘Cavendish’.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mempelajari efek penambahan IBA pada pelapis
kitosan terhadap masa simpan dan mutu buah pisang cv. ‘Cavendish’, dan
(2) mendapatkan perlakuan pelapisan terbaik terhadap masa simpan dan mutu
buah pisang cv. ‘Cavendish’.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Program studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2011. Rancangan perlakuan disusun
secara faktorial (3 x 3). Faktor pertama adalah pelapis kitosan dengan 3 taraf,
yaitu tanpa kitosan [aquades (K0) dan asam asetat 0.5 % (K1)] dan kitosan 2.5%
(K2). Faktor kedua adalah pemberian zat pengatur tumbuh IBA yang terdiri atas
3 taraf, yaitu 0 µM (B0), 5 µM (B1), dan 10 µM (B2). Perlakuan diterapkan pada
petak percobaan dalam rancangan teracak sempurna (RTS) dengan 3 kali
ulangan. Masing masing ulangan terdiri atas 1 cluster buah yang terdiri atas 4-6
finger buah. Peubah yang diamati adalah masa simpan, susut bobot buah, tingkat
kekerasan buah, kandungan padatan terlarut (°Brix), dan asam bebas.
Penelitian ini menunjukkan hasil sebagai berikut (1) Penambahan IBA pada
larutan kitosan 2,5 % belum mampu memperpanjang masa simpan dan
mempertahankan mutu buah pisang cv. ‘Cavendish’. (2) Belum terdapat
konsentrasi IBA terbaik yang ditambahkan ke dalam larutan kitosan untuk
mendapatkan masa simpan buah pisang cv. ‘Cavendish’. Aplikasi kitosan 2,5%
menurunkan tingkat kekerasan buah, °Brix, dan asam bebas. (3) Efek baik dari
pelapis kitosan bukan berasal dari efek asam asetat yang digunakan sebagai
pelarut kitosan. Buah pisang cv. ‘Cavendish’ yang direndam dalam asam asetat
justru memiliki masa simpan yang lebih singkat namun memiliki tingkat
kekerasan buah yang masih tinggi dan memiliki tingkat kemanisan yang tidak
berbeda dengan perlakuan lainnya.
Kata kunci : pisang, kitosan, IBA, perendaman, Cavendish
Abstract
Ripening can be slowed by soaking the fruit in a particular solution or by coating
the fruit. Soaking the fruit aims to inhibit the biochemical processes of fruit.
Coating on the surface of the fruit can prevent transpiration so it can slow down
withering and inhibit the rate of respiration.
A soaking solution that has been used is plant growth regulators (PGR). A type of
auxin that can be used is indole-3-butyric acid (IBA). Application by soaking
produces the difference of PGR concentration between the skin of the fruit and
fruit flesh. Soaking the fruit in solutions of PGR a longer expected to produce a
uniform penetration of the fruit. Soaking the fruit can be replaced by coating the
fruit using materials that can be embedded with PGR. A fruit coating material that
can be used is chitosan. IBA added in to chitosan coatings is expected to increase
the absorption of PGR by the fruit, so it will prolong the shelf life and quality of
banana cv. 'Cavendish'.
This research was aimed (1) studying the effects of the addition of IBA on
chitosan coating on shelf life and quality of banana cv. 'Cavendish', and (2)
ii
obtaining the best coating treatment to prolong the shelf life and maintain the
quality of banana cv. 'Cavendish'.
The research was conducted at the Laboratory of Horticulture, Agrotechnology
study program, Faculty of Agriculture, University of Lampung during July—
August 2011. This research was arranged in 3 x 3 factorials of a completely
randomized design. The first factor was the coating of chitosan with 3 levels, ie
without chitosan [aquades (K0) and 0.5% acetic acid (K1)] and 2.5% chitosan
(K2). The second factor was the addition of plant growth regulators IBA
consisting of three levels, namely 0 (B0), 5 (B1), and 10 μM (B2). The treatments
were run in 3 replications. Each testing unit consisted of a cluster of 4—6 fruit
fingers. Observed variables were shelf life, weight loss, fruit hardness, dissolved
solids content (°Brix), and free acid.
The results of this study indicated that (1) the addition of IBA at 2.5% chitosan
solution could not extend the shelf life and maintain the fruit quality of banana cv.
‘Cavendish’. (2) There was not best IBA concentration was added to the chitosan
solution to get obtain the shelf life of banana cv. ‘Cavendish’ the best. Aplication
of Chitosan 2.5% had the lowest a hardness, °Brix, and free acid. (3) Good effect
of chitosan coatings did not come from acetic acid used as a chitosan solvent.
Banana ‘Cavendish’ soaking in acetic acid had a shorten shelf life but the fruits
had high hardness and its sweetness that were not different from other treatments.
Key words: banana, chitosan, IBA, soaking, CavendishENGGALIH MELRATRI 07140120392015-09-07T04:04:56Z2015-09-07T04:04:56Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12322This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123222015-09-07T04:04:56ZKEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH DI BAWAH TEGAKAN
HUTAN TANAMAN DI BLOK PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMANAbstrak
Tanah sebagai benda alami merupakan habitat dari berbagai jenis organisme
(biota) hidup dari ukuran yang paling kecil sampai bemkuran paling besar yang
saling berinteraksi membentuk suatu ekosistem yang dinamis di dalam tanah.
Biota tanah ini mencakup akar tumbuhan tingkat tinggi, tumbuh-tumbuhan tingkat
rendah dan fauna tanah. Fauna tanah di bawah vegetasi hutan dipengaruhi oleh
tanah dan vegetasi yang menutupinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman populasi fauna tanah di Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 201 1 sampai Agustus 2011 di
blok pendidikan dan penelitian Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dengan
metode pengambilan contoh tanah. Metode ini menggunakan plot 2 m x 2 m.
Berdasarkan hasil penelitian pada kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman di temukan 6 kelas makrofauna tanah yaitu: Hexapoda, Insecta,
Arachnida, Mvriapoda, Oligochaeta, dan Gastropoda. Setelah dilakukan analisis
dengan menggunakan Indeks Shanoon dapat diketahui lahan Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rachman blok pendidikan dan penelitian memiliki keanekaragaman
populasi makrofauna tanah pada kategori sedang karena memiliki nilai
keanekaragaman yang berkisar 1,5—3,5. Makrofauna yang mendominasi wilayah
tersebut termasuk anggota famili Formicidae, diantaranya semut hitam besar,
semut tentara merah, semut hitam bersungut panjang, dan semut hitam kecil.
Kata Kunci : blok pendidikan dan penelitan , keanekaragaman, makrofauna
tanah, Tahura Wan Abdul Rachman.
Abstract
Soil is habitat of various types of organisms (biota), from the smallest size to the
largest which interact to form a dynamic ecosystem in the soil. Soil biota includes
high levels of plant roots, herbs and low levels of soil fauna. Fauna of under land
the forest vegetation was influenced by soil and vegetation cover. The aim of this
study was to determine the diversity of soil fauna populations in Wan Abdul
Rachman great forest park. The research was conducted on July 2011 to August
2011 in a block of education and research forest botanical garden Wan Abdul
Rachman great forest park by using soil sampling method. This method used a
plot of 2 m x 2 m. Research found that there were six classes of macrofauna land.
Found six classes of soil macrofauna namely: Hexapoda, Insecta, Arachnida,
Myriapoda, Oligochaeta and Gastropoda. Shannon index determined that Wan
Abdul Rachman great forest park had diversity of education and research on soil
macrofauna population category because it the a value of diversity that ranges
from 1.5 to 3.5. Macrofauna who dominated at region, was members of the
Formicidae family, which were large black ants, red army ants, black ants long
murmur, and a small black ants.
Keywords: biodiversity, education and research block, soil macrofauna, Wan
Abdul Rachman Great Forest Park.DESI NURAENI 06140810052015-09-07T04:04:48Z2015-09-07T04:04:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12320This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123202015-09-07T04:04:48ZPENENTUAN TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL MIKRO ORGANIK
TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN
BAHAN ORGANIK PADA SAPI PEDAGINGAbstrak
Tujuan penelitian adalah untuk: (1) mengetahui pengaruh pemberian mineral
mikro organik dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan
bahan organik pada sapi Potong:(2) mengetahui tingkat terbaik penentuan
penggunaan mineral mikro organik kecernaan bahan kering dan bahan organik
pada sapi potong.
Penelitian ini menggunakan 4 ekor Sapi Pedaging. Rancangan yang digunakan
adalah Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) 4x4 dengan 4 ekor sapi sebagai
kolom dan 4 periode sebagai baris. Adapun perlakuan yang diberikan. Perlakuan
yang di uji cobakan adalah: R0: Ransum basal (20% hijauan + 80% konsentrat).
R1: Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan Cr)* ½ kali
rekomendasi. R2: Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan Cr)* 1
kali rekomendasi. R3: Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan
Cr)* 1½ kali rekomendasi. Data yang diperoleh diuji dengan analysis of variance
(ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji Polinomial ortogonal untuk
menentukan tingkat terbaik penggunaan mineral mikro organik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)pengaruh penambahan mineral mikro
organik dalam ransum tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan
kering dan bahan organik ransum pada sapi pedaging: (2) penambahan mineral
mikro organik (Zn, Cu, Cr, Se) dalam ransum menghasilkan nilai kecernaan bahan
kering dan bahan organik ransum lebih tinggi dibandingkan dengan ransum tanpa
pemberian mineral mikro organik: (3) nilai kecernaan bahan kering dan bahan
organik ransum yang tertinggi terdapat pada perlakuan dengan penambahan
mineral mikro organik 1 kali dari rekomendasi di dalam ransum
Abstract
The research objective is to: (1) determine the effect of the provision of microorganic minerals in the ration on dry matter digestibility and organic matter
digestibility in cattle Cut: (2) to determine the best use of micro-organic mineral
digestibility of dry matter and organic matter in beef cattle.
This study uses four beef tails. The design used is a Latin Square design (RBSL)
4x4 with four head of cattle as fourth period as the columns and rows. The
treatment that is given is
R0: basal ration (20% + 80% concentrate forage); R1: basal ration + organic
micro-minerals (Zn, Cu, Se, and Cr) * 0.5 times (Zn 20ppm, 5ppm Cu, 0.15 ppm
Se, Cr 0.05 ppm); R2: + basal ration of organic micro-minerals (Zn, Cu, Se, and
Cr)* 1 time (Zn 40ppm, 10ppm Cu, 0.30 ppm Se, Cr 0.10 ppm); R3: basal ration
+ organic micro-minerals (Zn, Cu, Se, and Cr) * 1.5 times (Zn 60ppm, 15ppm Cu
, 0.40 ppm Se, Cr 0.15 ppm). The data obtained were tested by analysis of
variance (ANOVA), followed by an orthogonal polynomial tests to determine the
best level of use of organic micro-minerals.
The results showed that: (1) the effect of adding organic micro-minerals in the
ration was not significantly different (P> 0.05) on digestibility of dry matter and
organic matter in beef cattle rations: (2) the addition of organic micro-minerals
(Zn, Cu, Cr , Se) in the ration dry matter yield and digestibility of the organic
material is higher compared with rations rations without the provision of microorganic mineral: (3) the digestibility of dry matter and organic matter present in
the highest ration of treatment with the addition of organic micro-minerals from
recommendation 1 time in the ration.Jepron Silaban 06140610412015-09-07T04:04:44Z2015-09-07T04:04:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12319This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123192015-09-07T04:04:44ZPENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL
ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY
ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLEAbstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian zeolit beramonium dan
zeolit beramonium + mineral organik dalam ransum terhadap kadar amonia (NH3)
dan volatile fatty acid (VFA) rumen serta pengaruh terbaik dari perlakuan
terhadap kadar amonia (NH3) dan volatile fatty acid (VFA) rumen.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada November--Desember 2010, bertempat di
kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali
ulangan, data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam pada taraf nyata 5%
dan atau 1% kemudian dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal. Pelaksanaan
penelitian dilakukan dengan 30 hari masa adaptasi dan 2 hari pengambilan data.
Perlakuan yang diberikan adalah R1 (Ransum basal); R2 (Ransum basal + 3%
zeolit beramonium); R3 (Ransum basal + 3% zeolit beramonium + 1% mineral
organik).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zeolit beramonium dan mineral
organik di dalam ransum menghasilkan konsentrasi NH3 dan VFA rumen sapi PO
yang paling baik (P<0,01). Rata-rata kadar amonia (NH3) tertinggi pada
perlakuan R3 yaitu 11,106 mM dan terendah pada perlakuan R1 yaitu 8,055 mM.
Rata-rata konsentrasi Volatile Fatty Acid (VFA) tertinggi pada perlakuan R3 yaitu
163,333 mM dan terendah pada perlakuan R1 yaitu 86,666 mM.
Abstract
This watchfulness aims to detect zeolite gift influence beramonium and zeolite
beramonium + organic mineral in ration towards degree amonia (NH3) and
volatile fatty acid (VFA) rumen with best influence from treatment towards
degree amonia (NH3) and volatile fatty acid (VFA) rumen.
This watchfulness carried out in November - December 2010, at Husbandry
Direction stable, Faculty of Agriculture, Lampung University. Watchfulness uses
rancangan acak lengkap (RAL) with 3 treatments and 3 repetition times, data that
got to cultivated with analysis kind in real standard 5% and or 1% then continued
with contrast test orthogonal. Watchfulness execution is done 30 adaptation time
days, 2 data taking days. treatment that given R1 (basalt ration); R2 (basalt ration
+ 3% zeolite beramonium); R3 (basalt ration + 3% zeolite beramonium + 1%
organic mineral).
Watchfulness result shows that zeolite use beramonium and organic mineral in
ration differ very real (p<0,01) towards degree amonia (NH3) rumen and volatile
vatty acid (VFA) rumen in cow PO. Average degree amonia (NH3) highest in
treatment R3 that is 11,106 mM and bottommost in treatment R1 that is 8,055I. Made Adijaya Negara Tangkas 06140610382015-09-07T04:04:36Z2015-09-07T04:04:36Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12317This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123172015-09-07T04:04:36ZPENENTUAN TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL MIKRO ORGANIK
TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI
RANSUM PADA SAPI PEDAGINGAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan menentukan tingkat
penggunaan mineral mikro organik dalam ransum terhadap konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan, dan efisiensi ransum sapi pedaging Brahman cross.
Penelitian ini dilaksanakan pada Juli—Oktober 2011, bertempat di kandang
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Analisis sampel
ransum dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan 4 ekor sapi pedaging dengan Rancangan Bujur Sangkar
Latin (RBSL), 4 perlakuan dan 4 ulangan, data yang diperoleh diuji dengan
analysis of variance (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji Polinomial
ortogonal. Adapun perlakuan yang diberikan yaitu : R0 : Ransum basal (20%
hijauan + 80% konsentrat); R1 : Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu,
Se, dan Cr)* ½ kali; R2 : Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan
Cr)* 1 kali; R3 : Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan Cr)* 1½
kali rekomendasi NRC (1998).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) penambahan mineral mikro organik
dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan
bobot badan, dan efisiensi ransum sapi pedaging; namun memiliki nilai positif
karena pada setiap perlakuan cenderung meningkatkan rata-rata konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan, dan efisiensi ransum sapi pedaging; (2) penggunaan
mineral mikro organik dalam ransum dengan tren yang meningkat ( 0, ½, 1, 1½)
menghasilkan nilai rata-rata konsumsi ransum, PBB, dan ER yang meningkat pula
pada sapi perlakuan.Andra Neza 06140610172015-09-07T04:04:32Z2015-09-07T04:04:32Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12316This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123162015-09-07T04:04:32ZDAYA RACUN MINYAK BIJI JARAK (Jatropa curcas L.) TERHADAP
HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)Abstrak
Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama daun yang penting
dan mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai, kacang tanah, kubis,
ubi jalar, tebu, dan tanaman herba lainnya. Salah satu alternatif pengendalian
hama yang aman terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia adalah dengan
memanfaatkan bahan-bahan alami dari tumbuhan sebagai pestisida nabati. Minyak
biji jarak merupakan sumber yang potensial sebagai pestisida nabati. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui daya racun minyak biji jarak (Jatropa curcas)
terhadap hama ulat grayak (S. litura).Perlakuan dalam penelitian ini disusun
dalam rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas enam perlakuan dengan
lima ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol, aplikasi minyak jarak konsentrasi 10,
15, 20, 25, dan 30 ml/l air. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan
dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% kemudian dilakukan analisis probit
untuk menentukan LC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak
minyak jarak (J. curcas) dapat menyebabkan mortalitas ulat grayak (S. litura),
mortalitas tertinggi terdapat pada konsentrasi 30 ml/l yaitu sebesar 84%. Selain itu
ekstrak minyak biji jarak ini mengganggu proses pergantian kulit pada larva S.
litura dan menyebabkan malabentuk pada pupa dan imago S. litura. Daya racun
minyak biji jarak pagar (J. curcas) terhadap mortalitas larva S. litura ditunjukkan
dengan nilai LC50 pada 7 hsa ialah sebesar 22.4 ml/l.
Kata kunci :Minyak biji jarak pagar, jarak pagar, Jatropha curcas L., ulat grayak,
Spodoptera litura F., pestisida nabati.
ABSTRACT
Abstract
Cluster caterpillar (Spodoptera litura F.) is one of important leaf pest that have
general hostplant such as soybean, nut, cabbage, cassava, and other herbal
plant.One alternative pest control that safe for the environment and human health
is by using natural materials from plants as a pesticide. Castrol oil is a potential
source for plant pesticide. This study aimed to determine toxicity of castrol oil on
S. litura.Research was prepared with randomized complete design with six
treatments and five times replication. The treatments consisted of control, apply
castrol oil with consentrations of 10, 15, 20, 25, dan 30 ml/l water.Then were
analyzed by analysis of variance followed by least significant difference at the
level of 5% and analysis probit to determine LC50. The results showed that
application of castrol oil (J. curcas) causes mortality of S. litura. The highest
mortality on concentration of 30 ml/l is 84%. Moreover, castrol oil disturbed
molting process on S. litura larve and caused malformation on S. litura pupa and
S. litura adult. The toxicity of castrol oil(Jatropha curcas L.) on mortality of S.
lituralarve was showed at LC50value on 7 days after application is 22.4 ml/l.
Key words :Castrol oil, Jatropha curcas L., cluster caterpillar, Spodoptera litura
F., plant pesticide.WIDIANTORO 06140410472015-09-07T04:04:24Z2015-09-07T04:04:24Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12313This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123132015-09-07T04:04:24Z PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP
KELIMPAHAN NEMATODA NIR-PARASIT DAN PARASIT
TUMBUHAN PADA PERTANAMAN TEBUAbstrak
Reduksi olah tanah dan pemulsaan merupakan cara alternatif untuk meningkatkan
kualitas tanah yang turun akibat pengolahan tanah intensif. Reduksi oleh tanah
dan pemulsaan diharapkan dapat meningkatkan kelimpahan, keragaman dan
aktivitas biota tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem
olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan nematoda nir-parasit tumbuhan
dan nematoda parasit tumbuhan pada pertanaman tebu. Percobaan dilaksanakan
pada plot penelitian jangka panjang ”Soil Rehabilitation” pada pertanaman tebu
umur 3 bulan di PT Gunung Madu Plantations (GMP), Lampung Tengah mulai
bulan September 2010 – Juli 2011 . Perlakuan disusun dalam Rancangan Petak
Terbagi (split plot) dengan lima ulangan (kelompok). Petak utama adalah sistem
olah tanah yang terdiri dari tanpa olah tanah (TOT) dan olah tanah intensif (OTI),
sedangkan anak petak adalah pemberian mulsa yang terdiri dari diberi mulsa
bagas 80 ton/hektar (M1 ) dan tanpa mulsa (M0). Sampel tanah diambil
menggunakan bor sampai kedalaman 20 cm, dan nematoda diekstraksi
menggunakan metode penyaringan dan sentrifugasi menggunakan larutan gula.
Ekstraksi dan identifikasi nematoda dilakukan di Laboratorium Hama-Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa reduksi olah tanah yang dipadukan dengan pemulsaan tidak
mempengaruhi kelimpahan seluruh individu nematoda dan kelimpahan kelompok
nematoda nir-parasit tumbuhan dan nematoda parasit tumbuhan. Meski demikian,
perlakuan olah tanah intensif dengan pemulsaan dapat menurunkan kelimpahan
nematoda parasit tumbuhan Xiphinema.
.
Abstract
Reduced tillage and mulching is an alternative technique to increase the lower soil
quality do to intensive tillage system. The application of reduced tillage and
mulching system will increase the abundance, diversity, and activity of soil
organism. The objectives of this research were to study the effect of reduced
tillage and mulching with baggase system on the diversity of free-living and plant
parasitic nematodes in sugarcane field. The experiment was conducted on longterm research of ”Soil Rehabilitation” plot in sugarcane field of PT Gunung
Madu plantations (GMP), Lampung Tengah from September 2010 to July 2011.
Treatments were arranged in split plot experimental design with five replications
(block). The main plot was tillage system that consisted of no tillage and intensive
tillage. The sub-plot was baggase mulching that consisted of 80 ton/ha baggase
mulching and no baggase mulching. Soil samples were taken by auger up to 20
cm depth, and nematode was extracted by sieving and centrifugation with sugar
solution method. The extraction and identification of nematodes were done in
Plant Pest and Diseases Laboratory, University of Lampung. The result showed
that reduced tillage combined with mulching system not effected the abundance of
total nematodes and free-living and plant parasitic groups of nematode. But,
combination of intensive tillage with baggase mulching reduced the plant parasitic
nematode especially genera of XiphinemaSri Heni Oktavia 06140410422015-09-07T04:04:19Z2015-09-07T04:04:19Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12312This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123122015-09-07T04:04:19ZINVENTARISASI JENIS-JENIS SEMUT YANG BERSIMBIOSIS DENGAN
KUTU SACCHARICOCUS SACCHARI PADA PERTANAMAN TEBUAbstrak
Salah satu hama yang menyerang tanaman tebu ialah kutu babi
Saccharicocus sacchari (Cockerell) (Hemiptera, Pseudococcidae). Pada umumnya
penyebaran kutu tanaman tebu ini dibantu oleh semut karena antara kedua serangga
ini bersimbiosis mutualistik. Atas dasar perilaku simbiosis di atas, pengendalian
hama kutu pada perkebunan tebu seyogyanya juga memperhatikan dinamika
populasi semut-semut simbionnya. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi
dan mengindentifikasi jenis-jenis semut yang bersimbiosis dengan kutu
Saccharicoccus sacchari pada pertanaman tebu.Penelitian dilaksanakan
menggunakan metode sampling acak terpilih dengan cara mencari dan
mengumpulkan spesimen semut yang bersimbiosis dengan kutu Saccharicoccus
sacchari. Pengamatan dilakukan pada dua jenis hamparan tebu, yaitu: hamparan
tebu yang berumur 7 bulan dan hamparan tebu yang sudah dipanen.Pengamatan
dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan spesimen semut yang
bersimbiosis dengan kutu S. sacchari. Dalam penelitian ini dilakukan dua tahap
pelaksanaan penelitian, yaitu survei lapangan dan identifikasi.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis semut yang berada pada tunggul dan
batang tebu dan diduga bersimbiosis dengan S. saccari, yaitu Paretrichina,
Anoplolepis, Crematogaster, Polyrhachis, Pheidologeton, Camponotus,
Tetramorium, dan Tapinoma. Jumlah kelompok semut yang paling banyak
ditemukan adalah genus Tapinoma(172 kelompok), diikuti oleh genus Paretrichina,
Crematogaster, Anoplolepis, Polyrhachis, Pheidologeton, Camponotus,
Tetramorium dengan jumlah berturut–turut 63, 20, 13, 12, 8, 8, 6 kelompok.
Kata kunci :Inventarisasi, jenis-jenis semut simbion, Saccharicocus sacchari,
hamparan tebu
Abstract
One of the pests that attack sugarcane is the pink mealybug
(Saccharicocus sacchari Cockerell, Hemiptera: Pseudococcidae). In general, the
spread of pink sugarcane mealybug is aided by ants because there is a mutualistic
symbiosis between the two insects . On the basis of symbiotic behavior of the two
insects, therefore, the population dynamics of simbiotic ants should be taken into
consideration when a control measure for the pink sugarcane is initiated. This study
aims to inventory and identify the types of symbiotic ants associated with
Saccharicoccus sacchari colonies on sugarcane fields. The survey utilized
random sampling method by finding and collecting specimens of ants and pink
mealybugs on two types of sugarcane fields, i.e. 7 month crops and harvested
fields.Results of the survey showed that symbiotic ant taxa associated with
Saccharicocus sacchari were: Paretrichina, Anoplolepis, Crematogaster,
Polyrhachis, Pheidologeton, Camponotus, Tetramorium, and Tapinoma. The highest
number of ant individual was found on Tapinoma genus (172 groups), subsequently
followed bygenus Paterichina, Crematogaster, Anoplolepis, Polyrhachis,
Pheidologeton, Camponotus, Tetramorium (63, 20,13,12,8,8,and dan 6 groups)
Keywords: Inventory, the types of symbiotic ants, pink sugarcane mealybug,
(Saccharicocus sacchari), sugarcane fieldsSLAMET RUADI 06140410412015-09-07T04:04:15Z2015-09-07T04:04:15Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12311This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123112015-09-07T04:04:15ZPENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP
KETERJADIAN PENYAKIT LAPUK AKAR DAN PANGKAL BATANG DAN
PERSENTASE SERANGAN HAMA KUTU PERISAI (Aulacaspis tegalensis)
PADA PERTANAMAN TEBU DI PT GUNUNG MADU PLANTATIONSAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan pemulsaan
terhadap keterjadian penyakit lapuk akar dan pangkal batang (disebabkan oleh jamur
Xylaria sp.) dan serangan hama kutu perisai (Aulacaspis tegalensis) pada pertanaman
tebu. Penelitian ini dilaksanakan bulan April sampai dengan September 2011 di PT
Gunung Madu Plantations, dan merupakan sebagian dari penelitian jangka panjang
olah tanah konservasi kerjasama antara Unila, PT GMP, dan YNU (Jepang).
Percobaan dirancang menggunakan rancangan petak terbagi (split plot desing)
dengan sistem olah tanah sebagai petak utama, pemulsaan sebagai anak petak, dan
terdapat lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem olah tanah
berpengaruh terhadap keterjadian penyakit lapuk akar dan pangkal batang pada
tanaman tebu berumur 12 bulan, noda kuning pada umur tebu 10 bulan, dan noda
cincin pada umur tebu 8 dan 10 bulan. Interaksi antara sistem olah tanah dan
pemulsaan secara nyata dapat menurunkan keterjadian penyakit pokkahbung pada
tanaman tebu berumur 8 bulan, tetapi tidak berpengaruh terhadap keterjadian
penyakit blendok. Perlakuan olah tanah secara nyata dapat meningkatkan serangan
hama kutu perisai.
Kata Kunci : Sistem olah tanah, mulsa, lapuk akar dan pangkal batang, kutu perisaiBezi Astrianah 06140410202015-09-07T04:04:11Z2015-09-07T04:04:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12310This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123102015-09-07T04:04:11ZUJI EFIKASI Beauveria bassiana DARI MEDIA PERTUMBUHAN
DENGAN TIGA BAHAN PEMBAWA TERHADAP MORTALITAS
Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae)Abstrak
Helopeltis spp. (Hemiptera; Miridae) merupakan salah satu hama yang sangat
merugikan bagi tanaman kakao, serangannya dapat menyebabkan buah berhenti
berkembang bahkan pada serangan berat menyebabkan buah mati. Kultur teknis,
panen sering, sanitasi, penyarungan buah dan penyemprotan insektisida, ternyata
kurang efisien dan atau tidak efektif. Oleh karena itu perlu suatu alternatif
pengendalian yang lebih efektif dan aman salah satunya dengan pemanfaatan
jamur B. bassiana. Keefektifan B. bassiana untuk mengendalikan hama sasaran
sangat tergantung pada keragaman jenis isolat, kerapatan spora dan kualitas media
pertumbuhannya, sehingga diperlukan bahan tambahan yang dapat meningkatkan
faktor -faktor pendukung pertumbuhan B. bassiana yaitu dengan penambahan
bahan pembawa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
penambahan bahan pembawa yaitu tepung jangkrik, ulat hongkong dan kulit
udang terhadap kerapatan dan viabilitas (perkecambahan) spora jamur B. bassiana
dan mengetahui pengaruh aplikasi jamur B. bassiana terhadap mortalitas
Helopeltis spp. Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial,
yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor pertama jenis bahan pembawa yang terdiri
dari 5 perlakuan (media SDA + tepung jangkrik, media SDA + tepung ulat
hongkong, media SDA + tepung kulit udang, insektisida (berbahan aktif
permetrin) dan air steril sebagai control). Faktor kedua adalah konsentrasi jenis
bahan pembawa yang digunakan terdiri dari 5 taraf yaitu 0; 0,5; 1; 1,5; dan 2%,
masing-masing terdiri atas 3 ulangan. Data yang diperoleh merupakan mortalitas
Helopeltis spp. setelah aplikasi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan sidik
ragam (ANOVA). Selanjutnya uji beda antar perlakuan dianalisis dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%. Data hasil pengukuran diameter jamur B.
bassiana dari analisis statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata
antar perlakuan, berbeda dengan kerapatan spora dan viabilitas yang berdasarkan
analisis ragam menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Penambahan
bahan pembawa tepung berpengaruh nyata terhadap kerapatan, viabilitas dan
mortalitas Helopelti spp. tepung yang menghasilkan mortalitas tertinggi terdapat
pada tepung jangkrik sebesar 78,33%.
Abstract
Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae) is one of the important pests of cocoa. This
pest attacks the fruit and cause retardation of fruit development. Several
management methods such as cultural technique, frequently harvesting, sanitation,
fruit wrapping and insecticide are reported inefficient and ineffective. Therefore,
it needs an alternative method that is more effective for controlling Helopeltis spp.
One of the efforts is Beauveria bassiana (white muscardine fungi). The efficacy
of B. bassiana to control Helopeltis spp. is depend mainly on the isolate, spore
density and growth medium quality. Thus, that in the growth medium needs
additional materials that are able to improve the effectiveness of B. bassiana.
The research objectives was to investigate the influence of addition of carrier
substance (powder of cricket, Hongkong caterpillar, and shrimp shell) to the
density and viability of the spore of B. bassiana, and to find out the efficacy of B.
bassiana on the mortality of Helopeltis spp. This research was arranged by
factorial randomized block design consist of two factors. The first factor was
types of carrier substance contain 5 treatments; SDA medium + cricket powder,
SDA medium + Hongkong caterpillar powder, SDA medium + shrimp shell
powder, insecticide (permetrin), and sterile water as control. The second factor
was the concentration of carrier substances in 5 levels; 0; 0,5; 1; 1,5; and 2%, each
concentration was repeated three times. Observation was performed on the
mortality of Helopeltis spp. after application. Data obtained were analyzed using
analysis of variance (ANOVA), and continued with least significant difference
(LSD) test at 5% of significant level. The result showed that growth diameter of
B. bassiana did not show significant differences among treatments, on the
contrary, spore density and viability showed significant differences among
treatments. Furthermore, addition of carrier substance had significantly affected to
the density, viability, and mortality of Helopeltis spp. The carrier substance that
gave the highest mortality (78.33%) was the cricket powder.Ni Wayan Ike Puspa Martina 06140410092015-09-07T04:04:08Z2015-09-07T04:04:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12309This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123092015-09-07T04:04:08ZPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CAMPURAN KOMPOS BAHAN
ORGANIK DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DENGAN PENGEKSTRAK
AQUADES DAN ASAM ASETAT TERHADAP TOTAL POPULASI
BAKTERI TANAHAbstrak
Berbagai macam limbah agroindustri seperti kulit kopi, kulit kakao, jerami
bekas media jamur dan kepala udang masih menimbulkan pencemaran lingkungan
karena belum termanfaatkan secara maksimal. Meskipun limbah agroindustri
telah dimanfaatkan dengan cara dicampurkan bahan organik seperti pupuk
kandang dan kascing menjadi pupuk organik sebagai penyedia hara essensial.
Namun, pendayagunaannya masih dalam bentuk padatan sehingga kurang praktis
dan juga pupuk organik memiliki kekurangan yaitu kandungan unsur hara yang
relatif rendah dibanding pupuk anorganik sehingga dosis penggunaannya lebih
tinggi. Akibatnya biaya transportasi, gudang atau penyimpanan dan tenaga kerja
pun meningkat. Salah satu alternatif yang dilakukan dalam pemanfaatan campuran
bahan organik dan limbah agroindustri yang berbentuk padatan dengan cara
pengekstrakan menjadi pupuk cair, sehingga dapat dapat memberikan nutrisi bagi
mikroorganisme tanah. Untuk mengetahui pengaruh hasil ekstraksi campuran
bahan organik dan limbah agroindustri terhadap populasi mikroorganisme maka
dalam penelitian ini diaplikasikan pada tanah yang belum pernah diolah agar
mengetahui penambahan jumlah mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh pemberian ekstrak campuran bahan organik dan limbah
agroindustri dengan pengekstrak aquades dan asam asetat terhadap total populasi
bakteri tanah
Penelitian ini dirancang secara faktorial dalam rancangan acak kelompok
(RAK) dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah campuran bahan organik
dan limbah agroindustri (O) yang terdiri dari O1= Pupuk kandang + kulit kopi
O2= Pupuk kandang + kulit kakao, O3= Pupuk kandang + jerami padi, O4=Pupuk
kandang + kepala udang, O5=Kascing + kulit kopi, O6=Kascing + kulit kakao,
Nena Anggraini
O7=Kascing + jerami padi dan O8=Kascing + kepala udang.Faktor kedua adalah
jenis pengekstrak (E) yang terdiri dari E1=Aquades, E2=Asam asetat. Aplikasi
ekstrak campuran bahan organik dan limbah agroindustri dilakukan dengan cara
menyampurkan ekstrak ke tanah sebanyak 300 ml per 3 kg tanah. Pengamatan
yang dilakukan adalah menghitung jumlah koloni bakteri. Data yang diperoleh
diuji homogenitasnya dengan Uji Bartlet dan aditivitasnya dengan Uji Tukey.
Selanjutnya diuji lanjut dengan Uji BNT 5% untuk melihat perbedaan perlakuan
dan dilakukan juga uji korelasi antara variabel utama dengan N-total tanah, Corganik tanah dan pH tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran
jerami bekas media jamur dengan kascing yang diekstrak menggunakan aquades
lebih baik dalam meningkatkan populasi bakteri tanah. Dan populasi bakteri tanah
tertinggi terdapat pada ekstrak campuran kascing dan jerami padi. Tidak terdapat
korelasi yang positif antara N-total tanah, C-organik dan pH tanah terhadap
populasi bakteri tanah.
Kata kunci : Bahan organik, ekstraksi, jenis pengekstrak, dan limbah agroindustri.
Abstract
A wide range of Agro-industrial waste, such as coffee peel, cocoa peel,
rice straw and shrimp head environmental pollution because it has not been
utilized optimally. Despite Agro-industrial waste has been utilized by mixed
organic materials such as manure and earthworm cast into organic fertilizer
provide essential nutrients. However, its usefulness in solid form so it is less
practical and also the organic fertilizer has the disadvantage that have relatively
low nutrient content compared to inorganic fertilizers so that it been used in high
doses. Consequently, the costs of transportation, warehouse or storage and labor
are increased. One of the alternatives that is done in the utilization of the mixed
extracts of organic material and Agro-industrial waste in the solid form by
extraction into liquid fertilizer so that may provide nutrients for soil
microorganisms. To determine the effect of the mixed extractions of organic
material and Agro-industrial waste on the population of microorganisms hence
this research was applied on land that has not been treated in order to know the
increasing number of microorganisms. The purpose of this research is to study
the influence of giving mixed extracts of organic material and Agro-industrial
waste with water extractor and acetic acid on the total population of soil bacteria.
This research was designed factorial in Randomized Block Design with 3
replications. The first factor is mixed extracts of organic material and Agroindustrial waste (O) consisting of O1= manure fertilizer + coffee peel, O2=
manure fertilizer + cocoa peel, O3= manure fertilizer + rice straw, O4= manure
fertilizer + shrimp head, O5= earthworm casts + coffee leather, O6= earthworm
castings + cocoa leather, O7= earthworm cast + rice straw and O8= earthworm cast
+ shrimp head. The second factor is the type of extractor (E) consisting of E1=
Nena Anggraini
distilled water (H2O) and E2= Acetic Acid. The application of the mixed extracts
of organic material and Agro-industrial waste is done by mixing the extract to the
ground as much as 300 ml per 3 kg soil. The observations made are counting the
number of bacterial colonies. The data obtained were tested its homogeneity using
Bartlett’s test and its additivity were tested using Tukey’s test. Furthermore tested
by Least Significant Difference (LSD) of 5% to detect the difference in treatment
and also performed a correlation test between the main variable with the total
nitrogen in soil, soil C-organic and soil pH. The results of research showed that
the mixed extracts of straw mushroom and earthworm cast which has been
extracted using distilled water is better for improving the soil bacterial
populations. And the highest of the soil bacterial populations found in mixed
extracts of earthworm cast and rice straw. There was no positive correlation
between the total nitrogen in soil, soil C-organic and soil pH on the soil bacterial
populations.
Key words: Extraction, organic materials, the type of extractor and Agro-
industrial waste.Nena Anggraini 06140310452015-09-07T04:03:44Z2015-09-11T06:54:05Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12302This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123022015-09-07T04:03:44ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR
MULYA KECAMATAN NATAR
LAMPUNG SELATANAbstrak
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
keluarga rumput-rumputan. Tanaman jagung berasal dari Amerika, sekitar abad
ke-16 bangsa portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di
Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah
padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki
urutan ke tiga setelah gandum dan padi. Jagung mempunyai kandungan gizi dan
serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makan pokok pengganti beras.
Evaluasi lahan merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk
penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk non pertanian. Kelas
kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada
dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan dan persyaratan
penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman. Pada penelitian ini usahatani
yang diteliti adalah kelas kesesuaian lahan dan kelayakan finansial pada tanaman
jagung.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kelas kesesuaian lahan kualitatif
pada lahan pertanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya
Kecamatan Natar Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000)
dan mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif budidaya tanaman jagung dengan
menghitung nilai Net B/C Ratio, NPV, dan IRR.
Hasil penelitian lahan pertanaman jagung di Kelompok Tani Tani Makmur Desa
Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan berdasarkan kriteria
Muhamad Braja Rumambe
Djaenuddin dkk (2000) termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan sesuai marginal
dengan faktor pembatas ketersediaan air dan retensi hara (S3wanr), dan secara
finansial, usahatani tanaman jagung layak untuk dikembangkan. Nilai rata-rata
NPV sebesar Rp 42.236.508,-, Net B/C 2,79, dan IRR 33,45 % bulan-1 nilainya
lebih dari tingkat suku bunga yang diasumsikan sebesar 1,08% bulan-1 atau sama
dengan 13% tahun-1.
Kata kunci : Kesesuaian lahan kualitatif, kesesuaian lahan kuantitatif,
pertanaman jagung.
Abstract
Maize (Zea mays L.) is one type of grain crops of the grasses family. Maize
comes from the America, around the 16th century was redistributed to Asia
including Indonesian by Portugal nations. Maize plants is very beneficial for
human being and animal life. In Indonesia, maize is the second most important
commodity of food crop beside rice. Based on the staple foods in the world,
maize include the third level after wheat and rice. Maize has sufficient of nutrient
content and crude fiber as a substitute of a staple food of rice.
Land evaluation is a process to estimate the land resources potentially for a
specific use, for agriculture and non-agriculture. An area of land suitability
classes for the development of agriculture is essentially determined by the
matching between the physical properties of the land and landuse requirements or
conditions of plant growth. This research was done to classified of land suitability
and financial feasibility of the maize plantation.
The aim of this research is to evaluate the qualitative suitability of land classes of
maize fields on farmers group of Tani Makmur Sinar Mulya Village Natar
District, South Lampung Regency, according to Djaenuddin et al. (2000) criteria
and as well as evaluating of the quantitatively land suitability of maize plantation
by calculating the value of Net B/C Ratio, NPV, and IRR.
The research results of maize plantation of farmers group Tani Makmur Sinar
Mulya Village Natar District, South Lampung Regency according to Djaenuddin
et al. (2000) criteria can be classified into the marginally suitable class with the
limiting factor of water availability and nutrient retention (S3wanr). Then,
financially maize farming is feasible to be developed. This results proved that the
average value of the NPV Rp 42.236.508,- , Net B/C 2,79, and IRR 33.45%
month-1, is more than which that was assumed of interest rate of 1,08% month-1 or
same as 13% year-1.
Key words : Qualitative land suitability, quantitative land suitability,
maize plantation.Muhamad Braja Rumambe 05140310422015-09-07T04:03:40Z2015-09-11T06:51:40Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12301This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123012015-09-07T04:03:40ZPENGARUH PENGEKSTRAK KOMPOS KEPALA UDANG DAN
KONSENTRASI EKSTRAK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica rapa L)Abstrak
Provinsi Lampung memproduksi 40% dari total produksi udang nasional.
Limbah dari pengolahan industri udang diperkirakan sebesar 60-70% dari berat
udang yang berupa kulit dan kepala udang. Saat ini jarang sekali pengolahan
limbah industri udang yang diaplikasikan dalam bidang pertanian. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kompos kepala udang hasil
ekstraksi dengan pengekstrak aquades, asam sitrat, dan asam asetat, serta
konsentrasi aplikasinya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi
(Brassica rapa L).
Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung
pada bulan Juli 2010 hingga Maret 2011 . Rancangan percobaan disusun secara
kelompok (RAK) dan perlakuan faktorial 3x5 dengan tiga ulangan. Faktor
pertama adalah jenis pengekstrak, yaitu aquades, asam sitrat, dan asam asetat.
Faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak kompos kepala udang, yaitu 0%, 25%,
50%, 75%, dan 100%. Data yang diperoleh diuji homogenitas dan aditivitas
dengan uji Bartlett dan uji Tukey. Selanjutnya data diuji lanjut dengan uji beda
nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%, kemudian dilakukan uji respon polinomial.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kompos
kepala udang dengan pengekstrak asam asetat memberikan pengaruh tertinggi
yang dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah dan kering
akar, serta bobot basah dan kering daun tanaman. Konsentrasi ekstrak kompos
kepala udang 75% memberikan pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman sawi dibandingkan konsentrasi yang lebih rendah maupun
tinggi. Pemberian ekstrak kompos kepala udang pengekstrak asam asetat yang
diaplikasikan pada konsentrasi ekstrak 75% memberikan pengaruh tertinggi
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi.
Kata kunci : Limbah industri udang, ekstrak kompos kepala udang, jenis
pengekstrak, konsentrasi ekstrak, tanaman sawi (Brassica rapa L).CHARLES FAJRIN 05140310042015-09-07T04:03:36Z2015-09-11T06:42:19Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12300This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/123002015-09-07T04:03:36ZFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT
ADOPSI INOVASI BUDIDAYA TANAMAN LADA (Piper nigrum, Linn)
SECARA ORGANIK PETANI DI DESA GUNUNG RAJA
KECAMATAN SUNGKAI BARAT KABUPATEN LAMPUNG UTARAAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Tingkat adopsi inovasi budidaya
tanaman lada (Piper nigrum, Linn) secara organik petani di Desa Gunung Raja
Kecamatan Sungkai Barat Kabupaten Lampung Utara 2) Faktor-faktor yang
berhubungan dengan adopsi inovasi budidaya tanaman lada (Piper nigrum,
Linn) secara organik petani di Desa Gunung Raja Kecamatan Sungkai Barat
Kabupaten Lampung Utara.
Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Raja Kecamatan Sungkai Barat
Kabupaten Lampung Utara. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai
dengan Agustus 2011. Responden dalam penelitian ini adalah 25 orang petani
yang ditetapkan dengan mengacu pada teori Arikunto (2006). Metode
penelitian yang dilakukan adalah metode studi kasus. Analisis data dilakukan
dengan metode analisis deskriptif sedangkan hubungan antar variabel diuji
dengan korelasi Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkanbahwa: 1 ) Tingkat adopsi inovasi budidaya
tanaman lada secara organik di Desa Gunung Raja Kecamatan Sungkai Barat
Kabupaten Lampung Utara termasuk ke dalam klasifikasi sedang, artinya
responden telah cukup menerapkan sesuai dengan anjuran budidaya tanaman
lada secara organik. 2) Tingkat kompatibilitas, tingkat kompleksitas, tingkat
trialabilitas, tingkat observabilitas, intensitas mengikuti penyuluhan, luas
lahan usahatani dan tingkat pendidikan formal berhubungan nyata dengan
tingkat penerapan teknologi budidaya tanaman lada secara organik. Tingkat
kekosmopolitan tidak berhubungan nyata dengan tingkat penerapan teknologi
budidaya tanaman lada secara organik.
Kata kunci : Adopsi inovasi dan budidaya tanaman lada secara organic
Abstract
This research aims to know : 1) The level of innovation adoption in cultivation of
pepper plants (Piper nigrum, Linn) organically by farmers in Gunung Raja Village
of West Sungkai District, North Lampung. 2) The factors related to innovation
adoption in cultivation of pepper plants (Piper nigrum, Linn) organically by
farmers in Gunung Raja Village of West Sungkai District, North Lampung.
The research was conducted in Gunung Raja Village of West Sungkai District,
North Lampung from July to August, 2011. There were 25 fanners as respondents
and it was based on theory ofArikunto (2006). This research was a case study and
data were analyzed descriptively and the correlation between variables was
examined by using Rank Spearman Correlation.
The results of the research showed that: 1 ) The level of innovation adoption in
cultivation ofpepper plants (Piper nigrum, Linn) organically by farmer in Gunung
Raja Village of West Sungkai District, North Lampung was in medium category.
It means that respondents implemented the recommended organic pepper
cultivation sufficiently 2) The levels of compatibility, complexity, trialability, and
observability, the intensity in following extension education, farming land size
and formal education level had a significant correlation with the level of
implementation of technology in cultivation of pepper plants organically.
Whereas, the level of cosmopoliteness had no significant correlation with the level
of implementation of technology in cultivation of pepper plants organically.
Keyword: The level of innovation adoption, cultivation of pepper plants
organically.Riezka Seftrian 05140220422015-09-07T04:03:32Z2015-09-11T06:40:57Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12299This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122992015-09-07T04:03:32ZPERSEPSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK
DALAM BUDIDAYA KAKAO (Theobroma cacao L)
(Kasus di Desa Sukosari, Kecamatan Kalirejo,
Kabupaten Lampung Tengah)Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Persepsi petani kakao terhadap
penggunaan pupuk organik dalam budidaya kakao, (2) Faktor-faktor yang
berhubungan dengan persepsi petani kakao terhadap penggunaan pupuk organik
dalam budidaya kakao, (3) Perbedaan persepsi petani kakao yang menggunakan
pupuk organik dan anorganik terhadap penggunaan pupuk organik dalam
budidaya kakao. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan
April 2011 di Desa Sukosari, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.
Penentuan sampel ditentukan secara sengaja yaitu sebanyak 44 orang petani kakao
yang terdiri dari 26 petani kakao yang menggunakan pupuk organik dan 18 petani
kakao yang menggunakan pupuk nonorganik. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji
analisis korelasi Parsial Kendall dan perbedaan persepsi petani diuji dengan uji
beda Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persepsi petani kakao yang
menggunakan pupuk organik adalah bahwa penggunaan pupuk organik dalam
budidaya kakao menguntungkan, sedangkan persepsi petani kakao yang yang
menggunakan pupuk organik adalah bahwa penggunaan pupuk organik dalam
budidaya kakao cukup menguntungkan, (2) Faktor-faktor yang berhubungan
dengan persepsi petani kakao yang menggunakan pupuk organik terhadap
penggunaan pupuk organik adalah tingkat kebutuhan petani dan tingkat
pendidikan petani, sedangkan tidak ada faktor yang berhubungan dengan persepsi
petani kakao yang menggunakan pupuk anorganik terhadap penggunaan pupuk
anorganik, (3) Tidak terdapat perbedaan persepsi petani kakao yang menggunakan
pupuk organik dan persepsi petani kakao yang menggunakan pupuk anorganik
terhadap penggunaan pupuk organik dalam budidaya kakao.
Keyword: Persepsi, petani kakao, pupuk organik
Abstract
This research is to find out: 1) Cocoa farmers’ perception on organic fertilizer
application in cocoa cultivation, 2) Factors correlated to cocoa farmers’ perception
on organic fertilizer application in cocoa cultivation, and 3) The differences of
farmers’ perception on organic fertilizer between those who use organic fertilizer
and those who use an-organic fertilizer in cocoa cultivation. This research was
conducted in Sukosari Village of Kalirejo District, Central Lampung Regency
from March to April 2011. Samples of 44 cocoa farmers were taken purposively,
consisting of 26 cocoa farmers who used organic fertilizer and 18 cocoa farmers
who used an-organic fertilizer. This research used survey method. Correlations
among variables were tested by using Partial Kendall correlation analysis and the
difference of farmers’ perception was tested using Mann Whitney difference test.
The results showed that: 1) The perception of fanners who used organic fertilizer
was that organic fertilizer application in cocoa cultivation was profitable.
Meanwhile, cocoa farmers’ perception who uses an-organic fertilizer is that
organic fertilizer application in cocoa cultivation was sufficiently profitable.
2) Factors correlated to the perception of farmers’ who uses organic fertilizer were
farmers’ needs level and farmers’ knowledge level. Meanwhile, factors correlated
to the perception of farmers’ who used an-organic fertilizer were farmers’
experience level, farmers’ education level, and farmers’ social interaction level. 3)
There was no difference of farmers’ perception on organic fertilizer between those
who used organic fertilizer and those who used an-organic in cocoa cultivation.
Keywords: perception, cocoa farmers, organic fertilizerDenny Afriyansah 05140220222015-09-07T04:02:49Z2015-09-07T04:02:49Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12283This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122832015-09-07T04:02:49ZSTUDI POPULASI DAN PERILAKU HARIAN (Trachypithecus auratus) DI
SITU SANGIANG RESORT SANGIANG TAMAN NASIONAL
GUNUNG CIREMAI PROVINSI JAWA BARATAbstrak
Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) atau biasa disebut lutung budeng
merupakan salah satu primata endemik di Indonesia yang kondisi populasi dan
habitatnya semakin memprihatinkan akibat perambahan hutan, perdagangan
ilegal, dan perburuan liar. Menurut IUCN tahun 2008, lutung Jawa dikategorikan
sebagai primata yang rentan (vulnerable) terhadap gangguan habitat karena terus
terdesak oleh kepentingan manusia. Informasi mengenai populasi dan perilaku
harian lutung Jawa di alam, khususnya di Situ Sangiang masih sangat terbatas.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui populasi dan perilaku
harian lutung Jawa di kawasan wana wisata Situ Sangiang TN. Gunung Ciremai.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Maret sampai April 2012 di kawasan wana
wisata Situ Sangiang Resort Sangiang Taman Nasional Gunung Ciremai, Provinsi
Jawa Barat. Metode yang digunakan untuk menentukan populasi lutung Jawa
adalah perhitungan terkonsentrasi (Consentration count) di tiga titik dengan tiga
kali pengulangan. Scan Sampling digunakan untuk memperoleh informasi
perilaku harian lutung Jawa selama 10 hari efektif. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi lutung Jawa pada bulan April 2012
sebanyak 48 ekor, terdiri dari 35 ekor lutung Jawa dewasa dan 13 ekor anakan.
Terjadi peningkatan populasi lutung Jawa antara tahun 2010 dan 2012 sebanyak 6
individu (dari 42 individu menjadi 48 individu). Kepadatan populasi 4,5 individu/
km2 (0,45 individu/ ha). Aspek perilaku makan (35,14%) mendominasi seluruh
kegiatan lutung Jawa kemudian diikuti perilaku istirahat (28,47%), perilaku
lokomosi (25,00%), perilaku sosial (10,42%), dan perilaku minum (0,97%). Ratarata pergerakan harian kelompok lutung Jawa adalah 849,16 meter.
Kata kunci : Populasi, Perilaku harian, lutung Jawa, Situ Sangiang
Abstract
Java monkey (Trachypithecus auratus) or commonly called the langur monkey is
one of the endemic primate in Indonesia that the condition of the poor population
and habitat due to encroachment, illegal trade and illegal animal hunting.
According to the IUCN in 2008, Java monkey primates are categorized as
vulnerable of habitat disturbance due to continue driven by human interests.
Information on the population and daily behavior of Java monkeys in the wild,
especially in Situ Sangiang are very limited. Therefore, the study was conducted
to determine the population and daily behavior of Java monkeys at Situ Sangiang
ecotourism, Ciremai Mountain National Park.
This study was conducted from March to April 2012 in the area of ecotourism
Situ Sangiang Resort Sangiang Ciremai Mountain National Park, West Java
Province. The method used to determine the Java monkeys population is
consentration count at three points with three repetitions. Scan sampling is used
to obtain the daily behavior of Java monkeys for 10 days effective. The data
obtained were analyzed descriptively.
The results showed that the Java monkeys population in April 2012 are 48 individu,
consists of 35 adult Java monkeys and 13 juvenil. During 2010 to 2012 Java
monkey population increased around 6 individuals (from 42 to 48 individuals).
Population density was 4,5 individuals/ km2 (0,45 individuals/ ha). The aspects of
eating behavior (35,14%) dominated all activities followed the behavior of Java
monkeys rest (28,47%), locomotion behavior (25,00%), social behavior (10,42%),
and drinking behavior (0,97%). The average daily movement of the Java monkey is
849,16 meters.
Key words: Population, Daily behavior, Java monkey, Situ SangiangPanji Sety 08540810082015-09-07T04:02:45Z2015-09-07T04:02:45Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12282This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122822015-09-07T04:02:45ZPOTENSI KAYU RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA
(Studi Kasus di Hutan Rakyat Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten
Lampung Timur)Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kayu dari hutan rakyat dan menganalisis
potensi pengembangan hutan rakyat di Desa Buana Sakti. Penelitian dilakukan pada bulan
Maret-Mei 2012. Data yang dikumpulkan berupa data potensi kayu dari hutan rakyat yang
dianalisis secara kuantitatif. Data pohon dan potensi kayunya diambil secara purposive dengan
menggunakan petak ukur persegi berukuran 20mx20m serta menggunakan intensitas sampling
sebesar 1%. Analisis SWOT dilakukan untuk menentukan pengembangan yang tepat di hutan
rakyat Desa Buana Sakti. Hasil penelitian menunjukkan potensi kayu di hutan rakyat Desa Buana
Sakti secara keseluruhan yaitu sebesar 111,79 m3/ha dengan jenis kayu yaitu jati, karet, randu,
jengkol, sengon, sonokeling, akasia, waru, cengkeh, melinjo dan jambu dengan potensi
penerimaan kayu sebesar Rp.159.959.000/ha. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai INP
jenis tanaman yang paling dominan adalah akasia yaitu sebesar 88,18% dengan total KR 51,88%,
FR 28,95%, DR 7,35%. Strategi pengembangan hutan rakyat yang dapat diterapkan adalah
dengan memanfaatkan kekuatan yaitu melakukan pemeliharaan teratur, mengurangi kelemahan
dengan meningkatkan pengetahuan akan hutan, menggunakan peluang dengan meningkatkan
kesuburan tanaman, dan menjauhi ancaman dengan menggunakan teknologi yang sederhana.
Kata Kunci : hutan rakyat, hasil hutan kayu, strategi pengembangan.
Abstract
This study aims to determine the potential of timber from private forest and to analyze the
strategy to develop the management of private forest in Buana Sakti. This research held at
March-May 2012. Tree data and timber potency were collected by using measurement plot of
20x20m with sampling intensity of 1%. The datas were then analyzed quantitatively. SWOT
analysis is performed to determine the proper development strategy of private forest in Buana
Sakti. The results show that the potential of timber in private forest of Buana Sakti is 111,79 m3
which comprise of timber teak, rubber, randu, jengkol, sengon, sonokeling, acacia, waru, clove,
melinjo with the potential revenue of Rp. 159.959.000/ha. The calculations show that the INP
most dominant plant species are acacia that is equal to 88,18% with 51,88% of total KR, FR
28,95%, 7,35% DR. The development strategy of private forest that needed to be applied are
selecting the best quality and provide education to farmers about the important of forest.
Keywords: forestry, wood forest products, strategy development.Tri Putri Siadari 08140810642015-09-07T04:02:41Z2015-09-07T04:02:41Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12281This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122812015-09-07T04:02:41ZNILAI EKONOMI AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY OROK
SUB DAS WAY RATAI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN
PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNGAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang
pemanfaatan air serta menghitung nilai ekonomi air dari setiap pemanfaatan dan
kesediaan masyarakat membayar (willingness to pay) untuk rehabilitasi hutan dan
lahan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2012 di Desa Pesawaran
Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Perhitungan nilai
ekonomi total pemanfaatan air menggunakan metode WTP (willingness to pay).
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai ekonomi total air sebesar Rp
1.705.844.764,- /th. Nilai kesediaan membayar rehabilitasi hutan dan lahan
sebesar Rp 419.144.644,-/th. Nilai kesediaan membayar tersebut belum dapat
menjamin realisasi masyarakat dalam membayar sehingga perlu adanya tindakan
bagi masyarakat pemanfaat sumberdaya gratis (free-rider). Hal ini dapat dilihat
dari nilai surplus konsumen kesediaan membayar yang tinggi di Desa Pesawaraan
Indah. Selain itu perlu adanya kebijakan mengenai pengelolaan air agar
sumberdaya air dapat tetap terjaga dan lestari.
Kata kunci : Nilai ekonomi air, WTP (willingness to pay)PICES RAINI DWI PUTRI 08140810572015-09-07T04:02:37Z2015-09-07T04:02:37Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12276This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122762015-09-07T04:02:37ZKEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI PULAU ANAK KRAKATAU
KAWASAN CAGAR ALAM KEPULAUAN KRAKATAUAbstrak
Banyak alasan yang baik untuk mengetahui dan menghitung jenis burung, namun
tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pengetahuan yang lebih baik untuk
mendukung kegiatan konservasi. Selain itu, kehadiran burung merupakan suatu
indikator penting dalam pengkajian mutu dan produktivitas suatu lingkungan.
Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau memiliki kekayaan dan keunikan baik
tumbuhan, satwa, dan ekosistem yang dimilikinya. Pulau Anak Krakatau
merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif sangat menarik untuk dikaji
dan diteliti khususnya keanekaragaman jenis burung yang sangat berhubungan erat
sebagai indikator mutu dan produktivitas lingkungan. Tujuan penelitian ini juga
diharapkan menjadi dasar ilmiah perlindungan dan pelestarian burung.
Penelitian ini dilakukan dengan metode titik hitung pada habitat hutan pantai yang
dimiliki Pulau Anak Krakatau dengan cara berjalan ke suatu tempat tertentu
kemudian memberi tanda dan mencatat semua burung selama jangka waktu yang
telah ditentukan sebelum bergerak ke titik selanjutnya, pada bulan April 2012.
Data yang didapat digunakan untuk menghitung indeks kekayaan,
keanekaragaman, kesamarataan, dan kesamaan komunitas. Pengamatan dilakukan
selama enam kali pengulangan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
keanekaragaman jenis burung di Pulau Anak Krakatau pada bulan April 2012
terdiri dari 27 jenis yang berasal dari 18 famili. Keanekaragaman jenis burung di
Pulau Anak Krakatau tergolong sedang dengan indeks keanekaragaman sebesar
2,391, indeks kesamarataan tergolong labil dengan nilai indeks kesamarataan
sebesar 0,725, serta memiliki nilai indeks kesamaan sebesar 0,744, ini berarti
spesies burung antara habitat vegetasi rapat dan terbuka cenderung sama.
Kata kunci : Burung, Anak Krakatau, Indeks Keanekaragaman, Indeks
Kesamarataan, Indeks Kesamaan
Abstract
Many good reasons to know and count species of birds, but its main purpose is to
enhance better knowledge to support conservation activities. In addition, the
presence of birds is an important indicator in assessing the quality and productivity of
the environment. Krakatau Islands Nature Reserve area has a rich and unique plant,
animal, and its ecosystem. The island of Anak Krakatau is one of the volcano is still
active and very interesting to study in particular examined the diversity of bird
species are closely related as an indicator of environmental quality and productivity.
The purpose of this study will serve as the scientific basis for the protection and
sustainability of birds.
The research was carried out by the method of the point count on the coastal forest
habitat owned island of Anak Krakatau by walking into a certain place and then gave
the sign and record all birds during a predetermined period of time before moving to
the next point, in April 2012. The data used to calculate the wealth index, diversity,
equality, and similarity. Observations made during the six repetitions. Based on
research results, it is known that the diversity of bird species on the island of Anak
Krakatau in April 2012 consisted of 27 species from 18 families. Diversity of bird
species on the island of Anak Krakatau intermediate classified as a diversity index
value of 2.391, the index is relatively labile equality with equality index value of
0.725, and has a similarity index value of 0.744, it’s mean bird species between dense
and open vegetation habitat almost similar.
Key words: Birds, Anak Krakatau, Diversity Index, Equality Index, Similarity IndexFERRI MARTIN 08140810392015-09-07T04:02:31Z2015-09-07T04:02:31Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12280This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122802015-09-07T04:02:31ZAnalisis Finansial Pola Tanam Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan
Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi LampungAbstrak
Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani, arti
sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Pengelolaan lahan
dengan sistem agroforestri yang berkelanjutan mampu meningkatkan produksi
lahan secara keseluruhan. Untuk itu perlu dilakukan analisis finansial terhadap
pola tanam agroforestri berdasarkan beberapa jenis tanaman yang dominan di
lahan agroforestri petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tanam
agroforestri yang lebih menguntungkan berdasarkan analisis finansial di Desa
Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi
Lampung yang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2012. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis finansial
pola tanam agroforestri menggunakan metode NPV, BCR dan IRR dengan umur
kelayakan usaha 20 tahun dan tingkat suku bunga 12%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 9 pola tanam agroforestri yang diterapkan petani.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kesembilan pola tanam tersebut layak secara
finansial. Diantara kesembilan pola tanam tersebut pola VI memiliki kelayakan
yang lebih tinggi yang merupakan kombinasi Kakao, Kelapa dan Pisang sebagai
tanaman utama dengan nilai NPVsebesar Rp 71.392.802.34,-, BCR sebesar 7.39
dan IRR sebesar 96%.
Kata kunci: analisis finansial, pola tanam, agroforestri.
Abstract
Agroforestry in Indonesian language simply means as planting trees on
agricultural land. Land’s management with sustainable agroforestry systems can
improve field production totally. It has needed to do financial analysis for
agroforestry cropping patterns. It based on some of dominant plant species in
agroforestry cropping patterns. This study aims to determine a profitable
agroforestry cropping patterns based on financial analysis in the Pasawaran
Indah Village of Padang Cermin Subdistrict on Pesawaran District. The study
was conducted in March-May 2012. Sampling used by purposive sampling
technique. Financial analysis of agroforestry cropping pattern used the NPV,
BCR and IRR with feasibility age of 20 years and an interest rate of 12%. The
results showed that there are 9 agroforestry cropping patterns applied. Analysis
showed that 9 agroforestry cropping patterns is financially viable to be applied.
Among that, pattern VI has the highest feasible with Cocoa, Banana and Coconut
as the main crops with NPV is Rp 71.392.802.34,-, BCR of 7.39 and an IRR of
96%.
Keywords: financial analysis, cropping pattern, agroforestry.Nurpine Nadeak 08140810552015-09-07T04:02:27Z2015-09-07T04:02:27Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12279This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122792015-09-07T04:02:27Z
ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana
Fabr. DI DUSUN SIDOMUKTI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN
BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Abstrak
Konsumsi madu di Indonesia 10 gr/kapita/tahun, namun produksi madu hanya
memenuhi 3 gr/kapita/tahun (Murtidjo, 2011). Karena tingginya permintaan
terhadap madu maka pengembangan usaha budidaya lebah madu perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial dari usaha
budidaya lebah madu yang dilakukan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti
Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Penelitian dilakanakan pada
bulan Maret -- April 2012 menggunakan metode wawancara dengan kuisioner dan
observasi langsung. Perhitungan dianalisis berdasarkan analisis R/C Ratio dan
Break Event Point. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya lebah
madu menggunakan stup dan glodok. Berdasarkan umur ekonomis stup dan
glodok selama dua tahun maka secara finansial usaha budidaya lebah madu layak
dilakukan menggunakan stup dengan nilai R/C Ratio > 1 yaitu Rp 1,616 dengan
jumlah yang harus diproduksi agar berada pada titik impas sebanyak 75 stup atau
Rp 174.807,94/stup sehingga petani lebah memperoleh keuntungan dari usaha
budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan.
Kata kunci : Analisis finansial, lebah madu, Apis cerana Fabr.
Abstract
Honey consumption in Indonesia 10 gr/capital/year, nevertheleses the honey
production only 3 gr/capital/year (Murtidjo, 2011). Due to the highest demand of
honey so it is needed honey bee entrerprises. The purpose of this research was to
know on financial feasibility of the Apis cerana Fabr. honey bee enterprises. The
research was conducted at Sub Village Sidomukti Village Buana Sakti Sub
District Batanghari East Lampung on March -- April 2012 used method interview
with questionnaires and observation directly used R/C Ratio and BEP (Break
Event Point). The results showed that the Apis Cerana Fabr. honey bee
enterprises in Sub Village Sidomukti using stup and glodok (traditional stup).
Based on economic life stup and glodok for two years so financially viable honey
bee enterprises performed using stup media with the value of R/C ratio> 1 is
1,616 with number to be produced to reach the break event point were 75 stup or
at price Rp Rp 1 74.807,94/stup so the honey bee farmers will get benefit of Apis
cerana Fabr. honey bee enterprises.
Keywords: financial analysis, honeybee, Apis cerana Fabr.NANDA KURNIA SARI 08140810522015-09-07T04:02:22Z2015-09-07T04:02:22Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12278This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122782015-09-07T04:02:22ZSTUDI PERILAKU MAKAN DAN ANALISIS VEGETASI PAKAN
LUTUNG JAWA (Trachypithecus auratus) DI TAMAN NASIONAL
GUNUNG CIREMAIAbstrak
Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu primata endemik
Pulau Jawa yang berstatus rentan dan termasuk salah satu jenis satwa yang
terdaftar dalam Appendiks II dokumen CITES (dibatasi perdagangannya).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku makan lutung Jawa dan
keragaman vegetasi pakan dari lutung Jawa agar bisa menekan penurunan
populasi lutung Jawa di alam liar yang diakibatkan oleh perusakan habitat.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2012 di Situ Sangiang Taman
Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Metode
yang digunakan adalah scan animal sampling untuk mengetahui perilaku makan
dan purposive sampling untuk mengetahui keragaman vegetasi pakan. Hasil yang
didapat waktu makan lutung Jawa adalah pada kisaran pukul 07.00-1 1.00; 13.00-
14.00; dan 15.00-17.00, tempat lutung makan adalah di strata atas pohon (>15
meter), jenis yang sering dimakan adalah jenis haripingku (Dysoxylum
densiflorum). Jenis tumbuhan pakan yang lain adalah hantap (Sterculia
oblongata), kigambir (Uncaria gambir), nangsi ( Villebrunea rubescens), kiara
(Ficus globosa), hamirung ( Vernonea arborea), mara (Macaranga tanarius), tisuk
(Hibiscus macrophyllus), kiara koneng (Ficus annulata Bl.), mahoni (Swietenia
mahagoni), saninten (Castanopsis argentea), dan nunuk (*tidak teridentifikasi).
Kata kunci: Lutung Jawa, Taman Nasional Gunung Ciremai, Perilaku Makan
Abstract
Javan monkey (Trachypithecus auratus) an endemic primate of Java is vulnerable
and listed in Appendix II of CITES. This study was done to observe its feeding
behavior and food diversity. The results is expected to support its population in
the wild from the destruction of habitat. It was conducted in March-April 2012 in
Situ Sangiang Gunung Ciremai National Park, Majalengka, West Java Province.
The method used is animal scan sampling was applied feeding behavior and
purposive sampling to determine the vegetation diversity. Its feeding monkey
between 07:00 to 11:00; 13:00 to 14:00; and 15:00 to 17:00 time, where monkeys
eat is in tree stratum (> 15 meters), mostly on haripingku (.Dysoxylum
densiflorum). Other food plants hantap (Sterculia oblongata), kigambir ( Uncaria
gambir), nangsi ( Villebrunea rubescens), kiara (Ficus globosa), hamirung
( Vernonea arborea), mara (Macaranga tanarius), tisuk (Hibiscus macrophyllus),
kiara koneng (Ficus annulata Bl.), mahoni (Swietenia mahagoni), saninten
(Castanopsis argentea), and nunuk (* not identified).
Key word: Javan monkey, Gunung Ciremai National Park, Feeding BehaviorIQBAL AMIRUDDIN IHSANU 08140810472015-09-07T04:02:09Z2015-09-07T04:02:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12270This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122702015-09-07T04:02:09ZKEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (Ordo Anura) PADA BEBERAPA
TIPE HABITAT DI YOUTH CAMP DESA HURUN
KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARANAbstrak
Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem, baik secara
ekologis maupun ekonomis. Penelitian mengenai amfibi di Indonesia masih
sangat terbatas. Pulau Sumatera sebagai salah satu pulau besar, tetapi belum
banyak dilakukan penelitian mengenai amfibi. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan keanekaragaman jenis amfibi (Ordo Anura) yang aktif pada
malam hari yang terdapat di Youth Camp berdasarkan tipe habitat. Penelitian
dilakukan pada tiga tipe habitat yang berbeda, terdiri dari: (1)hutan,
(2)perkebunan, dan (3)sungai. Metode yang digunakan dalam pengambilan data
amfibi adalah Visual Encounter Survey dengan metode jalur transek. Identifikasi
dilakukan dengan buku panduan turun lapang. Analisis data dilakukan secara
deskriptif serta statistik untuk menghitung indeks keanekaragaman jenis ShannonWiener dan indeks kemerataan. Di Youth Camp ditemukan sebanyak 105
individu terdiri dari 15 jenis amfibi dan 5 famili: Bufonidae 3 jenis, Megophrydae
1 jenis, Microhylidae 2 jenis, Ranidae 7 jenis, dan Rhacophoridae 2 jenis. Pada
habitat hutan ditemukan 8 spesies, habitat perkebunan 5 spesies, dan habitat
sungai 7 spesies. Nilai keanekaragaman amfibi di tiga habitat dikategorikan
sedang dengan nilai H’=1,88 habitat hutan, H’=1,57 habitat perkebunan, dan
H’=1,29 habitat sungai serta nilai kemerataan di tiga habitat yaitu, habitat hutan
J=0,695, habitat perkebunan J=0,578 dan habitat sungai J=0,477. Sedangkan nilai
kesamaan antara habitat sungai dengan habitat hutan IS=0,133, habitat hutan
dengan habitat perkebunan IS=0,615 dan habitat sungai dengan habitat
perkebunan IS=0.
Kata Kunci: Amfibi, Anura, Indeks Keanekaragaman, Indeks Kemerataan, Indeks
Kesamaan, Youth Camp
Abstract
Amphibian is one of important ecosystem component, both ecologicaly and
economicaly. Research about amphibian in Indonesia is still very limited. In
Sumatra, one of Indonesia’s largest islands, there hasn’t been much attention on
research about amphibians. This study aimed to compari the diversity of nocturnal
amphibians (Ordo Anura) about at Youth Camp on habitat types. This study was
implemented at three different types of habitat, (1)forest, (2)plantations, and
(3)rivers. The data was collected by visual encounter survey using line transect
method. Identification was book using identification guidebook. The data was
analyzed descriptively as well as statistically to calculate species richness and
Shannon-Wiener biodiversity index and evenness index. There were 105
individuals comprising 15 species of amphibians and 5 families: Bufonidae 3
species, Megophrydae 1 species, Microhylidae 2 species, Ranidae 7 species, and
Rhacophoridae 2 species. Forest habitat were 8 species, plantation habitat 5
species, and river habitat 7 species. The biodiversity index of amphibian at three
habitat being categori in fores habitat H’=1,88, plantation habitat H’=1,57 and
river habitat H’=1,29 and evenness index are forest habitat J=0,695, plantation
habitat J=0,578 and river habitat J=0,477. While similarity index between river
habitat with forest habitat IS=0,133, forest habitat with plantation habitat
IS=0,615 and river habitat with plantation habitat IS=0.
Keyword: Amphibians, Anura, Diversity Index, Evennes Index, Similarity Index,
Youth Camp.Yudi Safril Ariza0814081023 08140810232015-09-07T04:02:04Z2015-09-07T04:02:04Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12252This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122522015-09-07T04:02:04ZPENGARUH PERLAKUAN AWAL BASA DAN HIDROLISIS ASAM
TERHADAP KADAR GULA REDUKSI AMPAS TEBU
SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOLAbstrak
Ampas tebu, padatan produk samping dari industri gula tebu, mengandung
lignoselulosa tinggi yang terdiri dari selulosa 46,3%, hemiselulosa 23,0% dan
lignin 19,7%. Ampas tebu dapat dikonversi menjadi bioetanol setelah perlakuan
awal menggunakan asam atau basa, dan kemudian difermentasi dengan mikroba.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan awal
dengan natrium hidroksida dan hidrolisis dengan asam sulfat terhadap kadar gula
reduksi ampas tebu. Dalam penelitian ini ada 2 perlakuan dengan 3 ulangan.
Perlakuan pertama adalah perendaman ampas tebu menggunakan 1 M larutan
NaOH pada suhu 121 oC selama 15 menit. Perlakuan kedua adalah konsentrasi
asam sulfat (H2SO4) yang terdiri dari 5 taraf, yaitu 0; 0,05; 0,10; 0,20; dan 0,30
M. Sebanyak 1,5 gram ampas tebu kering dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100
mL dan kemudian ditambahkan dengan 30 mL larutan NaOH 1,0 M, yang
selanjutnya dipanaskan pada suhu 121 oC selama 15 menit. Setelah penyaringan,
residu dihidrolisis dengan H2SO4. Residu dan 1,5 gram ampas tebu tanpa
perlakuan awal NaOH dihidrolisis dengan 15 mL H2SO4 pada konsentrasi 0; 0,05;
0,10; 0,20; dan 0,30 M pada suhu 121 oC selama 15 menit. Gula reduksi tertinggi
(4,2 mg/100 mL) dihasilkan dari ampas tebu yang langsung dihidrolisis dengan
H2SO4 0,05 M pada suhu 121 oC selama 15 menit.
Kata kunci : Ampas tebu, lignoselulosa, asam sulfat, gula reduksi, natrium
hidroksida
Abstract
Bagasse, solid by product of sugar cane industries, contains high
lignocellulose consisting of 46.3% cellulose, 23.0% hemicellulose and 19.7%
lignin. The bagasse can be converted into bioethanol after pretreating with base
and acid and then fermenting with microbes. The objective of this study was to
find out the effects of sodium hydroxide pretreatment and sulfuric acid hydrolysis
on bagasse reduced sugar. In this study, there were 2 treatments with 3
replications. The first treatment was submerssion bagasse into 0.50 M NaOH
solution at a temperature of 121 oC for 15 minutes. The second treatment was
concentrations of sulphuric acid (H2SO4) that consisted of 5 levels, that are 0 M,
0.05 M, 0.10 M, 0.20 M, and 0.30 M. One and an half grams of dried and ground
bagasse was put into 100 mL erlemeyer flash and then added with 30 mL 1.0 M
NaOH solution. The flash was heated at a temperature of 121 oC for 15 minutes.
After filtering, the residue was hydrolyzed with H2SO4 solution. The residue as
well as 1.5 g dried and ground bagasse without pretreating with NaOH was
hydrolyzed with 15 mL H2SO4 at concentrations of 0, 0.05, 0.10, 0.20, and 0.30 M
at a temperature of 121 oC for 15 minutes. Filtrates of the solutions were taken to
analyze their reduced sugar content. The highest reduced sugar (4.20 ml/mL) was
yielded when bagasse was directly, hydrolyzed with 0.05 M H2SO4 at a
temperature of 121 oC for 15 minutes.
Keywords : Bagasse, lignocellulose, sulphuric acid, reducing sugar, sodium
hydroxideNOVITA SARI 08140510192015-09-07T04:01:49Z2015-09-07T04:01:49Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12269This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122692015-09-07T04:01:49ZKONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN
PETANI DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN
BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMURNNLINA NUR AMINAH 08140810122015-09-07T04:01:45Z2015-09-07T04:01:45Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12246This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122462015-09-07T04:01:45ZKETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI
KABUPATEN LAMPUNG TENGAHAbstrak
Ketahanan pangan di tingkat daerah tidak secara tepat menggambarkan derajat
yang tahan pangan di tingkat rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis tingkat ketahanan pangan rumah tangga dan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat ketahanan pangan petani padi di Kabupaten Lampung
Tengah.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Terbanggi Besar dan Kecamatan Seputih
Raman Kabupaten Lampung Tengah. Dari masing-masing kecamatan diambil 2
desa yang merupakan sentra produksi padi. Sampel dalam penelitian ini adalah
rumah tangga petani padi sebanyak 96 responden yang diambil secara
proportional random sampling. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juni
2011. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani padi diperoleh dari
klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan tingkat kecukupan energi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga
dianalisis dengan analisis regresi ordinal logit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Rumah tangga yang tahan pangan di
Kabupaten Lampung Tengah adalah sebesar 45,83%, rumah tangga petani yang
kurang pangan sebesar 39,58%, rumah tangga yang rentan pangan sebesar 6,25%,
dan rumah tangga yang rawan pangan sebesar 8,33%, (2) Faktor yang
mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani padi adalah jumlah
anggota rumah tangga, harga beras, harga gula, harga minyak, dan harga tempe.
Untuk meningkatkan derajat ketahanan pangan dilakukan dengan peningkatan
pendapatan rumah tangga serta kualitas dan konsumsi gizi anggota rumah tangga.
Abstract
Food security at regional level can not always reflect the same conditions at the
household level. This research was aimed to analyze food security and the factors
affecting the food security in Central Lampung District.
The respondent of this research were 96 rice-farmers household (from Seputih
Raman and Terbanggi Besar Sub-District),taken by proportional random
sampling. Data were collected in June 2011. The level of food security of ricefarmers household were analyzed by using cross classification between the share
of food expenditures and the energy sufficiency rate. The factors affecting the
household food security were analyzed with ordinal logistic regression.
The result showed that : (1) porportion of household that resistant to food shortage
was 45,83%, the household that lack of food was 39,58%, household that
vulnerable of food was 6,25%, and household food -insecure is 8,33%, (2) factors
affecting the food security level of rice-farmer household were number of family,
the price of rice, sugar price, vegetable oil price, and the soybean price. The food
security can be enhanced by improving the household incomes, and also the
quality and nutrient intake of household members.Rini Desfaryani 08140231072015-09-07T04:00:28Z2015-09-07T04:00:28Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12268This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122682015-09-07T04:00:28ZKAJIAN FORMULASI ONGGOK TERFERMENTASI DAN KETAN
HITAM TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK
DAN FUNGSIONAL BERAS ANALOGAbstrak
Upaya mengganti beras dengan produk lain dapat dilakukan, dengan
memanfaatkan onggok untuk diolah menjadi beras analog yang diformulasikan
dengan ketan hitam untuk meningkatkan kandungan fungsionalnya. Onggok jika
diolah menjadi makanan memiliki tekstur yang kurang baik, Fermentasi secara
spontan adalah salah satu cara untuk memperbaiki teksturnya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi onggok-ketan hitam sehingga
dihasilkan beras analog yang memiliki sifat organoleptik terbaik dan mengandung
komponen fungsional yang baik. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal dan 4 ulangan.
Hasil uji organoleptik beras analog dengan formulasi onggok terfermentasi dan
tepung ketan hitam 100:0 (F0), 90:10 (F1), 80:20 (F2), 70:30 (F3), 60:40 (F4),
50:50 (F5) diperoleh beras analog formulasi F3 sebagai perlakuan terbaik, dengan
karakteristik organoleptik pada sampel mentah berwarna ungu, agak beraroma
ketan hitam, penerimaan keseluruhan netral, sedangkan pada sampel kukus
berwarna ungu kehitaman, agak beraroma ketan hitam, tekstur agak pulen, rasa
agak ketan hitam, dan penerimaan keseluruhan netral. Berdasarkan analisis
proksimat pada perlakuan terbaik (F3) mengandung kadar air 3,0%, kadar abu,
0,9%, kadar lemak 1,4%, kadar protein 6,2%, dan karbohidrat 86,3%. Lebih
lanjut perlakuan terbaik mengandung tingkat konversi beras menjadi glukosa
menggunakan enzim α-amilase sebesar 12,4% dan total fenol sebesar 14,5 mg/g.
Kata kunci : beras analog, organoleptik, fungsional, fenol, onggok, ketan hitam
Abstract
One Effort for substituting rice with other product could be done by processing
onggok formulated with black waxy rice into analog rice. Onggok has poor
texture, so spontaneous fermentation can be used to improve. The objective of
this research was to find out the best formulation of onggok and black waxy rice
to produce analog rice with best organoleptic properties and has functional
properties. This research was arranged within a complete randomized group
design with single factor and four replications.
The results of analog rice organoleptic test with the formulations of fermented
onggok and black waxy rice powder 100:0 (F0), 90:10 (F1), 80:20 (F2), 70:30
(F3), 60:40 (F4), 50:50 (F5) derived analog rice formulation F3 as the best
treatment. The organoleptic test value resulted in characteristics of black purplish
color, light black waxy rice aroma, neutral acceptance in crude sample. The
characteristics of cooked sample were violet and blackish color, slightly black
waxy rice aroma, slightly bit chewy texture, light black waxy rice taste, and
neutral acceptance. The proximate compositions of F3 were 3.0% water content,
0.9% ash content, 1.4% fat content, 6.2% protein content, and 86.3%
carbohydrate. The conversion level of rice to glucose F3 was 12.4% and total
phenolic was 14,5 mg/g rice sample.
Keywords : analog rice, organoleptic, functional, phenol, onggok, black waxy
rice.Redy Destian Revialdy 08140510652015-09-07T04:00:20Z2015-09-07T04:00:20Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12266This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122662015-09-07T04:00:20ZPENGARUH KONSENTRASI CaCl2 DAN LAMA
PERENDAMAN TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK
KERIPIK PISANG MULI (Musa paradisiaca L.) DENGAN
PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING)Abstrak
Pengolahan keripik pisang muli matang sangat peka terhadap suhu tinggi sehingga
tidak dapat dilakukan penggorengan pada tekanan atmosfir, oleh karena itu
diperlukan penggorengan pada suhu dan tekanan yang rendah yaitu penggorengan
vakum. Kurang renyahnya tekstur mempengaruhi mutu, sehingga perlu adanya
perbaikan proses yang dapat memperbaiki tekstur keripik. Penelitian bertujuan
untuk mendapatkan konsentrasi CaCl2, lama perendaman, dan kombinasi
keduanya yang tepat dalam pengolahan keripik pisang muli goreng vakum
sehingga keripik yang dihasilkan memiliki sifat organoleptik terbaik. Percobaan
disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL).
Faktor pertama adalah konsentrasi CaCl2 (K) dan faktor kedua adalah lama
perendaman (T) dengan tiga kali pengulangan. Konsentrasi CaCl2 terdiri dari tiga
taraf yaitu, 1% (K1), 2% (K2) dan 3% (K3). Lama perendaman yaitu 10 menit
(T1), 20 menit (T2) dan 30 menit (T3). Berat tiap sampel 2 Kg. Data uji sensori
dianalisis dengan sidik ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat.
Sebelumnya kesamaan ragam diuji dengan Uji Bartlet, kemenambahan data diuji
dengan Uji Tuckey. Kemudian data dianalisis lanjut dengan uji BNJ pada taraf
nyata 5%. Hasil uji organoleptik terbaik keripik pisang muli goreng vakum di
peroleh konsentrasi CaCl2 1% dan lama perendaman 10 menit (K1L1 ) sebagai
perlakuan terbaik, dengan karakteristik yaitu beraroma agak khas pisang, warna
kuning kecoklatan, rasa manis sedikit asam, after taste (pahit) tidak terasa,
kerenyahan renyah. Penerimaan keseluruhan adalah suka.
Kata kunci : pisang muli, vakum, keripik, CaCl2, uji sensori
Abstract
The ripe muli banana cracker processing is very sensitive to high temperature
condition therefore it needs a frying process of low temperature and pressure; is
needed the lack of the cracker texture certainly influences the overall quality, so a
firming a sent is needed. The objective of this research was to find the best CaCl2
concentration, soaking time, and their interaction effect in processing vacuum
fried muli banana cracker with the best organoleptic properties. This experiment
was factorial and arranged in a completely random group design. The first factor
was the CaCl2 concentration (K) and the second factor was soaking time (T) with
three replications. The CaCl2 concentration consists of three levels; 1% (K1), 2%
(K2), and 3% (K3). The soaking times were 10 minutes (T1), 20 minutes (T2),
and 30 minutes (T3). Weight of each sample was 2 kg. The data were analyzed
using analysis of variance. The homogeneity of the data was tested with Bartlet
test, and the additivity was tested using Tuckey test. Data were further analyzed
using honest significant difference (HSD) 5% level of significant. The best muli
banana cracker was found in treatment of 1% CaCl2, and dipped for 10 min. The
best cracker was descriped as having a tipical banana aroma, brown yellow color,
sweet and litle bit saw, no after taste and crunchy. The overal aceptance has
prefferred.
Keywords: muli banana, vacuum frying, cracker, CaCl2, sensory test.Rahmad Hidayat 08140510632015-09-07T04:00:12Z2015-09-07T04:00:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12264This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122642015-09-07T04:00:12ZPENGARUH KONSENTRASI RAGI TEMPE DAN LAMA FERMENTASI
JAGUNG TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK MP-ASI DENGAN
TEPUNG TEMPE KEDELAIAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ragi tempe dan
lama fermentasi jagung terhadap sifat organoleptik MP-ASI dengan tepung tempe
kedelai dan untuk mendapatkan konsentrasi ragi tempe dan lama fermentasi
jagung untuk MP-ASI dengan tepung tempe kedelai yang menghasilkan sifat
organoleptik terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) dengan dua faktor dan lima ulangan. Faktor pertama adalah
konsentrasi ragi tempe yang terdiri dari 2 taraf (2% dan 3%) dan faktor kedua
adalah lama fermentasi yang terdiri dari 2 taraf (48 jam dan 72 jam). Data
dianalisis dengan sidik ragam dengan uji lanjut yaitu uji BNT pada taraf nyata
5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ragi tempe dan lama
fermentasi jagung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna, aroma,
rasa dan tekstur MP-ASI yang dihasilkan. Perlakuan terbaik produk MP-ASI
adalah konsentrasi ragi 3% dan lama fermentasi jagung 48 jam dengan nilai ratarata warna 3,19 (kuning tua), aroma 2,86 (netral), rasa 2,44 (agak khas tempe),
dan tekstur 3,14 (sedang).
Kata kunci : MP-ASI, tepung jagung terfermentasi, tepung tempe kedelai.
Abstract
The objective of this research was to know the effect of tempeh yeast
concentration and fermentation time of corn on organoleptic properties of
weaning food with soybean tempeh flour and to obtain the concentration of
tempeh yeast and fermentation time of corn of weaning food with soybean tempeh
flour that produces the best organoleptic properties. This study used a Complete
Randomized Design (RAKL) with two factors and five replications. The first
factor was the concentration of tempeh yeast that consists of 2 levels (2% and 3%)
and the second factor was fermentation time that consists of 2 standard (48 hours
and 72 hours). Data were analyzed using ANOVA with further testing LSD on the
level of significance 5%. The results showed that the concentration of tempeh
yeast and fermentation time of corn had no significant effect on the color, flavor,
taste, and texture, of the resulting weaning food. The best treatment was observed
to have at tempeh yeast treatment concentration of 3% and a fermentation time of
48 hours with an score of color 3,19 (amber), score flavor 2,86 (neutral), score
taste 2,44 (rather typical tempeh), and score texture 3,14 (medium).
Keywords: weaning food (MP-ASI), fermented corn flour, soybean tempeh flour.NOVENTI RIANA SARI 08140510602015-09-07T04:00:02Z2015-09-07T04:00:02Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12262This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122622015-09-07T04:00:02ZKAJIAN PRODUKSI DEKSTRIN UBI KAYU MELALUI METODE
GELATINISASI SEBAGIAN MENGGUNAKAN ROTARY DRUMAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi proses produksi dekstrin dari
ubi kayu yang optimum secara gelatinisasi sebagian menggunakan rotary drum,
mengidentifikasi karakteristik dekstrin yang dihasilkan dengan metode
gelatinisasi sebagian. Penelitian disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak
Kelompok Lengkap dengan tiga faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah
varietas ubi kayu, yang terdiri dari varietas UJ-5 atau Cassesart (V1) dan UJ-3
atau Thailand (V2). Faktor kedua adalah konsentrasi yang terdiri dari 3 taraf
konsentrasi 30% (K1), 35% (K2), dan 40% (K3). Sedangkan faktor ketiga adalah
suhu pemanasan gelatinisasi sebagian yang terdiri dari 3 taraf suhu pemanasan
80oC (T1), 90oC (T2), dan 100oC (T3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
proses produksi dekstrin ubi kayu metode gelatinisasi sebagian, perbedaan
varietas ubi kayu, perlakuan konsentrasi dan perlakuan suhu pemanasan
gelatinisasi sebagian berpengaruh sangat nyata terhadap warna, kelarutan dalam
air, daya serap air (swelling power), dan kadar dekstrin. Perlakuan varietas
Thailand dengan konsentrasi 35% dan suhu pemanasan gelatinisasi sebagian 90oC
akan menghasilkan dekstrin ubi kayu dengan karakteristik yang lebih baik yaitu
menghasilkan nilai warna 81, kadar dekstrin 24%, kelarutan dalam air 77%, daya
serap air (swelling power) 7%, reaksi warna dengan Iod membentuk warna merah
keunguan dan kondisi mikroskopis granula ditandai dengan hilangnya sebagian
sifat birefringent.
Kata kunci : ubi kayu, dekstrin, gelatinisasi sebagian, rotary drum
Abstract
This research was aimed to find an optimum condition for dextrin production
from cassava starch. The dextrin was produced through partial gelatinization
using a rotary drum. The three factors experiment was arranged in a completly
randomized block design with three replications. The first factor was the
varieties of cassava, which consisted of a variety of UJ-5 or Cassesart (V1) and
UJ-3 or Thailand (V2). The second factor was the concentration consisted of 3
level of concentration of 30% (K1), 35% (K2), and 40% (K3). While the third
factor was the partial gelatinization heating temperature which consisted of 3 level
heating temperatures 80oC (T1), 90oC (T2), and 100°C (T3). The result showed
that interaction among cassava starch variety, concentration and heating
temperature had significantly effect on the color, solubility in water, water
absorption (swelling power), and dextrin yied. Thailand cassava with a
consentration of 35% and partially gelatinized at 90oC produced the best
dextrin. The characteritics of the best dextrin were described as the color value
was 81, the yied was 24%, the solubility in water at 90oC was 77%, the swelling
power was 7%, and performed redpurplish when reacted with Iodine.
Key words : cassava, dextrin, partial gelatinization, rotary drumLIANA VERDINI 08140510522015-09-07T03:59:58Z2015-09-07T03:59:58Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12261This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122612015-09-07T03:59:58ZFORMULASI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita maxima) DAN
TERIGU TERHADAP DERAJAT PENGEMBANGAN ADONAN DAN
SIFAT ORGANOLEPTIK ROTI MANISAbstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui formulasi tepung labu kuning dan terigu
yang menghasilkan roti manis dengan derajat pengembangan adonan dan sifat
organoleptik terbaik. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan 8 taraf perlakuan dan 3 ulangan yaitu
formulasi tepung labu kuning dan terigu (F) terdiri dari F1 (0:100), F2 (5:95), F3
(10:90), F4 (15:85), F5 (20:80), F6 (25:75), F7 (30:70), F8 (35:65). Hasil uji
organoleptik roti manis dari formulasi tepung labu kuning dan terigu F3 sebagai
perlakuan terbaik dengan derajat pengembangan adonan 2,51% dan sifat
organoleptik warna 4,07 (kuning), tekstur 3,43 (agak lembut), rasa manis 3,50
(manis), aroma 3,00 (agak khas labu), dan penerimaan keseluruhan 3,70 (suka).
Berdasarkan analisis proksimat pada (F3) mengandung kadar air 18,90%, abu
1,18%, lemak 8,63%, protein 9,47%, serat kasar 3,11%, dan karbohidrat by
different 58,71%.
Kata kunci : labu kuning, terigu, pengembangan adonan, organoleptik, roti manis
Abstract
The aim of the research is to determine the formulation of pumpkin flour and
wheat flour producing the best of dough improvement and organoleptic
properties of sweet bread. The research was carried out in complete randomized
design single factor with 8 treatments and 3 repeatation. Formulation of pumpkin
flour and wheat flour (F) consist of F1 (0:100), F2 (5:95), F3 (10:90), F4 (15:85),
F5 (20:80), F6 (25:75), F7 (30:70), and F8 (35:65). The results showed that F3 are
the best formulation to produce sweet bread with dough improvement 2.51% and
organoleptic properties of color 4.07 (yellow), texture 3.43 (somewhat soft), taste
3.50 (sweet), flavor 3.00 (somewhat typical pumpkin), and overall acceptance
3.70 (like). Proximate analysis of F3 showed on the best treatment (F3) contained
moisture 18.90%, ash 1.18%, fat 8.63%, protein 9.47%, crude fiber 3.11%, and
carbohydrate 58.71%.
Keywords: pumpkin, wheat, dough improvement, organoleptic, sweet breadIndra Pratama Putra Azis 08140510472015-09-07T03:59:53Z2015-09-07T03:59:53Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12260This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122602015-09-07T03:59:53ZKAJIAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TANAMAN ECENG GONDOK
(Eichhornia crassipes) DALAM MENURUNKAN BEBAN PENCEMAR
AIR LIMBAH INDUSTRI GULA TEBUAbstrak
Industri gula tebu menghasilkan air limbah dengan tingkat beban
pencemaran yang tinggi. Tingkat beban pencemar air limbah dapat diturunkan
dengan cara mengolah air limbah di dalam IPAL. Proses pengolahan air limbah
yang menggunakan sistem biological conventional masih memiliki kelemahan
yaitu meningkatnya pH air limbah pada saat tertentu. Hal tersebut disebabkan
adanya algae bloom. Tingkat populasi alga meningkat disebabkan adanya
kelebihan nutrisi pada air limbah, sehingga untuk mengurangi populasi alga perlu
adanya tanaman yang dapat menyerap nutrisi pada air limbah tersebut. Penelitian
ini bertujuan untuk mengukur efektifitas tanaman eceng gondok dalam
menurunkan beban pencemar air limbah industri gula tebu. Metode yang
digunakan adalah menanam eceng gondok pada kolam air limbah aerasi 2
kemudian mengambil sampel pada empat lokasi yaitu terdiri dari titik I (inlet
kolam aerasi 2), titik A (sebelum tanaman eceng gondok), titik B (setelah tanaman
eceng gondok), titik C (outlet kolam limbah monitor). Parameter yang diukur
meliputi pH, TSS, COD, NH4, dan NO3. Hasil penelitian menunjukkan sistem
pengolahan air limbah dengan menggunakan tanaman eceng gondok dapat
menurunkan tingkat beban pencemar air limbah industri gula tebu dengan
penurunan masing-masing sebesar 0,000858%/m2 hari, TSS rata-rata sebesar
0,010977%/m2 hari, COD rata-rata sebesar 0,005936%/m2 hari, NH4 rata-rata
sebesar 0,005936%/m2 hari, dan NO3 rata-rata sebesar 0,015016%/m2 hari.
Kondisi tersebut menunjukkan penanaman eceng gondok efektif dalam
menurunkan tingkat beban pencemar air limbah industri gula tebu.
Kata kunci: air limbah industri gula, eceng gondok, algae bloom, efektifitas
Abstract
The sugarcane industry produces wastewater with high levels of pollution
load. Wastewater pollutant load can be lowered by treating wastewater in the
WWTP. Wastewater treatment process use Biological conventional system still
has the disadvantage of increasing the pH of the waste water at a given time. It
caused algae blooming. Algae population levels increased due to nutrients in
wastewater. To prevent algae blooming, nutrient concentration in the waste water
should be reduced. This study aimed to measure the effectiveness of
Waterhyacinth in lowering pollutant load of sugar cane industrial wastewater. The
method used was to Waterhyacinth in aeration pond number 2 of WWTP and then
taking samples at four locations and consists of point I (inlet pond aeration 2),
point A (before the water hyacinth plant), point B (after the water hyacinth plant),
the point C (waste pond outlet monitor). Parameters measured include pH, TSS,
COD, NH4, and NO3. The results showed the wastewater treatment system using
water hyacinth plant to reduce the pollutant load sugar cane industrial wastewater
with 0,000858%/m2 day, 0,010997%/m2 day, 0,008691 %/m2 day, 0,005936%/m2
day, and 0,015016%/m2 day, respectively. These conditions indicate planting
hyacinth was effective in lowering the level of industrial wastewater pollutant
load of sugar cane.
Keywords: sugarcane industry wastewater, waterhyacinth, algae bloom,
effectivityHartono 08140510422015-09-07T03:59:45Z2015-09-07T03:59:45Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12258This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122582015-09-07T03:59:45ZRAGAM ASAM-ASAM LEMAK DAGING KAMBING
DAN SAPI SEGAR SERTA OLAHANNYA PADA LOKASI
KARKAS YANG BERBEDAAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ragam asam lemak daging
kambing dan sapi segar serta olahannya pada lokasi karkas yang berbeda yaitu
daging has, paha dan perut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total asam
lemak daging sapi has 66,02%, daging sapi bagian paha 64,54%, daging sapi perut
58,28%, daging kambing has 35,30%, daging kambing bagian paha 36,35%, dan
daging kambing perut 68,81%. Konsentrasi tertinggi asam lemak jenuh terdapat
pada daging sapi perut 29,44% dan asam lemak tak jenuh terdapat pada daging
kambing perut 41,67%. Konsentrasi asam lemak jenuh daging sapi dan kambing
goreng lebih tinggi dibandingkan daging segarnya. Di sisi lain, konsentrasi asam
lemak tak jenuh daging sapi dan kambing menurun setelah proses penggorengan.
Daging sapi dan kambing rebus memiliki konsentrasi asam lemak jenuh dan tak
jenuh yang lebih rendah dibandingkan daging segarnya.
Kata kunci : asam lemak, daging kambing, daging sapi, dan karkas.
Abstract
This study aims to identify variation of fatty acids in fresh lamb and beef and their
processed in different parts of carcass such as loin, round and flank. The research
showed that total of fatty acids in beef loin was 66,02%, beef round was 64,54%,
beef flank was 58,28%, lamb loin was 35,30%, lamb round was 36,35%, and lamb
flank was 68,81%. The highest concentration of saturated fatty acid found in beef
flank was 29,44 %, and the highest concentration of unsaturated fatty acids in
lamb flank was 41, 67 %. The concentration of saturated fatty acid in fried beef
and lamb were higher than fresh beef and lamb. The other hand, the concentration
of unsaturated fatty acid in beef and lamb decreased after frying process. The
boiled beef and lamb, both had concentration of saturated and unsaturated fatty
acid were lower than fresh beef and lamb.
Keywords : fatty acids, beef, lamb, and carcassAgustina 08140510282015-09-07T03:59:28Z2015-09-07T03:59:28Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12249This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122492015-09-07T03:59:28ZPENGARUH FERMENTASI JAGUNG TERHADAP SIFAT
FISIKOKIMIA MP-ASI YANG DIFORTIFIKASI DENGAN TEPUNG
TEMPE KEDELAIAbstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ragi
dan lama fermentasi jagung terhadap sifat fisikokimia MP-ASI yang difortifikasi
dengan tepung tempe kedelai dan (2) untuk mendapatkan konsentrasi ragi tempe
dan lama fermentasi jagung pada MP-ASI yang difortifikasi dengan tepung tempe
kedelai yang menghasilkan sifat fisikokimia terbaik. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan dua faktor dan lima
ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi ragi yang terdiri dari 2 taraf (2% dan
3%) dan faktor kedua adalah lama fermentasi yang terdiri dari 2 taraf (48 jam dan
72 jam). Data dianalisis dengan analisis sidik ragam untuk mendapatkan penduga
ragam galat, selanjutnya dilakukan uji homogenitas dengan uji Bartlet. Analisis
data dilanjutkan menggunakan uji BNT pada taraf nyata 1%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi ragi dan lama fermentasi tidak berpengaruh
terhadap daya buih dan viskositas. Perlakuan terbaik adalah konsentrasi ragi 2%
dan lama fermentasi 72 jam dengan daya buih 2,12% dan viskositas 9,50 BU.
Kata kunci: MP-ASI, tepung jagung terfermentasi, tepung tempe kedelai.
Abstract
The objective of this research was (1) to know the effect of tempeh yeast
concentration and fermentation time of corn on the physicochemical properties of
weaning food fortificated with soybean tempeh flour and (2) to obtain the
concentration of tempeh yeast and fermentation time of corn on weaning food
fortificated with soybean tempeh flour that produces the best physicochemical
properties. This study used a Complete Randomized Design (RAKL) with two
factors and five replications. The first factor was the concentration of tempeh
yeast that consisted of 2 levels (2% and 3%) and the second factor was
fermentation time that consisted of 2 levels (48 hours and 72 hours). Data were
analyzed using ANOVA with further testing using LSD on the level of
significance 1%. The results showed that the tempeh yeast concentration and
fermentation time of corn hadn’t significant effect on foaming capacity and
viscosity. The best treatment was 2% tempeh yeast concentration and 72 hours
fermentation time with 2.12% foaming capacity and 9.50 BU viscosity.
Keywords: weaning food, fermented corn flour, soybean tempeh flour.ENI KUSWANDARI 08140510082015-09-07T03:58:09Z2015-09-07T03:58:09Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12238This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122382015-09-07T03:58:09ZANALISIS FINANSIAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI
PEMBANGUNAN REAKTOR BIOGAS DI DESA PESAWARAN INDAH
KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARANAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis kelayakan finansial
pembangunan reaktor biogas pada kelompok peternak skala rumah tangga l ;
(2) Menganalisis kepekaan kelayakan reaktor biogas di desa Pesawaran Indah,
Kecamatan Padang Cermin; dan (3) Menganalisis dampak sosial ekonomi
pembangunan reaktor biogas di desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang
Cermin.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan menggunakan kuisioner dan wawancara secara langsung kepada
warga yang memanfaatkan reaktor biogas. Data sekunder diperoleh dari berbagai
literatur dan beberapa instansi yang terkait dalam penelitian ini. Pengambilan
data dilaksanakan pada bulan januari 2012. Analisis yang digunakan adalah
analisis NPV, IRR, Net B/C Ratio, dan Payback Period. Untuk mengetahui
pengaruh perubahan kenaikan suku bunga dan kenaikan biaya investasi terhadap
aspek finansial, dilakukan analisis sensitivitas. Selain itu dilakukan juga analisis
untuk mengetahui dampak sosial ekonomi pembangunan reaktor biogas
menggunakan Contingent Valuation Method (CVM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara finansial pembangunan reaktor
biogas di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten
Pesawaran layak untuk dilakukan. Secara finansial pembangunan reaktor biogas
sensitif terhadap kenaikan biaya investasi dan kenaikan tingkat suku bunga.
Pembangunan reaktor biogas di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang
Cermin, Kabupaten Pesawaran memberikan dampak bagi masyarakat yaitu
menghemat pengeluaran keluarga untuk kesehatan sebesar Rp4.815.000 per tahun
dan mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk bahan bakar memasak sebesar
Rp595.440 per tahun.
Kata kunci : Reaktor Biogas, Analisis Finansial, dan Dampak Sosial EkonomiAria Arsasi 08140230062015-09-07T03:58:05Z2015-09-07T03:58:05Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12237This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122372015-09-07T03:58:05ZPENGARUH PEMBERIAN DUA JENIS MULSA DAN TANPA MULSA
TERHADAP KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA DATARAN
RENDAHAbstrak
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah
untuk dapat dikembangkan. Permintaan produk cabai cenderung terus meningkat. Untuk
memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat dan pemenuhan gizi masyarakat, banyak
usaha yang dapat dilakukan guna peningkatan produksi cabai merah yang tinggi. Salah satu
usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan teknik budidaya yang baik dan benar sehingga
hasil yang diperoleh optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui adakah pengaruh pemberian dua jenis mulsa dan
tanpa mulsa terhadap karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah,
(2) mengetahui apakah terdapat salah satu jenis mulsa yang menghasilkan karakteristik
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka
Banjar, Gedong Tataan pada bulan Oktober 2011 – April 2012. Penelitian ini disusun dengan
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan (tanpa mulsa, mulsa
plastik, mulsa jerami) dan tiga ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett. Jika
Syamsu Ardhona
asumsi terpenuhi, dilanjutkan dengan sidik ragam dan apabila hasil uji F nyata maka dilakukan
uji lanjut menggunakan uji ortogonal kontras pada taraf 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemberian mulsa plastik hitam perak dan jerami
menunjukkan pengaruh terhadap karakteristik tanaman cabai yang berbeda dibandingkan tanpa
mulsa, yaitu pada variabel tinggi tanaman dan tingkat percabangan., (2) Penggunaan mulsa
plastik lebih baik daripada mulsa jerami untuk produksi tanaman cabai.
Kata kunci : tanaman cabai, mulsa plastik, mulsa jerami.
Syamsu Ardhona 08140132182015-09-07T03:57:53Z2015-09-07T03:57:53Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12234This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122342015-09-07T03:57:53ZPENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI MULSA BAGAS
TERHADAP POPULASI DAN BIOMASSA CACING TANAH PADA
PERTANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) TAHUN KE 2Abstrak
Tebu (Saccharum officinarum L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
penting di Indonesia. Pada umumnya tebu digunakan sebagai bahan baku
produksi gula. Gula merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan
penting bagi rakyat. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka
kebutuhan masyarakat terhadap gula semakin meningkat pula. Salah satu industri
perkebunan gula yang masih terus mengusahakan peningkatan produksi gula
adalah PT Gunung Madu Plantations (GMP). Teknik pengolahan tanah yang
telah dilakukan di PT GMP adalah pengolahan tanah secara intensif.
Meskipun pekerjaan mengolah tanah secara teratur dianggap penting, tetapi
pengolahan tanah secara intensif dapat menyebabkan terjadinya degradasi. Oleh
karena itu, usaha untuk merehabilitasi tanah perkebunan gula PT GMP perlu
diusahakan antara lain dengan memanfaatkan mulsa berbasis limbah tebu dan
sistem pengolahan tanah konservasi (OTM). Dalam usaha rehabilitasi tanah
tersebut, perubahan tanah seperti sifat fisik, kimia, dan biologi tanah akan terjadi.
Salah satu indikator yang dapat digunakan adalah keberadaan cacing tanah.
Keberadaan cacing tanah juga merupakan salah satu indikator untuk menentukan
tingkat kesuburan tanah di suatu lahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem olah tanah dan
aplikasi mulsa bagas pada lahan pertanaman tebu (Saccharum officinarum L.)
terhadap jumlah dan biomassa cacing tanah di PT Gunung Madu Plantations,
Lampung Tengah.
Monnes Hendri Batubara
Penelitian ini dirancang menggunakan RAK dan disusun secara split plot dengan
5 kali ulangan. Petak utama yaitu sistem olah tanah, yang terdiri dari olah tanah
minimum (T0) dan olah tanah intensif (T1). Anak petak adalah aplikasi mulsa
bagas, yang terdiri dari tanpa mulsa bagas (M0) dan mulsa bagas 80 tha-1 (M1).
Adapun kombinasi perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut: T0M0 =
olah tanah minimum + tanpa mulsa bagas, T0M1 = olah tanah minimum + mulsa
bagas 80 t ha-1, T1M0 = olah tanah intensif + tanpa mulsa bagas, dan T1M1 = olah
tanah intensif + mulsa bagas 80 t ha-1. Semua perlakuan diaplikasikan pupuk
Urea dengan dosis 300 kg ha-1, pupuk TSP 200 kg ha-1, pupuk KCl 300 kg ha-1,
dan aplikasi bagas, blotong, dan abu (BBA) segar (5:3:1) 80 t ha-1. Data yang
diperoleh diuji homogenitasnya dengan Uji Bartlet dan aditivitasnya dengan Uji
Tukey, serta uji lanjut dengan Uji BNT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum adanya pengaruh perlakuan sistem
olah tanah dan aplikasi mulsa bagas terhadap populasi dan biomassa cacing tanah
pada pengambilan sampel 9 BSP dan 12 BSP. Tidak semua cacing tanah yang
didapatkan pada lahan penelitian dapat dianalisis, hanya cacing tanah yang sudah
memiliki klitelum yang dapat dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa sistem olah tanah dan aplikasi mulsa tidak berpengaruh
terhadap populasi dan biomassa cacing tanah. Terdapat 2 genus cacing tanah yang
didapat dari hasil identifikasi, yaitu Pheretima dan Pontoscolex.
Kata Kunci: Cacing tanah, mulsa bagas, olah tanah intensif, dan olah tanah
minimum.
Abstract
Sugarcane (Saccharum officinarum L) is one of the the important plantation crops
in Indonesia. In general, sugar cane use as a raw material production. Sugar is one
food that have an important role for the people. With the increasing number of
residents, the community needs to increase the sugar as well. One of the sugar
plantation industry who continues to seek an increase in sugar production is PT
Gunung Madu Plantations (GMP). Tillage techniques that have been done in PT
GMP is an intensive tillage.
Although the tillage of the land on a regular basis is important, but the intensive
tillage of land can cause degradation. Therefore, efforts to rehabilitate the land of
the sugar plantations of PT GMP need to be cultivated among others, by making
use of waste-based sugar cane mulch and conservation tillage systems (minimum
tillage). In an effort to rehabilitate the land, such as changes in soil physical
properties, chemical, and biological soil will occur. One indicator that can be
used is the presence of earthworms. The presence of earthworms is also one of the
indicators to determine the level of soil fertility in a field.
This research aimed to study the effect of tillage systems and application of
bagasse mulch on planting sugar cane (Saccharum officinarum L.) against the
number and biomass of earthworms in the PT Gunung Madu Plantations, Central
Lampung.
This research was designed as RAK and arranged by split plot with 5 replication.
The main plot of tillage system, which consists of minimum tillage (T0) and
intensive tillage (T1). Subplot is the application of bagasse mulch, consisting of
Monnes Hendri Batubara
bagasse without mulch (M0) and with bagasse mulch 80 tha-1 (M1). The
combination treatment was applied as follows: T0M0 = minimum tillage + no
mulch bagasse, T0M1 = minimum tillage + bagasse mulch 80 t ha-1, T1M0 =
intensive tillage + no mulch bagasse, and T1M1 = intensive tillage + bagasse
mulch 80 t ha-1. All treatments applied urea with a dose of 300 kg ha-1, TSP 200
kg ha-1, KCl 300 kg ha-1, and the application of bagasse, blotong, and ash (BBA)
fresh (5:3:1) 80 t ha-1. The data obtained were tested with the homogenity with
Bartlet Test and additivity with Tukey's test, and continued by LSD Test.
The results showed that treatment of tillage systems and bagasse mulch
application did not increase the population of earthworms in samples 9 month and
12 month. The results showed that treatment of tillage systems and bagasse mulch
application did not increase the biomass of earthworms in sampling 9 BSP and 12
month. Not all of the earthworms found in the study area can be analyzed, only
earthworms have klitelum that can be analyzed The results showed that tillage
systems and application of bagasse mulch had no effect to the population and
biomass of earthworms. There are two genera of earthworms obtained from the
results of identification, namely Pheretima and Pontoscolex.
Keyword: Bagasse mulch, earthworm, intensive tillage, and no tillage.Monnes Hendri Batubara 08140131742015-09-07T03:57:48Z2015-09-07T03:57:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12233This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122332015-09-07T03:57:48ZPENGARUH BENZILADENIN DAN ASAM INDOL ASETAT PADA
PERBANYAKAN TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)
var. KASERSART IN VITROAbstrak
Ubi kayu merupakan tanaman yang dapat dijadikan sumber energi yang
jumlahnya semakin terbatas dari waktu ke waktu. Namun produksi ubi kayu
rendah karena terbatasnya jumlah varietas unggul yang beredar di masyarakat
yang sebenarnya jumlah melimpah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
memperbanyak varietas ubi kayu dengan teknik kultur jaringan. Masalah yang
dihadapi pada perbanyakan ubi kayu dengan teknik kultur jaringan adalah belum
ketahui secara pasti konsentrasi BA dan IAA yang dapat memacu pertumbuhan
dan perbanyakan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui
pengaruh pemberian BA dalam merangsang pertumbuhan dan perbanyakan ubi
kayu, 2) mengetahui pengaruh penambahan IAA pada pertumbuhan dan
perbanyakan ubi kayu, 3)mengetahui pengaruh interaksi BA dengan IAA dalam
memacu pertumbuhan dan perbanyakan ubi kayu.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Pelaksanaannya dimulai dari bulan Mei hingga bulan
September 2011. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (3x2) dalam
rancangan teracak lengkap (RAL). Satuan percobaan berupa satu botol kultur.
Faktor pertama adalah pemberian Benziladenine (BA) dengan konsentrasi 0,2 ;
0,4 ; dan 0,8 mg/l. Faktor kedua meliputi pemberian 0 ; 1 mg/l indol acetic acid
(IAA). Setiap perlakuan diulang tiga kali dan setiap satuan percobaan sedikitnya 3
botol kultur yang masing-masing berisi dua eksplan. Data pada masing-masing
perlakuan dihitung nilai tengahnya dan dianalisis ragam dilanjutkan dengan uji
beda nyata terkecil (BNT) taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) penambahan BA 0,4 mg/l memberikan
jumlah buku terbanyak yaitu 9,22 buku/eksplan yang tidak berbeda dengan BA
0,4 mg/l + IAA 1 mg/l dan BA 0,8 mg/l + IAA 1 mg/l yang secara berturut-turut
menghasilkan 8,83 buku dan 8,17 buku/eksplan. (2) Penambahan IAA 1 mg/l
memberikan panjang tunas tertinggi sebesar 3,06 cm dan berbeda dengan tanpa
IAA yaitu 2,23 cm. (3) Penambahan 0,2 – 0,4 mg/l BA yang dikombinasikan
dengan 1 mg/l IAA menghasilkan jumlah buku yang sama, sedangkan bila 0,8
mg/l BA dikombinasikan dengan 1 mg/l IAA menghasilkan peningkatan jumlah
buku yang signifikan.
Kata kunci : BA, IAA, Kultur jaringan ubi kayuMARYO GUNAWAN 08140131642015-09-07T03:57:44Z2015-09-07T03:57:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12232This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122322015-09-07T03:57:44ZPOLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH
KERITING (Capsicum annuum L.) TERHADAP APLIKASI KALIUM
NITRAT (KNO3) PADA DAERAH DATARAN TINGGIAbstrak
Tanaman cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai
ekonomi penting di Indonesia. Kebutuhan akan cabai merah tiap tahunnya
semakin meningkat sehubungan dengan semakin beragam dan bervariasinya jenis
masakan yang menggunakan bahan asal cabai merah mulai dari kebutuhan rumah
tangga, buah segar sampai pada kebutuhan luar negeri. Untuk meningkatkan
produksi tanaman cabai merah perlu adanya teknologi budidaya yang tepat, salah
satunya adalah pemupukan. Pemupukan pada tanaman diberikan untuk menambah
unsur hara makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh aplikasi KNO3 tehadap
pola pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada
daerah dataran tinggi, (2) mengetahui konsentrasi KNO3 terbaik untuk produksi
tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada daerah dataran tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banjar Kecamatan Gunung Alip Kabupaten
Tanggamus dan Laboratorium Produksi Tanaman Universitas Lampung, dari
bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan April 2012.
Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, perlakuan disusun
secara tunggal dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan.
Adapun faktor perlakuan dosis kalium nitrat (KNO3) terdiri dari 5 taraf yaitu K0
(kontrol 0 g/l), K1 (2 g/l), K2 (4 g/l), K3 (6 g/l), dan K4 (8 g/l). Setiap taraf dosis
perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
dengan uji Bartlet dan additifitas data diuji dengan uji Tukey. Analisis data
dilanjutkan dengan menggunakan analisis ragam kemudian pola pertumbuhan dan
produksi tanaman cabai dianalisis dengan menggunakan analisis regresi dan
polinomial ortogonal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi kalium nitrat (KNO3)
pada fase vegetatif menunjukkan pola pertumbuhan tanaman cabai yang relatif
Intan Nuraini
sama khususnya tinggi tanaman dan tingkat percabangan. Sedangkan pada fase
generatif pemberian konsentrasi KNO3 pada tanaman cabai sampai dengan 4 g/l
dapat meningkatkan jumlah bunga dan panjang buahdan dapat meningkatkan hasil
produksi (jumlah buah dan bobot buah panen). Secara kualitatif pemberian
konsentrasi kalium nitrat (KNO3) 2 g/l dan 4 g/l memberikan penampilan yang
cukup baik dibandingkan dengan konsentarsi diatasnya.
Kata kunci : Cabai, Pemupukan, KNO3
Intan Nuraini 08140131502015-09-07T03:57:40Z2015-09-07T03:57:40Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12231This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122312015-09-07T03:57:40ZEfisiensi Irigasi dengan Alat Gun Sprayer pada Pertanaman Nanas (Ananas comosus ) di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Terbanggi Besar Lampung TengahAbstrak
Irigasi pada pertanaman nanas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi nanas. Menurut data yang ada di PT. GGP jika tanaman nanas tidak dirigasi maka akan menurunkan nilai produksi hingga 20 %. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui efisiensi irigasi dengan alat Gun Sprayer pada tanaman nanas di PT. Great Giant Pineapple. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode Grid. Jarak pada Grid 1 m, 7 m, 14m, 21 m dan 28 m sedangkan jarak antar Grid 14 m. Dari hasil penelitian Koefisien keseragaman siram CU 69%. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin jauh jarak irigator maka jumlah siram akan semakin rendah. Jumlah siram irigasi tidak merata dan bervariasi antara 21,1 mm pada jarak 1 m; 19,0 mm pada jarak 7 m; 19,1 mm pada jarak 14 m; 13,0 mm pada jarak 21,1 m dan 6,1 mm pada jarak 28 m dari irigator. selisih jumlah siram dan jumlah air yang sampai ke dalam tanah pada waktu 24 jam bervariasi ada yang mengalami peningkatan dan pengurangan jumlah air. Jarak 1 meter tebal air sesaat setalah irigasi dan 24 jam meningkat menjadi 29 mm dan 24 mm, ini artinya pada jarak tersebut irigasi sangat efisien jika dibandingkan pada jarak yang lain. Hal ini karna adanya sumbangan air irigasi yang jatuh dari badan jalan (bukan objek irigasi) perkolasi atau rembesan air .
Kata Kunci. Nanas; Irigasi; Gun Sprayer; uniformity coefficient ; PT.GGP
Ervina 08140131302015-09-07T03:57:36Z2015-09-07T03:57:36Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12230This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122302015-09-07T03:57:36ZPENGARUH APLIKASI KNO3 MELALUI DAUN DAN
PACLOBUTRAZOL MELALUI TANAH TERHADAP PERCEPATAN
INDUKSI PEMBUNGAAN DAN PERTUMBUHAN TAJUK TANAMAN
UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz)Abstrak
Selama ini yang menjadi kendala pembungaan ubikayu adalah umur tanaman
berbunga yang tidak sama antargenotipe dan waktu cukup lama yang dibutuhkan
seorang pemulia untuk mendapatkan bunga ubikayu sebelum disilangkan. Untuk
merangsang pembungaan tanaman ubikayu secara bersamaan, maka perlu
dilakukan pengujian perangsangan pembungaan dengan senyawa kimia dari
kelompok zat pengatur tumbuh (ZPT). Salah satu zat pengatur tumbuh yang
digunakan adalah paclobutrazol dan KNO3. Paclobutrazol merupakan senyawa
kimia yang bekerja secara fisiologis dalam menghambat biosintesis giberelin.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap
kemampuan pembungaan tanaman dan pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu, (2)
mengetahui pengaruh KNO3 terhadap kemampuan pembungaan dan pertumbuhan
tajuk tanaman ubikayu, (3) mengetahui pengaruh sinergi konsentrasi
paclobutrazol dengan konsentrasi kalium nitrat terhadap percepatan pembungaan
dan pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu melalui aplikasi lewat daun maupun
tanah.
Penelitian ini dilaksanakan di kebun penelitian Fakultas pertanian, Universitas
Lampung di Bandar Lampung dari bulan Agustus sampai dengan November
2011. Perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam rancangan acak
kelompok yang disusun secara faktorial.
Christie Teddy Tanujaya
Faktor utama adalah konsentrasi paclobutrazol yang terdiri atas 250 ppm (P1) dan
750 ppm (P2). Faktor kedua adalah konsentrasi KNO3 yaitu 10 g/l (K1); 20 g/l
(K2); dan 30 g/l (K3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap
variabel pengamatan. Perlakuan KNO3 menunjukkan pengaruh yang tidak nyata
pada semua variabel yang diamati, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan
menunjukkan hasil yang non-signifikan. Perlakuan pemberian paclobutrazol pada
konsentrasi 750 ppm memperlihatkan hasil terendah untuk tinggi tanaman
ubikayu. Perlakuan pemberian paclobutrazol dan KNO3 belum memperlihatkan
pengaruhnya terhadap percepatan induksi pembungaan tanaman ubikayu.
Kata kunci : Paclobutrazol, KNO3, ubikayu, pembungaan, pertumbuhan tajuk
Abstract
Until now the obstacle of flowering in cassava plant is the flowering time which is
not the same among genotypes and long enough period needed by a breeder to get
the flower before the plants can be crossed. To stimulate the flower in cassava
plants at the same time, it is needed to perform a trial of flowering stimulation by
using chemical substance from growth regulators. One of those is paclobutrazol
and KNO3. Paclobutrazol is a substance which physiologically blocks the
biosynthesis of gibberellins.
The objectives of this research were: (1) To know the effect of paclobutrazol on
the flowering and shoot growth of cassava plants, (2) To know the effect of
KNO3 on the flowering and shoot growth of cassava plants, (3) To know the
synergic effect of paclobutrazol and KNO3 on the flowering and shoot growth of
cassava plants on the flowering and shoot growth of cassava plants applied
through leaf and soil.
This research was perfomed in the research field of Agriculture Faculty of
University of Lampung in Bandar Lampung from August to November 2012. The
treatments were treated according to Randomized Block Design arranged as
factorial.
The first factors were concentration of paclobutrazol consisting of 250 pmm (P1)
and 750 ppm (P2). The second factors were concentration of KNO3 consisting of
10 g/l (K1); 20 g/l (K2); and 30 g/l (K3).
The results of research showed that paclobutrazol significantly affected the
variables of shoot growth. KNO3 had no significant effect on the shoot growth
and flowering. The interaction effect of both treatments had no significant effect
Christie Teddy Tanujaya
both on shoot growth and flowering. Individually both paclobutrazol and KNO3
have not showed significant effect on the shoot growth and flowering.
Key words: Paclobutrazol, KNO3, cassava, flowering, shoot growthChristie Teddy Tanujaya 08140131012015-09-07T03:57:31Z2015-09-07T03:57:31Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12229This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122292015-09-07T03:57:31ZEFISIENSI DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN
HASIL KEDELAI VARIETAS GROBOGANAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi dosis pupuk NPK majemuk dalam
meningkatkan hasil kedelai Varietas Grobogan. Penelitian dilakukan di Kebun
Percobaan Terpadu Universitas Lampung dari bulan November 2011—Februari
2012. Rancangan perlakuan disusun secara tunggal terstruktur bertingkat dalam
rancangan kelompok teracak sempurna dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 5
taraf dosis pupuk NPK majemuk yaitu 100 kg/ha (p1), 150 kg/ha (p2), 200 kg/ha
(p3), 250 kg/ha (p4), dan 300 kg/ha (p5). Homogenitas ragam antarperlakuan diuji
dengan Uji Barlett dan nonkemenambahan model melalui Uji Tukey. Jika asumsi
analisis ragam terpenuhi, data dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah diuji
dengan uji perbandingan ortogonal polinomial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap penambahan pupuk NPK majemuk 1
kg/ha justru akan menurunkan efisiensi sebesar 0,029. Pemberian dosis 100 kg/ha
sampai dengan 300 kg/ha menunjukkan hasil yang tidak berbeda pada variabel indeks
panen, laju pengisian biji, dan bobot 100 butir sedangkan pemberian dosis 100 kg/ha
sampai dengan 300 kg/ha NPK majemuk meningkatkan hasil kedelai secara linear.
Kata kunci: pupuk majemuk NPK, kedelai, efisiensi.Panji Setyo Arizka 08140130942015-09-07T03:57:27Z2015-09-07T03:57:27Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12228This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122282015-09-07T03:57:27ZRESPONS DELAPAN JENIS GULMA INDIKATOR TERHADAP
PEMBERIAN CAIRAN FERMENTASI PULP KAKAOAbstrak
Cairan fermentasi pulp kakao merupakan salah satu hasil samping dari
pengelolaan kakao yang masih belum termanfaatkan secara optimal. Berdasarkan
hasil uji awal yang dilakukan, cairan fermentasi pulp kakao memiliki potensi
untuk dijadikan sebagai bioherbisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
daya racun yang terkandung dalam cairan fermentasi pulp kakao dan jenis gulma
apa yang dapat teracuni.
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Desa Hajimena, Kecamatan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan dari Febuari sampai dengan Juli 201 2. Perlakuan
disusun secara faktorial (2 x 8) dalam rancangan strip plot dengan tiga kali
ulangan. Faktor pertama cairan fermentasi pulp kakao dan faktor kedua delapan
jenis gulma indikator yaitu Setaria plicata, Paspalum conjugatum, Axonopus
compressus, Cyperus kyllingia, Cyperus rotundus, Asystasia gangetica , Borreria
latifolia, dan Richardia brasiliensis. Data yang didapat dianalisis ragam dan
apabila terdapat perbedaan nilai tengah perlakuan, dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan, cairan fermentasi pulp kakao dapat meracuni
delapan jenis gulma indikator. Persentase keracunan gulma golongan rumput
mencapai 83 %, daun lebar 41 %, dan teki 33 %. Gulma golongan rumput
mengalami keracunan paling tinggi, sedangkan golongan teki persentase
keracunannya paling rendah. Bobot kering brangkasan delapan gulma indikator,
baik diaplikasi cairan pulp kakao maupun yang tidak diaplikasi, tidak terjadi
perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan asam yang terdapat dalam
cairan fermentasi pulp kakao dapat meracuni gulma, tetapi tidak dapat menekan
dan mengendalikan pertumbuhan gulma.
Kata Kunci: Gulma, fermentasi, pulp kakao, bioherbisida
Abstract
Cocoa pulp liquid fermented is one of by products of cocoa management, which is
still not utilized optimally. Based on the preliminary test results, cocoa pulp has the
potential to serve as bioherbicide. The study aimed to determine the toxicity of the
ferment contained in cocoa pulp and which weeds can be toxicited.
This research was conducted in the experimental garden Village Hajimena, Natar
District, South Lampung regency from February to July 2012. The treatments were
arrange in a factorial treatment (2 x 8) in a strip plot design with three replications.
The first factor is, fermention cocoa pulp and the second is, eight weed species
indicators it’s Setaria plicata, Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, Cyperus
kyllingia, Cyperus rotundus, Asystasia gangetica , Borreria latifolia, and Richardia
brasiliensis.. The data were analyzed by anova and if there was differenced in the
mean treatment, followed by the Least Significant Difference test (LSD) at α level of
0,05.
The results showed that liquid fermentation of cocoa pulp contains organic acids that
can toxicity eight weed species indicators. Percentage weed toxicity experienced by
groups of grasses weeds 83%, 41% broadleaf and 33% sedges. Grasses weed has the
highest percentage of toxicity but sedges has the lowest percentage of toxicity.
Stover dry weight of weeds eight indicators, liquid applied either applied pulp or not
applied of pulp, there was unsignificance. This showed that the substances contained
in the liquid fermentation of cocoa pulp could toxicity weeds, but could not suppress
and control the growth of weeds.
Keyword: Weeds, fermentation, cocoa pulp, bioherbicideAris Faisal Pratama 08140130912015-09-07T03:57:23Z2015-09-07T03:57:23Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12227This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122272015-09-07T03:57:23ZPERUBAHAN KADAR AIR DAN SUHU TANAH AKIBAT PEMBERIAN
MULSA ORGANIK PADA PERTANAMAN NANAS ( Ananas comosus )
PT GREAT GIANT PINEAPPLE (PT GGP) TERBANGGI BESAR
LAMPUNG TENGAHAbstrak
Nanas (Ananas comosus) membutuhkan air untuk pertumbuhannya yang
maksimal. Salah satu upaya untuk mempertahankan kadar air dan suhu tanah saat
musim kemarau yaitu dengan cara penambahan mulsa organik di atas permukaan
tanah agar memperbaiki kondisi fisik tanah lapisan atas untuk menjaga temperatur
(suhu), penguapan dan kadar air tanah, sehingga kadar air tanah dapat tersedia dan
lebih hemat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mulsa organik
terhadap perubahan kadar air dan suhu tanah pada pertanaman nanas di PT. Great
Giant Pineapple Terbanggi besar Lampung Tengah. Penelitian ini disusun dalam
rancangan acak lengkap (RAL), dengan perlakuan M0 = Tanpa mulsa, M1 = 25 t
ha-1. M2 = 50 t ha-1. M3 = 75 t ha-1. M4 = 100 t ha-1. Mulsa organik yang digunakan
pada penelitian ini adalah mulsa kulit singkong dengan kadar air 37,28%, bibit
nanas yang digunakan adalah bibit Sucker Klon GP3.
Perlakuan M0 setelah hari ke-3 yaitu kadar air mencapai 20,83 % harus dilakukan
irigasi. Sedangkan pada perlakuan M1 hari ke-3 kadar air mencapai 21,8 % harus
dilakukan proses irigasi. Perlakuan M2 setelah dilakukan pengamatan pada hari
ke-7 dengan kadar air sebesar 21,18%, sehingga harus dilakukan proses irigasi.
Perlakuan M3 setelah dilakukan pengamatan pada hari ke-10 yaitu dengan kadar
air tanah mencapai 22,4%, sehingga harus dilakukan proses irigasi, sedangkan
M4 pada hari ke-10 kadar air menjadi 22,56 %, sehingga sudah harus dilakukan
proses irigasi. Maka, penelitian ini yang mampu bertahan lebih lama dalam
memenuhi kebutuhan air pada perlakuan M3 dan M4 yaitu dapat bertahan selama
10 hari.
Kata Kunci : Nanas; Mulsa Organik; Kadar Air dan Suhu Tanah;MEIFIMA ANETASIA 08140130682015-09-07T03:57:18Z2015-09-07T03:57:18Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12223This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122232015-09-07T03:57:18ZRESPONS GULMA TERHADAP LAMA FERMENTASI CAIRAN PULP KAKAO
SEBAGAI BIOHERBISIDAAbstrak
Gulma termasuk organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan hasil pertanian
dikarenakan pesaing utama tanaman pokok dalam memperebutkan sarana tumbuh. Oleh
karena itu diperlukan pengendalian dalam menekan kompetisi antara gulma dengan tanaman
pokok. Pengendalian gulma yang banyak digunakan yaitu secara kimiawi. Hal tersebut
dikarenakan cara pengendalian tersebut dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Namun
pengendalian secara kimiawi bila dilakukan secara terus menerus akan berdampak negatif
terhadap lingkungan maupun operatornya. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan
pengendalian alternatif yang ramah lingkungan. Proses pemanfaatan pulp kakao belum
banyak diketahui oleh masyarakat secara umum, sehingga sering terjadi permasalahan limbah
pada saat proses pengolahan awal kakao. Melalui permasalahan ini, maka dilakukan
penelitian dengan harapan dapat mengurangi limbah pulp kakao, dengan menghasilkan
produk yang tentunya sangat bermanfaat sebagai bioherbisida yang ramah lingkungan.
Percobaan dilakukan di Kebun percobaan Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan
mulai bulan Desember 2011 - Juli 2012. Terdapat dua percobaan, percobaan pertama disusun
dalam rancangan tunggal terstruktur dengan 10 perlakuan lama fermentasi cairan pulp kakao
yaitu: 0 (tidak difermentasi), 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 minggu, dan kontrol (menggunakan air).
Perlakuan diterapkan dalam Rancangan Kelopok Teracak Sempurna (RKTS) dan masingmasing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pada percobaan kedua dilakukan dengan
Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design) dengan tiga kali ulangan. Perlakuan disusun
secara faktorial. Faktor pertama adalah 8 waktu fermentasi pulp kakao dengan 1 kontrol.
Faktor kedua adalah 7 jenis gulma yaitu Mimosa invisa, Borreria latifolia, Richardia
brasiliensis, Asystasia gangetica, Setaria aplicata, Axonopus compressus, dan Cyperus
kyllingia. Kedua percobaan pemisahan nilai tengah dilakukan dengan uji BNT pada taraf
nyata 5%. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji menggunakan uji Bartlett dan
kemenambahan model diuji dengan uji Tukey. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)
pengaruh lama fermentasi cairan buah kakao terhadap tingkat keracunan pada gulma; (2)
pengaruh beberapa jenis gulma terhadap tingkat keracunan; dan (3) interaksi antara lama
fermentasi dan jenis gulma dalam mempengaruhi tingkat keracunan gulma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi cairan fermentasi pulp kakao secara pra
tumbuh: (1) Semua lama fermentasi tidak mempengaruhi pertumbuhan dan mengendalikan
gulma dan (2) Pemberian cairan fermentasi pulp kakao merangsang pertumbuhan gulma.
Sedangkan jika diaplikasikan secara pasca tumbuh: (1) Carian pulp kakao yang di fermentasi
selama 4 sampai 5 minggu dapat meracuni gulma paling tinggi; (2) Aplikasi cairan
fermentasi pulp kakao efektif meracuni gulma golongan daun lebar (Mimosa invisa, Borreria
latifolia, Richardia brasiliensis dan Asystasia gangetica) dan golongan rumput (Axonopus
Dwi Apri Kusnendar
compressus), sedangkan (Setaria plicata) dan golongan teki (Cyperus kyllingia) tahan
terhadap aplikasi cairan pulp kakao yang di fermentasi; (3) Cairan pulp kakao yang
difermentasi 7 minggu mampu meracuni namun tidak menekan gulma Setaria plicata; dan
(4) Ada pengaruh interaksi antara lama fermentasi dan jenis gulma dalam mempengaruhi
persentase keracunan.
Kata kunci: Bioherbisida, Fermentasi, Gulma, Pulp Kakao
Abstract
Weed is the one of intruder organism that could decrease the production of
agriculture because of weed is the main rival plants to get the plants’s medium. Its
necessary to do the controlling in order to press the competition between the
plants and weed. Weed’s controlling usually do chemically. Its caused the
chemical controlling is efficient for time, energy and cost. But if the chemical
controlling do over and over its shall egive negative effect to environment and the
operator. That’s why its really need to do the alternative controlling that’s not
harmfull to environment. The utilization of cacao’s pulp isn’t knowing yet in
society generally, and its caused the waste’s trouble in the first process of cacao’s
processing. Because the trouble, the research do with hope could decrease the
waste from cacao’s pulp and produce the usefull product as bioherbicide that no
harmful the environment.
The research did in Botanical Garden at District of natar, South Lampung, started
from December 2011 to July 2012. There were two observatoried, the first
observatoried arranged in structural single designed with ten treatment of duration
from cacao’s pulp fermentation, were : 0 week (without fermentation ), 1 week, 2
weeks, 3 weeks, 4 weeks, 5 weeks, 6 weeks, 7 weeks, 8 weeks, and controled
(used the water). The treatment arranged in Complete Randomized Group Design
and each treatment was refrained 3 times. On second observatory did with Strip
Plot Design with 3 refrain.Treatment arranged in Factorial. The first factor is 8
time of cacao’s pulp fermentation with 1 control. The second factor were 7 kinds
of weed, they were Mimosa invisa, Borreria latifolia, Richardia brasiliensis,
Asystasia gangetica, Setaria aplicata, Axonopus compressus, and Cyperus
kyllingia. Both of separated observatory’s mean did with BNJ in 5%. Homogenity
between the treatment tested with Bartlett and aditivity tested with Tukey. The
purpose of this research were knowing about : (1) the effect of fermentation’s
duration of cacao’s pulp liquid to the level of poisoning in weed; (2) the effect the
few kind of weed to level of poisoning; and (3) the interaction between
fermentation’s duration and the kind of weed in effecting the level of weed’s
poisoning.
The result showed : (1) The liquid fermentation of cocoa pulp is applied preEmergence did not affect the growth of weeds, while if applied post-Emergence
into the weeds are very effective in toxic to weed; (2) the liquid of cocoa pulp
fermented for 4 to 5 weeks could poison weeds very well., (3) Applications liquid
fermentation of cocoa pulp effectively in poisoning the group of broadleaf weeds
(Mimosa invisa , Borreria latifolia, Richardia brasiliensis, and Asystasia
gangetica) and group of grass (Axonopus compressus), whereas (Setaria plicata)
and group puzzles (Cyperus kyllingia) were resistant to the application of liquid of
cocoa pulp fermented; (4) the interaction between fermentation time and type of
weeds in influence the percentage of toxicity.
Keywords: Bioherbicide, Fermentation, Weeds, Cocoa PulpDwi Apri Kusnendar 08140130192015-09-07T03:57:14Z2015-09-07T03:57:14Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12222This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122222015-09-07T03:57:14ZPENGARUH PEMBERIAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN
KOMPOS KULIT BUAH KAKAO PADA PERTUMBUHAN BIBIT
KAKAO (Theobroma cacao L.)Abstrak
Usaha pembibitan kakao yang dilakukan secara besar-besaran seringkali
menghadapi masalah ketersediaan air penyiraman. Selain itu, penggunaan pupuk
kimia yang semakin marak menyebabkan tanah menjadi kekurangan bahan
organik dan kurang subur. Untuk mengatasi hal tersebut, pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskular (FMA) dan kompos kulit buah kakao dapat menjadi salah
satu solusi dalam menyediakan air yang cukup bagi bibit kakao dan juga dapat
mengembalikan kesuburan tanah.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui apakah aplikasi FMA dapat
meningkatkan pertumbuhan bibit kakao, (2) untuk mengetahui bentuk respon bibit
kakao terhadap pemberian dosis kompos kulit buah kakao yang semakin
meningkat, (3) Untuk mengetahui apakah respon bibit kakao terhadap kompos
kulit buah kakao ditentukan oleh aplikasi FMA, (4) untuk mengetahui dosis
optimum kompos kulit buah kakao bagi pertumbuhan bibit kakao yang
diaplikasikan dengan FMA dan yang tidak diaplikasikan FMA.
Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (2 x 5). Faktor pertama adalah
pemberian mikoriza dengan 2 taraf, yaitu m0 (tanpa FMA) dan m1 (diberi FMA).
Faktor kedua adalah perbandingan volume tanah pasir dan kompos kulit buah
kakao (KKBK) dengan 5 taraf, yaitu k0 (0% KKBK), k1 (5 % KKBK), k2 (10 %
KKBK), k3 (15% KKBK), dan k4 (20 % KKBK). Perlakuan diterapkan ke dalam
satuan percobaan menurut rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS).
Homogenitas ragam data yang diperoleh diuji dengan Uji Bartlett, sedangkan
untuk sifat kemenambahan diuji dengan Uji Tukey. Bila kedua uji tidak nyata,
data dianalisis ragam. Pemisahan nilai tengah pada faktor pemberian FMA
dilakukan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata
5%. Sedangkan untuk faktor dosis kompos kulit buah kakao dilanjutkan dengan
uji polinomial ortogonal pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa FMA tidak mampu meningkatkan
pertumbuhan bibit kakao, melainkan hanya meningkatkan persen infeksi akar oleh
mikoriza saja. Dengan meningkatnya dosis kompos kulit buah kakao dalam media
tanam, makan makin menekan pertumbuhan bibit kakao. Hal ini dapat dilihat dari
peubah jumlah daun bulan ke-1, tinggi tanaman bulan ke-1, ke-2, dan ke-3,
diameter batang bulan ke-2, ke-3, dan ke-4, bobot segar tajuk, bobot segar akar,
bobot kering tajuk, dan bobot kering akar. Tidak terdapat interaksi antara
pemberian FMA dan dosis kompos kulit buah kakao pada semua peubah yang
diamati.Ananda Yashinta Rahmayanti 08140130052015-09-07T03:57:10Z2015-09-07T03:57:10Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12221This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122212015-09-07T03:57:10ZANALISIS HABITAT SIAMANG (Hylobathes syndactilus)
DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN
KECAMATAN PESISIR TENGAH LAMPUNG BARATAbstrak
Repong damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Lampung Barat
merupakan hutan buatan manusia yang memiliki struktur vegetasi yang kompleks.
Repong damar Pahmungan adalah salah satu habitat bagi Siamang (Hylobathes
syndactilus). Analisis habitat dilakukan untuk mengetahui kesesuaian repong
damar sebagai habitat Siamang. Aspek analisis habitat meliputi struktur vegetasi
cover dan tumbuhan pakan Siamang serta topografi lahan di repong damar.
Penelitian dilakukan di repong damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir
Tengah Lampung Barat pada bulan Juni- Agustus 2011. Penelitian menggunakan
metode penjelajahan, analisis vegetasi, pengamatan dan pengukuran. Analisis
kesesuaian dilakukan dengan membandingkan habitat Siamang di Repong Damar
dengan habitat Siamang di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Berdasarkan analisis vegetasi diperoleh 13 spesies pohon penyusun cover
Siamang dengan INP tertinggi adalah Damar sebesar 143,16%. Terdapat 13
spesies tumbuhan pakan Siamang di repong damar. Repong damar memiliki
ketinggian antara 0-500 mdpl dengan kemiringan sebesar 25%. Analisis
perbandingan habitat menunjukkan bahwa repong damar memiliki perbedaan
karakteristik dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan namun repong damar
mampu memberikan ruang untuk berkembang serta menopang kebutuhan hidup
Siamang, meliputi ketersediaan pakan dan vegetasi yang sesuai untuk aktivitas
hariannya.
Kata kunci : Siamang, habitat, repong damar
Abstract
Repong damar Pekon Pahmungan Pesisir Tengah District West Lampung , is one
of man made forest which vegetations has a complex structure. Repong damar
Pahmungan are habitat for Siamang (Hylobathes syndactilus). The analysis is
performed to determine repong damar sustainability as habitat for Siamang.
Aspect of habitat analysis includes vegetation structure, vegetation feed and
topography in repong damar. The research was conducted in Repong damar Pekon
Pahmungan Pesisir Tengah District West Lampung on June- August 2011.
Research using exploration method, vegetation analysis, observation and
measurement. The analysis is done by comparing the Siamang’s habitat in Repong
Damar with Bukit Barisan Selatan National Park.
Based on vegetation analysis obtained 13 species of cover tree, which the highest
important value index (INP) is Damar (Shorea javanica) at 143,16%. There are
13 species of plant feed’s Siamang in repong damar. Repong damar has an
altitude between 0 – 500 asl, with elevation of 25 %. Comparative analysis
showed that difference characteristic of habitat on Repong Damar and Bukit
Barisan Selatan National Park, but repong damar can provide space to develop
and sustain daily needs of Siamang, including food availability and vegetation that
is suistable for daily activities.
Keyword : Siamang, habitat, repong damarRosmerry Yuliana 07140810592015-09-07T03:57:06Z2015-09-07T03:57:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12220This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122202015-09-07T03:57:06ZKONSERVASI SATWA LIAR SECARA EX-SITU DI TAMAN SATWA
DAN WISATA BUMI KEDATONAbstrak
Konservasi merupakan kegiatan yang mecakup tiga aspek yaitu perlindungan,
pemanfaatan dan pelestarian. Konservasi ex-situ adalah konservasi tumbuhan dan
atau satwa di luar habitatnya. Kesesuaian teknis konsei'vasi di Taman Satwa dan
Wisata Bumi Kedaton dapat dilihat dari perlakuan kepada satwa liar. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan satwa, pemanfaatan dan pelestarian
satwa liar di Taman Satwa dan Wisata Bumi Kedaton. Data diambil dengan
mengunakan metode observasi dan wawancara. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan September sampai Oktober 2011.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Perlindungan Satwa Liar di Taman Satwa dan
Wisata Bumi Kedaton belum memenuhi kesesuaian yang di tentukan oleh
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 1 9/Menhut-II/2005 tentang Penangkaran
Tumbuahan dan Satwa Liar serta indikator kesesuaian kesejahteraan satwa
menurut PKBSI. Pemanfaatan Satwa Liar di Taman Satwa dan Wisata Bumi
Kedaton yaitu hanya untuk satwa peraga dan 3 jenis satwa liar dilindungi yang
dimanfaatkan selain diletakakan dikandang peraga juga dimanfaatkan untuk
berfoto bersama pengunjung.
Kata kunci: Satwa Liar, konservasi ex-situ
Abstract
Conservation is an activity that has three aspects: protection, utilization and
conservation. Ex-situ conservation means the conservation of plants and or
animals outside their habitat. Technical suitability of conservation at the Taman
Satwa dan Wisata Bumi Kedaton can be seen from the treatment of wildlife. This
research aims to find a wildlife protection, utilization and conservation of wildlife
in the Taman Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Data retrieved using the method of
observation and interviews. The research was conducted in September and
October 2011.
The results showed that the Protection of Taman Satwa dan Wisata Bumi
Kedaton who do not meet the suitability is determined by the Minister of Forestry
Regulation No: P.19/Mcnhut-Il/2005 as well as animal welfare indicators.
Utilization of Wildlife in the Taman Satwa dan Wisata Bumi Kedaton that is only
for wildlife displays and 3 types of protected wildlife that used other than in the
stable viewer is also used to take pictures with visitors.
Keywords: Wildlife, ex-situ conservationMelisa Yurestika1 07140810462015-09-07T03:57:01Z2015-09-07T03:57:01Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12218This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122182015-09-07T03:57:01ZEVALUASI MUTU DAN ANALISIS USAHA SUSU KEDELAI
(Glycine max L. Merr) KEMASAN PLASTIK DI BANDAR LAMPUNGAbstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman mutu susu kedelai
kemasan plastik yang dijual di Bandar Lampung dan analisis potensi usaha
produksi susu kedelai tersebut. Pengamatan dilakukan terhadap 8 sampel yang
dijual dan terhadap 6 produsen yang ditentukan menggunakan metode purposive
sampling. Hasil pengamatan sampel diuji dengan sidik ragam dan uji lanjut
Duncan, sedangkan analisis kelayakan usaha produsen susu kedelai disajikan
secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu susu kedelai
kemasan plastik di Bandar Lampung ternyata beragam yang ditunjukkan oleh
kadar protein berkisar 0,78-2,58 %bb; pH 6,32-6,78; total padatan 10,10-15,98
%bb; dan total mikroba 5,07-5,70 log koloni/ml; warna antara putih kekuninganputih kecoklatan; penerimaan keseluruhan antara netral-suka; rasa antara sedikit
sekali rasa manis-manis; dan aroma tidak berbeda nyata yaitu sedikit langu.
Secara keseluruhan analisis hasil usaha produsen susu kedelai kemasan plastik
Nur Prayuga
adalah NPV = Rp 40.079.472,73; B/C = 1,38; IRR = 485,72%; Pb = 0,21; BEP
biaya pokok = 711,74; dan Produksi BEP = 114 yang menunjukkan bahwa usaha
pembuatan susu kedelai dari setiap produsen menguntungkan dan layak untuk
diusahakan (NPV > 0, B/C ratio > 1, IRR > discount factor (11,00%), payback
period < umur ekonomis 4 tahun), harga pokok penjualan > BEP harga pokok,
dan total produksi > BEP produksi).
Kata kunci: evaluasi mutu, analisis usaha, susu kedelai
Abstract
The purpose of this study was to determine the diversity of quality of soy milk
plastic packages sold in Bandar Lampung and business analysis of production of
soy milk plastic package. Data of quality of soy milk plastic packages were
collected from 8 vendors and 6 producers which determined using purposive
sampling method. Data of quality were tested with analysis of variance and
Duncan multiple range test, while business analysis were discussed descriptively.
The results showed that the quality of soy milk plastic packages were significantly
different shown by protein contents ranged from 0,78 – 2,58% w/w; pH 6,32 –
6,78; total solid 10,10 – 15,98% w/w, and total microbia 5,07 – 5,70 log CFU/ml;
colors ranging from yellowish white – brownish white; overall quality acceptance
ranged from neutral –like; taste ranged from less sweet – sweet, and flavor were
not different of slightly unpleasant. Overall business analysis result of soy milk
plastic package producer which is NPV = Rp 40.079.472,73; B/C = 1,38; IRR =
Nur Prayuga
485,72%; Pb = 0,21; BEP of fix cost = 711,74; and Production of BEP = 114,
showed that all producers are profitable and proper to be developed (NPV > 0,
B/C ratio > 1, IRR > discount factor 11.00%, payback period < the economic
period (4 years), fix cost > BEP of fix cost, and total production > production of
BEP).
Keywords : quality evaluation, analysis business, soybean milkNur prayuga 07140510612015-09-07T03:56:57Z2015-09-07T03:56:57Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12217This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122172015-09-07T03:56:57ZPENYUSUNAN DRAFT PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
PROSES PENGOLAHAN TAHU (STUDI KASUS DI SALAH SATU INDUSTRI
RUMAH TANGGA TAHU GUNUNG SULAH BANDAR LAMPUNG)Abstrak
Prosedur Operasional Standar (POS) merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan
dan harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (U.S. EPA., 2007).
Draft POS dibuat berdasarkan review terhadap Cara Produksi Pangan yang Baik . SPO
dibuat untuk menjadi penunjuk arah dalam melakukan proses di dalam industri. Pada
penelitian ini, draft Prosedur Operasional Standar (POS) pada industri tahu dimulai
dengan pengamatan dan pencatatan setiap detail proses pengolahan tahu. Penelitian ini
dilakukan melalui empat tahapan. Pertama, observasi lapang untuk mengamati proses
yang meliputi kondisi sanitasi, spesifikasi alat, bahan baku utama, bahan baku penolong
dan deskripsi tahap proses pengolahan tahu. Tahap kedua yaitu penentuan tahap kritis
dan optimasi kondisinya. Tahap selanjutnya yaitu penyusunan draft Prosedur Operasional
Standar (POS). Tahap terakhir yaitu uji coba draft POS. Data hasil pengamatan keduanya
dibandingkan dan dibahas secara deskriptif. Tahu yang dihasilkan dari uji coba POS
memiliki rasa, aroma, warna, kekompakan, penampakan dan tekstur lebih disukai
dibandingkan produk tahu yang diproduksi tanpa mengacu pada draft POS.
Kata kunci : Prosedur Operasional Standar (POS), tahu
Abstract
Standard Operating Procedure (SOP) is a procedure or steps which is standardized and
must be passed to complete a particular work process (U.S. EPA., 2007). Arranging SOP
draft is based on a review of Good Manufacture Practice. SOP is made for being a guide
line in doing process in an industry. In this research, drafting Standard Operating
Procedure (SOP) of the tofu industry was begun with observating and recording every
detail process. The research was conducted through four steps. Firstly, field observation
to observate process, including sanitation, tools specification, and description about step
of processing teh tofu. Second step was determining the critical point and optimating the
condition. The next step was arranging the SOP draft. The last was the testing of SOP
draft. Then the data were compared and discussed descriptively. Tofu was made of the
experimen had flavor, aroma, color, compactness, appearance and texture which were
preferred than the products made without using reference of the SOP draft.
Keywords: Standard Operating Procedure (SOP), tofuM. Iqbal Meyza 07140510542015-09-07T03:56:53Z2015-09-07T03:56:53Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12216This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122162015-09-07T03:56:53ZEVALUASI MUTU DAN ANALISIS USAHA SARI TEBU
(Sacharum officinarum) SEGAR DI BANDAR LAMPUNGAbstrak
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi tentang keragaman mutu dan
kelayakan usaha minuman sari tebu dengan gerobak dorong. Untuk itu dilakukan
analisis mutu minuman sari tebu yang mencakup mutu fisiko kimia, inderawi, dan
mikrobiologi dari 5 penjual sari tebu. Selain itu dilakukan analisis potensi usaha
sari tebu segar dengan gerobak dorong, yaitu biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya
pokok, analisis titik impas/BEP, B/C ratio, NPV, IRR, jumlah penjualan minimal
perhari, dan Payback period. Keragaman mutu antarsampel diuji secara statistik,
sedangkan analisis potensi kelayakan usaha diuji dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil analisis mutu menunjukkan nilai total padatan terlarut dan kadar abu
berkisar antara 7,43 - 9,80 0Brix dan 0,02 - 0,16 % bb. Hasil uji organoleptik
terhadap parameter warna, rasa, dan penerimaan keseluruhan juga berbeda antara
kelima sampel kecuali aroma. Nilai pH dan total mikroba tidak berbeda antara
kelima sampel berturut - turut rata - rata 5,15 dan 9,19 (skala log). Mutu fisik,
kimia, dan organoleptik sampel dari 5 penjual memenuhi standar mutu minuman
sari buah SNI 01 -3719-1995. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa semua
Penjual sari tebu segar menguntungkan dan layak untuk dikembangkan dan
Penjual sari tebu segar yang paling menguntungkan ditunjukkan oleh Penjual 1
(S3) dengan jumlah penjualan minimal sebanyak 80 kemasan perhari, dan hasil
analisis finansial dibandingkan dengan kriteria investasi juga menunjukkan NPV
> 0, B/C ratio > 1, IRR > discount factor (11,00%) dan payback period < umur
ekonomis (4 tahun).
Keywords: sari tebu segar, potensi usaha, mutu
Abstract
The aim of this study was to investigate quality variances and business proper of fresh
sugarcane juice sold in handcraft. Physical, chemical, microbial and sensory characteristics
of samples from 5 sellers were analysed in Laboratory. Analysis of business proper such as
BEP, B/C ratio, NPV, IRR, minimum selling per day, and payback period was also carried
out. Data of quality were analysed statistically whilst financial analysis were discussed
descriptively. The study showed that chemical properties TSS and ash varied from 7,43 –
9,80 0Brix and 0,02 – 0,16% (w/w) respectively. Sensory charateristics of color, taste, and
overall acceptance were also different except flavour. Total microbes of 9,19 (log scale) and
pH (5,15) were not difference. However, chemical, physical and sensory charateristics of
sample from 5 sellers were complement to national juice standard (SNI 01 -37189-1995).
Financial analysis showed that all fresh sugarcane juice sellers were profitable and proper to
be developed and fresh sugarcane juice seller most beneficial indicated by Seller 1 (S3) with
minimum selling of 80 glasses per day, and fulfillment of investment criteria of NPV > 0,
B/C ratio > 1, IRR > discount factor (11,00%), and payback period < economic period (4
years).
Keywords: fresh sugarcane juice, business proper, qualityERIK B. P SIMAMORA 07140510482015-09-07T03:56:41Z2015-09-07T03:56:41Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12192This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121922015-09-07T03:56:41ZFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA
AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI DESA SUKADANA
KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMURAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pelaksanaan Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), (2) Faktor-faktor yang
berhubungan dengan keberhasilan program, dan (3) Dampak program terhadap
kehidupan masyarakat petani.
Penelitian ini dilaksanakan pada November - Desember 2011. Sampel penelitian
adalah anggota kelompok tani sebanyak 56 orang yang memperoleh Program
PUAP. Metode penelitian adalah metode survei. Penelitian dilakukan secara
deskriptif. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji analisis
Korelasi Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Program PUAP telah berjalan dengan
baik, yang terlihat dari tercapainya tujuan, sasaran, dan pencapaian indikator
keberhasilan, (2) Tingkat pengetahuan tentang program, tingkat aktivitas
pendampingan, dan tingkat partisipasi petani berhubungan sangat nyata dengan
keberhasilan program, sedangkan tingkat pengelolaan dana PUAP yang diterima
petani, tingkat dukungan pemerintah, dan banyaknya jenis usaha agribisnis petani
berhubungan nyata dengan keberhasilan program, dan (3) Dampak sosial adalah
meningkatnya interaksi sosial antar petani, solidaritas antar petani, semangat
untuk berhasil dalam usaha agribisnis, dan rasa tanggung jawab petani terhadap
dana PUAP. Dampak ekonomi adalah meningkatnya aktivitas usaha agribisnis,
pendapatan petani, bertambahnya jenis usaha agribisnis, dan kesejahteraan
masyarakat petani. Dampak lingkungan adalah peningkatan sarana dan prasarana,
pemanfaatan lahan yang tepat untuk usaha agribisnis.
Kata Kunci : Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Abstract
The objective of the study were : (1) The implementation of rural agribusiness
development program (PUAP), (2) Factors related to the success of the program,
(3) The impact ofprogram on farmers.
This research was conducted in November - December 2011. The samples of the
research consisted of 56 farmers who involve in PUAP program. The data
collection method was survey. Descriptive were used in analysis methods.
The correlations of variables were tested by Rank Spearman test.
The results showed that : (1) The program has performed well, (2) Farmers
knowledge, mentoring activities, and farmers of participation has very significant
influence on success of the program, while the management of funds, government
support, and types of agribusiness has considrable effect on the real success ofthe
program, and (3) The social impact is the increasing social interaction, solidarity,
the motivation, and among responsibility towards the fund of farmers. The
economic impact is the increased activity of agribusiness, income, the increase in
agribusiness types, and the welfare of farmers. Environmental impact of the
program is the improvement of facilities and infrastructure and land use right for
agribusiness.
Key Words : Rural Agribusiness Development Program (PUAP)Dwi Muhamad Novianto 07140220232015-09-07T03:56:26Z2015-09-07T03:56:26Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12214This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122142015-09-07T03:56:26ZKAJIAN FORMULASI TEPUNG PISANG BATU (Musa balbisiana Colla)
DAN TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN BISKUIT COKLATAbstrak
Pisang batu umumnya mempunyai banyak biji dan bersifat diploid. Salah satu
jenis pisang batu adalah Musa balbisiana Colla. Menurut Musita (2008), kadar
pati resisten pisang batu lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pisang lainnya,
yaitu sebesar 39,35 % dan mengandung senyawa fruktooligosakarida (FOS) yang
dapat dikembangkan menjadi minuman prebiotik (Musita, 2009). Menurut
Sunaryo (1985), apabila pembuatan biskuit dilakukan dengan menggunakan
tepung non terigu, maka pembuatan biskuit hanya dapat dilakukan melalui
formulasi sebagian tepung terigu dengan tepung non terigu pada taraf tertentu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi tepung pisang batu
dan tepung terigu yang dapat menghasilkan biskuit yang diterima oleh panelis
dengan skor penilaian organoleptik terbaik dan mengetahui kandungan proksimat,
kadar serat pangan, nilai glikemik indeks (GI), total fenol dan kajian finansial
produk. Penelitian ini dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL) dengan 3 kali ulangan. Faktor tunggal yang digunakan adalah formulasi
tepung pisang batu dan tepung terigu yang terdiri dari 6 taraf yaitu 90 : 10 (F1),
85 : 15 (F2), 80 : 20 (F3), 75 : 25 (F4), 70 : 30 (F5) dan 65 : 35 (F6). Data yang
diperoleh diuji kesamaan ragamnya dengan uji Bartlet dan kemenambahan data
diuji dengan uji Tuckey. Data dianalisis dengan sidik ragam untuk mendapatkan
penduga ragam galat. Analisis data dilanjutkan menggunakan uji BNJ pada taraf
5%.
Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa seluruh perlakuan berpengaruh sangat
nyata terhadap warna, tekstur, penerimaan keseluruhan, potensi komersialisasi
biskuit, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap rasa biskuit. Hasil terbaik
ditunjukkan pada perlakuan F2 (85:15) dengan kadar air 1,42%, kadar abu 2,57%,
kadar lemak 20,71%, kadar protein 5,66%, kadar karbohidrat 69,64%, glikemik
indeks (GI) 21,06%, serat pangan total 32,27% dan total fenol 2,83 ppm (mg/L).
HPP biskuit tepung pisang batu adalah Rp 7.514,05/kemasan dan harga
penjualanya Rp 8.500/kemasan, Break Even Point diperoleh pada 33.097,18
kemasan atau 10,6 bulan, keuntungan yang diperoleh adalah Rp 36.914.000/tahun,
Payback Peroid diperoleh selama 6,5 bulan dan B/C ratio 1,13 (B/C ratio >1)
yang mana usaha ini layak untuk dijalankan.
Kata kunci: formulasi, biskuit, pisang batu
Abstract
Generally, balbisiana banana have many seeds and diploid. According Musita
(2008), resistant starch content of balbisina banana higher than other types of
bananas, amounting to 39.35% and containing fruktooligosakarida (FOS) which
can be developed into prebiotic drinks (Musita, 2009). According Sunaryo (1985),
if biscuit made from non wheat flour, biscuit making can only be done with
formulation of some wheat flour with non wheat flour. The purpose of this research
is to obtain formulation of balbisiana banana flour and wheat flour to produce biscuit that
received by panelists with the best organoleptic score. This research are arranged in
Random Complete Block Design (RCBD) non factorial with three replications. Single
factor used is the formulation of stone banana flour and wheat consisting of six
level which is 90 : 10 (F1), 85 : 15 (F2), 80 : 20 (F3), 75 : 25 (F4), 70 : 30 (F5)
dan 65 : 35 (F6). Obtained data analyzed by using Barlett test to find similarity range,
furthermore the variety range tested with Tuckey test And the data analysis conducted by
Honest Significant Difference test (LSD) at level 5%.
The results showed that treatment of the addition of balbisiana banana flour
concentration has highly significant effect on color, texture, overall acceptance and
commercialization potential, but it was not effected significantly on the taste. The
best result is shown in treatment F2 (85:15) with water content of 1,42%, ash
content of 2,57%, fat content of 20,71%, protein content 5,66%, carbihydrate
content of 69,64%, glycemic index (GI) of 21,06%, total dietary fiber of 32,27%
dan total phenol 2,83 ppm (mg/L). HPP biscuit of Rp 7.514,05/package and
selling price of Rp 8.500/package, BEP of 33.097,18 packages or for 10,6 month,
profit of Rp 36.914.000/year, PBP value for 6,5 month and B/C ratio of 1,13 (B/C
ratio >1), so that this business is considered to be feasible to run.
Key words: formulation, biscuit, balbisiana bananaDwi Indriani 07140510442015-09-07T03:56:20Z2015-09-07T03:56:20Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12213This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122132015-09-07T03:56:20ZKAJIAN FORMULASI TEPUNG PISANG BATU (Musa
balbisiana Colla) DAN TEPUNG TERIGU DALAM
PEMBUATAN BROWNIESAbstrak
Pisang batu (Musa balbisiana Colla) merupakan salah satu jenis pisang liar yang
tumbuh di Indonesia yang berpotensi sebagai sumber karbohidrat dan berpeluang
untuk dikembangkan terutama sebagai bahan pembuatan tepung dan produk
olahannya. Berdasarkan potensi tersebut, maka perlu dilakukan karakterisasi sifat
fisikokimianya sehingga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
ketersediaan pangan dan sebagai bahan baku industri. Salah satu alternatif bentuk
pengolahan pangan yang dapat meningkatkan penerimaan dan keawetan pisang
adalah dengan mengolahnya menjadi tepung pisang batu yang kemudian dapat
diaplikasikan dalam pembuatan produk pangan seperti brownies. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji sifat fisikokimia tepung pisang batu, mendapatkan
formulasi tepung pisang batu dan tepung terigu yang menghasilkan brownies
dengan sifat organoleptik terbaik yang minimal sama dengan brownies komersial
dan mengkaji aspek finansial produk. Metode percobaan yang digunakan adalah
metode deskriptif (3 kali ulangan) dengan perlakuan tunggal yang terdiri dari
enam taraf yaitu proporsi tepung pisang batu dan tepung terigu (10:90), (20:80),
Dewi Hilma Yuningsih
(30:70), (40:60), (50:50) dan (60:40). Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif yang ditampilkan dalam bentuk Grafik atau Tabel.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh Tepung pisang batu
dengan karakteristik sifat fisikokimia yang meliputi daya serap air sebesar 37,5%
dan daya serap minyak sebesar 23,5%. Hasil terbaik ditunjukkan pada perlakuan
F3 (30:70) dengan kadar air sebesar 25,26%, kadar abu 1,55%, kadar lemak
19,63%, kadar protein 6,04%, kadar karbohidrat (by difference) 47,52%, total
serat pangan 23,73% dan GI 20,53. Hasil perhitungan kelayakan finansial
diperoleh HPP sebesar Rp 12.406,223/kemasan dengan harga jual sebesar Rp
13.500/kemasan, BEP sebesar 38.119,92 kemasan, nilai PBP sebesar 0,51 tahun
dan B/C ratio 1,2 sehingga usaha ini dinilai layak untuk dijalankan.
Kata kunci: pisang batu, tepung pisang batu, brownies
Abstract
Balbisiana banana (Musa balbisaiana Colla) is one of wild banana types growing
in Indonesia, has potentials as carbohydrate sources and opportunities to develop
as material in making flour and processed product. Looking at the potentials, it
needs to define the physicochemical properties of balbisiana banana to be able to
develop and use it for the food availability and industrial raw material. One of
alternatives in food processing to improve acceptance and banana shelf life is by
processing the balbisiana banana in flour that is able to apply in food product
making such as brownies. The objective of this research is to analyze the
physicochemical properties of balbisiana banana, to obtain balbisiana banana flour
and wheat flour formula that is able to produce brownies with best organoleptic
properties with minimum properties that equals to commercial brownies and to
study the financial aspect of the product. The research uses descriptive method
with three repetitions in a single treatment consisting of six levels of mixture
between balbisiana banana flour and wheat flour (10:90, 20:80, 30:70, 40:60,
Dewi Hilma Yuningsih
50:50 and 60:40). Obtained data are analyzed descriftively and presented in forms
of charts and tables.
The result obtained the balbisiana banana flour with physicochemical properties
having 37,5% water absorption and 23,5% oil absorption. The best result is
shown in F3 (30:70) treatmen with water content of 25,26%, ash content of
1,55%, fat content of 19,63%, protein content of 6,04%, carbohydrate content (by
difference) of 47,52%, total dietary fiber of 23,73%, and Glycemic Index (GI) of
20,53%. The calculation of financial feasibility shows HPP of Rp
12.406,223/package with selling price of Rp 13.500/package, BEP of 38.119,92
packages, PBP of 0,51 year and B/C ratio of 1,2 so that this bussines is considered
to be feasible to run.
Keywords : balbisiana banana, balbisiana banana flour, browniesDewi Hilma Yuningsih 07140510422015-09-07T03:56:16Z2015-09-07T03:56:16Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12212This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122122015-09-07T03:56:16ZPENGARUH PERLAKUAN AWAL TERHADAP
KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK
TEPUNG JAMUR TIRAM (PLEUROTUS OSTREATUS)Abstrak
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang
memiliki manfaat bagi tubuh. Jamur tiram termasuk bahan pangan yang mudah
rusak. Penyimpanan jamur tiram pada suhu 15-200C hanya dapat bertahan selama
3-5 hari. Untuk memperpanjang masa simpan, jamur tiram dapat diolah menjadi
tepung jamur tiram. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perlakuan awal
yang menghasilkan tepung jamur tiram dengan sifat kimia dan organoleptik
terbaik.
Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Kelompok Acak Lengkap
(RAKL) dengan satu faktor dan 4 ulangan. Faktor tunggal adalah perlakuan awal
yang terdiri dari enam taraf yaitu kontrol, blanching, perendaman asam sitrat
0,5% selama 10 menit, blanching + perendaman asam sitrat 0,5% selama 10
menit, perendaman natrium bisulfit 2500 ppm selama 10 menit, dan blanching +
perendaman natrium bisulfit 2500 ppm selama 10 menit. Pengamatan tepung
jamur tiram dilakukan terhadap sifat kimia dan organoleptik, sedangkan analisis
Ardiansyah
sifat fungsional dilakukan pada tepung jamur tiram terbaik. Data dianalisis dengan
sidik ragam dan uji lanjut dengan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan awal berpengaruh nyata terhadap
kadar air, protein, abu, karbohidrat dan warna tepung jamur tiram. Tepung jamur
tiram tanpa perlakuan awal/kontrol memiliki kadar air sebesar 7,29 %, kadar abu
sebesar 8,01%, kadar protein sebesar 17,50%, kadar karbohidrat sebesar 73,68%,
dan warna putih dengan skor 4,34.
Key words : jamur tiram, tepung jamur tiram, asam sitrat, natrium bisulfit,
blanching
Abstract
Oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) is one of the healthy vegetables and
consumed by many people. Oyster mushroom was perishable foodstuffs, like
other vegetables. Storage in a cool temperatur, oyster mushroom only last for 3-5
days. To extend the shelf life of the oyster mushroom can be made into flour.
This study aims to find treatment that produced oyster mushroom flour with the
best chemical and organoleptic properties.
The design of the experiment used the Completely Randomized Block Design
with single factor and 4 replications. The single factor consisted of six level
pretreatment : control, blanching, soaking in 0.5% citric acid for 10 minutes,
blanching + soaking in 0.5% citric acid for 10 minutes, soaking in 2500 ppm
sodium bisulfite for 10 minutes, and blanching + soaking in 2500 ppm sodium
bisulfite for 10 minutes. The parameter were observed : chemical characteristics
(water content, ash content, protein, carbohydrate content) and organoleptic
Ardiansyah
properties colour. Obtained data were analysed with Honestly Significant
Difference test (HSD) at the 5% level.
The results showed that pretreatment significantly affect the moisture content,
protein content, ash content, carbohydrate content and colour oyster mushroom
flour. The best oyster mushroom flour wast control (with no pre-treatment) with
chemical characteristics: water content 7.29%, ash content 8.01%, protein content
17.50%, and carbohydrate content of 73.68%., and organoleptic characteristics
(colour) was white score (4.34).
Keywords: oyster mushroom, oyster mushroom flour, citric acid, sodium bisulfite,
blanchingArdiansyah 07140510352015-09-07T03:56:12Z2015-09-07T03:56:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12211This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122112015-09-07T03:56:12ZPENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN
TERHADAP SERANGAN HAMA TIKUS (Rattus sp.)
PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)Abstrak
Rendahnya produksi tebu disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman
(OPT), seperti serangan tikus. Tanaman tebu yang terserang tikus tidak dapat
diproses di pabrik menjadi gula karena batangnya patah-patah bahkan mati.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh reduksi olah tanah dan
pemulsaan terhadap serangan hama tikus (Rattus sp.) pada tanaman tebu
(Saccharum officinarum L.).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011, di
lahan pertanaman tebu milik PT. Gunung Madu Plantations. Penelitian
menggunakan Rancangan Percobaan Petak Terbagi (RPPT) dengan petak utama
adalah sistem olah tanah, sedangkan anak petak adalah pemberian mulsa. Sistem
pengolahan tanah terdiri dari sistem Olah Tanah Intensif (OTI) dan sistem Tanpa
Olah Tanah (TOT), sedangkan pemulsaan terdiri dari pemberian mulsa bagas (80
ton/ha) dan tanpa pemberian mulsa. Setiap petak perlakuan berukuran 25x40
meter terdiri dari 5 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan
kerusakan tanaman oleh hama tikus dan jumlah umpan termakan, sedangkan
perlakuan pemulsaan tidak berpengaruh nyata. Pemberian mulsa pada sistem
tanpa olah tanah dapat meningkatkan kerusakan tanaman akibat serangan hama
tikus.
Kata kunci: Olah tanah intensif, Tanpa olah tanah, Pemulsaan, Tikus, Tebu
Abstract
The lower production of sugarcane is caused by pest infestation, such as rat
attack. Sugarcane attacked by rat cannot be processed to produce sugar because
of the stem were broken even died. The objective of this research was to
determine the effect of tillage and mulching system on rat (Rattus sp.) infestation
to sugarcane plantations (Saccharum officinarum L.).
This research was conducted from June to September 2011 at the sugarcane
plantation owned by PT. Gunung Madu Plantations. The Split Plot Experimental
Design consisted of tillage system as main plot and mulching as subplot. The
tillage system consisted of full tillage system and no tillage system, while
mulching consisted of giving mulch bagasse (80 ton/ha) mulch and no giving
mulch. Each treatment plots sizing of 25 x 40 meter were replicated 5 times
The results showed that the no tillage system could increase crop damage by rats
and the amount of bait, whereas no significant effect at mulch treatment.
Mulching on no tillage system can increase crop damage caused rat attack.
Keyword: Full tillage, No tillage, Mulch, Rat, SugarcaneStenia Ruski Yusticia 07140410552015-09-07T03:56:08Z2015-09-07T03:56:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12210This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122102015-09-07T03:56:08ZPENGARUH APLIKASI Trichoderma spp. TERHADAP KEPARAHAN
PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae Ell. et Ev.,) PADA TANAMAN
TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)Abstrak
Penyakit patik (Cercospora nicotianae) merupakan penyakit penting pada
tanaman tembakau. Salah satu agensia hayati yang efektif dan efesien serta aman
bagi konsumen dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit adalah
Trichoderma. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh aplikasi Trichoderma
spp. terhadap keparahan penyakit patik pada tanaman tembakau. Hipotesis yang
diajukan adalah bahwa aplikasi Trichoderma spp. mampu menekan keparahan
penyakit patik pada tanaman tembakau. Penelitian dilaksanakan di Lahan Jurusan
Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai
Januari 2012. Perlakuan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan
empat ulangan. Perlakuan terdiri atas tanaman tanpa aplikasi Trichoderma sebagai
kontrol (ko), aplikasi T. harzianum (Th), aplikasi T. viride (Tv), dan aplikasi T.
koningii (Tk). Peubah yang diamati adalah keparahan penyakit patik pada
tanaman tembakau. Dari data keparahan penyakit, dihitung laju infeksi dan daerah
di bawah kurva perkembangan penyakit (AUDPC). Data hasil pengamatan
dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah antar perlakuan diuji
dengan uji BNT pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aplikasi Trichoderma dapat menekan perkembangan penyakit patik pada tanaman
tembakau pada pengamatan 14 hari setelah aplikasi (hsa). Hal ini menunjukkan
bahwa Trichoderma spp. memiliki potensi untuk mengendalikan penyakit patik
pada tanaman tembakau.
Kata kunci : C. nicotianae, Trichoderma spp, penyakit patik, laju infeksi (r),
AUDPC.
Abstract
Tobacco leaf spot (Cercospora nicotianae) is one of the important disease in
tobacco cultivation. One of the biological agents are effective and efficient and
safe for consumers and is environmentally friendly in disease control is
Trichoderma. This study aims to determine the effect of Trichoderma applications
to the severity of tobacco leaf spot. The hypothesis is Trichoderma spp. as
biological control agents capable of suppressing the severity tobacco leaf spot
.The research was carried out in the Land of Department of Plant Protection
Faculty of Agriculture, University of Lampung began from June 2011 until
January 2012. The treatment in this experiment were arranged in a completely
randomized design (CRD) with four replications. The treatments consisted of
plants without application of Trichoderma as a control (co), application of
T.harzianum (Th), application of T. viride (Tv) and application of T.koningii
(Tk). Observed variable is the severity tobacco leaf spot, rate of infection, and
area under disease progression curve (AUDPC). Data were analyzed using the
analysis of variance and the mean differences between treatments were tested with
LSD in the real level 5%. The results of the experiment showed that the use of
Trichoderma can inhibit the severity tobacco leaf spot at the observation of 14
days after application. This is showed that Trichoderma spp. have capable to
control tobacco leaf spot.
Key words: C. nicotianae, Trichoderma spp, the severity tobacco leaf spot,
infection rate (r), AUDPC.SELVI HELINA 07140410532015-09-07T03:56:04Z2015-09-07T03:56:04Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12209This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122092015-09-07T03:56:04ZPENGARUH APLIKASI CENDAWAN Beauveria bassiana (Balls.) Vuill.
TERHADAP POPULASI HAMA TARGET DAN KERAGAMAN
ARTHROPODA NON TARGET PADA TANAMAN SAWI
( Brassica juncea L).Abstrak
Tanaman sawi (Brassica juncea L) adalah tanaman sayuran yang dapat tumbuh di
dataran rendah dan tinggi. Seperti tanaman budidaya lainnya, tanaman sawi juga
tidak luput dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Salah satu
teknik pengendalian yang dapat diterapkan adalah pengendalian hayati
menggunakan cendawan Beauveria bassiana. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh aplikasi B. bassiana terhadap populasi hama target dan
keragaman Arthropoda non target pada pertanaman sawi (Brassica juncea L).
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung
(POLINELA). Berlangsung mulai dari bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan
Januari 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan percobaan Acak Lengkap
(RAL) terdiri atas tiga perlakuan termasuk kontrol dengan enam ulangan.
Perlakuan terdiri atas kontrol tanpa perlakuan pestisida (P0), yang di aplikasi
Beauveria bassiana (P1), dan Perlakuan yang diaplikasi dengan insektisida (P2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aplikasi B. bassiana dengan kerapatan
1010 spora/ml menurunkan populasi Plutella xylostella 1,33 ekor/tanaman pada
4 MST, namun tidak dapat mengendalikan hama pemakan daun lain pada
pertanaman sawi dan tidak berpengaruh terhadap Crocidolomia binotalis dan
Spodoptera litura. Aplikasi B. bassiana dapat menurunkan keragaman
Artrhropada non target, tetapi lebih tinggi indeks keragamannya 0,88
dibandingkan dengan aplikasi insektisida 0,86 yang diukur dengan indeks
Shannon.
Kata kunci : Beauveria bassiana, Keragaman, Arthropoda
Abstract
The mustard plant Brassica juncea (L.) is a kind of vegetables that can grow at
low and high plain. Like other crops, mustard is not immune from pest
infestation. One of the technique control that can be applied is biological control
using Beauveria bassiana. The objective of this research was to determine the
effect of Beauveria bassiana applications against pest population target and
diversity non target Arthropods in mustard Brassica juncea (L.).
This research was conducted in POLINELA (Politeknik Negeri Lampung), from
August 2011 to January 2012. This research used Completely Randomized
Design (CRD) consisted of three treatments including the control with six
replications. The treatments consisted of control without treatments of pesticide
(P0), the application of Beauveria bassiana (P1) and the application of insecticide
(P2).
The results showed that aplication Beauveria bassiana with 1010 spore/ml did not
effect on the population of Crocidolomia binotalis and Spodoptera litura but it
decreased population of Plutella xylostella as high as 1,33 insect/plant on four
weeks after planting. Diversity of non target Arthropods in Beauveria bassiana
aplication was higher (0,88) than in insecticide aplication (0,86).
Key words: Beauveria bassiana, Diversity, ArthropodsResma Nurmei Winda 07140410502015-09-07T03:56:00Z2015-09-07T03:56:00Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12208This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122082015-09-07T03:56:00ZPENGARUH BEBERAPA ISOLAT Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin
TERHADAP MORTALITAS KEPIK PENGISAP BUAH KAKAO
(Helopeltis theivora Waterhouse)Abstrak
Pengisap buah kakao (Helopeltis theivora Waterhouse) merupakan salah satu
hama utama pada tanaman kakao, sehingga keberadaannya perlu diwaspadai.
Kehilangan hasil akibat hama tersebut mencapai 36% pada tahun pertama, dan
pada tahun berikutnya dapat mencapai 61 – 75%. Berdasarkan pentingnya
tanaman kakao untuk dibudidayakan karena nilai ekonomisnya yang tinggi, maka
perlu pengendalian secara intensif terhadap hama yang menyerang. Dan salah
satu pengendalian yang baik adalah penggunaan musuh alami, salah satunya
adalah entomopatogen Metarhizium anisopliae, cendawan ini dikenal sebagai
insektisida mikroba. Cendawan yang berasal dari inang atau daerah geografis
berbeda akan berbeda pula daya virulensinya terhadap serangga. Penelitian yang
dilakukan pada Agustus 2011 ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan, kerapatan, viabilitas dan virulensi Metarhizium anisopliae dari
beberapa tempat berbeda, terhadap mortalitas hama kepik pengisap buah kakao
(Helopeltis spp.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter yang paling
tinggi laju pertumbuhannya dan menunjukkan perbedaan yang nyata adalah isolat
dari Bantul, dengan rata-rata 8,862 cm (6 hsi). Kerapatan konidia jamur tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata akan tetapi secara rata-rata isolat dari UGM
dengan 9,667 x 108/ml yang relatif paling tinggi dari isolat lainnya. Viabiltas
konidia Metarhizium anisopliae juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata,
akan tetapi secara rata-rata isolat yang relatif lebih unggul dari yang lainnya
adalah isolat dari UGM dengan nilai mencapai 72,258%. Sedangkan tingkat
virulensi dapat dilihat dari persentase mortalitas Helopeltis spp., yang relatif
tertinggi daya virulensinya adalah isolat dari UGM, dengan hasil rata-rata
mencapai 81.25%. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat virulensi isolat dari
Tegineneng, Gadingrejo, UGM, Bantul, dan trimurjo tidak berbeda nyata antara
satu sama lainnya, dengan hasil virulensi terhadap serangga Helopeltis spp. yaitu
berkisar antara 61,250% - 81,250%.
Kata kunci: Metarhizium anisopliae, musuh alami, entomopatogen, diameter,
kerapatan, viabilitas, mortalitas.
Abstract
Suckers cocoa (Helopeltis theivora Waterhouse) is one of the main pests on
cocoa, so its presence should be alerted. In the first year losses caused of pests
reaching 36%, and the next year may reaching 61 -75%. Based on the importance
of cocoa plantation to cultivate because of it has high economic value, so it is
necessary to control pests intensively attacking. And one of good
control is using natural enemies, one of them is entomopathogenic
Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin. This fungus is known as a microbial
insecticide. Fungi are from different hosts or geographic regions will also be
different the virulence of the insect. The research conducted in August 2011 aims
to determine the growth rate, density, viability and virulence of
Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin from several different places, on
mortality of cocoa fruit suckers (Helopeltis theivora Waterhouse). The results
showed that diameter of the highest growth rate and show the real difference is the
isolates from Bantul, with an average of 8.862 cm (6 hsi). The density of fungal
conidia does not show real difference but in average isolates from UGM with
9.667 x 108/ml relatively highest of the other isolates. Conidias viability of
Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin also does not show real differences, but
on average isolates are relatively more superior than other is of the isolates from
UGM with the value reaching 72.258%. While virulence rate can be seen from
the mortality percentage of Helopeltis theivora Waterhouse. Which relatively
highest and its virulence is the isolates from UGM, with the average result
reaching 81.25%. The result showed that the level of virulence of isolates from
Tegineneng, Gadingrejo, UGM, Bantul, Tegineneng, Gadingrejo, UGM, Bantul,
and Trimurjo is not real difference among each other that is around 61,250% -
81,250%.
Key words: Metarhizium anisopliae, natural enemies, entomopathogenic,
diameter, density, viability, mortality.Muhammad Furqon 07140410482015-09-07T03:55:55Z2015-09-07T03:55:55Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12207This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122072015-09-07T03:55:55ZPENGARUH PEMULSAAN DAN REDUKSI PENGOLAHAN
TANAH TERHADAP KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI
SEMUT PADA PERTANAMAN TEBUAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemulsaan dan reduksi
pengolahan tanah terhadap keanekaragaman dan populasi semut pada lahan
pertanaman tebu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari dan Juli 2011 di
lahan pertanaman tebu PT Gunung Madu Plantations (GMP), Lampung Tengah.
Percobaan dirancang menggunakan rancangan petak terbagi (2x2x5) dengan olah
tanah sebagai petak utama, pemulsaan sebagai anak petak, dan lima kelompok
sehingga terdapat 20 petak percobaan. Pengambilan sampel semut dilakukan
menggunakan perangkap sumuran (pitfall trap) yang dipasang pada masingmasing petak percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pertanaman
tebu ditemukan tiga belas genus semut. Pemulsaan tidak mempengaruhi
keanekaragaman semut tetapi mempengaruhi populasi semut. Populasi total
semut dan populasi semut Paratrechina lebih tinggi pada perlakuan tanpa mulsa
dibandingkan pada perlakuan dengan mulsa. Indeks Shannon semut, indeks
Simpson, populasi total semut, dan populasi semut Anoplolepis pada perlakuan
tanpa olah tanah (TOT) lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan olah tanah
intensif (OTI), tetapi populasi semut Iridomyrmex pada TOT lebih rendah
dibandingkan pada OTI. Pengaruh pemulsaan dan reduksi pengolahan tanah
terhadap keragaman dan/atau populasi semut tersebut bersifat independen (tidak
interaktif); tetapi pengaruh pemulsaan dan reduksi pengolahan tanah terhadap
jumlah genus semut dan terhadap populasi semut Gnamptogenys bersifat
dependen (interaktif).
Kata kunci : reduksi olah tanah, pemulsaan, semut
Abstract
This research aims to determine the effect of mulching and reduced tillage on
diversity and abundance of ants in sugarcane field. The research was done in
January and July 2011 in sugarcane field in Gunung Madu Plantations Company,
Central Lampung. The experiment was designed using a split plot design (2x2x5)
with soil tillage as the main plot, mulching as the subplot and five replications
(blocks). The sampling of ants used pitfall traps. The research showed that 13 ant
genera were found in the sugarcane field. Total abundance of ants and
Paratrechina were higher in no-mulch plots. Shannon index, total ant abundance
and abundance of Anoplolepis in no-tillage plots were higher than those in full
tillage plots, but the abundance of Iridomyrmex was lower in no-tillage plots. The
effects of mulch and reduced tillage on ant diversity and/or abundance were
independent while those on the ant total genera and on Gnamptogenys abundance
were dependent.
Key word: reduced tillage, mulch, ant diversity and abundanceMuhamad Jaya Saputra 07140410462015-09-07T03:55:50Z2015-09-07T03:55:51Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12206This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122062015-09-07T03:55:50ZKEPARAHAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI
(Capsicum annuum L) DAN BERBAGAI JENIS GULMAAbstrak
Cabai merah (Capsicum annuum L) merupakan salah satu komoditas sayuran
penting. Rendahnya produksi cabai antara lain disebabkan oleh penyakit
antraknosa dan gulma yang tumbuh disekitar pertanaman cabai. Gulma selain
menjadi tanaman pesaing cabai, sekaligus dapat sebagai tanaman inang alternatif
jamur penyebab antraknosa Colletotrichum capsici L. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) mengetahui apakah gulma dapat terserang penyakit antraknosa (2)
mengetahui perbedaan masa inkubasi penyakit antraknosa pada cabai dan gulma.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung dan di lahan cabai di Kecamatan Kemiling,
Kelurahan Langkapura Bandar Lampung pada bulan Juni hingga Agustus 2012.
Penelitian ini disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6
perlakuan dan 4 ulangan. Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil pada taraf kepercayaan 5%. Perlakuan terdiri dari (a) cabai, (b)
Cleome rutidosperma, (c) Cyperus kyllingia, (d) Synedrella nodiflora, (e)
Paspalum distichum, dan (f) Ageratum conyzoides yang diinokulasikan dengan
jamur Colletotrichum capsici pada saat tingginya berkisar antara 9-12 cm. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa; (1) Keparahan penyakit antraknosa berbeda-beda,
pada cabai 0,3% hingga 44,0% %, Cleome rutidosperma sebesar 7,5% hingga
51,0%, Cyperus kyllingia dan Paspalum distichum 0%, Synedrella nodiflora 9,3%
hingga 47,0%. dan Ageratum conyzoides 12,8% menjadi 9,1 %, (2) Masa inkubasi
jamur Colletotrichum capsici berbeda-beda yaitu tersingkat pada gulma Cyperus
kyllingia (0 hari), dan masa inkubasi terpanjang pada dan Paspalum conjugatum
(27 hari). Pertumbuhan tinggi dan persentase jumlah daun tanaman cabai dan
gulma yang diinokulasi dengan Colletotrichum capsici berbeda-beda dari minggu
ke- 1 hingga minggu ke- 4. Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada gulma
Ageratum conyzoides sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada gulma
Cleome rutidosperma. Persentase jumlah daun sakit paling besar adalah pada
cabai dan Persentase jumlah daun paling kecil pada Cyperus kyllingia.
Kata Kunci: Ageratum conyzoides , Capsicum annuum L, Cleome rutidosperma,
Colletotrichum capsici, Cyperus kyllingia, Paspalum distichum,
Synedrella nodiflora.
Abstract
Red chili (Capsicum annuum L) known as one of favorit vegetables in our society.
The low production of red chili caused by Anthracnose and weeds that grow
around the plant. Weeds as unwanted plant competing the main plant red chili,
and as alternative hosts for Anthracnose Colletotrichum capsici L. This study is
aims to (1) determine if weeds can be infected by anthracnose disease (2) observe
the differences of the incubation period of anthracnose disease on red chili and
weeds. The research was conducted in Laboratory of Plant Pathology Faculty of
Agriculture, Lampung University and on red chili plantation in the District of
Kemiling, Langkapura in Bandar Lampung. From June to August 2012. The
treatment was organized in a Rendomized Block Design (RBD) and 4
replications. The treatments consists of (a) chili, (b) Cleome rutidosperma, (c)
Cyperus kyllingia, (d) Synedrella nodiflora, (e) Paspalum distichum, and (f)
Ageratum conyzoides were inoculated with Colletotrichum capsici on high ranged
between 9-12 cm. The results showed that (1) The disease severity of anthracnose
in red chili 0,3% to 44,0%, Cleome rutidosperma of 7,5% to 51,0%, Cyperus
kyllingia and Paspalum distichum 0%, Synedrella nodiflora 9,3% to 47,0% and
Ageratum conyzoides 12,8% to be 9,1%, (2) The incubation of Colletotrichum
capsici may vary from the shortest on Cyperus kyllingia (0 days), to the longest
incubation period on Paspalum distichum (27 days). Growth rate is high and the
percentage of leaves of red chili plants and weeds were inoculated with
Colletotrichum capsici vary from first week to forth week. The highest occurred
in Ageratum conyzoides while the lowest occurred in the Cleome rutidosperma.
The highest percentage of infected leaves are red chili, and the smallest
percentage of the infected leaves are in Cyperus kyllingia.
Key words: Ageratum conyzoides, Capsicum annuum L, Cleome rutidosperma,
Colletotrichum capsici, Cyperus kyllingia, Paspalum distichum,
Synedrella nodiflora.Kristina Hayu Herwidyarti 07140410382015-09-07T03:55:39Z2015-09-07T03:55:39Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12202This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122022015-09-07T03:55:39ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KOPI ROBUSTA (Coffea Canephora) PADA KELOMPOK TANI BINAKARYA
DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN
KABUPATEN PESAWARANAbstrak
Kopi Robusta (Coffea canephora) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Pesawaran. Budidaya tanaman kopi Robusta
dinilai sangat menguntungkan. Pada kenyataannya budidaya tanaman ini hanya
memperoleh uang dari hasil panen saat ini tanpa memperhatikan untung dan rugi
secata fisik maupun finansial dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan
pengetahuan mengenai evaluasi lahan baik secara fisik (kualitatif) maupun ekonomi
(kuantitatif).
Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman kopi Robusta seluas 10 ha pada bulan
Juni 2012 di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
Pesawaran. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan dengan metode survey
dengan pendekatan evaluasi lahan secara paralel. Evaluasi kesesuaian lahan kualitatif
dilakukan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman Kopi Robusta menurut kriteria
iv
Djaenudin dkk. (2003), dan evaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dilakukan adalah
menganalisis kelayakan finansial dengan menghitung NPV, Net B/C, IRR, dan BEP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pertanaman kopi Robusta di Desa
Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Pesawaran berdasarkan potensi fisik
lingkungan menurut kriteria Djaenuddin dkk. (2003), masuk ke dalam kelas
kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas suhu (S2 tc), dan secara
finansial layak untuk dilanjutkan dengan nilai NPV sebesar Rp 240.966.516,50, Net
B/C sebesar 1,89, IRR sebesar 31 %, dan BEP (titik impas) akan dicapai pada tahun
ke10, bulan ke 10, hari ke 21.
Kata kunci : Kesesuaian lahan, kualitatif, kuantitatif, kelayakan finansial, kopi
Robusta
Abstract
Robusta coffee (Coffea canephora) is one of the plantation crops cultivated by the
farmers in the Pesawaran District. Cultivation of robusta coffee were considered to be
very profitable, due to low cost of production and not too intensive care. In fact this
cultivation generates money from the current crop production regardless of gains and
losses relates on physicall and financiall benefit in the future. It required knowledge
of both physical (qualitative) and economicall (quantitatively) land evaluation.
The study was conducted on 10 hectares of robusta coffee plantation land in June
2012 at Pesawaran Indah village, Padang Cermin, Pesawaran district. Soil analysis
carried out in the Laboratory of Soil Science Department, Faculty of Agriculture,
University of Lampung. The research was conducted by survey method of land
evaluation approaches qualitatively and quantitatively. Qualitative land suitability
evaluation is based on the requirements of robusta coffee plants usding criteria of
Djaenudin et al. (2003), and quantitative land suitability evaluation based on analysys
of financial feasibility by calculating the NPV, Net B / C, IRR and BEP.
ii
The results showed that robusta coffee plantation lands in Pesawaran Indah village,
Padang Cermin, Pesawaran District based on physical potential environmental criteria
of Djaenuddin et al. (2003), were in clude suitable class with limiting factors of the
temperatur (S2 tc), financiall feasibilty resulted the NPV of Rp 240.966.516,50, Net B
/ C of 1.89, an IRR of 31 %, and the BEP (break-even) will be achieved in 10 years,
10 months and 21 days.
Keywords : Qualitative, quantitative, land suitability, feasibility, robusta coffeeSEBILIA ZENDA 07140310502015-09-07T03:55:35Z2015-09-07T03:55:35Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12201This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/122012015-09-07T03:55:35ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN DI DESA BUMI AGUNG
KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN
WAY KANAN LAMPUNG UNTUK
PENGEMBANGAN TANAMAN
JERUK (Citrus nobilis)Abstrak
Tanaman jeruk (Citrus nobilis) adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari
Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan
tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau
dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang
Belanda yang mendatangkan jeruk dari Amerika dan Itali. Prospek agribisnis
jeruk di Indonesia cukup bagus karena potensi lahan produksi yang luas, oleh
karena itu penilaian lahan yang cocok untuk budidaya tanaman jeruk sangat
diperlukan.
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan tahapan penting dalam perencanaan
penggunaan lahan. Dengan evaluasi kesesuaian lahan dapat diketahui kesesuaian
suatu wilayah untuk berbagai komoditas dari berbagai kelompok tanaman, baik
tanaman pangan maupun perkebunan. Dengan demikian, penggunaan lahan yang
terbaik pada suatu wilayah dapat diputuskan. Kesesuaian suatu wilayah terhadap
komoditas tertentu dapat diperoleh dengan membandingkan syarat tumbuh
tanaman dengan kondisi lahan. Mempelajari kualitas dan karakteristik lahan
yang sesuai untuk tanaman sangat penting untuk mencapai potensi maksimal dan
mutu tanaman. Dengan mengetahui ciri tersebut dapat disusun kriteria kesesuaian
lahan untuk tanaman tertentu yang berperan penting dalam evaluasi sumberdaya
lahan dan pertimbangan pengelolaan lahan. Identifikasi kualitas lahan harus
dilakukan dengan cermat meluli proses penelitian.
Penelitian dilakukan di Desa Bumi Agung Kecamatan Bumi Agung Kabupaten
Way Kanan Lampung dengan luas area 5,5 ha pada bulan juni sampai dengan
september 2011, dan analisis tanah dilakukan di Laboratorium Fisika dan
Konservasi Tanah Serta Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Analisis di Politeknik
Negeri Lampung. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei dengan
pendekatan evaluasi lahan secara kualitatif. Metode yang digunakan yaitu
evaluasi berdasarkan kriteria biofisik menurut Djaenudin dkk (2003).
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan secara
kualitatif untuk budidaya tanaman jeruk di Desa Bumi Agung Kecamatan Bumi
Agung Kabupaten Way kanan Lampung.
Hasil penelitian di Desa Bumi Agung kecamatan Bumi Agung Kabupaten Way
Kanan berdasarkan Potensi fisik lingkungan dinilai cukup sesuai (S2) secara
kualitatif untuk pengembangan tanaman jeruk (Citrus nobilis) dengan faktor
pembatas retensi hara yaitu kejenuhan basa (S2nr).
Key words : karakteristik lahan, kualitas lahan, evaluasi lahan, kelas
kesesuaian lahan, tanaman jeruk.
Abstract
Citrus nobilis is an annual fruits plant that comes from Asia. China is trusted as
the first time place of orange grows. Since hundreds year ago, orange has grown
in Indonesia either naturally or cultivated. Orange plants exist in Indonesia is
brought by Dutch person survival that import orange from America and Italy. The
agribusiness prospect of orange in Indonesia is prospectable because of enough
available land , therefore land evaluation is very important.
Land suitability evaluation is the important step for the land use planning. Based
on land suitability evaluation can know the suitability of area to various
commodities from various plants group, either for annual or perrenia crops.
Therefore the best land use at particular area can be decidable. Suitability area
towards certain commodities can be obtainable with comparing condition grow
plants with land condition. Study about quality and land characteristics that
suitable for plants is importance to achieve potential maximum and plants quality.
By knowing the characteristic, it can be composed criteria of suitability land for
certain plants that plays in evaluation of land resources and land management
deliberation. Land quality identification must be done carefully by research
process.
Research was done in Bumi Agung village, Bumi Agung District, Way kanan
extensive area 5,5 ha since June to September 2011 . Soil analysis was done at
soil physical, chemical, and soil fertility laboratory, Soil Departement, Faculty of
Agriculture, University of Lampung and laboratory analysis at Polytechnic
laboratory. Research was carried out of research method by qualitative approach.
Method that used for land evaluation in this research is survey method. Analysis
data for land suitability based on criteria Biophysics of Djaenudin et al (2003).
The aim of research is to evaluate land suitability qualitative for orange
plantation in Bumi Agung village, Bumi Agung District, Way kanan regency.
Research result is in Bumi Agung village, Bumi Agung District, Way kanan
regency based on environment physical potential can be categorize in moderatelly
suitable with the restrected factor of nutrien retention (S2nr).
Key words : land characteristics, land quality, land evaluation, land suitability
class, and orange plants.RIA CARDILLA 07140310492015-09-07T03:55:16Z2015-09-07T03:55:16Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12197This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121972015-09-07T03:55:16ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI
TRI MULYA DESA GALIH LUNIK KECAMATAN TANJUNG
BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATANABSTRAK
Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung nilai gizi
mendekati beras, sehingga dapat digunakan untuk menggantikan beras. Jagung
dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak
kering pun jagung masih dapat ditanam.
Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan
kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima
perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe
penggunaan lahan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai
lahan di masa datang apabila melakukan perbaikkan lahan skala besar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan
kuantitatif tanaman jagung (Zea mays L.) pada lahan Kelompok Tani Tri
Mulya Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung
Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000). Evaluasi kesesuaian
Enny Elva Sari. SR
ii
lahan kualitatif dilakukan menggunakan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk.
(2000), sedangkan evaluasi lahan kuantitatif yaitu penilaian secara ekonomi
adalah dengan menganalisa kelayakan finansial budidaya tanaman jagung yang
dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, dan IRR.
Hasil penelitian kesesuaian lahan pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Desa Galih
Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan
kriteria Djaenudin dkk (2000) termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan sesuai
marginal dengan faktor pembatas terberat ketersediaan air (kelebihan air) dan pH
tanah (S3wanr) dan secara finansial, usaha tani tanaman jagung aktual dalam 4
musim layak untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dengan nilai bersih sekarang
(NPV>0) yang diperoleh Rp25.910.698,- selama empat musim tanam, nilai
perbandingan antara penerimaan bersih dan biaya (Net B/C>1 ) diperoleh 2,13,
nilai tingkat pengembalian internal (IRR) sampai 26,66 % bulan-1, atau lebih dari
tingkat suku bunga yang berlaku (15 % tahun-1). Hal ini menunjukkan bahwa
usaha budidaya tanaman jagung selama empat musim (2009 - 2010)
menguntungkan.
Kata kunci : Evaluasi kesesuaian lahan, kelayakan usaha budidaya tanaman
jagung
Abstract
Corn is one of kind of ingredient foods that contain nutrient value approaches rice, so
it can be used to replace rice. Corn can grow in assorted lands, even in dry condition,
corn admit to be planted
Commonly, appropriate tune divided to appropriate recent tune and potential.
Appropriate recent tune admit to get little repair in tune resource as specific part type
of uses tune. While, appropriate potential tune refers to tune value in the future when
do big scales of tune repair.
The aim of this research is to evaluate the appropriate of qualitative and quantitative
tune in corn plants (Zea mays. L) in Tri Mulya’s Farmer Group tune on Galih Lunik
village in Tanjung Bintang district at South Lampung Regency, according to
Djaenuddin criteria (2000). Appropriate evaluation on qualitative tune was done by
using biophysics criterion according to Djaenuddin dkk (2000), while evaluation of
Enny Elva Sari.SR
quantitative tune is evaluation as economical by analyzing financial eligibility of corn
plants cultivation which is done by account value NPV, Net B/C Ratio, and IRR.
Research result of appropriate tune of corn plants (Zea mays. L) in Galih Lunik
village in Tanjung Bintang district at South Lampung Regency, according to
Djaenuddin dkk’s criteria (2000) belong to appropriate class tune based on marginal
by water availability heaviest divider factor (water surplus) and pH tune (S3 wanr)
and as financially, farming of corn plant actual in 4 seasons proper to be developed.
This matter is seen with clean value now (NPV>0) got Rp. 25.910.698,- as long as
four season plants, comparison value between clean acceptance and cost (Net B/C>1)
got 2,13, internal rate of return value (IRR) until 26,66% month-1, or more than
operative rate of interest level (15% year-1) it shows that cultivate of corn plant as
four seasons (2009-2010) beneficial.
Key word: appropriate evaluation of tune, eligibility effort of corn plants
cultivatingEnny Elva Sari.SR 07140310062015-09-07T03:55:11Z2015-09-07T03:55:11Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12195This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121952015-09-07T03:55:11ZSTRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI SINAR BANYU MANDIRI
DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN
KABUPATEN PESAWARANAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menggambarkan keragaan Koperasi Sinar
Banyu Mandiri. (2) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan
ekstemal yang dapat mempengaruhi perkembangan Koperasi Sinar Banyu
Mandiri. (3) Merumuskan altematif-altematif dan prioritas strategi yang dapat
diterapkan dalam rangka pengembangan Koperasi Sinar Banyu Mandiri.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja {purposive). Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung dengan pengurus koperasi dan anggota
koperasi dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder
diperoleh dari laporan-laporan Koperasi Sinar Banjul Mandiri, instansi-instansi
atau lembaga yang terkait, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian
ini. Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan September- November
2011. Analisis data yang digunakan pada adalah analisis deskriptif dan analisis
SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Hasil analisis terhadap keragaan, potensi
organisasi Koperasi Sinar Banyu Mandiri adalah perangkat organisasi yang baik
dan lokasi yang strategis untuk pengembangan usaha. Potensi usaha yang dapat
dikembangkan adalah unit usaha simpan pinjam dan jual beli. Posisi keuangan
dan permodalan koperasi terbilang belum baik. Terdapat 10 faktor internal yang
berpengaruh terhadap perkembangan Koperasi Sinar Banyu Mandiri yang terdiri
dari 5 faktor kekuatan dan 5 faktor kelemahan. Terdapat 10 faktor ekstemal yang
berpengaruh terhadap perkembangan koperasi, 5 faktor peluang dan 5 faktor
ancaman. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh tiga altematif strategi prioritas
tertinggi yang dapat digunakan yaitu: (a) Meningkatkan modal yang terbatas
dengan memanfaatkan potensi pertanian yang melimpah, (b) Mengembangkan
unit usaha dengan memanfaatkan perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi, (c) Memanfaatkan lokasi koperasi yang strategis untuk mengatasi
persaingan usaha didaerah sekitar koperasi.
Abstract
The objectives of this research are: (1) to describe performances of Sinar Banyu
Mandiri cooperative, (2) to identify and analyze internal and external factors that
are able to influence the development of Sinar Banyu Mandiri cooperative, (3) to
formulate patterns and priorities of strategies that are applicable in developing
Sinar Banyu Mandiri cooperative.
The research location was selected purposively. The research used primary and
secondary data. Primary data were obtained from direct interviews to the
cooperative administrators and members using questionnaires. Secondary data
were obtained from reports of Sinar Banyu Mandiri cooperative, related
institutions, and related literatures with this research. Data were collected in
September to November in 201 1. The research used descriptive and SWOT
analysis.
The results show that: Analysis of perfomiance shows potentials of Sinar Banyu
Mandiri cooperative organization in forms of good organizational apparatus and
strategic location in developing its business. The potential businesses to develop
are loan and trading. The financial and capital condition is not yet in good
condition; There are 10 internal factors influencing the development of Sinar
Banyu Mandiri cooperative, containing of 5 strength and 5 weakness factors.
There are 10 external factors influencing the development of the cooperative,
containing of 5 opportunities and 5 threats factors; The SWOT analysis derives
three alternatives of highest priority strategies to use. They are (a) increasing
limited capital by using the abundant agricultural potentials, (b) developing
business unit by using information and communication technology, (c) taking
benefit of strategic location of the cooperative to overcome the business
competition around the cooperative areas.Elisa Nofrita 07140220242015-08-25T07:25:28Z2015-08-25T07:25:28Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12134This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121342015-08-25T07:25:28ZPENGARUH METIL METSULFURON TERHADAP KERUSAKAN SEL
DARAH MERAH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus)Abstrak
Penggunaan herbisida yang tidak efektif berpotensi sebagai racun pada ikan yang
dibudidayakan di area persawahan. Herbisida berbahan aktif metil metsulfuron
merupakan herbisida sistemik dan selektif untuk tanaman padi. Penelitian
dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi metil metsulfuron terhadap
kerusakan sel darah merah dan persentase hematokrit ikan patin siam (Pangasius
hypopthalmus). Pemaparan metil metsulfuron dilakukan pada ikan patin siam
dengan berat tubuh 2,16 ± 0,24 gram. Hasil uji penentuan selang konsentrasi
menunjukkan bahwa herbisida dengan bahan aktif metil metsulfuron mempunyai
batas ambang atas 100 ppm dan batas ambang bawah 1 ppm, yang digunakan
untuk menentukan konsentrasi pada uji definitif (2,5 ppm; 6,25 ppm; 15,6 ppm;
39 ppm dan 97,5 ppm). Nilai LC50-96jam sebesar 51,4 mg/l berdasarkan dari uji
definitif. Hasil penelitian menunjukkan ikan yang terpapar metil metsulfuron pada
konsentrasi 15,6 ppm dan 39 ppm, terbentuk lipofuscin pada inti sel dan seroid
yang hampir memenuhi permukaan sitoplasma serta nilai hematokrit dibawah
22% yang menandakan ikan mengalami anemia.
Kata kunci : Pangasius hypopthalmus, metil metsulfuron, sel darah merah,
hematokrit.
ii
Abstract
Application of herbicide contain active compound of metsulfuron-methyl has
potential as a poison to fish cultivated in polyculture system. Metsulfuron-methyl
is systemic and selective only for paddy. The study was conducted to determine
the effect of metsulfuron methyl to red blood cells and hematocrit percentage of
Asian catfish (Pangasius hypopthalmus) which had weight 2,16 ± 0,24 grams.
The test results indicate that the determination of the concentration interval
herbicide with the active ingredient metsulfuron methyl has a threshold of 100
ppm and below the 1 ppm threshold, which is used to determine the concentration
of the definitive test (2.5 ppm, 6.25 ppm, 15.6 ppm; 39 ppm and 97.5 ppm). LC50-
96 hour value of 51.4 mg/l basis of a definitive test. The results showed that fish
exposed to metsulfuron methyl at a concentration of 15.6 ppm and 39 ppm,
lipofuscin is formed in the cell nucleus and seroid that almost covered the surface
of the cytoplasm and hematocrit values below 22% which indicates the fish are
anemic.
Key words : Pangasius hypopthalmus, Metsulfuron-Methyl, red blood cells,
hematocritQORIE ASTRIA 08141110552015-08-25T07:25:24Z2015-08-25T07:25:24Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12133This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121332015-08-25T07:25:24ZPENINGKATAN KUALITAS BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU
PAKAN IKAN NILA BEST (Oreochromis niloticus) MELALUI PEMBERIAN
EKSTRAK ENZIM MANANASE DAN FERMENTASIAbstrak
Bungkil inti sawit merupakan hasil samping pengolahan inti sawit menjadi CPO (Crude
Palm Oil) sangat berpotensi sebagai bahan baku alternatif pakan ikan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian enzim mananase dan fermentasi kapang
untuk meningkatkan kualitas bungkil inti sawit terhadap tingkat kecernaan ikan Nila
BEST. Penelitian ini menggunakan metode percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan tujuh perlakuan dan masing-masing tiga ulangan. Ikan nila BEST dengan bobot
25 ± 1,57 gram dimasukkan ke dalam 21 akuarium berukuran 60x40x40cm3. Pakan uji
diberikan selama 15 hari secara adlibitum dengan frekuensi tiga kali sehari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kecernaan total (56,74%) dan kecernaan protein (82,38%)
terbaik dihasilkan dari perlakuan bungkil inti sawit dengan penambahan enzim mananase
dan fermentasi kapang Rhizopus oligosporus dan untuk kecernaan karbohidrat (60,72%)
serta kecernaan energi (71,82%) diperoleh hasil terbaik dari perlakuan bungkil inti sawit
dengan penambahan enzim mananase dan fermentasi kapang Trichoderma reesei.
Kata kunci: bungkil inti sawit, enzim mananase, fermentasi, ikan nila BEST,
kecernaanOKTA KATRINA BAKARA 08141110532015-08-25T07:25:19Z2015-08-25T07:25:19Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12121This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121212015-08-25T07:25:19ZMEMPELAJARI PENGARUH VARIETAS JAMBU BIJI
DAN TINGKAT KETUAAN DAUN TERHADAP
KARAKTERISTIK SEDUHAN TEH HERBAL
DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava)Abstrak
Daun jambu biji memiliki potensi yang cukup tinggi untuk digunakan sebagai
bahan pembuatan teh herbal. Kendala dalam pembuatan teh herbal daun jambu
biji adalah belum diketahuinya pengaruh varietas jambu biji dan tingkat kentuaa
daun yang menghasilkan karakteristik seduhan teh terbaik.
Penelitian dilakukan untuk mempelajari pengaruh varietas jambu biji dan tingkat
ketuaan daun terhadap karakteristik seduhan teh herbal daun jambu biji (Psidium
guajava). Daun jambu biji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
muda dan daun tua dari dua varietas jambu yaitu varietas jambu biji merah getas
dan jambu biji pasar minggu berdaging putih.
Proses pengolahan teh herbal dari daun jambu biji meliputi pemetikan, sortasi
awal, pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan dan sortasi kering.
Bubuk daun jambu biji sebanyak 100 gram dikeringkan dengan suhu pengeringan
110 °C selama 50 menit. Proses oksidasi enzimatis dilakukan selama 60-100
menit untuk menghasilkan sifat-sifat teh meliputi warna, aroma, dan rasa seduhan
teh. Untuk setiap jenis bahan, perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Hasil analisis sidik ragam menyatakan bahwa varietas jambu biji dan tingkat
ketuaan daun berpengaruh pada warna, aroma dan rasa seduhan teh, tetapi tidak
berpengaruh pada penerimaan keseluruhan seduhan teh.
Hasil uji organoleptik menunjukkan skor tertinggi untuk parameter rasa diperoleh
pada teh daun tua jambu biji berdaging merah (3,86; cenderung tidak sepat),
sedangkan untuk parameter warna dan aroma skor tertinggi diperoleh pada teh
daun muda jambu biji berdaging merah berturut-turut 3,62 (kuning kemerahan)
dan 3,59 (cenderung harum). Penerimaan keseluruhan uji organoleptik
menunjukkan teh daun muda jambu biji berdaging merah lebih disukai oleh
panelis dengan kriteria warna kuning kemerahan, rasa sepat dan aroma yang
harum serta memiliki karakteristik seduhan teh paling baik.
Kata kunci : teh, daun jambu bijiDWI YULIA LESTARI 07140710362015-08-25T07:25:15Z2015-08-25T07:25:15Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12123This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121232015-08-25T07:25:15ZKONTRIBUSI HUTAN MARGA DAN HUTAN RAKYAT
TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP PETANI
DI KECAMATAN BELALAU DAN BATU KETULIS
KABUPATEN LAMPUNG BARATAbstrak
Hutan marga dan hutan rakyat merupakan sumber mata pencaharian utama bagi
petani Kecamatan Belalau dan Batu Ketulis. Petani memanfaatkan hutan marga dan
hutan rakyat sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidup petani. Selain dari hutan,
terdapat pendapatan petani yang bersumber dari berdagang, beternak dan buruh.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui besarnya pendapatan total petani,
(2) mengetahui besarnya kebutuhan hidup petani, (3) mengetahui besarnya kontribusi
hutan marga dan hutan rakyat terhadap pemenuhan kebutuhan hidup petani
Kecamatan Belalau dan Kecamatan Batu Ketulis. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Maret sampai April 2011 di hutan marga Pematang Bakhu dan hutan rakyat.
Data diambil dengan menggunakan metode pengambilan data simple random
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya rata-rata pendapatan total
yang diperoleh petani di Pekon Sukarame sebesar Rp 6.066.874,00/thn/petani, Pekon
Bedudu sebesar Rp 11.128.000,00/thn/petani dan Pekon Bakhu sebesar
Rp 10.383.406,00/thn/petani sedangkan besarnya rata-rata pendapatan yang diperoleh
petani dari hutan rakyat di Pekon Sukarame sebesar Rp 4.879.374,00/thn/petani,
Pekon Bedudu sebesar Rp 8.936.000,00/thn/petani dan Pekon Bakhu sebesar
Rp 6.917.367,70/thn/petani. Besarnya rata-rata pengeluaran petani untuk pemenuhan
kebutuhan hidup di Pekon Sukarame sebesar Rp 5.604.656,25/thn/petani, Pekon
Bedudu sebesar Rp 9.186.734,00/thn/petani dan Pekon Bakhu sebesar
Rp 8.417.328,00/thn/petani. Hutan marga Pematang Bakhu tidak memberikan
kontribusi secara finansial terhadap pemenuhan kebutuhan hidup sedangkan
kontribusi yang diberikan hutan rakyat terhadap pemenuhan kebutuhan hidup petani
di Pekon Sukarame sebesar 87,05%, Pekon Bedudu 97,27% dan Pekon Bakhu
sebesar 81,65%.
1) Alumni Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2) Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas PertanianUniversitas Lampung
Abstract
In sub Belalau and Batu Ketulis, forest goods and services are important for rural
livelihoods, providing food, shelter, fuel and cash income. The aims of this study are
to know household income and household expenditure of farmers, and to analyze the
contribution of customary forest and private forest in meeting farmers needs in sub
Belalau and Batu Ketulis. The research was carried out in pematang Bakhu forest
and private forest from march to april 2011. Both primary and secondary data were
collected. Reconnaissance survey, direct observation, key informant interview and
questionnaire survey were use for primary data collection by using simple random
sampling method.
The result showed that the average total income of farmers in Sukarame village was
IDR 6.066.874,00/year/farmer. In Bedudu village was IDR 11.128.000,00/ year
/farmer, and Bakhu village was IDR 10.383.406,00/year/farmer the income was
collected from private forest and other livelihoods. The average income generated
from private forest in Sukarame village was IDR 4.879.374,00/year/farmer, IDR
8.936.000,00/year/farmer in Bedudu village, and IDR 6.917.367,70/year/farmer in
Bakhu village. The average expenditure of farmers in Sukarame village was IDR
5.604.656,25/year/farmer, IDR 9.186.734,00/year/farmer in Bedudu, and IDR
8.417.328,00/year/farmer in Bakhu. The research revealed that customary forest did
not contribute financinally to the household income. On the other hand, private forest
contribute financinally to the farmers household income to meet their needs. The
contribution was 87,05% in Sukarame, 97,27% in Bedudu, and 81,65% in Bakhu.
Keywords : Contribution, Customary Forest, Private Forest.Fera Maulidia 07140810382015-08-25T07:25:11Z2015-08-25T07:25:11Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12132This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121322015-08-25T07:25:11ZPENINGKATAN KUALITAS BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI BAHAN
BAKU PAKAN IKAN NILA BEST (Oreochromis niloticus) MELALUI
PEMBERIAN ENZIM RUMEN DAN FERMENTASIAbstrak
Faktor penting dalam budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah
ketersediaan pakan dalam jumlah yang memadai, namun kebutuhan tepung
kedelai dan minyak ikan sebagai bahan pakan masih diimpor. Dibutuhkan bahan
pakan altematif untuk mengatasi masalah terbatasnya tepung kedelai. Indonesia
merupakan negara terbesar penghasil minyak sawit dengan hasil samping bungkil
inti sawit (BIS). Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan
enzim rumen dan fermentasi dengan kapang terhadap kandungan nutrisi BIS dan
mengetahui tingkat kecemaan BIS sebagai bahan pakan ikan nila. Rancangan acak
lengkap dengan 7 perlakuan digunakan pada studi ini. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan
uji Duncan. Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan BIS yang ditambahkan
enzim rumen dan fermentasi kapang Trichoderma reesei mampu memberikan
kandungan nutrisi dan kecernaan terbaik dibandingklan perlakuan lain.
Kandungan nutrisi dan kecemaan yang dihasilkan adalah total (58%), protein
(83,73%), karbohidrat (65,46%), dan energi (77,77%).
Kata kunci: bungkil inti sawit, enzim rumen, ikan nila BEST, kapang,
kecemaan
Abstract
An important factor on tilapia aquaculture (Oreochromis niloticus) is the
availability of food in sufficient quantity, unfortunetely soybean meal and fish oil
as feed ingredients are imported. Alternative feedstuffs needed to solve the
problem of limited soybean meal. Indonesia is the largest producer of palm oil by¬
product called palm kernel meal (PKM). The study was conducted to determine
the effect of the addition of rumen enzyme and fermentation on nutrient
digestibility determine the level of PKM and PKM as a feed ingredient for tilapia
growth. This research used completely randomized design with 7 treatments and 3
replications. BEST® tilapia with total weight of 23.83 ± 1.39 g / fish were used.
Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and followed by
Duncan test. The study shows that the use of BIS fermented with rumen enzymes
and Trichoderma reesei provide the best nutrition and digestibility compared to
other treatments. Nutrient content and digestibility of the resulting was total
digestibility (58%), protein (83.73%), carbohydrate (65.46%) dan energy
(77.77%).
Keywords: BEST tilapia, digestibility,fermentation, palm kernel meal, rumen enzymesNAPISA TWR.&SIA PHTFLt 08141110462015-08-25T07:25:06Z2015-08-25T07:25:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12125This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121252015-08-25T07:25:06ZPOTENSI Ca, P, Mg, DAN Zn PADA BERBAGAI BAGIAN TANAMAN
KIAMBANG (Salvinia molesta) DI BENDUNGAN BATU
TEGI KABUPATEN TANGGAMUSAbstrak
Peningkatan penduduk di Indonesia menyebabkan lahan pertanian semakin
sempit. Sebaliknya, ketersediaan pakan hijauan semakin terbatas dan
menyebabkan harga pakan terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu,
diperlukan sumber pakan alternatif yang murah, mudah didapat, melimpah di
alam dan bernutrisi tinggi. Pakan alternatif diharapkan dapat menggantikan pakan
sudah ada dan mengurangi biaya pengeluaran. Ternak Ruminansia membutuhkan
pakan hijauan dalam ransum lebih dari 60 %. Pakan hijauan merupakan sumber
energi, vitamin dan mineral bagi ruminansia. Mineral digunakan untuk proses
metabolisme pada tubuh ternak ruminan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan Ca, P, Mg dan Zn pada bagian-bagian tanaman Kiambang
(Salvinia molesta).
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret - Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu
Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap 5 perlakuan dengan 2
ulangan. Perlakuan terdiri atas daun muda, daun tua, akar tua, akar muda dan
tanaman utuh Kiambang. Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis
ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1%, Uji BNT digunakan sebagai sarana
pembanding antar perlakuan pada taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kiambang (Salvinia molesta) memiliki
potensi sebagai sumber mineral esensial (Ca, Mg dan Zn) organik bagi ternak
ruminansia. (2) Kiambang mengandung unsur Ca, P dan Zn terbesar pada akar
tua, sedangkan unsur Mg terbesar pada daun tua.Boby Sanjaya 08140610272015-08-25T07:24:06Z2015-08-25T07:24:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11849This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/118492015-08-25T07:24:06ZKOMPETISI BEBERAPA JENIS GULMA DAN POPULASI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH
( Arachis hypogeae L ) VARIETAS KANCILAbstrak
Tanaman kacang tanah pada dasarnya dapat ditanam hampir disemua jenis tanah.
Cara meningkatkan produktivitas kacang tanah adalah dengan teknik budidaya
yang baik dan benar. Adanya gulma dalam areal pertanaman akan menimbulkan
persaingan antara tanaman dengan gulma yang mengakibatkan penurunan hasil
produksi. Penurunan akibat persaingan gulma dipengaruhi oleh jenis dan tingkat
populasi.
Percobaan ini dilaksanakan di Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma
Universitas Lampung mulai bulan November 2010 sampai bulan Maret 2011.
Percobaan disusun dalam Rancangan Petak Berjalur dengan 3 ulangan. Perlakuan
disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah lima jenis gulma yaitu Paspalum
conjugatum, Setaria plicata, Borreria alata, Asystasia gangetica, dan Cyperus
rotundus. Faktor kedua adalah satuan populasi gulma yaitu 0, 20, 40, dan 60
tanaman/ m
2
. Homogenitas data diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji
Fitria Andriani
dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan
dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui apakah jenis gulma menentukan
besarnya pengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah
varietas Kancil; (2) Menentukan populasi gulma yang dapat menurunkan
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah varietas Kancil; (3) Mengetahui
interaksi antara jenis gulma dengan kerapatan populasi gulma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Gulma Paspalum conjugatum, Setaria
plicata, Borreria alata, dan Asystasia gangetica sama pengaruhnya dalam
pertumbuhan kacang tanah Varietas Kancil dan semua jenis gulma sama
pengaruhnya dalam mempengaruhi bobot polong basah,bobot 100 butir, bobot
polong hampa, dan produksi.; (2) Tinggi tanaman 9 MST dan bobot 100 butir
terendah terdapat pada populasi 60 gulma/m
2
; (3) Jenis dan populasi gulma saling
berinteraksi dalam mempengaruhi bobot polong kering dan bobot pipilan kacang
tanahFitria Andriani 07140110352015-08-25T07:24:01Z2015-08-25T07:24:01Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11842This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/118422015-08-25T07:24:01ZUJI KINERJA MESIN PENCACAH KULIT BUAH KAKAO TIPE TEP
UNILAAbstrak
Kakao merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan dan merupakan
komoditas ekspor utama sektor pertanian di Indonesia. Usaha tani terpadu
berpeluang dikembangkan di daerah sentra kakao. Salah satu di antaranya
mengintegrasikan usaha tani kakao dengan ternak. Limbah kulit kakao berpotensi
sebagai pakan ternak. Kulit buah kakao yang akan dijadikan pakan ternak secara
tradisional diolah dengan cara dicacah menggunakan alat pencacah sederhana atau
manual. Salah satu aplikasi teknologi dalam usaha tani terpadu adalah dengan
penggunaan alat pencacah kulit buah kakao tipe TEP Unila dan untuk
mengevaluasi alat tersebut perlu dilakukan uji kinerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kinerja alat pencacah kulit buah kakao
tipe TEP Unila. Bahan yang digunakan adalah kulit buah kakao segar. Kulit buah
kakao tersebut dicacah dengan tiga jenis kecepatan putaran yaitu putaran 800 rpm,
1400 rpm dan 2000 rpm. Ketebalan hasil cacahan dikelompokkan tiga tingkat
batasan keseragaman ukuran. Pengujian kapasitas kerja dan pemakaian bahan
bakar sebanyak 5 kg untuk masing-masing pengulangan kecepatan putaran.
Hasil uji kinerja diperoleh bahwa pencacahan terbaik dilakukan pada kecepatan
putaran rpm 800. Persentase ketebalan cacahan >10mm sebesar 47,50% sangat
mendominasi sebagai kriteria pakan terbaik. Koefisien varian terkecil
ditunjukkan oleh kecepatan putaran rpm 800 yaitu sebesar 0,36. Kapasitas kerja
mesin dan konsumsi bahan bakar terbaik adalah pada kecepatan putaran rpm 800
yaitu sebesar 250 kg/jam dan 2,6 liter/ton.
Kata kunci : kakao, uji kinerja, rpm, cacahan
Abstract
Cocoa was once of agricultural comodity produce and was first export comodity
from agricultural site in Indonesia. Combined farmer effort changed to expand in
cocoa centre field. Once of them was integrate cocoa farmer effort with livestock.
Cocoa crust waste have potensial as livestock woof. Cocoa crust which will be
livestock woof as traditional processed with minced test use simple cops mechine
or manual. Once of technology application in combined farmer effort is with
minced cocoa crust mechine TEP Unila type used and for evaluation that mechine
had doing test first.
This research purpose is for minced cocoa mechine TEP Unila type testing.
Substance which used is fresh cocoa crust. That cocoa crust minced with three
velocity circle kind is 800 rpm circle, 1400 rpm and 2000 rpm. Thickness minced
crop arranged in three variety size limitation rate. Capacity test and fuel used
until 5 kg for each velocity circle redial.
Crop test produce the best minced which in 800 rpm velocity circle. Minced
thickness percentage >10 mm as big as 47,5 % whose dominated as the best
livestock woof. The minimum varian coefisien as 800 rpm velocity circle as big
as 0,36. Workability mechine capacities and the best fuel concumed is in 800 rpm
velocity circle as big as 2500 kg/hours and 2,6 liters/ton.
Key word : cocoa, test, crops, rpmNova Deviana (1) , Sugeng Triyono (2) , Warji (2) 06140710382015-08-25T07:23:28Z2015-08-25T07:23:28Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11823This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/118232015-08-25T07:23:28ZPENILAIAN KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI
PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 731
KECAMATAN LABUHAN RATU
LAMPUNG TIMURAbstrak
Tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) adalah tanaman pangan setelah
padi dan jagung. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menilai kelas
kesesuaian lahan kualitatif pertanaman ubi kayu di PT Nusantara Tropical Fruit
blok 731 dengan luas lahan 9 ha, berdasarkan kriteria Djaenudin dkk. (2000), dan
menilai kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan finansial
budidaya ubi kayu dengan menghitung nilai NPV, BCR, dan IRR.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan
menggunakan metode evaluasi lahan paralel, yaitu melakukan analisis kualitatif
(biofisik) dan kuantitatif (kelayakan finansial) secara bersamaan.
Hasil penelitian kesesuaian lahan pertanaman ubi kayu di PT NTF Blok 731
Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur berdasarkan kriteria Djaenudin dkk.
(2000) termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor
pembatas terberat ketersediaan air berupa curah hujan berlebih media perakaran
berupa tekstur dan retensi hara berupa KTK (S2, warcnr). Dan secara finansial,
usaha budidaya tanaman ubi kayu dalam 5 musim layak untuk dikembangkan. Hal
ini terlihat dengan nilai bersih sekarang (NPV>0) yang diperoleh Rp.
73.876.422,- selama lima musim tanam, nilai perbandingan antara penerimaan
bersih dan biaya (Net B/C>1) diperoleh 3,86, nilai tingkat pengembalian internal
(IRR) sampai 18,25% per bulan, nilai ini lebih dari tingkat suku bunga yang
berlaku 1,08% per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya tanaman
ubi kayu selama lima musim (2006-2010) menguntungkan.
Kata kunci : Evaluasi kesesuaian lahan, kelayakan usaha budidaya tanaman ubi
kayu.
Abstract
Cassava (Manihot esculenta Crantz) was a cultive plant after rice and corn. The
purpose of this reserch is to suitability asses of qualitative cassava field PT
Nusantara Tropical Fruit block 731 with field 9 ha, based on Djaenudin and
friends. (2000), and to know the suitability of land and inhibiting factors, and
assess the land suitability quantitatively by analyzing the financial feasibility of
banana cultivation by calculating the value of NPV, BCR, and IRR.
The method used on this reserch survey method by using the method of parallel
land evaluation, i.e conduct a qualitative analysis (biophysical) and quantitative
(financial feasibility) simultaneously.
The results of research on land use cassava plants in PT. NTF Block 731 Labuhan
Ratu East Lampung based on criteria of Djaenudin et al. (2000) included in the
class of the suitability of the land is quite in accordance with the haviest limiting
factor was heavy raindrop and rooting medium as texture and retention hara KTK
(S2, warcnr). Financially, the cultivation of banana plants deserve to be
developed. It is seen with a net worth at the time of research (NPV > 0) gained
Rp. 73.876.422,- over the past five seasons, the value of a comparison between
the net revenue and cost (Net B/C>1) acquired 3,86 the value of the internal rate
of return (IRR) to 18,25% per month, or more than the prevailing interest rates
1,08% per month. This shows the cultivation of cassava plants for 5 seasons
(2006-2010) was advantageous.
Keyword: Evaluation of Land suitability, eligibility of cassava plant cultivation
effortMUHAMMAD AZIZ AZHARI 06140310432015-08-25T07:23:24Z2015-08-25T07:23:24Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11820This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/118202015-08-25T07:23:24ZPENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI EKSTRAK KOMPOS KULIT
NANAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN SAWI (Brassica rapa L.)Abstrak
Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang sangat penting untuk
meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian. Melihat peran pupuk
sangat penting di bidang pertanian maka petani sudah pasti sangat
membutuhkannya. Namun kenyataannya pada saat sekarang ini harga pupuk
pabrikan sangat mahal dan bahkan tidak jarang langka di pasaran, sehingga para
petani sulit untuk mendapatkannya. Hal ini sangat mempengaruhi setiap biaya
produksi yang dikeluarkan oleh para petani. Untuk itu sebagai salah satu alternatif
agar beban biaya produksi khususnya sarana produksi (pupuk) berkurang maka
perlu dicari pupuk alternatif untuk menggantikan pupuk pabrikan tersebut. Salah
satu sumber pupuk alternatif ini dapat berasal dari bahan baku lokal berupa bahan
organik yang berasal dari limbah agro industri. Kulit nanas merupakan limbah
industri nanas yang dapat dijadikan salah satu sumber alternatif bahan organik
untuk dijadikan pupuk alternatif. Bahan oganik yang masih mentah ini apabila
dikomposkan dapat menjadi bahan organik matang yang banyak mengandung
senyawa humat dan senyawa lainnya yang diduga dapat berperan sebagai zat
perangsang tumbuh (ZPT) tanaman. Senyawa ini kemudian diekstrak
menggunakan berbagai pengekstrak seperti air maupun pengekstrak asam dan
basa. Senyawa yang telah terekstrak tersebut akan dapat diformulasikan menjadi
pupuk organik cair alternatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak kompos kulit
nanas dengan berbagai jenis pengekstrak terhadap pertumbuhan tanaman sawi
serta mencari konsentrasi yang terbaik dari ekstrak kompos kulit nanas terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi.
Duwi Sulistyo Wati
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
dan disusun secara faktorial (3x5) dengan 3 ulangan. Faktor pertama dalam
penelitian ini adalah jenis pengekstrak (E) yang terdiri dari : 1. Aquades (E1), 2.
Asam sitrat 2 % (E2), dan 3. Asam asetat 0,01 N (E3). Faktor kedua adalah
konsentrasi ekstrak kompos kulit nanas (K) yang terdiri dari : 1. Konsentrasi 0 %
(K1), 2. Konsentrasi 25 % (K2), 3. Konsentrasi 50 % (K3), 4. Konsentrasi 75 %
(K4), dan 5. Konsentrasi 100 % (K5). Aplikasi ekstrak kompos kulit nanas
dilakukan dengan cara disemprotkan melalui daun dengan menggunakan hand
sprayer plastik sebanyak 50 ml tan
-1
. Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi
tanaman, jumlah daun, bobot basah dan bobot kering akar, bobot basah dan bobot
kering bagian atas tanaman. Data yang diperoleh dilakukan uji homogenitas
dengan uji Bartlett dan aditivitas data dengan uji Tukey. Selanjutnya dianalisis
dengan sidik ragam, yang dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%, kemudian
dilakukan uji respon polinomial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kompos kulit nanas dengan
menggunakan pengekstrak asam asetat 0,01 N pada konsentrasi aplikasi 62,71 %
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi
yang ditunjukkan oleh bobot basah bagian atas tanaman yang mencerminkan
produksinya.
Kata kunci : ekstrak kompos kulit nanas; limbah agroindustri nanas; pengekstrak
aquades, asam sitrat, dan asam asetat; pupuk organik cair alternatif;
tanaman sawi
Abstract
Fertilizer is one production input of farming that important to keep and increase
farming production stability. So the farmer is needed it. Now the fertilizer price is
so expensive now and scarce in market, so farmer is hard to get it. It influence to
every production cost that is token, especially to fertilizer. The farmer needs
alternative fertilizing like pineapple plants. Pineapple skin is industrial waste that
can be alternative fertilizer. It contains compounds humat and other that stimulate
plants. It mixes by water or sour extract and alkali. Compound that had extract
will be able to be formulated be organic fertilizer.
The aim of this research are to know the influence of kind and concentration of
pineapple waste compost extract on the growth and production of mustard plant
(Brassica rapa L.) and find the best concentration of pineapple waste compost
extract on the growth and production mustard plant.
This research was done by using random group plan and arrange as factorial (3x5)
with 3 repetitions. The first factor is extractor kind (E) that consists of: 1. Aquades
(E1), 2. Citrate 2% (E2), and 3. Sour acetate 0,01 N (E3). The second factor is
pineapple skin’s compost extract (K) consist of: 1. Concentration 0% (K1), 2.
Concentration 25% (K2), 3. Concentration 50% (K3), 4. Concentration 75% (K4),
and Concentration 100% (K5). If it done by atomizing with leaf by using hand
sprayer plastic as many as 50 ml tan
-1
. The observation was done by plant high,
total leaf, root wet heavy, root dry heavy, part wet heavy on plant, part dry heavy
on plant. Data got by Burtlett test and aditivity data by Turkey test. Analyses used
sidik kinds, on the 5% stage used BNT test and the last used polynomial respond
test.
Duwi Sulistyo Wati
This research shows that pineapple skin’s compost extract by using sour acetate
0,01 N on concentration application 62,71% give positive influence toward and
production mustard green plants that showed by part wet heavy variable on plants
that reflects the production.
Keywords: agroindustrial waste of pineapple; alternative liquid organic fertilizer;
extractant aquades, citrate, sour acetate; mustard plant; pineapple
waste compost extract.DUWI SULISTYO WATI 06140310272015-08-25T07:23:17Z2015-08-25T07:23:17Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/11817This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/118172015-08-25T07:23:17ZPENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI MULSA BAGAS
TERHADAP INFILTRASI TANAH PADA PERTANAMAN TEBU
(Saccharum officinarum L.) DI PT GUNUNG MADU
PLATATIONS (GMP) LAMPUNG TENGAHAbstrak
Sistem olah tanah aplikasi mulsa bagas adalah salah satu alternatif yang dikembangkan
dalam metode konservasi tanah, dimana sistem ini merupakan suatu cara meningkatkan
produktivitas tanah dengan bahan hijauan yang diperoleh dari limbah padat pabrik gula
bagas, blotong, dan abu (BBA). Sistem ini dapat memberikan tambahan bahan organik
kedalam tanah. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap infiltrasi dan sifat fisik tanah
pada sistem OTI dan OTM.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai pada bulan September
2011 dan pengamatan infiltrasi dilakukan pada bulan Juli 2011 (selesai panen tebu).
Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu (Saccharum officinarum L) di PT
GMP, Lampung Tengah. Pengukuran infiltrasi langsung dilakukan di lahan PT GMP
dan analisis contoh tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar lampung. Jenis tanah Ultisol.
Penelitian ini dilakukan secara split plot dalam rancangan acak kelompok (RAK)
dengan 5 kali ulangan. Petak utama yaitu sistem olah tanah, yang terdiri dari OTI (T1)
dan OTM (T0). Anak petak adalah aplikasi mulsa bagas, yang terdiri dari mulsa bagas
80 t ha
-1
(M1) dan tanpa mulsa bagas 80 t ha
-1
(M0) dengan demikian terbentuk 4
kombinasi perlakuan dengan 5 kelompok sehingga diperoleh 20 satuan petak percobaan.
Adapun kombinasi perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut: T1M1, T1M0,
T0M1, T0M0.
Analisis data yang digunakan setelah data hasil pengukuran dengan menggunakan
doubel ring infiltrometer (infiltrometer dua cincin) dalam penentuan laju infiltrasi yaitu
menggunakan Model Persamaan Philip dan di introduksi ke program CurveExpert 1.3
untuk mempermudah perhitungan nilai Sorpsivitas dan borang pengisian Laju Infiltrasi
mengikuti tata cara FAO (1987).
Parameter yang diamati meliputi suhu, kadar air, kerapatan isi, ruang pori tanah total
dan pengukuran laju infiltrasi. Hasil dari analisis laboratorium kemudian diuji
homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlett dan aditivitasnya dengan Uji Tukey. Ratarata nilai tengah diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 1% dan 5%.
Dibuat kurva laju infiltrasi serta, untuk mengetahui hubungan antara laju infiltrasi tanah
pada sistem OTI dan OTM pada tanpa mulsa bagas dan pakai mulsa bagas dengan
penetapan kadar air dan ruang pori tanah total, kerapatan isi dilakukan uji korelasi,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem OTI dengan aplikasi mulsa bagas 80 t ha
-1
akan memberikan infiltrasi yang terbaik pada lahan petanaman tebu. Kapasitas dan
kecepatan laju infiltrasi pada sistem OTI lebih tinggi dibandingkan dengan sistem
OTM. Kapasitas dan kecepatan laju infiltrasi lebih tinggi terdapat pada perlakuan sistem
OTI dengan aplikasi mulsa bagas sehingga aplikasi mulsa bagas berpengaruh
meningkatkan laju infiltrasi tanah pada sistem OTI, terdapat interaksi antara sistem olah
tanah dan aplikasi mulsa bagas terhadap laju infiltrasi tanah. Kadar air, ruang pori tanah
total, kerapatan isi dan suhu tanah tidak berkorelasi dengan infiltrasi.
Kata kunci : Infiltrasi, Sifat fisik tanah, mulsa bagasADHISAPUTRA 06140310142015-08-25T07:22:47Z2015-08-25T07:22:47Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12142This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121422015-08-25T07:22:47ZKOMPETISI LIMA JENIS DAN EMPAT POPULASI GULMA PADA
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
(Glycine max [L.] Merr) VARIETAS WILISAbstrak
Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein
nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Cara untuk meningkatkan
produktivitas tanaman kedelai adalah dengan cara teknik budidaya yang baik dan
benar. Adanya gulma di lahan pertanaman akan menyebabkan penurunan
produksi kedelai. Besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh jenis gulma dan
populasi gulma. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh populasi
gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis; (2) Mengetahui
daya tekan masing-masing gulma terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai
varietas Wilis; (3) Mengetahui pengaruh kombinasi jenis dan populasi gulma
terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Bataranila Kabupaten Lampung
Selatan dan Laboratorium Gulma Universitas Lampung mulai Bulan November
2010 sampai Bulan Maret 2011. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Petak
Berjalur dengan 3 ulangan.
Perlakuan disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah lima jenis gulma yaitu
Cyperus rotundus, Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum conjugatum,
dan Setaria plicata. Faktor kedua adalah satuan populasi gulma yaitu 0, 20, 40,
dan 60 tanaman/ m2. Homogenitas diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data
diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan
dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pada populasi 20 gulma/ m2
mempengaruhi persentase penutupan gulma pda 3 dan 6 MST, bobot kering
gulma, bobot (basah dan kering) tanaman, bobot polong (isi dan basah) kedelai,
dan produksi petak panen (KA 14%) sedangkan populasi 40 gulma/m2 sudah
mampu menurunkan kadar air kedelai, bobot pipilan kedelai varietas Wilis. (2)
Yunita
Setiap jenis gulma memiliki daya tekan yang berbeda-beda dalam menekan
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai, namun gulma Setaria plicata
memiliki tingkat daya saing yang tertinggi pada tinggi tanaman kedelai, bobot 100
butir kedelai, dan bobot polong hampa kedelai, (3) Kombinasi antara jenis dan
populasi gulma saling mempengaruhi tinggi tanaman 6 dan 9 MST, dan bobot 100
butir kedelai.Yunita 07140110652015-08-25T07:22:44Z2015-08-25T07:22:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12141This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121412015-08-25T07:22:44ZPENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN SP-36
PADA VIGOR AWAL BENIH BUNCIS
(Phaseolus vulgaris L.)Abstrak
Penelitian dimulai pada bulan September−Oktober 2011 di Laboratorium Benih
Fakultas Pertanian Universitas Lampung dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pemberian pupuk Urea, pupuk SP-36, serta interaksi antara pupuk Urea dan pupuk
SP-36 dengan dosis yang berbeda-beda pada vigor awal benih buncis. Penelitian ini
menggunakan rancangan petak terbagi (split plot) dan perlakuan faktorial (3x3) yang
terdiri dari dua faktor yaitu dosis pupuk Urea sebagai petak utama dan dosis pupuk
SP-36 sebagai anak petak. Uji BNJ dengan taraf α 5% untuk pembandingan
antarperlakuan. Petak utama dosis pupuk Urea adalah 150 kg/ha, 200 kg/ha, dan 250
kg/ha, dan anak petak dosis pupuk SP-36 adalah 150 kg/ha, 200 kg/ha, dan 250 kg/ha.
Peubah yang diamati adalah kecambah normal kuat, kecambah normal lemah,
kecambah abnormal, kecambah normal total, bobot kering kecambah normal, panjang
hipokotil, panjang akar primer. Pengujian vigor awal benih buncis menggunakan
metode pengusangan cepat uap etanol (MPCUE) dengan lama deraan 0, 25, dan 50
menit. Pupuk Urea dengan dosis yang berbeda-beda berpengaruh pada vigor awal
yang ditunjukkan oleh peubah kecambah normal total, kecambah normal lemah, dan
bobot kering kecambah normal. Pengaruh pupuk SP-36 dengan dosis yang berbedabeda juga menyebabkan perbedaan vigor awal yang ditunjukkan oleh peubah
kecambah abnormal. Pengaruh interaksi dosis pupuk Urea dan dosis pupuk SP-36
nyata pada vigor awal yang ditunjukkan oleh peubah kecepatan perkecambahan,
kecambah normal total, kecambah abnormal, dan kecambah normal lemah.
Kata kunci: Urea; SP-36; Vigor awal; Benih; Buncis.Titiani Pertiwi 07140110592015-08-25T07:22:41Z2015-08-25T07:22:41Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12140This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121402015-08-25T07:22:41ZPENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN FASE PEMBERIAN
PADA PRODUKSI KACANG TANAH ( Arachis hypogeae L.)
KULTIVAR KANCILAbstrak
Kacang tanah ( Arachis hypogeae L.) merupakan tanaman polong-polongan atau
legume kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Produksi kacang tanah di
Indonesia masih rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kacang
tanah ialah melalui pemupukan. Pupuk organik memiliki fungsi penting dalam
bidang pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah terdapat perbedaan produksi
antara kacang tanah yang diberi pupuk organik pada awal tanam dan kacang tanah
yang diberi pupuk organik pada saat muncul ginofor, Apakah pupuk organik tanpa
dekomposer menghasilkan produksi kacang tanah yang berbeda dibandingkan
dengan pupuk organik yang menggunakan dekomposer, Apakah produksi kacang
tanah bergantung pada fase pemberian dan jenis pupuk organik yang
dekomposernya berbeda?
Penanaman kacang tanah dilakukan dalam polibag di lahan Politeknik Negeri
Lampung pada bulan Juni sampai September 2011. Rancangan perlakuan disusun
secara faktorial (2x4) dan perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam
Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah pupuk
organik kandang sapi yang di berikan pada saat awal tanam dan pupuk organik
kandang sapi yang diberikan pada saat
awal tanam ditambah pada saat munculnya ginofor. Faktor kedua adalah pupuk
organik kandang sapi tanpa menggunakan dekomposer, pupuk organik kandang
sapi yang menggunakan dekomposer M-dec sesuai dosis anjuran, pupuk organik
kandang sapi yang menggunakan dekomposer EM-4 sesuai dosis anjuran, pupuk
organik kandang sapi yang menggunakan dekomposer Golden Harvest sesuai
dosis anjuran. Kesamaan ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet. Untuk
menguji kemenambahan model diuji dengan uji Tukey, apabila asumsi terpenuhi,
data dianalisis ragam.Lukas Hadinata Purba 07140110442015-08-25T07:22:38Z2015-08-25T07:22:38Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12139This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121392015-08-25T07:22:38ZPENGARUH TINGKAT KEMASAKAN BUAH DAN LAMA DERAAN
UAP ETANOL PADA VIABILITAS BENIH TANAMAN TOMAT
(Lycopersicon esculentum Mill.) KULTIVAR MUTIARAAbstrak
Tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas
sayuran yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Untuk mendapatkan viabilitas
benih yang tinggi, diperlukan panen buah tomat yang tepat dari suatu pertanaman
produksi benih tomat. Viabilitas benih setelah dipanen diuji dengan pengusangan
cepat uap etanol jenuh. Viabilitas benih yang paling tinggi akan dimiliki oleh
benih yang dipanen saat masak fisiologis maksimum walaupun benih diusangkan
dalam waktu yang lama.
Percobaan ini dilaksanakan di Desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu untuk
mendapatkan benih tomat dan pengujian viabilitas benih dilakukan di
Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah faktorial 3x3.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi dalam
rancangan kelompok teracak sempurna dengan tiga kelompok. Faktor pertama
yang merupakan petak induk yaitu lama deraan uap etanol. Lama deraan uap
etanol terdiri dari tiga taraf yaitu 0, 25, dan 50 menit. Faktor kedua merupakan
anak petak yaitu tingkat kemasakan buah tomat yang terdiri dari tiga taraf tingkat
kemasakan yaitu m1 (50%), m2 (100%), dan m3 (100% + 5 hari).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengaruh tingkat kemasakan
menghasilkan kecepatan perkecambahan, kecambah normal kuat, kecambah
normal total, dan panjang hipokotil tertinggi dari tingkat kemasakan 100% + 5
hari dan terendah dari tingkat kemasakan 50%. (2) pengaruh pengusangan cepat
uap etanol tidak berpengaruh pada viabilitas benih tomat varietas Mutiara. (3)
viabilitas benih tomat kultivar Mutiara dari tingkat kemasakan 100% + 5 hari
menghasilkan viabilitas paling tinggi pada lama deraan uap etanol selama 25
menit.
Kata kunci: pengusangan cepat uap etanol, tingkat kemasakan, dan viabilitas.Indah Puspasari 07140110382015-08-25T07:22:35Z2015-08-25T07:22:35Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12138This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121382015-08-25T07:22:35ZPENGARUH DOSIS PUPUK SP-36 DAN DOSIS PUPUK KCl PADA
PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN VIGOR AWAL BENIH
PADI KULTIVAR BESTARIAbstrak
Pemupukan adalah salah satu upaya perbaikan secara kultur teknis untuk
menghasilkan benih bermutu dengan vigor awal yang tinggi. Unsur hara makro
N, P, dan K yang cukup diharapkan mampu menghasilkan pertumbuhan vegetatif
optimum dan meningkatkan produktivitas serta vigor awal benih padi pada
budidaya penangkaran benih. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui
pengaruh dosis pupuk SP-36 pada pertumbuhan, produksi, dan vigor awal padi
kultivar Bestari; (2) Mengetahui pengaruh dosis pupuk KCl pada pertumbuhan,
produksi, dan vigor awal padi kultivar Bestari; (3) Mengetahui pengaruh
kombinasi antara dosis pupuk SP-36 dan KCl pada pertumbuhan, produksi, dan
vigor awal padi kultivar Bestari.
Penelitian produksi benih dilakukan di lahan petani di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus. Pengujian vigor awal benih
dilakukan di Laboratorium Benih Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari
April sampai Oktober 2011. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial 3 x 3.
Dalam rancangan petak terbagi (split plot) dengan tiga kelompok. Petak utama
adalah dosis pupuk SP-36 meliputi 100 kg/ha (p1), 150 kg/ha (p2), dan 200 kg/ha
(p3). Anak petak adalah dosis pupuk KCl yang meluputi 100 kg/ha (k1), 150
kg/ha (k2), dan 200 kg/ha (k3).
Analisis data menggunakkan uji Bartlett untuk melihat homogenitas ragam antarperlakuan, uji Tukey untuk melihat model kemenambahan data. Bila asumsi
analisis ragam terpenuhi, pengolahan data dilanjutkan dengan pemisahan nilai
tengah antarperlakuan dilakukan dengan uji BNJ pada taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pemberian pupuk SP-36 dengan dosis
100, 150, dan 200 kg/ha tidak meningkatkan pertumbuhan, tetapi meningkatkan
produksi yang ditunjukkan oleh produksi perumpun dan bobot 1.000 butir pada
I Made Ratna Diane
dosis 200 kg/ha sedangkan pupuk SP-36 pada dosis 100, 150, dan 200 kg/ha tidak
meningkatkan vigor awal benih yang dihasilkan; (2) Pemberian pupuk KCl
dengan dosis 100, 150, dan 200 kg/ha tidak meningkatkan pertumbuhan, produksi
dan vogor awal benih padi kultivar Bestari yang dihasilkan; dan (3) Pengaruh
interaksi dosis SP-36 dan dosis KCl meningkatkan produksi per petak ubinan dan
produksi per hektar tertinggi pada dosis pemupukan SP-36 150 kg/ha dan KCl 150
kg/ha.I Made Ratna Diane 07140110362015-08-25T07:22:15Z2015-08-25T07:22:15Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12152This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121522015-08-25T07:22:15ZPENGARUH KONSENTRASI BENZILADENIN (BA) TERHADAP
PRODUKSI SUBANG PADA DUA VARIETAS GLADIOL
(Gladiolus hybridus L.)Abstrak
Tanaman gladiol merupakan tanaman hias yang digemari oleh masyarakat karena
mempunyai nilai estetika yang tinggi sebagai bunga potong maupun tanaman
taman. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif. Cara
vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan subang dan anak subang
(kormel), sedangkan cara generatif yaitu dengan menggunakan biji. Perbanyakan
vegetatif dengan menggunakan subang tergolong lebih cepat dan mudah untuk
mendapatkan anakan baru jika dibandingkan dengan menggunakan biji maupun
kormel.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui varietas gladiol yang
menghasilkan produksi subang terbaik, (2) mengetahui konsentrasi benziladenin
(BA) terbaik yang dapat meningkatkan produksi subang gladiol, (3) mengetahui
pengaruh masing-masing konsentrasi benziladenin (BA) terhadap masing-masing
varietas dalam meningkatkan produksi subang gladiol.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Kecamatan Tanjung
Karang Barat Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai dengan November 2011.
Perlakuan dirancang dalam faktorial (2 x 4) dengan menggunakan Rancangan
Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah varietas gladiol
yaitu varietas Fatimah dan varietas Hunaena. Faktor kedua adalah konsentrasi
benziladenin (BA) yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0 ppm (b0), 10 ppm (b1), 20 ppm
(b2), dan 30 ppm (b3). Pengelompokan dilakukan berdasarkan ukuran subang
gladiol. Analisis statistik dilakukan dengan sidik ragam yang dilanjutkan dengan
uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) varietas Fatimah dan varietas Hunaena
tidak berbeda nyata dalam produksi subang, (2) pemberian benziladenin 20 dan 30
ppm sama baiknya dalam meningkatkan produksi subang sebanyak 2,56 dan 2,63
buah, (3) tidak terdapat pengaruh masing-masing konsentrasi benziladenin (BA)
terhadap masing-masing varietas dalam meningkatkan produksi subang gladiol.
Kata kunci : benziladenin, produksi umbi, gladiol
Abstract
Gladiolus is one of many ornamental plants that cultivated due to its high
aesthetics value not only as cut flowers but also as garden plants. These plants
can be propagated both vegetatively and generatively. Vegetative way can be
done by using the corm and cormels, while the generative way is by using the
seeds. The vegetative propagation by using corm is considered faster and easier
to produce new plants than using the seeds or cormels.
The study was done in order to (1) know which gladiolus varieties produce higher
corm production, (2) know the best concentration of benzyladenin (BA) that can
increase the production of gladiolus corms, and (3) know the combined effect of
benzyladenin (BA) and varieties in increasing production of gladiolus corms.
The research was conducted in the Gunung Terang Village, Tanjung Karang Barat
District of Bandar Lampung, from May until November 2011. The treatment was
designed factorially (2 x 4) by using a Randomized Block Design. The first factor
was two gladiolus varieties, i.e Fatimah and Hunaena. The second factor was four
Benzyladenin (BA) concentrations, which consists of 0 ppm (b0), 10 ppm (b1), 20
ppm (b2), and 30 ppm (b3). The experiment was grouped according to the size of
the gladiolus corms. Statistical analysis was performed by analysis of variance,
and the comparison among means by the Least Significant Difference (LSD) test
at 5% probability.
The results showed that (1) Fatimah and Hunaena varieties were not significantly
different in corm production, (2) Application of benzyladenin at 20 ppm and 30
ppm both increase corms production by 2,56 and 2,63. (3) There was no
interaction between the varieties and benzyladenin (BA) concentration in the
production of gladiolus corms.
Key word : Benzyladenin, Corm Production, GladiolusYunita Ayu Saputri 07140120252015-08-25T07:22:02Z2015-08-25T07:22:02Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12147This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121472015-08-25T07:22:02ZPENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK DAN PUPUK NPK
(16:16:16) PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)Abstrak
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas
pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik. Hal ini terkait
dengan semakin meningkatnya permintaan akan buah tomat. Untuk mengimbangi
tingginya permintaan tersebut, budidaya tomat harus dikembangkan. Peningkatan
budidaya yang harus diperhatikan yaitu pemberian pupuk yang tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui takaran bahan organik yang
menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik untuk tanaman tomat, (2)
mengetahui takaran pupuk NPK (16:16:16) yang menghasilkan pertumbuhan dan
produksi yang baik untuk tanaman tomat, (3) mengetahui kombinasi bahan
organik dan pupuk NPK yang akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang
baik untuk tanaman tomat.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran bulan Mei sampai September 2011. Perlakuan dalam
penelitian ini disusun secara faktorial (5x3) dalam Rancangan Kelompok Teracak
Sempurna. Pengkelompokkan berdasarkan tinggi tanaman, kelompok pertama
memiliki tinggi tanaman < 15 cm, kelompok kedua 18-20 cm, dan kelompok
ketiga 15-18 cm. Faktor pertama adalah bahan organik (kompos serasah daun) dan
faktor kedua adalah NPK (16:16:16). Bahan organik terdiri atas lima takaran yaitu
0 kg/tanaman (b0), 0,5 kg/tanaman (b1), 1,0 kg/tanaman (b2), 1,5 kg/tanaman (b3),
2,0 kg/tanaman (b4). Sedangkan, pupuk NPK (16:16:16) terdiri atas tiga takaran
yaitu 5 g/tanaman (n1), 10 g/tanaman (n2), 15 g/tanaman (n3). Data yang diperoleh
selanjutnya dilakukan uji homogenitas ragam antar perlakuan dengan uji Barlet
dan aditivitas data di perbedaan nilat tengah perlakuan ditentukan dengan uji
Tukey. Apabila kedua asumsi ini terpenuhi, maka dilakukan analisis ragam uji
BNT pada taraf α = 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan organik dengan takaran
1,0 – 2,0 kg/tanaman dapat meningkatkan jumlah tandan dan jumlah bunga
tanaman tomat. Pemberian pupuk NPK dengan takaran 15 g/tanaman
menghasilkan jumlah bunga, jumlah buah per tanaman, jumlah buah per petak,
bobot buah per tanaman, dan diameter buah tomat lebih baik dibandingkan
dengan takaran 5 g/tanaman. Pemberian bahan organik dan pupuk NPK
memberikan pengaruh sinergi pada tinggi tanaman sedangkan pada variabel
pengamatan yang lain pengaruh sinergi tidak tampak secara nyata.Fadhlina Sosiawati 07140120082015-08-25T07:21:58Z2015-08-25T07:21:58Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12145This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121452015-08-25T07:21:58ZPENGARUH PENAMBAHAN BENZILADENIN PADA PELAPIS
KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN
BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’Abstrak
Jambu biji ‘Crystal’ adalah satu dari kultivar jambu biji yang ada di Indonesia.
Jambu biji ‘Crystal’ memiliki harga cukup tinggi di pasaran. Masa simpan buah
yang pendek menjadikan kerusakan pascapanen yang cepat. Cara untuk
mempertahankan kesegaran dan mutu buah adalah dengan melapisi buah.
Gunanya adalah untuk mencegah penguapan air, sehingga dapat memperlambat
kelayuan dan laju respirasi.
Bahan yang dapat digunakan untuk perendaman buah adalah zat pengatur tumbuh
(ZPT) yang salah satunya dari golongan sitokinin yaitu benziladenin (BA).
Perendaman buah jambu biji ‘Crystal’ dalam larutan BA yang lebih lama, BA
diharapkan dapat masuk ke dalam buah secara merata. Lama perendaman dapat
diatasi dengan cara menambahkan BA ke dalam bahan pelapis yaitu kitosan.
Diharapkan dengan mengaplikasikan BA ke dalam larutan pelapis kitosan, BA
secara perlahan akan masuk ke dalam buah selama penyimpanan, sehingga dapat
mempertahankan mutu dan memperlama masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh penambahan
benzilaedenin pada bahan pelapis kitosan terhadap masa simpan dan mutu buah
jambu biji ‘Crystal’, dan (2) mendapatkan perlakuan konsentrasi benziladenin
terbaik pada bahan pelapis kitosan terhadap masa simpan dan mutu buah jambu
biji ‘Crystal’.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari hingga
Maret 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL),
dengan perlakuan yang disusun secara faktorial 3 x 4. Faktor pertama adalah
perlakuan buah tanpa apa pun (K0), tanpa kitosan dalam asam asetat 0,5% (K1),
dan kitosan 2,5% (K2). Faktor kedua adalah BA dalam tiga taraf konsentrasi,
yaitu 0 ppm (B0), 25 ppm (B1), 50 ppm (B2) dan 100 ppm (B3). Sebagai
pembanding, tiga buah jambu biji langsung diamati pada awal penelitian. Peubah
yang diamati adalah masa simpan, susut bobot buah, kekerasan buah, kandungan
padatan terlarut (ºBrix), dan asam bebas.
ii
Hasil penelitian menunjukkan (1) Perlakuan kitosan 2,5% dapat memperpanjang
masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ secara nyata 2,83 dan 6,12 hari lebih lama
dibandingkan perlakuan kontrol (air) dan asam asetat 0,5%, (2) penambahan BA
konsentrasi 25, 50 dan 100 ppm nyata mempersingkat masa simpan buah jambu
biji ‘Crystal’, tetapi tidak menyebabkan penurunan mutu buah, dan (3)
penggunaan asam asetat 0,5% sebagai pelarut kitosan 2,5% tidak ada efek
buruknya, tetapi perendaman dengan asam asetat 0,5% berpengaruh buruk
terhadap mutu dan masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.
Kata kunci: jambu biji, penyoklatan, kitosan, BA, mutu
Abstract
‘Crystal’ is one of guava cultivars in Indonesia '. Guava of 'Crystal' has expensive price in the
market. The Short self life of fruit makes a fast post harvest damage. The way to maintain the
freshness and quality of the fruit is by coating the fruit. The use was to prevent water
evaporation and reduce so the damage can be slowed.
The material used for soaking the fruit was a plant growth regulators of benziladenine (BA).
By soaking guava ‘Crystal’ in a solution of BA, the hormon is expected to infiltrate into the
fruit slowly and evenly. A longer soaking can be accomplished by adding BA to the coating
material of chitosan. By applying BA to the chitosan coating solution, the BA will slowly
infiltrate into the fruit during storage, so it can maintain quality and prolong the shelf life of
guava ‘Crystal’.
This research was aimmed at (1) studying the effects of the addition of BA on the application
of chitosan coating on quality and shelf life of guava ‘Crystal’, and (2) obtaining the best
concentration of BA added to the chitosan coating to maintain the quality and prolong the
shelf life of guava ‘Crystal’.
This research was conducted in the Laboratory of Horticulture, Faculty of Agriculture,
University of Lampung during February─March 2012. This research used a completely
randomized design, with treatments arranged in a factorial 3 x 4. The first factors were
fruits without any treatment but water (K0), without chitosan but in acetic acid 0,5% (K1),
and 2,5% chitosan (K2). The second factors were the concentrations of BA in four levels: 0
(B0), 25 (B1), 50 (B2)and 100 ppm (B3). For the control, three guava were directly observed
at the first day of application. The observed variables were shelf life, fruit weight loss, fruit
firmness, soluble solid (ºBrix), and free acid content.
The results showed that (1) the addition of 2,5% chitosan coating were significantly able to
prolong the shelf life Guava ‘Crystal’ of 2,83 and 6,12 days longer than control and acetic
acid 0,5% (2) the addition of BA concentrations of 25, 50 and 100 ppm shortened
significantly the shelf life of guava ‘Crystal’, but did not influence its quality, and (3) the
using of 0,5% acetic acid as a solvent in 2,5% chitosan did not cause a bad affect, but soaking
in 0,5% acetic acid as a main solution adversely affected the fruit quality and shelf life of
guava ‘Crystal’.
Key words: guava, browning, chitosan, BA, qualityDian Wahyu Kusuma 07140120062015-08-25T07:21:54Z2015-08-25T07:21:54Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12150This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121502015-08-25T07:21:54ZPENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK (KOMPOS DAUN) DAN
TAKARAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI CABAI MERAH
(Capsicum annuum L.)Abstrak
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai
prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Untuk mencapai produksi cabai merah
yang tinggi diperlukan teknik budidaya yang baik. Upaya yang dapat dilakukan yaitu
dengan pemupukan organik dan anorganik dengan takaran yang tepat agar
pertumbuhan dan produksi dapat maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk, (1)
Mengetahui takaran bahan organik (kompos daun) yang menghasilkan pertumbuhan
dan produksi yang baik untuk tanaman cabai merah, (2) Mengetahui takaran pupuk
NPK (16:16:16) yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik untuk
tanaman cabai merah, dan (3) Mengetahui kombinasi terbaik takaran bahan organik
(kompos daun) dan takaran pupuk NPK (16:16:16) untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman cabai merah.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran pada bulan Maret sampai September 2011. Perlakuan disusun
secara faktorial (5x3) dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan.
Faktor pertama adalah bahan organik dengan takaran 0 kg/tanaman (bo); 0,5
kg/tanaman (b1); 1,0 kg/tanaman (b2); 1,5 kg/tanaman (b3); 2,0 kg/tanaman (b4).
Faktor kedua adalah pupuk NPK (16:16:16) dengan takaran 5 g/tanaman (n1); pupuk
NPK (16:16:16) 10 g/tanaman (n2); pupuk NPK (16:16:16) 15 g/tanaman (n3).
Kedua perlakuan dikombinasikan, sehingga terdapat 15 kombinasi perlakuan dalam
setiap ulangan. Setelah data terkumpul, homogenitas ragam antarperlakuan diuji
dengan uji Barlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Data diolah dengan
analisis ragam dan pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 5%.
Hasil penelitian menunjukkan; (1) Bahan organik (kompos daun) dengan takaran
0,5 kg/tanaman−2,0 kg/tanaman dapat meningkatkan tinggi cabang awal, tetapi
memperbanyak jumlah buah rusak pada tanaman cabai merah, (2) Pupuk NPK
(16:16:16) dengan takaran 15 g/tanaman dapat meningkatkan tinggi pada tanaman
cabai merah, dan (3) Pengaruh interaksi antara bahan organik (kompos daun) dan
pupuk NPK (16:16:16) tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
cabai merah.
Kata kunci : Capsicum annuum L., pemupukan, organik, anorganik, kompos daun,
pupuk NPK
Abstract
Red pepper (Capsicum annuum L.) is the vegetables that have bright prospects to
developed. A good cultivation techniques are required to achieve a high production of
red pepper. This could be done through the application of organic and inorganic
fertilizer with the proper dosages. The objectives of study were to: (1) Know the
dosage of organic matter (leaf compost) that produce good growth and production red
pepper, (2) Know the dosage of NPK (16:16:16) fertilizer that produce good growth
and production red pepper, and (3) Know the best dosage combination of organic
matter (leaf compost) and NPK (16:16:16) fertilizer for the growth and production of
red pepper.
The research was conducted in the Sukabanjar Village Gedong Tataan District
Pesawaran Regency in March until September 2011. The treatments were arranged in
a factorial (5x3) in a randomized block design (RGD) with three replications. The
first factor was a measure of organic material consisting of 0 kg / plant (bo), 0.5 kg /
plant (b1); 1.0 kg / plant (b2), 1.5 kg / plant (b3); 2.0 kg / plant (b4). The second factor
was the NPK (16:16:16) fertilizer consisting of 5 g / plant (n1); NPK (16:16:16)
fertilizer 10 g / plant (n2); NPK (16:16:16) fertilizer 15 g / plant (n3). Both treatments
were combined, so there were 15 combinations of treatments in each replication.
Once the data were collected, the data homogenity was implemented to test the
Bartlett test, while additivity of data were tested with Tukey test. Then, data were
subjected to analysis of variance, and the difference between mean value of the
treatment performed using the Smallest Real Differences test (LSD) at level α 5%.
The results showed: (1) The organic matter (leaf compost) with doses ranging from
0.5 kg/plant─2, 0 kg / plant could increase the branche height at early growth,
although increasing the number of damaged fruit of red pepper, (2) The application of
NPK (16:16:16) fertilizer at the rate of 15 g / plant could increase the height of red
pepper plants, and (3) The effect of interaction between organic matter (leaf compost)
and NPK (16:16:16) fertilizer on growth and production of red pepper was not
significant.
Key words: Capsicum annuum L., fertilization, organic, inorganic, leaf compost,
NPK fertilizer
Lusia Yuli Hastiti 07140120112015-08-25T07:21:48Z2015-08-25T07:21:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12154This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121542015-08-25T07:21:48ZPENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA
PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN
BUAH PISANG cv. ‘CAVENDISH’Abstrak
Buah pisang cv. ‘Cavendish’ merupakan salah satu produk unggulan ekspor dari
beberapa jenis buah pisang lainnya. Masalah pascapanen yang terjadi pada buah
pisang cv. ‘Cavendish’ adalah munculnya bercak coklat (brown spot) dan
cepatnya proses pemasakan setelah buah diberi pengemposan etilen, sehingga
masa simpannya lebih singkat dan menyebabkan penurunan mutu buah.
Kerusakan buah dapat diatasi dengan beberapa cara, salah satunya dengan
perendaman buah dalam larutan atau dengan pelapisan buah, sehingga laju
respirasi dan transpirasi dapat dihambat.
Bahan yang dapat digunakan untuk perendaman buah adalah zat pengatur tumbuh
(ZPT) yang salah satunya dari golongan auksin yaitu indole acetic acid (IAA).
Perendaman buah pisang cv. ‘Cavendish’ dalam larutan IAA yang lebih lama,
IAA diharapkan dapat masuk ke dalam buah secara merata. Lama perendaman
dapat diatasi dengan cara menambahkan IAA ke dalam bahan pelapis yaitu
Akhmad Komarudin
kitosan. Diharapkan dengan mengaplikasikan IAA ke dalam larutan pelapis
kitosan, IAA secara perlahan akan masuk ke dalam buah selama penyimpanan,
sehingga dapat mempertahankan mutu dan memperlama masa simpan buah pisang
cv. ‘Cavendish’.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari efek penambahan IAA pada
aplikasi pelapis kitosan terhadap mutu dan masa simpan buah pisang cv.
‘Cavendish’, dan (2) mendapatkan konsentrasi IAA terbaik yang ditambahkan
pada pelapis kitosan dalam mempertahankan mutu dan memperpanjang masa
simpan buah pisang cv. ‘Cavendish’.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus
2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan
perlakuan yang disusun secara faktorial 3 x 3. Faktor pertama adalah perlakuan
buah tanpa apa pun (K0), tanpa kitosan dalam asam asetat 0,5% (K1 ), dan kitosan
2,5% (K2). Faktor kedua adalah IAA dalam tiga taraf konsentrasi, yaitu 0 µM
(A0), 5 µM (A1), dan 10 µM (A2). Sebagai pembanding, tiga cluster buah pisang
langsung diamati pada awal penelitian. Peubah yang diamati adalah masa simpan,
susut bobot buah, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut (ºBrix), dan asam
bebas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penambahan konsentrasi IAA pada
pelapis kitosan 2,5% belum mampu memperpanjang masa simpan dan
mempertahankan mutu buah pisang cv. ‘Cavendish’ secara nyata jika
dibandingkan dengan perlakuan yang lain, (2) penambahan IAA konsentrasi 5 µM
Akhmad Komarudin
maupun IAA 10 µM pada pelapis kitosan 2,5% tidak berbeda nyata dalam
mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah pisang cv.
‘Cavendish’ dibandingkan dengan kontrol, dan (3) penambahan asam asetat 0,5%
di dalam kitosan 2,5% tidak ada efek buruknya, tetapi perendaman dengan asam
asetat 0,5% berpengaruh kurang baik terhadap mutu dan masa simpan buah pisang
cv. ‘Cavendish’.
Kata kunci: pisang, Cavendish, penyoklatan, IAA, kitosan
Abstract
Banana cv. ‘Cavendish’ is one of the leading export product of bananas.
Postharvest problem that occur on banana cv. ‘Cavendish’ is the rapid process of
ripening after the fruit is given ethylene and develops brown spots, so the shelf
life is shorter and cause a decrease in fruit quality. Damage to fruit can be solved
in several ways, one of them is by soaking the fruit in a solution or by coating the
fruit, so the rate of respiration and transpiration can be slowed.
The material used for soaking the fruit was a plant growth regulators of indole
acetic acid (IAA). By soaking banana cv. ‘Cavendish’ in a solution of IAA, the
hormon is expected to infiltrate into the fruit slowly and evenly. A longer soaking
can be accomplished by adding IAA to the coating material of chitosan. By
applying IAA to the chitosan coating solution, the IAA will slowly infiltrate into
the fruit during storage, so it can maintain quality and prolong the shelf life of
banana cv. ‘Cavendish’.
Akhmad Komarudin
This research was aimmed at (1) studying the effects of the addition of IAA on the
application of chitosan coating on quality and shelf life of banana cv. ‘Cavendish’,
and (2) obtaining the best concentration of IAA added to the chitosan coating to
maintain the quality and prolong the shelf life of banana cv. ‘Cavendish’.
This research was conducted in the Laboratory of Horticulture, Faculty of
Agriculture, University of Lampung during July─August 2011. This research
used a completely randomized design, with treatments arranged in a factorial
3 x 3. The first factors were fruits without any treatment but water (K0), without
chitosan but in acetic acid 0,5% (K1), and 2,5% chitosan (K2). The second
factors were the concentrations of IAA in three levels: 0 (A0), 5 (A1 ), and 10 μM
(A2). For the control, three banana clusters were directly observed at the first day
of application. The observed variables were shelf life, fruit weight loss, fruit
firmness, soluble solid (º Brix), and free acid content.
The results showed that (1) the addition of IAAs at concentration of 2,5% chitosan
coating were not significantly able to prolong the shelf life and to maintain the
fruit quality of banana cv. ‘Cavendish’ compared to the other treatments, (2) the
addition of IAA concentrations of 5 μM and 10 μM in 2,5% chitosan coating did
not affect significantly in prolonging the shelf life and maintaining the quality of
banana cv. ‘Cavendish’ compared to the control, and (3) the addition of 0,5%
acetic acid as a solvent in 2,5% chitosan did not cause a bad affect, but soaking in
0,5% acetic acid as a main solution adversely affected the quality and shelf life of
banana cv. ‘Cavendish’.
Key words: banana, Cavendish, browning, IAA, chitosanAkhmad Komarudin 07140120272015-08-25T07:21:20Z2015-08-25T07:21:20Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12175This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121752015-08-25T07:21:20ZPENGARUH KONSENTRASI IBA (Indole Butyric Acid)
DAN JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT NANAS (Ananas comosus [L.] Merr)
ASAL TUNAS MAHKOTAAbstrak
Nanas merupakan salah satu jenis buah-buahan yang memiliki prospek agribisnis sangat
cerah, baik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Permintaan pasar dalam negeri
terhadap buah nanas cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi dan meningkatnya permintaan
bahan baku industri pengolahan buah-buahan. Keadaan jumlah materi perbanyakan yang
terbatas menjadi kendala penyediaan bibit dalam jumlah banyak dan seragam di lapang.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit tersebut adalah dengan setek tunas
mahkota. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan penyetekan nanas
adalah media tanam yang digunakan dan faktor pelaksanaan yang menunjangnya adalah
perlakuan dalam penyetekan yaitu pemberian zat perangsang akar golongan auksin, seperti
IBA (Indole Butyric Acid).
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh konsentrasi IBA terhadap
pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota, (2) mengetahui pengaruh jenis media tanam
terhadap pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota, dan (3) mengetahui pengaruh
konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota pada masing-masing
jenis media tanam.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2012 di rumah kaca
gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Perlakuan disusun secara
faktorial (5x2) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan.
Faktor pertama yaitu pemberian IBA (A), yang terdiri dari: tanpa IBA (a0), IBA 100 ppm
(a1), IBA 200 ppm (a2), IBA 400 ppm (a3), dan IBA 600 ppm (a4). Faktor kedua adalah jenis
media tanam (B) , yang terdiri dari media pasir kali (b1) dan pasir vulkanik (b2). Data yang
diperoleh diuji dengan uji Bartlett untuk menguji homogenitas ragam dan uji Tukey untuk
menguji sifat kemenambahan model. Bila kedua uji tersebut tidak nyata maka data dianalisis
ragam. Pemisahan nilai tengah menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α
sebesar 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan konsentrasi IBA 600 ppm berpengaruh
terhadap pertumbuhan bibit yang ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah akar yang
dihasilkan. Perlakuan media tanam yang digunakan tidak berpengaruh pada semua variabel
yang diamati. Konsentrasi IBA terhadap bobot basah akar bergantung pada jenis media
tanam yang digunakan.
Kata kunci: Nanas, konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid), dan jenis media tanam.
Abstract
Pineapple is one type of fruit that has a very bright prospect agribusiness, both in the
domestic and overseas markets. Domestic market demand for pineapple fruit tended to
increase with increasing population and increasing public awareness of nutritional needs and
the growing demand for industrial raw materials processing fruits. The state of a limited
number of materials a constraint propagation seedlings in quantity and uniform in the field.
Efforts to be made to obtain the seed from crown cutting. One of the environmental factors
that affect the success of growing pineapple seed from crown cutting are types of media
planting is used and implementation factors that support it are treatment in provision seedling
are giving root auxin groups, such as IBA (Indole Butyric Acid).
This study was conducted to (1) determine the effect of IBA concentration on the growth of
pineapple seedlings from crown cutting, (2) determine the effect of the type of growing
media on growth of pineapple seedling from crown cutting, and (3) determine the effect of
IBA concentration on the growth of pineapple seedling from crown cutting on each type of
growing media.
The study was conducted since February until May 2012 in the greenhouse building
Horticulture, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The treatment design is a
factorial (5x2) arranged in randomize completely block design with three replications.. The
first factor is the concentration of IBA (A), which consists of: without IBA (a0), IBA 100
ppm (a1), IBA 200 ppm (a2), IBA 400 ppm (a3), and IBA 600 ppm (a4). The second factor is
the type of planting medium (B), which consists of river sand (b1) and volcanic sand (b2).
Means homogenity among the treatments were tested using Bartlett test and the aditivity data
were tested with Tukey test. If both tests are not significance then data were analyzed with
analysis of variance. Separation of means value were analyzed using Least Significant
Difference (LSD) at 5 % significance level.
The results showed that the concentration of IBA 600 ppm treatment effect on seedling
growth shown by the increasing number of roots produced. Treatment planting medium used
had no effect on all observed variables. IBA concentration on root wet weight depending on
the type of planting medium used.
Key words: Concentration ofIBA (Indole Butyric Acid), pineapple, and types of media
planting.FIDIA OCTAVIA SARI 07140120692015-08-25T07:21:16Z2015-08-25T07:21:16Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12174This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121742015-08-25T07:21:16ZPENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI IBA
(Indole Butyric Acid) TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT NANAS (Ananas comosus [L.] Merr)
ASAL TUNAS MAHKOTAAbstrak
Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan salah satu jenis buah tropika yang dapat
dikembangkan dengan baik di Indonesia. Teknik yang umum digunakan untuk perbanyakan
nanas adalah cara vegetatif, salah satunya menggunakan tunas mahkota (crown). Nanas yang
diperbanyak dengan tunas mahkota memiliki kemampuan berakar yang sangat rendah, salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perkembangan akar adalah pemberian
zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti Indole butyric acid (IBA).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh konsentrasi IBA pada pertumbuhan
bibit nanas asal tunas mahkota, (2) cara aplikasi IBA pada pertumbuhan bibit nanas asal
tunas mahkota, dan (3) pengaruh konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan bibit nanas asal
tunas mahkota pada masing – masing cara aplikasi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2012 di Rumah Kaca Gedung
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS)
yang disusun secara faktorial (5x2). Faktor pertama yaitu konsentrasi IBA (A) yang terdiri
dari: tanpa diberi IBA (a0), pemberian IBA dengan konsentrasi 100 ppm (a1), pemberian IBA
dengan konsentrasi 200 ppm (a2), dan pemberian IBA dengan konsentrasi 400 ppm (a3),
pemberian IBA dengan konsentrasi 600 ppm (a4). Faktor kedua adalah cara aplikasi IBA (B)
yaitu dengan cara penyemprotan dalam bentuk larutan (b1) dan cara pengolesan dalam bentuk
pasta (b2). Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Kesamaan ragam antarperlakuan
diuji dengan Uji Bartlett dan kemenambahan model diuji dengan Uji Tukey. Jika asumsi
terpenuhi, data dianalisis ragam. Apabila menunjukkan perbedaan nyata maka akan
dilanjutkan uji pemisahan nilai tengah dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Konsentrasi IBA 400 ppm mampu meningkatkan
jumlah akar primer, lebar daun, dan bobot basah tanaman. (2) Aplikasi IBA dengan cara
penyemprotan atau pengolesan pasta tidak memberikan pengaruh pada semua variabel
pengamatan kecuali pada jumlah akar primer, bentuk pasta (11,77 helai) jumlahnya lebih
banyak dibandingkan bentuk larutan (11,18 helai). (3) Pengaruh konsentrasi IBA terhadap
pertumbuhan bibit nanas asal tunas mahkota tidak ditentukan oleh cara aplikasi IBA.
Kata kunci: Nanas, cara aplikasi, dan konsentrasi IBA.
Abstract
Pineapple (Ananas comosus [L.] Merr) is a tropical fruit that can be well developed in
Indonesia. The technique is commonly used for propagation of pineapple is the vegetative
method, one of them using seedling from crown cutting (crown). Pineapples are propagated
by shoots rooted crown has a very low capacity, one of the efforts to be made to enhance root
development is the provision of plant growth regulators (PGR) as Indole Butyric Acid (IBA).
This study was conducted to (1) determine the effect of IBA concentration on the growth of
seedlings of pineapple from crown cutting, (2) application method of IBA on growth of
pineapple seedling from crown cutting, and (3) determine the effect of IBA concentration on
the growth of pineapple native seedlings sprout from crown cutting on each application
method.
The study was conducted since February until May 2012 in the greenhouse building
Horticulture, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The treatment design is a
factorial (5x2) arranged in randomize completely block design. The first factor is the
concentration of IBA (A), which consists of: without IBA (a0), IBA 100 ppm (a1), IBA 200
ppm (a2), IBA 400 ppm (a3), and IBA 600 ppm (a4). The second factor is the application
method (B), which consists of spraying method the solution form (b1) and the basting
method of a paste (b2). Means homogenity among the treatments were tested using Bartlett
test and the aditivity data were tested with Tukey test. If both tests are not significance then
data were analyzed with analysis of variance. Separation of means value were analyzed
using Least Significant Difference (LSD) at 5 % significance level.
The results showed that (1) the concentration of 400 ppm IBA was able to increase the
number of primary roots, leaf width and plant wet weight. (2) IBA application by spraying or
smearing pasta did not give effect to all variabels except on the number of primary roots, a
pasta form (11,77 piece) there are more than solution form (11 ,18 piece). (3) Effect of IBA
concentration on the growth of seedling of pineapple crown buds origin is not determined by
the applications method of IBA.
Key words: Concentration of IBA, Pineapple, and Application Method.Itha Anggalia 07140120682015-08-25T07:21:12Z2015-08-25T07:21:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12173This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121732015-08-25T07:21:12ZRESPONS VARIETAS GLADIOL (Gladiolus hybridus L) TERHADAP
PEMBERIAN BENZILADENIN (BA) PADA PERRTUMBUHAN TUNAS
DAN PRODUKSI BIBIT GLADIOLAbstrak
Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan salah satu komoditi hortikultura
penghasil bunga potong yang banyak digemari dan cukup terkenal sehingga
berpotensi untuk dikembangkan secara kormesial. Kendala utama dalam
pengembangan gladiol adalah pada perbanyakan tanaman, karena subang gladiol
memiliki masa dormansi dan produksi subang yang sedikit. Pemberian
benziladenin (BA) merupakan salah satu usaha untuk mempersingkat masa
dormansi dan juga dapat meningkatkan jumlah subang untuk pertanaman
berikutnya.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) mengetahui varietas gladiol yang
mampu menghasilkan tunas dan subang lebih banyak, (2) mengetahui konsentrasi
BA yang mampu menghasilkan tunas dan subang lebih banyak, (3) mengetahui
respons dua varietas gladiol terhadap masing-masing konsentrasi BA yang
diberikan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang Kecamatan
Tanjungkarang Barat Bandar Lampung, pada bulan April sampai bulan November
2011. Perlakuan dirancang dalam faktorial (2x4) dengan menggunakan rancangan
teracak sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah varietas gladiol yang terdiri
dari varietas Fatimah (VF) dan varietas Hunaena (VH). Faktor kedua konsentrasi
benziladenin yang terdiri dari berbagai konsentrasi yaitu 0 ppm (b0), 40 ppm (b4),
50 ppm (b5), dan 60 ppm (b6). Data analisis dengan sidik ragam diuji lanjut
dengan uji BNT pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Fatimah menghasilkan produksi
subang lebih banyak sebesar 3,74 buah, sedangkan pada varietas Hunaena
menghasilkan 2,39 buah. Pemberian benziladenin pada konsentrasi 60 ppm
menghasilkan jumlah tunas dan produksi subang lebih banyak. Respons varietas
Fatimah dan varietas Hunaena tanpa pemberian memberikan nilai tertinggi pada
variabel jumlah floret, diameter floret, dan panjang tangkai.
Kata kunci: Benziladenin (BA), gladiol varietas Fatimah dan Hunaena
Abstract
Gladiolus (Gladiolus hybridus L) is one of the horticulture plants well known for
cut flowers production, so t is very potential to be developed commercially. The
main obstacle in the development of gladiolus is the propagation of plants,
because gladiolus cormel has a dormancy period and a low number of seedlings.
Giving benzyladenine (BA) is one effort to shorten the dormancy period and to
increase the number of cormel production for the next planting.
The research was aimed at determining (1) which gladiolus varieties producing
more corms and cormels, (2) which concentration of BA is able to produce more
corms and cormels, (3) the response of two gladiolus varieties for each applied
concentration of BA.
The research was conducted in Gunung Terang Village, sub district West Tanjung
karang Bandar Lampung, starting from April to November 2011. The treatment
was designed in a factorial (2x4) using a randomized complete block design
(RKTS). The first factor was varieties of gladiolus composed of Fatimah (VF)
and Hunaena varieties (VH). The second factor was benzyladenine concentration
consisting of 0 ppm (b0), 40 ppm (b4), 50 ppm (b5), and 60 ppm (b6). Data
analysis of variance was tested further by LSD at 5% level.
The results showed that Fatimah variety produced more cormel at 3.74, while the
Hunaena variety produced 2.39. The application of benzyladenine at a
concentration of 60 ppm produced highest number of corms and seedlings
production. Without benzyladenine, both varieties produced the highest value in a
number of florets, floret diameter, and length of the flower stalk.
Keyword: Benzyladenine (BA), gladiol varieties Fatimah and HunaenaRahmi Nuryanti 07140120562015-08-25T07:21:08Z2015-08-25T07:21:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12172This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121722015-08-25T07:21:08ZPENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SERBUK SABUT KELAPA,
KOMPOS DAUN DAN PUPUK KIMIA NPK TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
TOMAT (Lycopersiumn esculentum mill)Abstrak
Penanaman tomat memerlukan teknik budidaya yang tepat. Aplikasi pemberian
pupuk organik dan pupuk anorganik merupakan usaha yang sering dilakukan
petani untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan
produksi tanaman tomat antara yang diberi pupuk dan tidak diberi pupuk (2)
Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat antara yang
diberi kompos saja dan kimia saja dengan kombinasi pupuk kompos dan NPK
(3) Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat antara yang
diberi kompos serbuk sabut kelapa dan kompos daun flamboyan
Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar
bulan September 2011. Perlakuan dalam penelitian ini disusun dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan menggunakan
Rancangan Perlakuan Tunggal. Rancangan ini terdiri dari tujuh perlakuan dan
setiap perlakuan di ulang sebanyak tiga kali. Perlakuan tersebut antara lain p0
(Tanpa pupuk), p1 (Kompos serbuk sabut kelapa 20 ton/ha), p2 (kompos daun
flamboyan 20 ton/ha), p3 (½ serbuk sabut kelapa 10 ton/ha + pupuk kimia 500
kg/ha), p4 (½ kompos daun flamboyan 10 ton/ha + pupuk kimia 500 kg/ha), p5
(kompos serbuk sabut kelapa 10 ton/ha + kompos daun flamboyan 10 ton/ha), p6
(pupuk kimia dosis rekomendasi 1000 kg NPK majemuk/ha). Data yang diperoleh
selanjutnya dilakukan uji homogenitas ragam antar perlakuan dengan uji Barlet
dan aditivitas data di perbedaan nilai tengah perlakuan ditentukan dengan uji
Tukey. Apabila kedua asumsi ini terpenuhi, maka dilakukan analisis uji Ortogonal
kontras.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan pada tanaman tomat mampu
menunjukkan hasil terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, bobot brangkasan
tanaman, diameter buah, jumlah bunga, jumlah buah dan produksi buah kg per
petak tanaman tomat dibandingkan tanaman yang tidak diberi pupuk. Kombinasi
antara pupuk kompos dan pupuk anorganik mampu meningkatkan tinggi tanaman,
bobot brangkasan, jumlah buah per tanaman, dan produksi buah kg/petak
dibandingkan pupuk kompos saja atau pupuk NPK saja. Pemberian pupuk
kompos serbuk sabut kelapa pada tanaman tomat lebih baik dalam meningkatkan
produksi buah tomat dibandingkan dengan kompos daun flamboyan.
Kata kunci : Tomat, kompos serbuk sabut kelapa dan flamboyan, pupuk NPK
(15:15:15), produksi.
Abstract
Planting tomatoes requires proper farming techniques. Application of organic
fertilizer and inorganic fertilizer is a business that is often carried the farmers to
meet the nutrient needs of plants.
This study aims to (1) Know the difference in the growth and production of
tomato plants that were not given fertilizer and manure (2) Knowing the
differences in growth and production of tomato plants that were given only
compost and chemical fertilizers are a combination of compost and NPK (3)
Knowing the differences in growth and production of a given tomato cocodust
compost and leaf compost flamboyant.
The research was conducted at Polytechnic Lampung, Bandar Lampung. Time
study conducted from May 2010 until sometime in September 2011 harvest. The
treatment in this study prepared by using a randomized block design (RAK) and
using the draft Single Treatment. The draft consists of seven treatments and each
treatment is repeated three times in. The treatments include p0 (without fertilizer),
p1 (Compost cocodust 20 tons / ha), p2 (flamboyant leaf compost 20 tons / ha),
p3 (coco pdust ½ 10 tons / ha of chemical fertilizer + 500 kg / ha ), p4 (½
flamboyant leaf compost 10 tons / ha of chemical fertilizer + 500 kg / ha), p5
(composted cocodust10 tonnes / ha + leaf compost flamboyant 10 ton / ha), p6
(chemical fertilizer recommendations 1000 kg dose of compound / ha). The data
obtained is then performed various tests of homogeneity between the treatment
with Barlet and additivity test data in the middle nilat treatment differences
determined by Tukey test. If these two assumptions are met, then the test
Orthogonal contrast analysis.
The results showed that fertilization on tomato plants were able to show the best
results in increasing plant height, plant stover weight, fruit diameter, number of
flowers, fruit number and fruit production kg per plot of tomato plants than the
plants are given fertilizer. The combination of compost and inorganic fertilizer to
increase plant height, stover weight, number of fruits per plant, and fruit production
kg / plot than any compost or fertilizer NPK alone. Provision of coco dust
manure compost on tomato plants are better at improving tomato production in
comparison with the flamboyant leaf compost.
Key words: Tomato, composted cocodust and flamboyant, fertilizer NPK
(15:15:15), production.Mitra Suri 07140120512015-08-25T07:21:04Z2015-08-25T07:21:04Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12169This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121692015-08-25T07:21:04ZPENGARUH PENAMBAHAN N6-BENZYLADENINE (BA)
PADA PELAPIS CHITOSAN TERHADAP MASA SIMPAN
DAN MUTU BUAH PISANG cv. ‘CAVENDISH’Abstrak
Pisang adalah komoditas yang berpotensi untuk tujuan ekspor, namun kerusakan
yang terjadi secara cepat menyebabkan buah tidak tahan simpan dan penurunan
mutu. Penanganan pascapanen secara tepat dapat mengurangi kerusakan tersebut.
Benzyladenine berperan dalam menghambat degradasi klorofil dan menunda
penuaan. Chitosan adalah pelapis yang berperan dalam memperpanjang masa
simpan, juga berfungsi sebagai biofungisida sehingga dapat mencegah kebusukan
buah.
Penelitian ini bertujuan: 1) mengetahui pengaruh penambahan benzyladenine
(BA) pada bahan pelapis chitosan terhadap masa simpan dan mutu buah pisang
cv. ‘Cavendish’, 2) mendapatkan perlakuan konsentrasi Benzyladenine (BA) pada
bahan pelapis chitosan terbaik terhadap masa simpan dan mutu buah pisang cv.
‘Cavendish’.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus
Ayu Septika ii
2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan yang disusun secara faktorial (3 x 4). Faktor pertama tiga taraf pelapis
chitosan, yaitu tanpa pelapis chitosan (akuades)(C0), perlakuan asam asetat 0,5%
(C1), dan chitosan 2,5% (C2). Faktor kedua, adalah empat taraf konsentrasi
benzyladenine (BA) 0 (B0), 25 (B1), 50 (B2) dan 100 (B3) ppm. Pengamatan
dilakukan terhadap peubah masa simpan, susut bobot buah, tingkat kekerasan
buah, padatan terlarut, kandungan asam bebas, dan tingkat kemanisan buah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penambahan benzyladenine (BA) pada
pelapisan chitosan 2,5% belum mampu secara efektif memperpanjang masa
simpan dan mempertahankan mutu buah pisang cv.‘Cavendish’, (2) Tidak ada
perlakuan konsentrasi terbaik dalam memperpanjang masa simpan dan
mempertahankan mutu buah pisang cv.‘Cavendish’, dan (3) Penambahan asam
asetat 0,5% ke dalam chitosan 2,5% tidak berpengaruh negatif, namun aplikasi
perendaman dalam asam asetat 0,5% berpengaruh mempersingkat masa simpan
buah pisang cv.‘Cavendish’.
Kata kunci : benzyladenine, chitosan, Cavendish, pisang, pascapanen
Abstract
Banana is a potential commodity for export purposes, but its rapid damage
problem causes a short shelf life and decreases quality. Proper postharvest
processing can reduce the damage. Benzyladenine serves to inhibit the
chlorophyll degradation and delays ageing. Chitosan is a functioning coating to
prolonging the shelf life, and also to serve as bio-fungicide to prevent fruit
rooting.
This research was purposed to: (1) find out the influence of benzyladenine (BA)
addition to chitosan coating to the shelf life and quality of banana cv.
‘Cavendish’, (2) obtain the best treatment of benzyladenine (BA) concentration on
chitosan coating to prolonging the shelf life and maintaining the quality of banana
cv. ‘Cavendish’.
This research was conducted in the Horticulture Laboratory of Agricultural
Faculty in Lampung University, from July to August 2011. This research used a
completely randomized design with treatments arranged in 3 x 4 factorials. The
first factors were three levels of chitosan coatings, i.e treatment without chitosan
Ayu Septika 2
coating (aquades)(C0), treatment with acetic acid 0.5% (C1), and treatment with
chitosan 2.5% (C2). The second factors were four levels of benzyladenine (BA)
concentrations: 0 (B0), 25 (B1), 50 (B2), and 100 ppm (B3). Observations were
conducted on the variables of shelf life, fruit weight, fruit firmness, total soluble
solid, free acid content, and fruit sweetness.
The results showed that: (1) benzyladenine (BA) addition into chitosan coating
2.5% was not significantly effective to prolong the shelf life and maintain quality
of banana cv. ‘Cavendish’, (2) there was not best treatment in prolonging the shelf
life and maintaining the quality of banana cv. ‘Cavendish’, (3) 0.5% acetic acid
addition into chitosan 2.5% did not produce negative effect, however a soaking
application in 0.5% acetic acid shortened the shelf life of banana cv. ‘Cavendish’.
Keywords: benzyladenine, chitosan, Cavendish, banana, postharvestAyu Septika 2 07140120332015-08-25T07:21:00Z2015-08-25T07:21:00Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12170This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121702015-08-25T07:21:00ZPENGARUH BERBAGAI PUPUK KANDANG DAN PUPUK PELENGKAP
PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)
KULTIVAR SKY ROCKETAbstrak
Melon (Cucumis melo L.) adalah sayuran buah bernilai komersial tinggi. Pupuk
kandang (ayam, kambing, kelinci, dan sapi) baik untuk pupuk dasar, karena dapat
memperbaiki sifak fisik, kimiawi, dan biologis tanah. Pupuk pelengkap
mempunyai kandungan unsur mikro yang dapat melengkapi kekurangan pupuk
organik.
Penelitian bertujuan: (1) mengetahui pengaruh pemberian berbagai pupuk
kandang pada pertumbuhan dan produksi melon; (2) mengetahui pengaruh
konsentrasi pupuk pelengkap pada pertumbuhan dan produksi melon; (3)
mengetahui apakah ada ketergantungan antara jenis pupuk kandang dan
konsentrasi pupuk pelengkap dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi
melon. Penelitian menggunakan rancangan perlakuan faktorial (4 macam pupuk
kandang (ayam, kambing, kelinci, sapi) x 4 konsentrasi Plant Catalyst (0,1,2,3g/l)
dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna diulang 3 kali. Data dianalisis
ragam dan telah memenuhi asumsi analisis ragam yaitu diuji dengan uji Bartllet
dan aditivitas diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan uji
polinomial ortogonal pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam, kelinci
atau sapi tidak menghasilkan respons yang berbeda bagi peubah tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot buah, dan total padatan terlarut; namun pemberian pupuk
kandang kambing menghasilkan respons yang paling baik pada diameter buah.
Pemberian pupuk pelengkap sampai konsentrasi 3 g/l tidak menghasilkan
perbedaan dalam pertumbuhan dan hasil melon. Pupuk kandang kambing yang
disertai pupuk pelengkap konsentrasi 2 g/l menghasilkan diameter buah melon
yang tertinggi.
Kata kunci : tanaman melon, pupuk kandang, Plant Catalyst
Abstract
Melon (Cucumis melo L.) is the one of vegetable that has a high commercial
price. Manure fertilizer (chicken, goat, rabbit, and cow) on the basic fertilizer,
because its could fix the chemical, physic and biologys unsure of soil.
Complimen Fertilizer contain the micro unsure could complementing the
decreasing organic fertilizer.
The purpose: (1) knowing the effect of application the variant of fertilizer on
melon’s growing and production; (2) knowing the effect of concentration on
compliment fertilizer on growing and production of melon; (3) knowing if there is
dependency between the variant of manure fertilizer and concentration of
compliment fertilizer in order to produce growing and production of melon.
The research uses factorial treatment design (4 kinds of manure fertilizer (chicken,
Goat, rabbit, sapi) x 4 concentration of Plant catalyst (0,1,2,3 g/l) on perfect
random group design and do it 3 times. Its using uniform analyze and fulfill
assumption on uniform analyze is testea with bartllet and aditivity tested with
tukey, and its’s continued with polinomial ortogonal an 5% level.
The result of research shows that application of manure fertilizer such as chicken,
rabbit, or cow don’t make a different respons an plant’s heigh changing, leaves
number, fruit weight and solution total; but application of goat manure fertilizer
make a best respons on fruit diametre. Application of compliment of fertilizer an
3 g/l concentrate doesnt make a differences on growing and the result melon.
Goat manure fertilizer and compliment fertilizer 2 g/l make a highest of diametre
of melon.
Kata kunci : melon, manure fertilizer, Plant Catalyst.Bagus Prambudi 07140120342015-08-25T07:20:56Z2015-08-25T07:20:56Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12171This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121712015-08-25T07:20:56ZPENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA
PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN
BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’Abstrak
Jambu biji ‘Crystal’ tergolong ke dalam buah yang memiliki masa simpan pendek
2—7 hari. Batas ini merupakan waktu yang tersedia untuk pemasaran dan
pengangkutan interlokal dari tempat produksi. Buah jambu biji setelah kegiatan
pemanenan masih tetap melakukan proses metabolisme dengan menggunakan
cadangan makanan yang terdapat di dalam buah, dan proses tersebut dapat
mempercepat proses pematangan dan kehilangan nilai gizi buah. Buah jambu biji
memiliki masa simpan yang pendek yang disebabkan oleh respirasi buah yang
tinggi. Buah jambu biji dengan masa simpan yang pendek juga mudah
mengalami kerusakan yang dapat dilihat dari perubahan tekstur dan muncul
bercak coklat pada kulit dan ini akan menyebabkan penurunan mutu buah untuk
dipasarkan. Kerusakan buah dapat diatasi dengan beberapa cara, salah satunya
dengan perendaman buah dalam larutan IAA atau dengan pelapisan buah dengan
kitosan, sehingga laju respirasi dan transpirasi dapat dihambat.
Bahan yang dapat digunakan untuk perendaman buah adalah zat pengatur tumbuh
(ZPT) yang salah satunya dari golongan auksin yaitu indole acetic acid (IAA).
Perendaman buah jambu biji ‘Crystal’ dalam larutan IAA yang lebih lama, IAA
diharapkan dapat masuk ke dalam buah secara merata. Lama perendaman dapat
diatasi dengan cara menambahkan IAA ke dalam bahan pelapis yaitu kitosan.
Diharapkan dengan mengaplikasikan IAA ke dalam larutan pelapis kitosan, IAA
secara perlahan akan masuk ke dalam buah selama penyimpanan, sehingga dapat
mempertahankan mutu dan memperlama masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari efek penambahan IAA pada
pelapis kitosan terhadap mutu dan masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’, dan
(2) mendapatkan konsentrasi IAA terbaik yang ditambahkan pada pelapis kitosan
dalam mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah jambu biji
‘Crystal’.
Icha Maretha ii
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung dan Laboratorium Uji polimer, Pusat penelitian Fisika-LIPI
Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari hingga
Februari 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL),
dengan perlakuan yang disusun secara faktorial 3 x 3. Faktor pertama adalah
pelapisan dengan tiga taraf, yaitu kontrol [aquades (k0)], perlakuan asam asetat
0.5% (k1), dan kitosan 2,5% (k2). Faktor kedua adalah IAA dalam tiga taraf
konsentrasi, yaitu 0 µM (a0), 5 µM (a1), dan 10 µM (a2). Sebagai pembanding,
tiga buah jambu biji langsung diamati pada awal penelitian. Peubah yang diamati
adalah masa simpan, bobot buah, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut
(ºBrix), dan asam bebas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penambahan konsentrasi IAA pada
pelapis kitosan 2,5% belum mampu mempertahankan mutu dan memperpanjang
masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ secara nyata jika dibandingkan dengan
perlakuan lain, (2) aplikasi IAA tidak dapat memperpanjang masa simpan, dan
tidak menurunkan mutu buah jambu biji ‘Crystal’, dan (3) asam asetat 0,5%
sebagai pelarut kitosan tidak ada efek buruknya, tetapi perendaman dengan asam
asetat 0,5% berpengaruh kurang baik terhadap mutu dan masa simpan buah jambu
biji ‘Crystal’.
Kata kunci: jambu biji, Crystal, penyoklatan, IAA, kitosan
Abstract
Guava (Psidium guajava L) is a climacteric fruit with a relatively short shelf-life
period that ranges from 2-7 days under ambient conditions. This limit is the time
available for marketing and transport distance from the place of production.
After harvesting, guava still in the process of metabolism by using food supply
and caused a quick ripening and losing nutrition. Guava has a short shelf-life due
to its high respiration. It will also be vulnerable to damage easily which can be
seen from the changing of its texture and development of brown on surface
of the fruit skin and caused a decrease in the fruit quality of guava to be market.
Damage the guava fruit ‘Crystal’ can be solved in several ways, one of them is by
soaking the fruit in a solution or by coating the fruit whith chitosan, so the
rate of respiration and transpiration can be slowed.
The material used for soaking the fruit was a plant growth regulators of indole
acetic acid (IAA). By soaking guava ‘Crystal’ in a solution of IAA, the hormon is
expected to infiltrate into the fruit slowly and evenly. A longer soaking can be
accomplished by adding IAA to the coating material of chitosan. By applying
IAA to the chitosan coating solution, the IAA will slowly infiltrate into the fruit
during storage, so it can maintain quality and prolong the shelf-life of guava
‘Crystal’.
The research was aimmed at (1) studying the effects of the addition of IAA into
chitosan coating on the fruit quality and shelf-life of guava ‘Crystal’, and (2)
obtaining the best concentration of IAA added into the chitosan coating to
maintain the quality fruit and prolong the shelf-life of guava ‘Crystal’ fruit.
The research was conducted in the Laboratory of Horticulture, Faculty of
Agriculture, University of Lampung during January─February 2012 and Polymer
Testing Laboratory, Bandung, West Java. The research used a completely
randomized design, with treatments was arranged in a factorial 3 x 3. The first
factors were fruits without any treatment but water (k0), without chitosan but in
Icha Maretha ii
acetic acid 0,5% (k1), and 2,5% chitosan (k2). The second factors were the
concentrations of IAA in three levels: 0 (a0), 5 (a1), and 10 μM (a2). For the
control, three guava were directly observed at the first day of application. The
observed variables were shelf-life, fruit weight, fruit firmness, soluble solid
(º Brix), and free acid content.
The results showed that (1) the addition of IAAs at concentration of 2,5% chitosan
coating were not significantly able to prolong the shelf life and to maintain the
fruit quality of guava ‘Crystal’ compared to the other treatments, (2) IAA
application did not prolong the shelf-life, and IAA application did not decrease the
quality of the fruit, and (3) 0,5% acetic acid as a solvent in 2,5% chitosan did not
cause a bad affect, but soaking in 0,5% acetic acid as a main solution adversely
was affected the fruit quality and shelf-life of guava ‘Crystal’.
Key words: guava, Crystal, browning, IAA, chitosanIcha Maretha ii 07140120442015-08-25T07:20:46Z2015-08-25T07:20:46Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12131This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121312015-08-25T07:20:46ZPENGARUH METIL METSULFURON TERHADAP INSANG IKAN
PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus)Abstrak
Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas penting budidaya air tawar di
Indonesia. Ikan patin siam dapat dibudidayakan di lahan bekas sawah, sehingga
kemungkinan dapat terpapar residu dari penggunaan herbisida. Metil metsulfuron
merupakan bahan aktif herbisida yang digunakan untuk meberantas gulma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi metil metsulfuron
terhadap mortalitas dan struktur histologi insang ikan patin siam. Penelitian terdiri
atas uji penentu selang konsentrasi dan uji definitif. Hasil uji penentu selang
konsentrasi menunjukkan bahwa metil metsulfuron memiliki batas ambang atas
pada konsentrasi 100 mg/L dan batas ambang bawah 1 mg/L. Berdasarkan uji
definitif diketahui bahwa nilai LC50-96 jam sebesar 51,4 mg/L terhadap ikan patin
siam. Pengamatan terhadap jaringan insang menunjukkan terjadi kerusakan
berupa hiperplasia lamella insang, deskuamasi, kongesti, dan hemoragi. Metil
metsulfuron berpengaruh nyata terhadap mortalitas dan jaringan insang pada ikan
patin siam. Semakin tinggi konsentrasi metil metsulfuron maka mortalitas dan
tingkat kerusakan insang ikan patin siam juga semakin tinggi.
Kata kunci: Ikan patin siam; Metil metsulfuron; Mortalitas; Insang; Konsentrasi
Abstract
The Asian Catfish is one of important commodity in Indonesian freshwater.
Catfish cultivated in former rice fields that could potentially exposed to chemical
herbicides. Metsulfuron-methyl is active compounds in herbicide. The aims of this
research was to know the effect of metsulfuron-methyl concentration on mortality
and histology of catfish gills. The research consisted of decisive test of
concentration range and definitive test. Result of decisive test of concentration
range showed that metsulfuron-methyl has up-level limit concentration 100 mg/L
and low-level limit concentration 1 mg/L. The lethal concentration (LC50) value of
metsulfuron-methyl was 51,4 mg/L for 96 h of exposure. Observation of histology
on gills showed hyperplasia, desquamation, congestion, and hemorrhage. The
result of this research showed that metsulfuron-methyl significantly affect to
mortality and histology of catfish gills. The higher concentration, the higher the
level of mortality and gills damage.
Key word: Metsulfuron-methyl; Catfish; Mortality; Gill; ConcentrationLISA NOVALIA 08141110402015-08-25T07:20:37Z2015-08-25T07:20:37Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12129This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121292015-08-25T07:20:37ZPENGARUH UMUR TELUR TETAS ITIK MOJOSARI DENGAN
PENETASAN KOMBINASI TERHADAP
FERTILITAS DAN DAYA TETASAbstrak
Penetasan dapat dilakukan secara alami dan buatan atau dengan cara
mengkombinasikannya. Berdasarkan pengalaman Kelompok Tani Ternak Rahayu
di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran yang telah
melakukan cara kombinasi yaitu melalui penetasan alami pada entok selama
10 hari sebelum dimasukkan ke dalam mesin tetas menghasilkan fertilitas dan
daya tetas yang lebih tinggi. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi fertilitas,
daya tetas, susut tetas (weight loss), dan bobot tetas adalah umur telur tetas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur telur tetas itik Mojosari
dengan penetasan kombinasi terhadap fertilitas, susut tetas (weight loss), daya
tetas, dan bobot tetas serta mengetahui pengaruh umur telur tetas terbaik dari telur
itik Mojosari dengan penetasan kombinasi terhadap fertilitas, susut tetas (weight
loss), daya tetas, dan bobot tetas.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari tiga
perlakuan dengan ulangan sebanyak enam kali, yaitu P1 (1 hari), P2 (4 hari), dan
P3 (7 hari). Setiap perlakuan umur telur tetas itik Mojosari tersebut ditetaskan
pada entok selama 10 hari sebelum dimasukkan ke dalam mesin tetas. Telur itik
Mojosari yang ditetaskan sebanyak 144 butir. Rata-rata bobot awal berkisar
antara 65,65--68,41 g dengan koefisien keragaman + 1,40%. Data yang
dihasilkan dianalisis sesuai dengan asumsi sidik ragam pada taraf nyata 5 %. Jika
perlakuan berpengaruh nyata pada peubah tertentu (P < 0, 05), maka analisis
dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan: (1 ) umur telur tetas (1, 4, dan 7 hari) memberikan
pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap fertilitas dan berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap susut tetas (weight loss), daya tetas, dan bobot tetas telur itik
Mojosari, (2) umur telur tetas 1 hari menghasilkan fertilitas terbaik (91,67%)
dibandingkan dengan umur telur tetas 4 hari (83,33%), dan 7 hari (72,92%).Neka Meliyati 08140610452015-08-25T07:20:33Z2015-08-25T07:20:33Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12128This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121282015-08-25T07:20:33ZIdentifikasi Kandungan Mineral (Na, K, Cl, S) Tanaman Air Kiambang
(Salvinia molesta) di Waduk Batu Tegi Kecamatan Air Naningan Kabupaten
TanggamusAbstrak
Salvinia molesta merupakan limbah Waduk Batu Tegi yang berpotensi sebagai
sumber pakan ternak nonkonvensional. Informasi tentang kandungan mineral dan
pemanfaatannya belum banyak diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral natrium (Na),
kalium (K), klorida (Cl), dan sulfur (S) pada akar tua, akar muda, daun tua, daun
muda, dan seluruh tanaman kiambang (Salvinia molesta) serta mengetahui
kandungan mineral natrium (Na), kalium (K), klorida (Cl), dan sulfur (S) tertinggi
sampai terendah pada masing-masing bagian tanaman Salvinia molesta.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret—Mei 2012. Sampel kiambang
(Salvinia molesta) diambil dari Waduk Batu Tegi Tanggamus. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan pembagian tanaman sebagai
perlakuan dan periode analisis sebagai ulangan, dilanjutkan dengan Uji Beda
Nyata Terkecil. Peubah yang diamati adalah kandungan mineral natrium (Na),
kalium (K), klorida (Cl), dan sulfur (S).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata (P<0,01)
pada kandungan mineral Na dan K yang terdapat di semua bagian tanaman
Salvinia molesta sedangkan kandungan mineral Cl pada bagian daun muda, akar
tua, dan tanaman utuh terdapat perbedaan sangat nyata (P<0,01 ). Kandungan
mineral S pada bagian akar tua, daun tua, dan tanaman utuh berbeda sangat nyata
(P<0,01). Kandungan mineral Na, K, CL, S berturut-turut pada bagian daun muda
adalah 1,20%, 2,11%, 2,14%, 0,08%; daun tua 1,14%, 0,88%, 1,42%, 0,52%; akar
muda 0,82%, 1,54%, 0,20%, 0,06; akar tua 0,64%, 1,01%, 0,23%, 1,52%; dan
tanaman utuh 0,93%, 1,25%, 1,21%, 0,57%.
1. Alumni Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2. Dosen Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Abstract
Salvinia molesta is a weed reservoir Batu Tegi potential as a source of nonconventional fodder. Information on the mineral content and its use has not been
known.
This research was aimed to identification the mineral content of sodium (Na),
potassium (K), chloride (Cl), and sulfur (S) to the old roots, young roots, old
leaves, young leaves, and whole plant Salvinia molesta with to know mineral
content of sodium (Na), potassium (K), chloride (Cl), and sulfur (S) highest to
lowest in each part of the weed Salvinia molesta.
This research was conducted in March-May 2012. Salvina molesta is taken from
the reservoir Batu Tegi Tanggamus. Data were analyzed by Analysis of Variance
completely randomized designed and the differences among treatments were
tested by Least Significant Difference. The variable measured were the minerals
sodium (Na), potassium (K), chloride (Cl), and sulfur (S).
The results showed that in the mineral content of Na and K was present in all parts
of the plant Salvinia molesta there were highly significant differences (P <0.01)
while mineral Cl content on the young leaves, old roots and whole plants there
were highly significant differences (P <0.01). Mineral S content on the young
leaves, old roots, and whole plants were highly significant differences (P <0.01).
Mineral content of Na, K, CL, S respectively in the young leaves was 1.20%,
2.11%, 2.14%, 0.08%, 1.14% old leaves, 0.88%, 1 , 42%, 0.52%; young roots
0.82%, 1.54%, 0.20%, 0.06; older roots 0.64%, 1.01%, 0.23%, 1.52 %, and the
whole plant 0.93%, 1.25%, 1.21%, 0.57%.
1. Alumni Faculty of Agriculture, Department of Animal Husbandry University
of Lampung
2. Lecturer Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture, University
of LampungIrma(1), Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc.(2), Ir. Yusuf Widodo, M. 08140610432015-08-25T07:20:29Z2015-08-25T07:20:29Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12127This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121272015-08-25T07:20:29ZPERBANDINGAN FERTILITAS, SUSUT TETAS, DAYA TETAS, DAN
BOBOT TETAS TELUR AYAM KAMPUNG PADA
PENETASAN KOMBINASIAbstrak
Pada dasarnya penetasan telur ayam kampung dapat dikelompokkan menjadi dua
yakni penetasan secara alami dengan bantuan entok dan buatan dengan mesin
tetas atau dengan cara mengkombinasikan. Keuntungan penetasan kombinasi
adalah dapat menghasilkan fertilitas dan daya tetas yang lebih tinggi serta dapat
menetaskan telur dalam jumlah banyak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi proses penetasan telur
ayam kampung yang lebih baik berdasarkan fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan
bobot tetas.
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu mulai 28 Mei -- 28 Juni 2012,
bertempat di rumah Bapak M. Yasri Ketua Kelompok Tani Ternak Rahayu II,
Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran. Telur yang
digunakan adalah telur ayam kampung sebanyak 200 butir, masing – masing
perlakuan 100 butir dengan bobot telur 41,70±6,67 g (perlakuan 7 hari) dan
38,43±7,67 g (perlakuan 10 hari).
Penelitian ini menggunakan dua rancangan perlakuan, yaitu P1: pengeraman 7
hari pada entok kemudian dilanjutkan dengan mesin tetas, dan P2 : pengeraman
10 hari pada entok kemudian dilanjutkan dengan mesin tetas. Masing-masing
perlakuan terdiri dari 20 satuan percobaan dengan jumlah telur setiap satuan yaitu
5 butir. Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan uji t-student dengan taraf
nyata 5%. Peubah yang diamati adalah fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan bobot
tetas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penetasan dengan lama waktu 7
hari pengeraman pada induk entok nyata (P<0,05) lebih baik terhadap fertilitas
dan daya tetas, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap susut tetas dan bobot
tetas.Dimas Wicaksono 08140610332015-08-25T07:20:24Z2015-08-25T07:20:24Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12126This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121262015-08-25T07:20:24ZPERBANDINGAN BOBOT HIDUP, KARKAS, GIBLET, DAN
LEMAK ABDOMINAL AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DENGAN
STRAIN BERBEDA YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILERAbstrak
Ayam jantan tipe medium merupakan hasil sampingan (by product) usaha
penetasan ayam petelur dan merupakan hasil yang tidak diharapkan, karena hanya
ayam betina yang digunakan untuk produksi telur. Keberhasilan usaha peternakan
ayam jantan tipe medium dipengaruhi oleh banyak faktor baik eksternal maupun
internal. Faktor eksternal memberikan pengaruh sebesar 70% (berupa
lingkungan) dan faktor internal memberikan pengaruh 30% (berupa genetik).
Salah satu faktor internal yang juga penting dalam menentukan kecepatan
pertumbuhannya adalah strain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bobot hidup, karkas,
giblet, dan lemak abdominal antara ayam jantan tipe medium strain Isa Brown
dan strain Lohman yang diberi ransum komersial broiler.
Penelitian ini dilaksanakan dari 19 Mei--7 Juli 2012, di kandang ayam Jurusan
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Ayam yang digunakan
adalah ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan Lohman sebanyak 200 ekor
(dengan masing-masing strain 100 ekor).
Penelitian ini terdiri atas dua perlakuan, yaitu T1 : Ayam jantan tipe medium
strain Isa Brown dan T2 : Ayam jantan tipe medium strain Lohman. Setiap
perlakuan terdiri atas 20 ulangan dengan masing-masing satuan percobaan terdiri
atas 5 ekor ayam untuk setiap petaknya. Dari setiap petak tersebut diambil 1 ekor
ayam untuk dijadikan sampel untuk dipotong. Data yang diperoleh dari hasil
penelitian dianalisis dengan menggunakan uji t-student dengan taraf nyata 5%
(Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang diamati antara lain bobot hidup, karkas,
giblet, dan lemak abdominal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : strain Isa Brown memiliki bobot hidup dan
bobot karkas yang lebih baik daripada strain Lohman, walaupun bobot giblet dan
lemak abdominal yang dihasilkan kedua strain tersebut tidak berbeda nyata
(P>0,05).Dedi Setiadi 08140610312015-08-25T07:20:15Z2015-08-25T07:20:15Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12124This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121242015-08-25T07:20:15ZPERBANDINGAN PERFORMAN DUA STRAIN AYAM JANTAN TIPE
MEDIUM YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILERAbstrak
Selama ini daging ayam yang dikonsumsi berasal dari broiler atau ayam
kampung. Sebenarnya, selain kedua sumber tersebut, daging ayam dapat diperoleh
dari ayam jantan tipe medium. Ayam jantan tipe medium berasal dari hasil
sampingan (by product) usaha penetasan ayam petelur. Pertumbuhan ayam
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu genetik dan lingkungan. Salah satu faktor genetik
yang berpengaruh adalah strain dan dari lingkungan yang sangat berpengaruh
adalah ransum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara strain Isa Brown
dan strain Lohman terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh,
konversi ransum, dan income over feed cost (IOFC ) yang diberi ransum
komersial broiler.
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 minggu mulai 19 Mei --21 Juli 2012, di
kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Ayam yang digunakan adalah ayam jantan tipe medium strain Isa Brown dan
Lohman sebanyak 200 ekor (dengan masing-masing strain 100 ekor).
Penelitian ini membandingkan dua perlakuan strain yang berbeda yaitu ayam
jantan tipe medium strain Isa Brown dan ayam jantan tipe medium strain
Lohman. Ayam yang digunakan masing-masing sebanyak 100 ekor. Data yang
diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji t-student pada
taraf nyata 5%. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan berat
tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : strain Isa Brown memiliki konsumsi
ransum dan pertambahan berat tubuh yang nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada
strain Lohman, tetapi konversi ransum dan IOFC ayam jantan tipe medium kedua
strain tidak berbeda nyata (P>0,05).Fazar Ardiansyah 08140610172015-08-25T07:20:10Z2015-08-25T07:20:10Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12122This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121222015-08-25T07:20:10ZKEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PRODUKSI DESA
GUNUNG SANGKARAN KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU
KABUPATEN WAY KANANAbstrak
Hutan produksi merupakan salah satu habitat berbagai jenis burung sebagai
tempat berlindung, istirahat dan penyedia pakan. Namun adanya gangguan dari
aktivitas manusia dengan adanya pemukiman, jalan permanen di dalam kawasan
maupun menurunnya struktur komposisi tegakan yang ada dalam kawasan
menyebabkan semakin menurunnya spesies burung yang ada didalam kawasan
hutan produksi non register Giham Tahmi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui keanekaragaman jenis burung di hutan produksi desa Gunung
Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan pada bulan
Mei – Juni 2011di dua tipe habitat yang berbeda yang diharapkan dapat menjadi
dasar ilmiah bagi perlindungan dan pelestarian burung.
Penelitian ini dilakukan dengan metode terkonsentrasi. Metode ini dilakukan
dengan pengamatan secara langsung pada satu titik di dua tipe habitat, yaitu tipe
habitat I (tegakan Acacia mangium), dan tipe habitat II (tegakan Karet). Data yang
didapat digunakan untuk menghitung indeks keanekaragaman dan kesamarataan.
Pengamatan dilakukan selama tiga kali pengulangan. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa keanekaragaman jenis burung di hutan produksi desa Gunung
Sangkaran pada tahun 2011 terdiri dari 29 jenis dari 14 famili (2642 individu).
Pada tipe habitat II memiliki indeks keanekaragaman shannon tertinggi yaitu (H’=
3,000) pada karet umur dua tahun, sedangkan tipe habitat I hanya memiliki indeks
keanekaragaman shannon sedang yaitu (H’= 2,807). Untuk indeks kesamarataan
seluruhnya tergolong stabil.
Kata kunci: hutan produksi, burung, habitat, indeks, indeks keanekaragaman,
indeks kesamarataan, way kanan.
Abstract
Forest production is one of the habitat forp many species of birds as a place of
refuge, rest and feed providers. However, the disruption of human activity in the
presence of settlements, permanent roads in the region as well as decreasing the
existing structure of the composition stands in the region led to the decline in bird
species that exist within the production forest area non Giham Tahmi registers.
The purpose of this study is to determine the diversity of bird species in the forest
production of Gunung Sangkaran village, Kecamatan Blambangan Umpu,
Kabupaten Way Kanan in May – June 2011 on two different types of habitat that
is expected to be a scientific basis for the protection and conservation of birds.
This research was conducted by the concentrated method. This method is done by
direct observation at one point in the two types of habitat, in habitat type I
(Acacia mangium stands), and habitat type II (Hevea braziliensis stands). The
data obtained are used to calculate indices of diversity and equality. Observations
were made during the three repetitions. Based on the results described that the
diversity of bird species in the forest production of Gunung Sangkaran village in
2011 had been consisted of 29 species from 14 families (2642 individuals). In
type II habitat had been the highest shannon index diversity (H '= 3.000) at the age
of two years of rubber, whereas type I habitat H' = 2,807. For the equality index
was classified as stable community.
Key words: forest production, birds, habitat, index diversity, index equality, way
kanan.ANGGI HANDARI 07140810302015-08-25T07:20:06Z2015-08-25T07:20:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12120This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121202015-08-25T07:20:06ZPENGARUH LEBAR CELAH DAN TINGGI SELIMUT PANCI
TERHADAP KINERJA TUNGKU RUMAHANAbstrak
Memasak merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rumah tangga.
Kegiatan memasak di Indonesia khususnya di Lampung masih banyak
menggunakan tungku tradisional dengan pembakaran terbuka (open burning).
Penggunaan tungku tradisional yang ada memiliki efisiensi yang rendah, sekitar
5 – 10 %. Pada umumnya, masyarakat hanya melihat dari sisi rendahnya harga
perkakas memasak dan bahan bakarnya tanpa memperdulikan efisiensi.
Berdasarkan kondisi tersebut perlu diketahui kinerja tungku dari sudut pandang
penggunaan energi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja tungku
dengan menggunakan selimut panci.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan tungku pot tebal dan selimut panci
dengan 6 ukuran celah dan tinggi yang berbeda. Selimut panci yang telah di
desain ukurannya kemudian dibuat oleh pengrajin tembikar dengan bahan tanah
lempung. Uji yang dilakukan pada tungku adalah uji dingin dan uji panas dengan
tiga kali pengulangan. Pengamatan meliputi kebutuhan bahan bakar, efisiensi
termal, kebutuhan energi spesifik, lama waktu untuk mendidihkan air 5 L dan
emisi yang dihasilkan (CO, SOx, NOx, dan partikulat).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tungku menggunakan selimut panci
berpengaruh lebih baik dibandingkan tungku tanpa selimut panci. Dari 6 ukuran
selimut panci yang digunakan didapatkan hasil yang terbaik pada selimut panci
dengan ukuran celah 1cm dan tinggi 12 cm. Dengan konsumsi bahan bakar
592 - 713 gram kayu, efisiensi termal 17,11 - 20,64%, kebutuhan energi spesifik
1,82 - 2,17 MJ/kg air, dan lama mendidihkan air 5 l 10,9 -13,5 menit, lebih baik
dari penelitian sebelumnya tungku tanpa selimut panci. Sedangkan hasil untuk uji
emisi CO sebesar 650,09 µg/m3, NO2 sebesar 64,53 µg/m3, SO2 sebesar 70,77
µg/m3, dan total partikulat sebesar 86,14 µg/m3.
Abstract
Cooking is a very important activity in the house hold. Cooking activities in
Indonesia, especially in Lampung many still use traditional stoves with open burning.
The use of traditional stoves have low efficiency, about 5 - 10%. In general, people
prefer the lowest prices of cooking apparatus and fuels without taking into account
energy efficiencies. According these conditions need to know the performance of the
furnace from the standpoint of energy use. This study aims to improve performance
by using a blanket pot furnace.
Research carried out by using a pot furnace pot with a thick blanket gap size sand 6
different heights. Blanket pan that has been in the design of its size and made by
craftsmen in pottery with clay material. Tests are performed on a test furnace is cold
and heattest with three repetitions. The observations include the need for fuel,
thermal efficiency, specific energy needs, a long time to boil water 5 l and the
resulting emissions (CO, SOx, NOx, and particulates).
The results showed that the furnace using a blanket influential pan is better than a pot
stove with out a blanket. From 6 size pans used blanket obtained the best results in
blanket pan with 1 cm gap size and height of 12 cm. With fuel consumtion
592 - 713grams of wood, the thermal efficiency of 17,11 to 20,64%, the specific
energy requirement from 1,82 to 2,17MJ/kg water, and long boiling water 5 l
10,9– 13,5minutes, better than previous studies with out blankets pot furnace. While
the results fortest of 650,09 μg/m3 CO emissions, amounting to 64,53 μg/m3 NO2, SO2
of 70,77 μg/m3 and 86,14 μg/m3 of total particulates.Enky Alvenher 07140710072015-08-25T07:20:01Z2015-08-25T07:20:01Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12119This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121192015-08-25T07:20:01ZPENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens
TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl.
PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUHAbstrak
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditas ekspor penting di
Indonesia. Salah satu masalah budidaya tanaman kakao di Indonesia yaitu
penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora. Jamur ini
dapat menginfeksi akar, batang, daun, bunga, dan buah kakao. Cara pengendalian
yang dicobakan yaitu penggunaan agens hayati seperti Trichoderma viride dan
Pseudomonas fluorescens. Sebagai langkah awal penggunaan agens hayati perlu
dilakukan pengujian antagonism secara in vitro. Penelitian ini bertujuan
mengetahui kemampuan T. viride dan P.fluorescens, dan senyawa kimia
metalaksil untuk menghambat pertumbuhan P.palmivora pada berbagai media
biakan secara in vitro. Percobaan disusun secara faktorial dalam rancangan acak
lengkap yang terdiri dari dua faktor yaitu jenis agens pengendali berupa T. viride
dan P. fluorescens, dan metalaksil serta faktor kedua berupa jenis media biakan
yaitu PDA, V8 dan King’s B. Uji antagonisme dilakukan dengan metode kultur
ganda yang dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung pada Juli sampai dengan September 2011. Hasil penelitian
menunjukkan T.viride, P.fluorescens, dan metalaksil dapat menghambat
pertumbuhan P.palmivora secara in vitro pada media PDA, V8, dan King’s B.
Pada hari ke enam setelah infestasi, jenis media PDA dan V8 memberikan
pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan media King’s B terhadap
kemampuan P. fuorescens dan T. viride dalam menghambat P. palmivora,
terdapat interaksi antara jenis agens pengendalian (T.viride, P.fluorescens, dan
metalaksil) dan jenis media tumbuh (PDA, V8, dan King’s B) dalam menghambat
pertumbuhan P. palmivora secara in vitro.
Kata kunci : P.palmivora, T. viride, P.fluorescens, media tumbuh
1. Alumni Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
2. Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Abstract
Cocoa (Theobroma cacao L.) is important commodities exported in
Indonesia. One of the major problems in the cultivation of cocoa crop in
Indonesia is pod rot disease caused by Phytophthora palmivora. The fungi can
infect root, steam, leaf, flower, and pod of cocoa. To controlling pod rot disease
we use biocontrol agents (Trichoderma viride and Pseudomonas fluorescens). In
the first step to use biocontrol agents need antagonism test in vitro. The research
aim to know the ability T. viride, P. fluorescens, and metalaxyl to inhibit
P.palmivora in various medium culture in vitro. The experiment arranged in a
completely randomized design with two factors are the kind of control agents
(T.viride, P. fluorescens, and metalaxyl), and the kind of medium culture (PDA,
V8, and King’s B). The research is done in Plant Disease Laboratory Agriculture
Faculty Lampung University in July to September 2011. The research results
showed T. viride, P. fluorescens, and metalaxyl can inhibit P. palmivora on
medium culture (PDA, V8, and King’s B). On the sixth day after infestation, the
medium PDA and V8 give higher inhibit than King’s B, there is interactions the
kind control agents (T. viride, P. fluorescens, and metalaxyl) and the kind medium
culture (PDA, V8, dan King’s B) to inhibit P. palmivora.
Key word: P.palmivora, T. viride, P.fluorescens, medium culture
1. Alumni Program Study Agroteknologi Agriculture Faculty Lampung University.
2. Lecture Program Study Agroteknologi Agriculture Faculty Lampung University.Yani Kurniawati 07140410602015-08-25T07:19:50Z2015-08-25T07:19:51Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12116This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121162015-08-25T07:19:50ZDAYA HAMBAT TUJUH ISOLAT JAMUR Trichoderma spp.
TERHADAP Phytophthora palmivora PENYEBAB
PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAOAbstrak
Penyakit yang sangat penting dalam budidaya kakao adalah penyakit busuk buah
kakao (BBK) atau pod rot yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora. Beberapa
usaha pengendalian telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit dan kehilangan
hasil panen akibat penyakit busuk buah. Salah satu pengendalian yang digunakan
adalah menggunakan agens pengendali hayati Trichodermas pp. Penelitian ini
bertujuan (1) mengetahui pengaruh tujuh isolat jamur Trichoderma spp. terhadap
pertumbuhan P. palmivora penyebab penyakit busuk buah kakao secara
in vitro, dan (2) mengetahui pengaruh tujuh isolat jamur Trichoderma spp. terhadap
perkembangan gejala penyakit busuk pada buah kakao di laboratorium. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Juli sampai dengan Desember
2011. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan terdiri dari
tujuh isolat Trichoderma: (1) T. viride, (2) T. koningii, (3) T. harzianum,
(4) Trichoderma isolat Lampung Timur, (5) Trichoderma isolat Tegineneng,
(6) Trichoderma isolat Tanggamus, dan (7). Setiap perlakuan terdiri atas 5
ulangan untuk percobaan in vitro dan 3 ulangan untuk percobaan buah di
laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat isolat jamur Trichoderma
hasil isolasi dapat dikelompokkan dalam tiga spesies yaitu T. harzianum (isolat
Lampung Timur dan isolat Tanggamus), T. koningii (isolat Tegineneng), dan T. viride
(isolat Pringsewu). Ketujuh isolat jamur Trichoderma spp. tersebut mampu
menghambat pertumbuhan koloni jamur P. palmivora secara in vitro. Hasil uji
penghambatan gejala BBK di laboratorium menunjukkan bahwa tujuh isolat jamur
Trichoderma memiliki potensi sebagai agens hayati untuk mengendalikan penyakit
BBK, akan tetapi hanya T. harzianum isolat Tanggamus yang konsisten mampu
menghambat perkembanga ngejala BBK.
Kata kunci: P. palmivora, busuk buahkakao, isolat Trichoderma spp., daya
hambat.Siti Juariyah 07140410542015-08-25T07:19:45Z2015-08-25T07:19:45Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12115This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121152015-08-25T07:19:45ZPENGARUH APLIKASI KITOSAN TERHADAP KEPARAHAN
PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAOAbstrak
Penyakit utama yang dapat menurunkan produksi kakao adalah penyakit busuk
buah kakao (Phytophthora palmivora Butl). P. palmivora dapat dikendalikan
dengan kitosan. Aplikasi kitosan dilakukan di pertanaman kakao rakyat di Desa
Wiyono Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Mei sampai Agustus
2011. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh kitosan terhadap penyakit
busuk buah kakao, mengetahui konsentrasi kitosan yang dapat menurunkan
keparahan penyakit busuk buah kakao, mengetahui pengaruh kitosan terhadap
bobot basah biji dan bobot kering biji kakao. Percobaan disusun dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari enam
perlakuan yaitu kitosan konsentrasi 2,5%; 5%,7,5% dan 10%, fungisida metalaksil
dan perlakuan tanpa pemberian senyawa penghambat apapun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) Kitosan 2,5 % hingga 10 % tidak berpengaruh terhadap
penghambatan keparahan penyakit busuk buah kakao pada empat minggu
pengamatan, tetapi kitosan 7,5% dan 10 % serta metalaksil 2 % berpengaruh
terhadap keparahan penyakit busuk buah pada minggu kelima, 2) Keefektifan
kitosan 7,5 % dan 10% sama dengan metalaksil 2% dalam menurunkan keparahan
penyakit busuk buah kakao pada minggu kelima pengamatan yaitu berturutan
86,66 %; 80,00% dan 57,66%, 3) Bobot basah biji dan bobot kering biji kakao
tidak dipengaruhi oleh perlakuan kitosan 2,5% hingga 10 % tetapi dipengaruhi
oleh perlakuan metalaksil 2 %.
Kata kunci : Kitosan, P. palmivora, busuk buah, kakao.
Abstract
The main disease that decrease in cocoa production is cocoa pod rot
(Phytophthora palmivora Butl). P. palmivora can control by Chytosan.
Aplication chytosan done in the field cocoa owned by the farmers in the Village
Wiyono Pesawaran from May to August 2011. The purpose of this reseach are to
know that chytosan can affect against cocoa pod rot disease, to know the
chytosan concentration that decrease cocoa pod rot disease severity and to know
the affect of chytosan concentration to wet and dry seed weight. The research was
arranged in random design group with six treatments those are chytosan
concentration 2,5%, 5%, 7,5% and 10%, metalaxyl 2% and control without
chytosan or metalaxyl. Each treatment was repeated three times and each group
performed on three different trees. The results are 1) chytosan 2,5% until 10%
can not affect inhibition cocoa pod rot disease severity on four weeks
observation, but chytosan 7,5%, 10% and metalaxyl 2% can affect cocoa pod rot
disease severity on fifth weeks observation 2) chytosan 7,5% and 10% are same as
metalaxyl 2% in decrease cocoa pod rot disese severity that are 86,66%; 80,00%,
and 57,66%, 3) wet and dry weight seeds can not affect by chytosan 2,5% until
10 % but affect by metalaxyl 2%.
Key word : Chytosan, P. palmivora, pod rot , cacao.Ahmad Bazawi Alwie 07140410242015-08-25T07:19:41Z2015-08-25T07:19:41Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12113This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121132015-08-25T07:19:41ZPENGARUH FREKUENSI APLIKASI INSEKTISIDA TERHADAP
POPULASI HAMA KUTU DAUN (Aphis glycines Matsumura) DAN
ORGANISME NONTARGET PADA PERTANAMAN KEDELAI
(Glycine max (L.) Merrill)Abstrak
NNOVY ERFANDARI 07140410142015-08-25T07:19:32Z2015-08-25T07:19:32Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12106This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121062015-08-25T07:19:32ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN
PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA TANI I
DESA KARANG REJO KECAMATAN JATI AGUNG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
OlehAbstrak
Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai
sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70%
penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber
kehidupan utama.
Kebutuhan pangan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan jumlah
penduduk yang terus bertambah sehingga untuk mencukupi kebutuhan tersebut
sudah merupakan masalah yang cukup besar. Oleh karena itu sektor pertanian
harus dapat meningkatkan produksinya sehingga mampu memenuhi kebutuhan
pangan dari produksi dalam negeri.
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan penilaian dan pendugaan potensi lahan
untuk penggunaan tertentu. Dengan evaluasi lahan tersebut, potensi lahan dapat
dinilai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan. Pelaksanaan evaluasi lahan
pada dasarnya mengarah pada rekomendasi penggunaan lahan dengan
mempertimbangan semua aspek yang menjadi pembatas dalam penggunaan lahan
yang ditetapkan, agar lahan dapat berproduksi secara optimal dan lestari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan
kuantitatif dengan cara menghitung tingkat kelayakan finansial pada
pertanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa. L) Kelompok Tani Karya
Tani I Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan
pendekatan evaluasi lahan secara pararel, yaitu melakukan analisis fisik
lingkungan berdasarkan kriteria fisik Djaenudin dkk. (2000) dan analisi
kelayakan usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan dengan menilai Net
Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (net B/C) dan Internal Rate of
Return (IRR). Pelaksanaan survei dilakukan bertahap yaitu : tahap persiapan,
survei utama, dan analisis data.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dismpulkan bahwa lahan
penelitian milik Kelompok Tani Karya Tani I Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai
dengan faktor pembatas ketersediaan air dan kejenuhan basa (Kb) (S2wanr) pada
musim tanam kedua waktu penanaman bulan Juni-September untuk tanaman padi
sawah tadah hujan, dan secara finansial usaha tani tanaman padi sawah tadah
hujan secara aktual dalam 4 musim layak untuk dikembangkan. Hal ini terlihat
dengan nilai bersih sekarang (NPV>0) yang diperoleh Rp 28.178.916,- selama
empat musim tanam, nilai perbandingan antara penerimaan bersih dan biaya (Net
B/C>1) diperoleh 2,65, nilai tingkat pengembalian internal (IRR) 45,25 % per
bulan, atau lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku (15% per tahun). Hal ini
menunjukkan bahwa usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan selama
empat musim (2009-2010) menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
Kata kunci : Evaluasi kesesuaian lahan, kelayakan usaha budidaya tanaman
padi sawah tadah hujan.
Abstract
Indonesian is a agricultural state which makes agriculture as a major sector in
their economic development which makes agriculture as a major sector in
economic development in Indonesia, because about 70% of people in Indonesia
depend on agriculture as sources primary life.
Land suitability evaluation is an assessment and estimate land potential for
particular uses. With land evaluation, land potential can be valued by the level of
management conducted. This study is for evaluated the qualitative and
quantitative land suitability by calculating the level of financial viability on
rainfed lowland rice cultivation (Oryza sativa.L) in Karya Tani I Farmer Group
Tune on Karang Rejo Village in Jati Agung District at South Lampung Regency
has a limiting factor water availability and base saturation with land suitability
classes, the first planting season, the third and fourth ranked in field suitability
class sufficient appropriate with the limiting factor of base saturation (S2nr),
while in the second planting season are planted in June - September 2009
classified in land suitability classes is according to a limiting factor quite rainfall
and base saturation (S2wanr), and financially farming business plants of rainfed
lowland rice in the fourth season actually deserve to be developed. it is seen with
a net present value ( NPV>0) earned Rp.34.087.741, - for four planting season,
value of comparison between net revenue and costs (Net B/C>1) obtained 2.86,
the internal rate of return (IRR) 45.63% per month, or more than the prevailing
interest rate 1.25 per month. this shows that the cultivation of rainfed rice plants
during the four seasons (2009-2010) profitable and feasible to be developed.
Key word: appropriate evaluation of tune, eligibility effort of rice field of rain
plants cultivating.Yuanita Puspasari 07140310602015-08-25T07:19:27Z2015-08-25T07:19:27Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12085This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120852015-08-25T07:19:27ZPENGARUH JENIS BAHAN ORGANIK DAN KONSENTRASI PUPUK
ORGANIK CAIR PADA PERTUMBUHAN BIBIT
PISANG MULI (Musa paradisiaca L.)Abstrak
Tanaman pisang Muli pada umumnya diperbanyak dengan cara pemisahan
anakan, sehingga dalam produksi yang lebih besar terkendala dengan terbatasnya
bibit dan kerentanan terhadap penyakit. Salah satu cara untuk mengatasi masalah
ini yaitu dengan perbanyakan melalui pembelahan bonggol dengan memberikan
unsur hara yang cukup dan seimbang. Unsur hara dapat diberikan dengan cara
pemupukan baik berupa pupuk organik cair (POC) maupun pupuk organik padat.
Aplikasi POC dikombinasikan dengan penggunaan media tanam yang banyak
mengandung bahan organik seperti serasah daun flamboyan dan pupuk kandang
ayam diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Fakultas Pertanian
pada bulan Juni hingga September 201 1, menggunakan rancangan kelompok
teracak sempurna pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis bahan organik
(serasah daun flamboyán dan pupuk kandang ayam) dan faktor kedua adalah
konsentrasi POC (0 ml/l, 3 ml/l, 6 ml/l). Analisis ragam dilakukan dengan
Susiwi Hayatina
menggunakan uji F, yaitu untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan.
Apabila hasil uji F menunjukkan perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut
dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil atau BNT pada taraf 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair tidak
berpengaruh nyata pada semua variabel pengamatan yaitu jumlah daun, panjang
daun, lebar daun, tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah akar, panjang akar, bobot
basah akar dan bobot basah tanaman. Namun serasah daun flamboyán lebih nyata
dalam meningkatkan jumlah akar dan panjang akar bibit tanaman pisang Muli
dibandingkan pupuk kandang ayam.
Kata kunci : bahan organik, pupuk organik cair, tanaman pisang Muli.Susiwi Hayatina 07140120212015-08-25T07:19:22Z2015-08-25T07:19:22Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12086This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120862015-08-25T07:19:22ZPENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK (16:16:16) DAN PUPUK
PELENGKAP CAIR PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill. )Abstrak
Tomat (.Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas
pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik. Hal ini terkait
dengan semakin meningkatnya permintaan akan buah tomat. Salah satu cara yang
dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman tomat adalah dengan perbaikan
cara budidaya seperti aplikasi dosis pupuk yang sesuai.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dosis terbaik pupuk majemuk NPK
(16:16:16) yang akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi tinggi pada
tanaman tomat, (2) mengetahui dosis pemberian pupuk pelengkap cair yang
menghasilkan pertumbuhan dan produksi tinggi pada tanaman tomat, (3)
mengetahui interaksi antara pupuk majemuk NPK (16:16:16) dan pupuk
pelengkap cair pada berbagai dosis pada pertumbuhan dan produksi tanaman
tomat.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran yang dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan panen
bulan September 2011.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok teracak
sempuma (RKTS), dengan tinggi bibit tanaman sebagai dasar pengelompokan.
Kelompok I (Ul) dengan tinggi bibit tanaman 18—20 cm, kelompok II (U2)
dengan tinggi bibit tanaman 15—17 cm, dan kelompok III (U3) dengan tinggi
bibit tanaman 13—14 cm. Penelitian ini disusun secara faktorial (4x4) dengan
tiga ulangan. Faktor pertama adalah pupuk majemuk NPK (16:16:16) dan faktor
kedua adalah pupuk pelengkap cair. Pupuk majemuk NPK terdiri dari empat taraf
dosis yaitu 5 g/tanaman (Ni), 10 g/tanaman (N2), 15 g/tanaman (N3), dan 20
g/tanaman (N4). Sedangkan pupuk pelengkap cair terdiri dari 1,0 g/tanaman (Pi),
1 ,5 g/tanaman (P2), 2,0 g/tanaman (P3), dan 2,5 g/tanaman (P4). Setiap petak
percobaan terdiri dari empat tanaman tomat yang ditanam dengan jarak tanam 50
x 50 cm. Setelah data terkumpul, homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan
uji Bartlet dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Data yang sudah memenuhi
kedua asumsi tersebut diuji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) pada taraf a 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK (16:16:16)
dosis 20 g/tanaman cenderung memberikan pengamh lebih besar pada tinggi
tanaman dan bobot kering tanaman. Pemberian pupuk pelengkap cair dosis 2,0
g/tanaman cenderung memberikan pengaruh lebih besar pada bobot buah per
tanaman dan bobot buah per petak. Tidak terdapat interaksi pemberian dosis
pupuk majemuk NPK (16:16:16) dan dosis pupuk pelengkap cair terhadap
variabel pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.
Kata kunci : tomat, produksi rendah, pemupukan tepat dosis.Wendi Saputri 07140120242015-08-25T07:19:17Z2015-08-25T07:19:17Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12102This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121022015-08-25T07:19:17ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
PERTANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI FIELD 93 B AFDELING
II PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT USAHA
KEDATON WAY GALIH LAMPUNG SELATANAbstrak
Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan penggunaan lahan. Inti
evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan penggunaan lahan,
dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan
digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kesesuaian lahan
pertanaman karet Field 93 B Afdeling II PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)
Unit Usaha Kedaton Way Galih, Lampung Selatan.
Evaluasi kesesuaian lahan kualitatif dilakukan berdasarkan syarat tumbuh
tanaman karet menurut kriteria Djaenuddin dkk 2000, Sedangkan evaluasi
kuantitatif yang dilakukan adalah analisis finansial dengan menghitung NPV, Net
B/C, IRR, dan BEP.
Hasil penelitian di Field 93 B Afdeling II PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)
Unit Usaha Kedaton berdasarkan potensi fisik lingkungan masuk dalam kelas
kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas ketersediaan air dan
Alvin Govindo
Retensi hara (S2wanr), secara finansial layak untuk dilanjutkan dengan nilai NPV
= 378.352.759; Net B/C= 1,74; IRR = 20,03 % per tahun; dan BEP = 11 tahun 5
bulan 17 hari.ALVIN GOVINDO 07140310252015-08-25T07:19:12Z2015-08-25T07:19:12Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12087This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120872015-08-25T07:19:12ZPENGARUH PEMBERIAN JENIS KOMPOS DAUN DAN PUPUK NPK
MAJEMUK (15:15:15) PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill )Abstrak
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas
pertanian unggulan yang sangat diprioritaskan. Untuk memenuhi permintaan
pasar yang semakin meningkat tentunya dibutuhkan perlakuan-perlakuan khusus
untuk meningkatkan produksi buah tomat, salah satunya adalah diimbangi dengan
pemupukan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perbedaan
pertumbuhan dan produksi tanaman tomat antara yang diberi pupuk dan tanpa
pupuk, (2) mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat
antara yang diberi kompos saja dan kimia saja dengan kombinasi pupuk kompos
dan NPK, (3) mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat
antara yang diberi kompos sampah pekarangan dan kompos serasah daun bambu.
Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
Perlakuan dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan
Teracak Kelompok Sempurna (RKTS) dan menggunakan Rancangan Perlakuan
Tunggal yang terdiri dari tujuh perlakuan dan setiap perlakuan di ulang sebanyak
tiga kali. Perlakuan tersebut antara lain P0 (tanpa pupuk), P1 (kompos sampah
pekarangan 20 ton/ha), P2 (kompos daun bambu 20 ton/ha), P3 (½ kompos
sampah pekarangan 10 ton/ha + pupuk kimia 500 kg/ha), P4 (½ kompos daun
bambu 10 ton/ha + pupuk kimia 500 kg/ha), P5 (kompos sampah pekarangan 10
ton/ha + kompos daun bambu 10 ton/ha), P6 (pupuk kimia dosis rekomendasi
1000 kg NPK majemuk/ha). Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda
digunakan uji Orthogonal Kontras.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan pada tanaman tomat mampu
menunjukkan hasil terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, bobot
brangkasan, diameter buah, jumlah bunga, jumlah buah, dan bobot perpetak
tanaman tomat dibandingkan tanaman yang tidak diberi pupuk. Kombinasi antara
pupuk kompos dan pupuk NPK mampu meningkatkan tinggi tanaman, diameter
buah, dan jumlah buah dibandingkan pupuk kompos saja atau pupuk NPK saja.
Pemberian pupuk kompos sampah pekarangan pada tanaman tomat lebih baik
dalam meningkatkan produksi buah tomat dibandingkan dengan pupuk kompos
serasah daun bambu.
Kata kunci : Tomat, pemupukan, dan produksi.
Abstract
Tomato (Lycopersicum esculentum Mill.) is one of the leading agricultural
commodities are highly prioritized. To meet increasing market demand would
need special treatments to increase the production of tomatoes, one of which is
offset by proper fertilization. This study aims to (1) know the difference between
growth and production of tomato plants between a given fertilizer and without
fertilizer, (2) know the difference between growth and production of tomato plants
that were given only compost and chemical fertilizers are a combination of
compost and NPK, (3) know the difference between growth and production of
tomato plants between a given compost yard waste and compostable bamboo leaf
litter.
The research was conducted at Politeknik Lampung, Bandar Lampung. The
treatment in this study was prepared using the Perfect Group Randomized design
and use a single treatment design consisting of seven treatments and each
treatment in repeated three times. Treatment include are P0 (without fertilizer), P1
(yard waste compost 20 tons / ha), P2 (bamboo leaf compost 20 tons / ha), P3 (½
yard waste compost 10 tons / ha of chemical fertilizer + 500 kg / ha) , P4 (½
bamboo leaf compost 10 tons / ha of chemical fertilizer + 500 kg / ha), P5 (yard
waste compost 10 tons / ha of bamboo leaves + compost 10 tons / ha), P6
(chemical fertilizer dose of NPK compound recommendations 1000 kg / ha). To
know the different treatments used Orthogonal Contrast Test.
The results showed that fertilization on tomato plants were able to show the best
results in increasing plant height, stover weight, fruit diameter, number of flowers,
number of fruits and production of tomato than plants that are not fertilized. The
combination of compost fertilizer and NPK fertilizer to increase plant height, fruit
diameter, and number of fruits than any compost or fertilizer NPK alone.
Provision of yard waste compost on tomato plants are better at improving tomato
production in comparison with bamboo leaf litter compost.
Key words: Tomato, fertilization, and production.
ADE PRAVITA NINGRUM 07140120262015-08-25T07:19:05Z2015-08-25T07:19:06Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12090This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120902015-08-25T07:19:05ZMULTIPLIKASI TUNAS PISANG AMBON KUNING SEBAGAI
RESPONS TERHADAP KONSENTRASI BENZYLADENINE
DAN INDOLE-3-ACETIC ACIDAbstrak
Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi yang permintaannya terus
meningkat dari tahun ke tahun. Namun demikian, tidak diikuti dengan
produktivitas pisang yang meningkat. Hal ini disebabkan kualitas dan kurangnya
ketersediaan bibit pisang. Kultur jaringan merupakan teknik alternatif dalam
penyediaan bibit tanaman. Salah satu metode perbanyakan dalam kultur jaringan
adalah metode axillary branching yang pertumbuhan tunasnya dirangsang dengan
menggunakan zat pengatur tumbuh. Dengan pemberian zat pengatur tumbuh BA
tinggi dan IAA rendah diharapkan dapat meningkatkan jumlah tunas. Penelitian
ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi BA
terhadap multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning. (2) Mengetahui pengaruh
peningkatan konsentrasi IAA terhadap multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning.
(3) Mengetahui konsentrasi BA dan IAA yang menghasilkan tunas terbaik pada
pisang Ambon Kuning. (4) Mengetahui interaksi antara penggunaan BA dan IAA
dalam mempengaruhi multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai Juli 2011. Penelitian
dilakukan dengan rancangan teracak sempurna faktorial (3x3). Faktor pertama,
tiga taraf konsentrasi BA yaitu 2 mg/l, 4 mg/l, dan 6 mg/l. Faktor kedua, tiga taraf
konsentrasi IAA yaitu 0 mg/l, 0,5 mg/l, 1 mg/l. Setiap perlakuan diulang tiga kali
dan setiap unit percobaan terdiri dari tiga botol kultur yang berisi satu eksplan
pisang Ambon Kuning. Data hasil pengamatan dianalisis berdasarkan nilai tengah
variabel pengamatan dengan mengunakan standard error of the means (SE).
Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas model
diuji dengan uji Tukey. Jika homogen maka data tersebut disidik ragam dan diuji
lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Semakin meningkatnya konsentrasi BA
dari 2 mg/l hingga 6 mg/l menghasilkan tunas pisang Ambon Kuning yang
semakin banyak. (2) Semakin meningkatnya konsentrasi IAA dari 0 mg/l hingga
1 mg/l yang dikombinasikan dengan BA menghasilkan tunas pisang Ambon
Kuning yang semakin sedikit. (3) Terdapat kombinasi terbaik antara konsentrasi
BA dan IAA yaitu 6 mg/l BA yang dikombinasikan dengan IAA 0 mg/l yang
menghasilkan tunas terbanyak pada kultur in vitro pisang Ambon Kuning
sebanyak 16,44 tunas. (4) Terdapat interaksi antara penggunaan BA dan IAA
dalam multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning secara in vitro.
Kata kunci : benzyladenine (BA), indole-3-acetic acid (IAA),
pisang Ambon Kuning
Abstract
One method to propagate banana shoots in vitro is by used of axillary branching,
in which shoots are stimulated to form and multiplied in existance of high ratio of
cytokinin vs auxin in the system. The objections of this research were: (1) to
study the effects of increasing benzyladenine (BA) concentrations on shoot
multiplication (2) to study the effects of increasing indole-3-acetic acid (IAA) in
combination with BA on shoot multiplication (3) to indentify if three was any
interaction between BA and IAA in affectiny shoot multiplication, and (4) to find
the best treatment which produced the hightest number of shoots and propagules
of banana cv. Ambon Kuning.
This Research was conducted at Plant Tissue Culture Laboratory, Faculty of
Agriculture, The University of Lampung from January to July 2011. The
experiment was conducted in a completely randomized design with three
replications. Teratments were arranged in a faktorial design (3x3) with three level
of BA (2, 4, and 6 mg/l) as the first factor and three level of IAA (0,5 and 1 mg/l)
as the second factor. Each eksperimental unit consisted of three culture bottles
each of which contained one banana explant. Data on the number of shoots,
number of propagules, number of leaves, plant height and length of roots were
subjected to analysis of variansi and if three was any significant F value, mean
separation was done using least significant difference.
Result of the experiment showed that (1) increasing concentration of BA resulted
in the increase of shoot and propagule numbers per explant. (2) Increasing
concentration of IAA in combination with BA resulted in decreasing shoot and
propagule numbers per explant. (3) There was interactions between BA and IAA
in affecting shoot and propagule number per explant as well as number of leaves
per explant. (4) the best treatment which produced the highest shoot and
propagule number per explant was 6 mg/l BA without IAA.
Key words : benzyladenine (BA), indole-3-acetic acid (IAA),
banana cv. Ambon KuningEka Permata Sari 07140120382015-08-25T07:19:00Z2015-08-25T07:19:00Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12105This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121052015-08-25T07:19:00ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA
LAHAN KELOMPOK TANI RUKUN TANI DESA BUMISARI
KECAMATAN NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATANAbstrak
Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting
sebagai penyedia pangan nasional. Kebutuhan pangan dalam negeri semakin
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah sehingga untuk
mencukupi kebutuhan tersebut sudah merupakan masalah yang cukup besar. Oleh
karena itu, sektor pertanian harus dapat meningkatkan produksinya sehingga
mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri. Upaya
peningkatkan produksi padi dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah,
salah satunya penurunan produktivitas lahan, sehingga kegiatan evaluasi lahan
sangat dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya
perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau
usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara
tepat dan akurat tentang apa yang seharusnya dikerjakan, dan perbaikan apa saja
Wiwi Mayasari
yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya agar produktivitas lahan menjadi
meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan
kuantitatif dengan cara menghitung tingkat kelayakan finansial pada
tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa. L) . Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan evaluasi lahan secara
pararel, yaitu melakukan analisis fisik lingkungan berdasarkan kriteria fisik
Djaenuddin dkk. (2000) dan analisis kelayakan usaha budidaya tanaman padi
sawah tadah hujan dengan menilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost
Ratio (net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Pelaksanaan survei
dilakukan bertahap yaitu : tahap persiapan, survei utama, dan analisis data.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dismpulkan bahwa lahan
penelitian milik Kelompok Tani Rukun Tani Desa Bumisari Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai
dengan faktor pembatas retensi hara (S2nr). Secara finansial, usaha budidaya
tanaman padi sawah tadah hujan Kelompok Tani Rukun Tani Desa Bumisari
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dari 4 musim tanam yang diamati (
2009 – 2010) dengan luas lahan 10 ha adalah menguntungkan dan layak untuk
dikembangkan. Hal ini dibuktikan dari hasil hitungan rata-rata yang menunjukkan
bahwa nilai NPV Rp 32.315.058,-. Net B/C 2,65 dan IRR 44,88 % per bulan
yang nilainya lebih besar dari tingkat suku yang berlaku saat ini yaitu 1,25 % per
bulan.
Kata kunci : Evaluasi kesesuaian lahan, kelayakan usaha budidaya tanaman
padi sawah tadah hujan.
Abstract
Indonesia is an agrarian country where the majority of the population
livelihood as afarmer so that the agricultural sector plays an important role as a
provider of national food. Domestic food needs are increasing with a
growing population so as to meet these needs has been a significant problem.
Therefore, the agricultural sector should be able to increase production so as
to meet the food needs from domestic production. Further improve rice
production is faced with many obstacles and problems, one of which decrease
the productivity of land, making land evaluation is recommended in order to
plan and coordinate the efforts and improvements in land management of each
type of use or farming. The evaluation of this land to supply farmers with
appropriate and accurateinformation about what should be done, and what
improvements are needed formanaging their land in order to increase land
productivity.
Wiwi Mayasari
This study aims to evaluate the suitability of qualitative and quantitative by
calculating the fancial feasibility of the cropping of rainfed lowland rice
(Oryza sativa.L) Village Farmer Pillars Bumisari Natar District of South
Lampung Regency. The research was conducted using survey method with
the approach of landevaluation in parallel, namely the physical analysis
environment based on physicalcriteria Djaenuddin et al. (2000) and analyzes the
feasibility of cultivation of rainfed lowland rice to assess the Net Present
Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (net B /C) and Internal Rate of Return
(IRR). Phased implementation of the survey are: the preparation phase, the
main survey,and data analysis. Based on the results of research that has been
done to study disimpulkan that landbelongs to the Village Farmer Pillars
Bumisari Natar District of South Lampung regency have enough land
suitability classes according to the limiting factor is nutrient retention (S2nr).
Financially, the cultivation of rainfed paddy crop of Farmers Group Five
Pillars Farm Village District Bumisari Natar South Lampung regency of
four growing seasons were observed (2009-2010) with total area of 10 ha
is profitable and feasible to be developed. This is evidenced from the average
count shows that the NPVRp 32,315,058, -. Net B / C 2.65 and IRR of
44.88% per month of greater value thanthe current rate is 1.25% per month.
Key words: Evaluation of land suitability, feasibility of cultivation
of rainfed lowland rice crop.WIWI MAYASARI 07140310572015-08-25T07:18:55Z2015-08-25T07:18:55Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12103This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121032015-08-25T07:18:55ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI BLOK 423
AFDELING IV PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero)
UNIT USAHA REJOSARI NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATANAbstrak
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,
merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai
produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Tanaman kelapa sawit agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan minyak
maka perlu diperhatikan syarat-syarat lingkungan optimum yang diinginkan oleh
tanaman, untuk itu evaluasi lahan perlu dilakukan.
Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tata guna lahan. Inti
evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh
tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan
yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan
diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian lahan atau kemampuan lahan untuk
jenis penggunaan lahan tersebut.
Dwi Meitasari Putri
Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di PT
Perkebunan Nusantara VII (Persero) Blok 423 Afdeling IV Unit Usaha Rejosari
Natar Kabupaten Lampung Selatan yang bertujuan untuk menentukan kelas
kesesuaian lahan kualitatif berdasarkan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk.
(2000) dan penilaian kuantitatif dengan menganalisis kelayakan finansial di
lokasi penelitian dengan menghitung nilai NPV, Net B/C ratio, IRR, dan BEP.
Hasil penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kriteria biofisik menurut Djaenuddin
dkk. (2000) menunjukkan kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor
pembatas kandungan C-organik (S2nr). Berdasarkan hasil analisis finansial
tanaman kelapa sawit di PTPN VII (Persero) Blok 423 Afdeling IV Unit Usaha
Rejosari Kabupaten Natar Lampung Selatan seluas 16 hektar selama 25 tahun,
layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV = Rp. 1.514.545.546,-, Net B/C
ratio = 1,76, IRR = 21,50 % per tahun, dan BEP 10 tahun 18 hari.
Kata kunci : evaluasi lahan, kelayakan finansial, kelapa sawit
Abstract
Oil palm from West Afrika, is the main producer of vegetable oil crops that have
higher productivity than other vegetable oil. Evaluation of land needed to
determine the terms of the optimum environment desired by plant oil palm in
order to grow well and produce oil.
Land evaluation is part of the land use planning process essence of the land
suitability. Evaluation is to compare the requirments demanded by types of land
use that will be applied, to the properties or quality of land owned by the land to
be used. In this way, would know the potential of land or land suitability classes
or land capability for this type of land use.
The research was conducted in June to August 2011 in the Block 423 Afdeling IV
Rejosari Business Unit Natar District of South Lampung, which aims to determine
the qualitative land suitability classes based on biophysical criteria by Djaenuddin
Dwi Meitasari Putri
dkk. (2000) and quantitative assessment by analyzing the financial feasibility of
the research sites with calculate the value of NPV, net B/C ratio, IRR, and BEP.
The results of land suitability assessment is adjusted based on biophysical criteria
according to land suitability classes by Djaenuddin dkk. (2000) showing fairly in
accordance with the limiting factors of C-organic content (S2nr). Based on the
results of financial analysis oil palm plantations in the Block 423 Afdeling IV
PTPN VII (Persero) Rejosari Business Unit Natar District of South Lampung an
area of 16 hectares for 25 years, deserve to be developed with the
NPV = Rp. 1.514.545.546,-, Net B/C ratio = 1,76, IRR = 21,50 %, and BEP 10
years 18 days.
Key words : land evaluation, financial feasibility, and oil palmDwi Meitasari Putri 07140310312015-08-25T07:18:44Z2015-08-25T07:18:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12100This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/121002015-08-25T07:18:44ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.) PADA LAHAN
KELOMPOK TANI KARYA LESTARI DESA KARANG REJO
KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATANAbstrak
Di Indonesia, ubi kayu merupakan bahan pangan utama ketiga setelah padi dan
jagung. Ubi kayu merupakan tanaman yang mudah ditanam dan dapat tumbuh di
berbagai lingkungan agroklimat tropis, walaupun tentunya tingkat produksinya
akan bervariasi menurut tingkat kesuburan dan ketersediaan air tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif
pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) Pada Lahan Kelompok Tani
Karya Lestari Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000) dan mengevaluasi
kesesuaian lahan kuantitatif dengan cara menghitung tingkat kelayakan
finansial budidaya tanaman ubi kayu (Manihot esculent Crantz.).
Berdasarkan hasil analisis kualitas lahan dan karakteristik lahan, maka penilaian
kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu berdasarkan kriteria Djaenuddin
dkk. (2000) adalah cukup sesuai dengan faktor pembatas tekstur tanah, KTK liat
dan kandungan C-organik (S2rcnr). Secara finansial, usaha budidaya tanaman ubi
kayu Kelompok Karya Lestari Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, dengan nilai NPV ratarata sebesar Rp 18.464.689,-. Net B/C rata-rata sebesar 1,53 dan IRR rata-rata
sebesar 6,80 % bulan-1 yang nilainya lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku saat ini yaitu diasumsikan sebesar 1,08 % bulan-1 atau 13% tahun-1.
Kata kunci : Evaluasi kesesuaian lahan, Budidaya ubi kayu, kelayakan usaha
budidaya tanaman ubi kayu
WIDIA DELLA GITA SAPUTRI 07140310212015-08-25T07:18:31Z2015-08-25T07:18:31Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12097This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120972015-08-25T07:18:31ZEVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI BLOK 423
AFDELING IV PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (Persero)
UNIT USAHA REJOSARI NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATANAbstrak
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,
merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai
produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Tanaman kelapa sawit agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan minyak
maka perlu diperhatikan syarat-syarat lingkungan optimum yang diinginkan oleh
tanaman, untuk itu evaluasi lahan perlu dilakukan.
Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tata guna lahan. Inti
evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh
tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan
yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan
diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian lahan atau kemampuan lahan untuk
jenis penggunaan lahan tersebut.
Dwi Meitasari Putri
Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di PT
Perkebunan Nusantara VII (Persero) Blok 423 Afdeling IV Unit Usaha Rejosari
Natar Kabupaten Lampung Selatan yang bertujuan untuk menentukan kelas
kesesuaian lahan kualitatif berdasarkan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk.
(2000) dan penilaian kuantitatif dengan menganalisis kelayakan finansial di
lokasi penelitian dengan menghitung nilai NPV, Net B/C ratio, IRR, dan BEP.
Hasil penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kriteria biofisik menurut Djaenuddin
dkk. (2000) menunjukkan kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor
pembatas kandungan C-organik (S2nr). Berdasarkan hasil analisis finansial
tanaman kelapa sawit di PTPN VII (Persero) Blok 423 Afdeling IV Unit Usaha
Rejosari Kabupaten Natar Lampung Selatan seluas 16 hektar selama 25 tahun,
layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV = Rp. 1.514.545.546,-, Net B/C
ratio = 1,76, IRR = 21,50 % per tahun, dan BEP 10 tahun 18 hari.
Kata kunci : evaluasi lahan, kelayakan finansial, kelapa sawit
Abstract
Oil palm from West Afrika, is the main producer of vegetable oil crops that have
higher productivity than other vegetable oil. Evaluation of land needed to
determine the terms of the optimum environment desired by plant oil palm in
order to grow well and produce oil.
Land evaluation is part of the land use planning process essence of the land
suitability. Evaluation is to compare the requirments demanded by types of land
use that will be applied, to the properties or quality of land owned by the land to
be used. In this way, would know the potential of land or land suitability classes
or land capability for this type of land use.
The research was conducted in June to August 2011 in the Block 423 Afdeling IV
Rejosari Business Unit Natar District of South Lampung, which aims to determine
the qualitative land suitability classes based on biophysical criteria by Djaenuddin
Dwi Meitasari Putri
dkk. (2000) and quantitative assessment by analyzing the financial feasibility of
the research sites with calculate the value of NPV, net B/C ratio, IRR, and BEP.
The results of land suitability assessment is adjusted based on biophysical criteria
according to land suitability classes by Djaenuddin dkk. (2000) showing fairly in
accordance with the limiting factors of C-organic content (S2nr). Based on the
results of financial analysis oil palm plantations in the Block 423 Afdeling IV
PTPN VII (Persero) Rejosari Business Unit Natar District of South Lampung an
area of 16 hectares for 25 years, deserve to be developed with the
NPV = Rp. 1.514.545.546,-, Net B/C ratio = 1,76, IRR = 21,50 %, and BEP 10
years 18 days.
Key words : land evaluation, financial feasibility, and oil palmDwi Meitasari Putri 07140310112015-08-25T07:18:27Z2015-08-25T07:18:27Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12096This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120962015-08-25T07:18:27ZPENGARUH PEMBERIAN BOKASHI PUKAN KAMBING, KUDA DAN
PUPUK NPK (15:15:15) PADA PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT
(Lycopersicum esculentum Mill)Abstrak
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) tergolong sayuran buah multiguna dan
multifungsi yang dapat dibudidayakan dilahan dataran rendah ataupun dilahan
dataran tinggi. Hal ini terkait dengan semakin meningkatnya permintaan akan
buah tomat. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman tomat adalah dengan perbaikan cara budidaya seperti
penggunaan pupuk kandang dan pupuk majemuk dengan dosis yang sesuai.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan
produksi tanaman tomat antara yang diberi bokashi pupuk kandang dan NPK
(15:15:15), (2) Mengetahui kombinasi bokashi pupuk kandang dan NPK
(15:15:15) terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
tomat.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Teracak Kelompok
Sempurna (RKTS) dan menggunakan Rancangan Perlakuan Tunggal. Setiap
perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
dengan uji Bartlet dan aditivitas data di uji dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi
ini terpenuhi, maka pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 5%. Perlakuan yang diterapkan adalah
sebagai berikut (P0) Tanpa pupuk, (P1) Bokashi kuda 600 gr/tan, (P2) Bokashi
kambing 600 gr/tan, (P3) Bokashi kuda 300 gr/tan + ½ pupuk majemuk 15 g/tan,
(P4) Bokashi kambing 300 gr/tan + ½ pupuk majemuk 15 g/tan, (P5) Bokashi
kuda 300 gr/tan + bokashi kambing 300 gr/tan, (P6) Pupuk anorganik dosis
rekomendasi 30 gr/tan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi bokashi kuda 300 gr/tanaman +
bokashi kambing 300gr /tanaman (P5) memberikan pengaruh lebih besar terhadap
tinggi tanaman dan jumlah bunga. Pemberian kombinasi bokashi kuda 300
gr/tanaman + ½ pupuk anorganik 15 gr/tanaman (P3) memberikan pengaruh
lebih besar terhadap bobot brangkasan, produksi buah, bobot buah per tanaman
dan jumlah buah.
Kata kunci : Tomat, Produksi, PemupukanMey Hardiyani B 07140120492015-08-25T07:18:18Z2015-08-25T07:18:18Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12094This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120942015-08-25T07:18:18ZPERIODE KRITIS DUA KULTIVAR GLADIOL ( Gladiolus hybridus L.)
TERHADAP PERSAINGAN DENGAN GULMAAbstrak
Tanaman hias bunga khususnya bunga potong saat ini sangat diminati oleh
konsumen. Salah satu bunga potong yang banyak diminati adalah bunga gladiol.
Masalah yang sering dihadapi pada bunga gladiol adalah kualitas produksi bunga
yang rendah akibat bersaing dengan gulma.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui priode kritis bunga gladiol akibat
bersaing dengan gulma, (2) mengetahui kultivar yang mampu bersaing dengan
gulma, dan (3) untuk mengetahui kultivar yang mampu menghasilkan produksi
bunga gladiol terbaik pada masing-masing penyiangan gulma.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang Kota Bandar Lampung,
mulai bulan Februari sampai Agustus 2011. Penelitian disusun dengan
menggunakan rancangan perlakuan faktorial 2x4 dalam Rancangan Petak Terbagi
dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempuma. Penyiangan gulma (G)
ditempatkan pada petak utama yaitu, (g0) yaitu bersih tanpa gulma sampai panen,
(gi) yaitu dua bulan pertama ditumbuhi gulma, dua bulan berikutnya bersih dari
gulma, (g2) tiga bulan pertama ditumbuhi gulma, satu bulan berikutnya bersih dari
ii
gulma , (g3) ditumbuhi gulma sampai panen. Kultivar gladiol ditempatkan pada
petak anak yaitu Kultivar Nabila (Vn) dan Kultivar Ungu (Vu).
Hasil penelitian menunjukkan periode kritis bunga gladiol pada Kultivar Ungu
terjadi pada fase pembungaan pada umur 1 - 2 bulan setelah tanam, yang
ditunjukkan pada variabel panjang tangkai, jumlah floret, dan diameter floret pada
perlakuan tanpa penyiangan gulma yang ditunjukkan tidak munculnya bunga.
Kultivar Nabila mampu bersaing dengan gulma dibandingkan dengan Kultivar
Ungu pada fase pembungaan. Tetapi dalam pembentukan subang baru Kultivar
Nabila mengalami penurunan bobot.
Heni Juniyanti 07140120432015-08-25T07:18:04Z2015-08-25T07:18:04Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12091This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120912015-08-25T07:18:04ZPENGARUH KOMBINASI BOKASHI PUPUK KANDANG AYAM, SAPI,
DAN PUPUK NPK (15:15:15) PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)Abstrak
Pemberian kombinasi bokashi pupuk kandang ayam, sapi dengan pupuk NPK
(15:15:15) diharapkan mampu mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi
tanaman tomat serta meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui apakah terdapat pengaruh
pertumbuhan dan produksi tanaman tomat antara yang diberi bokashi pupuk
kandang dan pupuk NPK (15:15:15). (2) Mengetahui kombinasi bokashi pupuk
kandang dan pupuk NPK (15:15:15) yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi yang lebih baik pada tanaman tomat.
Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Politeknik Negeri Lampung
(Polinela) dari bulan Mei sampai dengan September 2011. Penelitian ini ditata
dengan menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dan
menggunakan Rancangan Perlakuan Tunggal yang terdiri dari tujuh perlakuan
yaitu p0 = tanpa pemupukan, p1 = bokashi pukan ayam 600 g/tanaman, p2 =
bokashi pukan sapi 600 g/tanaman, p3 = pupuk NPK (15:15:15) dosis
Fitri Mayasari
rekomendasi 30 g/tanaman, p4 = kombinasi bokashi pukan ayam 300
g/tanaman + bokashi pukan sapi 300 g/tanaman, p5 = bokashi pukan ayam 300
g/tanaman + ½ pupuk NPK (15:15:15) 15 g/tanaman, p6 = bokashi pukan sapi
300 g/tanaman + ½ pupuk NPK (15:15:15) 15 g/tanaman dan setiap perlakuan
diulang sebanyak tiga kali. Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan
uji Bartlet dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi ini
terpenuhi, maka pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) pada α 5%.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Pemberian bokashi pukan ayam, sapi, dan
pupuk NPK (15:15:15) dapat meningkatkan tinggi tanaman, bobot brangkasan
tanaman, diameter buah, jumlah bunga, jumlah buah, dan produksi buah
dibandingkan tanpa pemberian bokashi dan pupuk NPK (15:15:15).
(2) Pemberian kombinasi bokashi pukan ayam 300 g/tanaman + ½ pupuk NPK
(15:15:15) 15g/tanaman atau kombinasi bokashi pukan sapi 300 g/tanaman +
½ pupuk NPK (15:15:15) 15 g/tanaman memberikan hasil terbaik pada
pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.
Kata kunci : Bokashi pupuk kandang, pupuk NPK (15:15:15).
Fitri Mayasari 07140120402015-08-25T07:17:44Z2015-08-25T07:17:44Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12069This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120692015-08-25T07:17:44ZPENINGKATAN KUALITAS TELUR IKAN BAUNG (Mystus nemurus)
MELALUI PENAMBAHAN VITAMIN C DAN VITAMIN E PADA
PAKAN INDUKAbstrak
Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya
ikan ini belum diikuti dengan tingkat produksi yang tinggi karena tidak didukung
oleh produksi benih dengan kualitas yang baik. Salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas telur ikan baung adalah dengan menyediakan kebutuhan
nutrisi induk ikan baung melalui pemberian pakan yang tepat. Kualitas telur
sangat dipengaruhi keberadaan asam lemak didalamnya. Vitamin C dan E
mempunyai peranan sangat penting dalam menjaga ketersediaan asam lemak
sebagai sumber energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan vitamin C dan E pada pakan
induk terhadap peningkatan kualitas telur. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan penambahan vitamin pada pakan
(penambahan Vitamin C 3000 mg/kg pakan dan tanpa vitamin E, vitamin C 2000
mg/kgdan vitamin E 60 IU/kg pakan, vitamin C 1500 mg/kg dan vitamin E 120
IU/kg pakan, vitamin E 240 IU/kg pakan dan tanpa vitamin C, serta kontrol)
dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin C
dan E tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan kualitas telur.
Kata kunci:
Vitamin C dan E, Asam Lemak, Kualitas telur
Abstract
Cat fish cultivation has developed, but it’s not folowed by high production levels,
because it is not supported by good quality production of seed. One way to
increase the quality of eggs by improve of broodstock nutrition. Eggs quality
affected by fatty acids available. Vitamin C and E an important to held maintain
fatty acids availability as an energy source for larva development. The research to
asses the influence dietary effect of vitamin C and E on the broodstock diet to
improve the quality of eggs. This research used Completely Randomized Design
(CRD) with five treatments, the addition of vitamins to feed (by adding vitamin C
3000 mg/kg feed and without vitamin E, vitamin C 2000 mg/kg and vitamin E 60
IU/kg feed, vitamin C 1500 mg/kg and vitamin E 120 IU/kg feed, vitamin E 240
IU/kg feed without vitamin C, and control) with three replications. The results
showed the addition of vitamin C and E doesn’t give a significant effect to
increase the quality of eggs.
Key words:
Vitamin C and E, Fatty Acids, Eggs quality.Sudarmono 06141110602015-08-25T07:17:39Z2015-08-25T07:17:39Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12081This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120812015-08-25T07:17:39ZPENGARUH TAKARAN PUPUK MAJEMUK NPK (16:16:16)
DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN PADA PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI
(Capsicum annuum L.)Abstrak
Permintaan akan cabai terus meningkat sehingga diperlukan perbaikan teknik budidaya
untuk mencapai keseimbangan pasokan dan permintaan sehingga mampu meningkatkan
pendapatan petani. Pemupukan berimbang dan dosis tepat merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) Mengetahui tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan produksinya
terhadap peningkatan dosis NPK. (2) Mengetahui tanggapan tanaman cabai dalam
pertumbuhan dan produksinya terhadap peningkatan konsentrasi pupuk daun. (3)
Mengetahui bentuk tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan produksi terhadap
peningkatan dosis pupuk NPK pada berbagai konsentrasi pupuk daun.
Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Banjar, Kecamatan Tataan dan waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan September 2011. Perlakuan dalam
penelitian ini ditata secara faktorial (4x4) dengan tiga ulangan. Faktor pertama : NPK 5
g/tan (N1), NPK 10 g/tan (N2), NPK 15 g/tan (N3), NPK 20 g/tan (N4). Faktor kedua :
Pupuk daun 1,0 g/tan (P1); 1,5 g/tan (P2); 2 g/tan (P3); 2,5 g/tan (P4). Homogenitas
ragam diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan ragam diuji dengan uji Tukey.
Pemisahan nilai tengah antarperlakuan dengan BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5
%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK (16:16:16) dapat
meningkatkan tinggi tanaman dan bobot rata - rata per buah, sedangkan pemberian pupuk
daun dapat menurunkan jumlah bunga rontok. Terdapat interaksi antara pemberian dosis
pupuk NPK (16:16:16) dan konsentrasi pupuk daun terhadap bobot kering tanaman cabai.
Kata kunci : NPK (16:16:16), Pupuk Daun PML Plant Catalyst 2006, dan Cabai TM 999.
1. Alumni Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
2. Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
Abstract
THE INFLUENCE OF NPK (16:16:16) COMPOUND FERTILIZER
DOSAGE AND CONCENTRATION OF LEAF FERTILIZER IN THE
GROWTH AND PRODUCTION OF CHILI (Capsicum annuum L.)Della Susiyani(1), Kus Hendarto(2),Agus Karyanto(3) 07140120042015-08-25T07:17:18Z2015-08-25T07:17:18Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12071This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120712015-08-25T07:17:18ZPENGARUH MEDIA DASAR DAN BAHAN ADENDA PADA
PEMBESARAN SEEDLING ANGGREK
DENDROBIUM IN VITROAbstrak
Pembesaran seedling anggrek Dendrobium in vitro dapat menggunakan dua
formulasi media dasar yaitu media ½ MS dan media Growmore. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh (1) media dasar ½ MS atau media
Growmore yang menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek Dendrobium yang
lebih baik, (2) bahan adenda yang menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek
Dendrobium paling baik, (3) kombinasi media dasar dan bahan adenda mana yang
menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek Dendrobium terbaik.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung dimulai bulan November 2010 sampai bulan Mei
2011. Penelitian ini menggunakan rancangan teracak sempurna (rts) dengan
rancangan perlakuan faktorial (2x4). Faktor pertama adalah media ½ MS atau
media Growmore dan faktor kedua adalah jenis bahan adenda yaitu ekstrak tomat,
ekstrak kentang, ekstrak taoge, dan bubur pisang. Seluruh homogenitas ragam
antar perlakuan diuji dengan uji Barlett, data dikenakan analisis ragam, dan jika
Vincentia Atika Septiana
analisis ragam nyata maka dilakukan uji lanjut yaitu pemisahan nilai tengah
dengan uji BNT pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Baik media dasar, bahan adenda organik
yang ditambahkan ke dalam media maupun interaksi antar kedua faktor tersebut
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan seedling anggrek Dendrobium in vitro,
(2) media dasar Growmore menghasilkan pertumbuhan seedling Dendrobium
lebih baik dibandingkan dengan media dasar ½ MS yang ditunjukkan oleh nilai
rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, dan bobot basah
seedling jika ditambah dengan adenda ekstrak taoge. Media Growmore juga
menghasilkan nilai rata-rata jumlah daun dan jumlah akar yang lebih baik
daripada ½ MS jika ditambah dengan ekstrak kentang, tetapi jika ditambah
dengan ekstrak tomat, maka media Growmore hanya menghasilkan nilai rata-rata
jumlah akar yang lebih banyak daripada media ½ MS, (3) media ½ MS
menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak daripada media Growmore jika
ditambah dengan bubur pisang ambon kuning.
Kata kunci: media, ½ MS, Growmore, adenda, tomat, taoge, kentang, pisang,
Dendrobium, in vitro.
Abstract
The objective of this research was to study effects of basal media and various
organic adenda on growth of Dendrobium seedlings in vitro.
The experiment was conducted in a completely randomized design with three
replication. Treatments were arrange factorially with two basal media (i.e., ½ MS
or Growmore) as the first factor and various organic adenda (i.e., tomato extract,
mungbean sprout extract, potato extract or banana homogenate) as the second
factor. Data on shoot length, number of leaves, number of roots, length of roots
and shoot fresh weights were subjected to analysis of variance and if there was
any significant difference among F values the analysis was followed by mean
separation test using least significant difference (LSD) at P 0.05.
Result of the experiment showed that (1) both basal media and various organic
adenda added in each medium significantly affected growth ofDendrobium
seedlings in vitro, and there was significant interaction between the two factors in
affecting seedling growth. (2) Growmore basal medium resulted in better
Vincentia Atika Septiana
seedling growth compared to ½ MS basal medium as showed by greater values of
shoot length, number of leaves, number of roots, root length, and shoot fresh
weights if supplemented by mungbean sprout extract. Growmore medium also
resulted in higher values of number of leaves and number of roots if supplemented
by potato extract, whereas if supplemented by tomato extract, Growmore medium
only resulted in higher number of roots when compared to ½ MS medium. (3) ½
MS medium resulted higher number of roots when compared to Growmore
medium if supplemented by banana homogenate.
Keyword: medium, ½ MS, Growmore, adenda, tomat, potator, mungbean sprout,
banana, Dendrobium, in vitro.VINCENTIA ATIKA SEPTIANA 07140110602015-08-25T07:17:14Z2015-08-25T07:17:14Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12070This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120702015-08-25T07:17:14ZPENGARUH TINGKAT KEMASAKAN DAN PENGUSANGAN CEPAT
UAP JENUH ETANOL PADA VIABILITAS BENIH
BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)Abstrak
Benih yang memiliki vigor tinggi adalah benih yang dipanen setelah mencapai
masak fisiologi. Untuk melihat perbedaan vigor benih oleh perbedaan tingkat
kemasakan dapat di lihat dengam perbedaan metode pengusangan cepat dengan
uap jenuh etanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat
kemasakan dan lama pengusangan cepat dengan uap jenuh etanol terhadap
viabilitas benih buncis.
Panen benih buncis dilakukan dari lahan Politeknik Negeri Lampung menghasilkan tiga tingkat kemasakan. Viabilitas benih buncis tersebut diuji di
Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Lampung dari Juni sampai September 2011. Perlakuan disusun secara faktorial
(4x3) dalam rancangan petak terbagi dalam RKTS (split plot) dengan tiga
kelompok. Pengusangan cepat uap jenuh etanol sebagai petak utama dengan taraf
0, 20, 40, dan 60 menit. Tingkat kemasakan sebagai anak petak adalah tiga
tingkat kemasakan yaitu 60, 67, dan 74 HST. Satuan percobaan berjumlah 36
satuan percobaan. Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan menggunakan
uji Bartllet dan kemenambahan model linier diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi
analisis ragam`terpenuhi, pengolahan data dilanjutkan dengan pemisahan nilai
tengah dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Teresia Nining Handayani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengaruh pengusangan cepat uap jenuh
etanol menghasilkan kecepatan perkecambahan dan panjang hipokotil tertinggi
dari pengusangan 20 menit dan terendah dari pengusangan 60 menit, (2) pengaruh
tingkat kemasakan menghasilkan kecepatan perkecambahan, kecambah normal
kuat, dan panjang hipokotil tertinggi dari tingkat kemasakan 67 HST dan terendah
dari tingkat kemasakan 74 HST, dan (3) pengaruh interaksi antara pengusangan
cepat uap jenuh etanol dan tingkat kemasakan menunjukkan bahwa benih dengan
tingkat kemasakan 67 HST pada pengusangan cepat uap jenuh etanol 20 menit
menghasilkan panjang akar primer dan bobot kering kecambah normal paling
tinggi.
Kata kunci : Tingkat kemasakan, pengusangan cepat uap jenuh etanol, benih
buncis.
Abstract
Seed with high vigor is the ones harvested after obtaining maturity
physiologically. The rapid ageing method using saturated ethanol vapor can see
the difference of seed vigor by its maturity levels. This research objective is to
find out the influence of maturity level and rapid ageing with saturated ethanol
vapor to green bean seed viability.
The green bean seed harvesting was conducted in the field of State Polytechnic of
Lampung that produces three levels of maturities. The green bean seed viability
was tested in Seed Laboratory and Plant Breeding in Agriculture Faculty of
Lampung University from June to September 2011. Treatments were ordered in
factorial (4x3) in split plot of perfect randomized group design in three groups.
The rapid ageing using saturated ethanol vapor as the main plot was conducted in
0, 20, 40, and 60 minutes duration. The maturity levels as the sub plot were 60,
67, 74 days after planting. An experiment contained 36 experiment units.
Variance homogeneity amongst treatments was tested using Bartlet test and
additional linear model was tested using Tukey test. If the assumption was
fulfilled, data were analyzed for its variance, and median value was separated
using honestly significant difference (HSD) in 5% level.
Teresia Nining Handayani
The results showed that (1) the influence of rapid ageing using saturated ethanol
vapor produced sprouting speed and the longest hypocotyls came from the 20
minutes rapid ageing, while the shortest hypocotyls came from 60 minutes of
rapid ageing, (2) the influence of maturity levels produced the sprouting speed,
normal and strong sprout, and the longest hypocotyls came from 67 days after
planting maturity level, while the shortest hypocotyls came from 74 days after
planting maturity level, and (3) the influence of interaction between rapid ageing
using saturated ethanol vapor and the level of maturity showed that seeds with 67
days after planting maturity level in 20 minutes rapid ageing produced the highest
length of primary root and dry weight of normal sprout.
Keywords: maturity level, rapid ageing using saturated ethanol vapor, green beanTeresia Nining Handayani 07140110582015-08-25T07:17:08Z2015-08-25T07:17:08Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12062This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120622015-08-25T07:17:08ZPERANAN UREA, Phanerochaete chrysosporium, DAN Trametes sp.
TERHADAP KANDUNGAN HEMISELULOSA SERTA SELULOSA
PELEPAH DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN HIJAUANAbstrak
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui peranan urea, Phanerochaete
chrysosporium, dan Trametes sp. terhadap kandungan hemiselulosa serta selulosa
setelah difermentasi.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Maret--September 2011 bertempat di
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung serta Laboratorium Makanan dan Nutrisi sapi
perah Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga
ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variance
pada taraf uji 5 atau 1%, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata
terkecil (BNT). Adapun perlakuan yang diberikan pada pelepah daun sawit yaitu
P0 = Pelepah daun sawit tanpa penambahan atau kontrol; P1 = Pelepah daun
sawit + urea; P2 = Pelepah daun sawit + inokulum Phanerochaete
chrysosporium; P3 = Pelepah daun sawit + inokulum Trametes sp.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penambahan urea, Phanerochaete
chrysosporium, dan Trametes sp. pada fermentasi pelepah daun sawit
mempengaruhi kandungan hemiselulosa dan selulosa. Kandungan hemiselulosa
pada fermentasi pelepah daun sawit terbaik terdapat pada fermentasi pelepah daun
sawit + Trametes sp. Pada parameter selulosa terdapat pada fermentasi pelepah daun
sawit tanpa perlakuan, pelepah daun sawit + urea, dan pelepah daun sawit +
Phanerochaete chrysosporium.FERDIAN MARGA DINATA 06140610332015-08-25T07:17:03Z2015-09-09T07:35:21Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12052This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120522015-08-25T07:17:03ZPENDUGAAN KOMPONEN GENETIK POPULASI TETUA DAN
ANALISIS HETEROSIS PADA JAGUNG MANIS BIJI KUNING KISUTAbstrak
Pemuliaan tanaman berkaitan erat dengan proses seleksi. Komponen genetik
(keragaman genetik dan heritabilitas) dibutuhkan agar seleksi dapat dilakukan
secara efektif dan efisien. Ragam genetik menentukan keberhasilan seleksi,
sedangkan heritabilitas menduga kemajuan pewarisan sifat unggul dari tetua ke
zuriatnya. Selain itu, penyeleksian dilakukan dengan menyesuaikan karakter
seleksi terhadap selera konsumen untuk tujuan komersialisasi benih. Hasil
persilangan dari varietas-varietas yang telah diseleksi merupakan benih tanaman
dengan keragaan yang akan lebih baik disebabkan efek heterosis.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perbedaan kultivar pada beberapa
peubah vegetatif dan generatif pada tetua, serta kesesuaiannya dengan standard
komersial; (2) menduga besarnya ragam genetik dan heritabilitas broad-sense
pada tiga tetua jagung manis; dan (3) menduga heterosis yang terjadi untuk
peubah yang diamati pada zuriat dibandingkan dengan tetuanya.Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, sejak
bulan September 2009 hingga Januari 2010. Penelitian dilakukan dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan tiga ulangan. Tetua
sebagai perlakuan terdiri atas (1) LASS dwiwarna; (2) LASS Kuki; dan (3) LAS
Kuki. Data diambil dari karakter vegetatif: tinggi tanaman, posisi tongkol relatif,
dan jumlah daun. Data karakter generatif: jumlah malai, diameter tongkol,
jumlah baris biji, panjang tongkol, dan kadar sukrosa. Data dianalisis ragam, dan
tetua diringkat berdasarkan uji BNJ 5 %. Ragam genetik (σ
broad-sense (h
2
BS
), dan koefisien keragaman genetik (KKg) dianalisis
menggunakan model matematika Hallauer dan Miranda.
2
g), heritabilitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) varietas tetua tidak memiliki perbedaan
pada peubah tinggi tanaman, posisi tongkol relatif, jumlah daun, jumlah malai,
diameter tongkol, jumlah baris biji, panjang tongkol, dan kadar sukrosa. Jumlah
malai, panjang tongkol, dan kadar sukrosa sudah sesuai dengan standard
komersial; (2) ragam genetik dan heritabilitas broad-sense tidak berbeda dari nol
pada peubah tinggi tanaman, posisi tongkol relatif, jumlah daun, jumlah malai,
diameter tongkol, jumlah baris biji, panjang tongkol, dan kadar sukrosa; serta (3)
heterosis high parent terpenuhi pada peubah jumlah daun, jumlah malai, diameter
tongkol, jumlah baris biji, panjang tongkol, dan kadar sukrosa; panjang tongkol
dan kadar sukrosa zuriat sudah sesuai dengan standard komersial.
Abstract
The plant breeding is closely related to selection process. The genetic component
(genetic variance and heritability) is required for effective and efficient selection.
The genetic variance determines the selection success, while heritability infers the
advance of superior character inheritance from parental to descent. Besides,
selection is conducted corresponding to selection characteristics based on
consumer’s favor for the seed commercialization. The crossing results from
selected cultivars are plant seed with better profile because of heterosis effect.
This research intended to: (1) identify the difference of the vegetative and
generative characters among the parental cultivars of sweet maize, as compared to
a commercial standard; (2) observe the genetic variance and broad-sense
heritability on three parental cultivars of sweet maize; and (3) estimate the
presence of heterosis on Yellow-shrunken-seed progeny.The research was accomplished at the Politeknik Negeri Lampung Research
Station in September 2009 to January 2010. The research used Randomized
Complete-Block Design (RCBD) non factorial with three replications. Parental
cultivars as treatment were consisting of (1) LASS bicolor; (2) LASS Yellow-
shrunken; and (3) LAS Yellow-shrunken. Data taken for the vegetative characters
were plant height, ear position, and leaf number. Data for generative characters
were tassel number, ear diameter, seed row number, ear length, and sucrose
content. Data were analyzed for variances, and parental cultivars were ranked
using Tukey HSD 5 %. Genetic variability (σ
2
g), broad-sense heritability (h
and genetic coefficient of variance (CVg) were analyzed by using a mathematical
model developed by Hallauer and Miranda. The heterosis was estimated by using
a box plot analysis.
The results show that (1) parental cultivars have no differences in variables such
as plant height, ear position, leaf number, tassel number, ear diameter, seed row
number, ear length, and sucrose content. The tassel number, ear length, and
sucrose content have complied with commercial standards; (2) the genetic
variance and broad-sense heritability equals to zero in variables of plant height,
ear position, leaf number, tassel number, ear diameter, seed row number, ear
length, and sucrose content; and (3) high parent heterosis is fulfilled in variables
such as leaf number, tassel number, ear diameter, seed row number, ear length,
and sucrose content; the ear length and sucrose content in descent have complied
with commercial standards.
2
BS
),Cipta Arief Martyadi 04140110192015-08-25T07:16:53Z2015-08-25T07:16:53Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12067This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120672015-08-25T07:16:53ZPENINGKATAN KUALITAS TELUR IKAN LELE SANGKURIANG
(Clarias sp.) MELALUI PENAMBAHAN VITAMIN C DAN E PADA
PAKAN INDUKAbstrak
Vitamin adalah senyawa organik esensial yang dibutuhkan organism hidup dalam
jumlah yang relatif kecil. Vitamin berperan sangat penting untuk menjaga agar
vitolegenesis yang terjadi di dalam tubuh ikan tetap berlangsung dengan baik.
Vitamin C dan E berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah terjadinya
oksidasi terhadap nutrisi yang ada dalam pakan terutama asam lemak dan mampu
menstimulasi hati untuk mensintesis protein spesifik yang kemudian diakumulasi
pada oosit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan
kombinasi vitamin C dan E pada pakan induk ikan lele sangkuriang (Clarias sp.)
terhadap peningkatan kualitas telurnya. Pakan yang digunakan adalah pellet yang
diberi penambahan kombinasi vitamin C dan E yaitu, A(3000:0), B(2000:60),
C(1500:120), D(0:240) dan kontrol E(0:0) mg/kg pakan. Induk dipelihara dalam
jaring yang ditempatkan dalam kolam terpal. Setiap hari ikan lele diberi pakan
sebanyak 3% dari berat tubuh selama satu bulan dengan frekuensi pemberian
pakan 2 kali sehari. Tingkat kematangan gonad diperiksa setiap dua minggu dan
pengeluaran telur dilakukan dengan striping. Vitamin C dan E yang terserap
dalam telur ikan lele meningkat sesuai dengan peningkatan penambahan dosis
vitamin C dan E dalam pakan. Bedasarkan hasil penelitian, tidak ada pengaruh
nyata pada gonad somatik indeks, fekunditas relatif, bobot telur dan kadar asam
lemak, dan berpengaruh pada kadar protein telur. Parameter kualitas air pada
lingkungan pemeliharaan masih dalam batas yang bisa di tolerir yaitu, suhu 29,4 ±
0,7 o, pH 8,4 ± 0,2 dan DO 3,2 ± 0,3 mg/l. Hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penambahan vitamin C dan E pada pakan induk lele secara umum tidak
mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan.
kata kunci: vitamin E, vitamin C, induk ikan lele (Clarias sp.)
Abstract
Vitamins are organic compounds essential required of living organisms in
relatively small quantities. Vitamins are very important role to keep vitolegenesis
occurring in the body of the fish progressing well. Vitamin C and E act as
antioxidants that can prevent the oxidation of nutrients in food, especially fatty
acids and able to stimulate the liver to synthesize specific proteins which
accumulated in the oocytes. The study was conducted to determine the effect of
combination adding of vitamins C and E on the main feed sangkuriang catfish
(Clarias sp.) for the improving of the egg quality. Pellet use the combination
addition of vitamins C and E which are, A (3000:0), B (2000:60), C (1500:120), D
(0:240) and the control of E (0:0) mg / kg of feed. The broodstock reared in nets
that are placed in a pool tarp. Catfish is fed as much as 3% of body weight for a
month with the frequency of feeding 2 times a day. Gonad maturity level checked
every two weeks. Vitamin C and E which absorbed in catfish eggs increased as
much as the addition of increasing doses of vitamin C and E in the diet. Based on
the results of the research, there is no significant effect on the gonad somatic
index, relative fecundity, egg weight and fatty acid levels, and the effect on the
levels of egg protein. Water quality parameters in the maintenance of the
environment remains within limits that can be tolerated, the temperature is 29.4 ±
0.7 °, pH 8.4 ± 0.2 and DO 3.2 ± 0.3 mg / 1. The results can be concluded that the
addition of vitamin C and E on the main feed catfish in general do not affect the
quality of eggs produced.
Key words: vitamin E, vitamin C, broodstock of cat fish (Clarias sp.)JUANDI HARIYANTO 06141110392015-08-25T07:16:48Z2015-08-25T07:16:48Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12066This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120662015-08-25T07:16:48ZPENGARUH FOTOPERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN
BENIH LELE DUMBO (Clarias gariepinus)Abstrak
Lele dumbo (C. gariepinus) merupakan ikan yang bersifat nokturnal. Cahaya
mempengaruhi periode aktif ikan lele dalam mencari makan, periode aktif ikan
lele dalam mencari makan akan mempengaruhi laju pertumbuhan. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh fotoperiode terhadap pertumbuhan ikan lele
dumbo. Penelitian mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan 5 fotoperiode yang berbeda dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan
adalah A (6 jam terang dan 18 jam gelap), Perlakuan B (12 jam terang dan 12 jam
gelap), perlakuan C (18 jam terang dan 6 jam gelap), D (24 jam gelap dan 0 jam
terang) dan E (0 jam terang dan 24 jam gelap). Hasil uji ANOVA menunjukan
bahwa fotoperiode berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat dan panjang,
namun tidak berpengaruh nyata terhadap Survival Rate (SR). Hasil penelitian
menunjukan bahwa semakin lama waktu gelap maka pertumbuhan semakin tinggi.
Pertumbuhan berat dan panjang tertinggi terjadi pada perlakuan E (24G;0T)
dengan rata-rata mencapai 1,989 gram, dan rata-rata pertumbuhan panjang
mencapai 7,044 cm.
Kata kunci : Lele dumbo, fotoperiode, dan pertumbuhan rata-rata.
Abstract
African catfish is a nocturnal fish (C. gariepinus). Active period of foraging
might effect the growth rate of catfish. The aim of the study was to determine the
effect of photoperiod on the growth of African catfish. Complete Randomized
Designed (CRD) was assigned on the research which consist of 5 different
photoperiod treatments namely A (6 hours light and 18 hours dark), B (12 hours
light and 12 hours dark), C (18 hours light and 6 hours dark), D (24 hour dark and
light 0 hours), and E (0 hours of light and 24 hours dark) and 3 replications for
each treatment. ANOVA test results showed that photoperiod significantly effect
the weight and length growth, but not significantly effect on Survival Rate (SR).
The results showed that the longer dark period the higher the growth. Weight and
length growth was highest in treatment E (24 hours dark end 0 hours light) with
average weight of 1.989 gram, and with average growth of 7.044 cm long.
Key words: African catfish, photoperiod and growth rate.BELLY MAISHELA 06141110242015-08-25T07:16:43Z2015-08-25T07:16:43Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12065This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120652015-08-25T07:16:43ZEVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI TINGKAT
TERSIER DAERAH IRIGASI SEKAMPUNG BATANGHARI
UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAIRAN KOTA METROAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi (efektifitas dan
efisiensi) tingkat tersier Daerah Irigasi Sekampung Batanghari di UPT Pengairan
Kota Metro. Penelitian ini dilaksanakan di jaringan irigasi tingkat tersier Daerah
Irigasi Sekampung Batanghari pada KBH 5 Ki 2 (hulu), KBH 6 Ki (tengah), dan
KBH 7A Ki (hilir). Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
current meter, stopwatch, peta Jaringan Irigasi Sekampung Batanghari, dan data
sekunder. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data
sekunder dan pengukuran serta pengamatan langsung di lapangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) kinerja jaringan irigasi tersier UPT Pengairan Kota Metro
cukup efektif, karena meskipun memiliki nilai rata- rata KS = 58,27-95,36 m/ha
dan KB = 0,16-0,26 unit/ha yang sesuai nilai standar KS = 50-100 m/ha dan KB =
0,11-0,40 unit/ha, namun memiliki nilai kerumitan jaringan irigasi yang sedikit
berlebih dari standar nilai β = 2,21 -2,50 ruas/bak bagi dan θ = 500-1000 m/bak
bagi yakni dengan nilai rata-rata 2,53 ruas/bak bagi dan 1146,08 m/bak bagi, (2)
efisiensi penyaluran air pada jaringan tersier UPT Pengairan Kota Metro sudah
baik, sebesar 81,23% (ini masih dibawah rancangan awal saluran, yakni sebesar
85%).
Kata kunci : Efektifitas Kinerja, Jaringan Irigasi, Kota Metro, Sekampung Batanghari
Abstract
This study aimed to determine the effectiveness of irrigation network performance
(effectiveness and efficiency) at tertiary level of Sekampung Batanghari Irrigation
Areas in the irrigation implementation unit of Metro City. The study was
conducted at tertiary level irrigation in Sekampung Batanghari irrigation areas on
KBH 5 Ki 2 (upstream), KBH 6 Ki (middle), and KBH 7A Ki (downstream). The
instrument that used in this research were current meter, stopwatch, Sekampung
Batanghari Irrigation Areas map, and secondary of data. The study was
conducted using secondary data collection methods and measurement directly on
the field. The result showed that (1) the performance of irrigation in UPT Metro
City irrigation were less effective, because the value of KS = 58,27-95,36 m/ha
and KB = 0,16-0,26 unit/ha although the average of value were match in standard
of KS = 50-100 m/ha dan KB = 0,11 -0,40 unit/ha, but posses too excessive of
difficulties irrigation fabric value from standard of β = 2,21 -2,50 ruas/bak bagi
and θ = 500-1000 m/bak bagi, with the average value were 2,53 ruas/bak bagi dan
1146,08 m/bak bagi, (2) the efficiency of water delivery at tertiary level irrigation
in Metro City that classified as optimal, there is 81,23 % (still under the
preliminary draft, there is 85 %).NUR ZUN VIQHY 06140710392015-08-25T07:16:38Z2015-08-25T07:16:38Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12061This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120612015-08-25T07:16:38ZPENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS FUNGI MIKORIZA
ARBUSKULAR DAN DUA DOSIS PUPUK NPK PADA PERTUMBUHAN
BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)Abstrak
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman tahunan yang menjadi salah
satu unggulan ekspor non migas Indonesia. Kakao berpotensi tetap menjadi
produk unggulan pertanian di Indonesia karena iklim Indonesia yang tropis dapat
memenuhi syarat tumbuh tanaman tersebut dan merupakan produsen kakao nomor
tiga terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.
Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan hubungan simbiosis mutualisme
antara fungi tersebut dengan perakaran tanaman. Fungi mikoriza arbuskular
memperoleh senyawa organik dari tanaman, sedangkan tanaman memperoleh
keuntungan karena dapat menyerap air dan unsur hara lebih efisien sehingga
tanaman tumbuh dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis FMA yang paling baik dalam
meningkatkan pertumbuhan bibit kakao di pembibitan, untuk mengetahui apakah
pemberian FMA dapat mengurangi dosis pupuk NPK di pembibitan kakao, dan
untuk mengetahui apakah respons bibit kakao terhadap pemberian berbagai jenis
FMA dipengaruhi oleh dosis pupuk NPK.
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Produksi Tanaman, dan
Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung sejak bulan Februari sampai dengan Juli 2011. Rancangan
perlakuan yang digunakan adalah faktorial (6x2) dengan 5 ulangan. Jenis FMA
adalah faktor pertama yang terdiri atas 6 taraf yaitu tanpa FMA sebagai kontrol
(m0), Glomus sp. 1(m1), Glomus sp. 2 (m2), Glomus sp. 3 (m3), Entrophospora sp.
1 (m4), dan Entrophospora sp. 2 (m5). Dosis pupuk NPK sebagai faktor kedua
terdiri atas ½ dosis anjuran (p1) dan sesuai dosis anjuran (p2). Perlakuan
diterapkan pada petak percobaan dalam rancangan kelompok teracak sempurna
(RKTS). Jumlah tanaman per satuan percobaan adalah 1 tanaman dengan total
pengamatan adalah 60 tanaman.
Hasil penelitian penunjukkan bahwa tidak dapat ditentukan jenis FMA yang
terbaik karena tanaman kontrol pun terinfeksi FMA. Pemberian FMA tidak
mengurangi dosis pupuk NPK pada pembibitan kakao. Respons pertumbuhan
bibit kakao terhadap jenis FMA tidak dipengaruhi oleh dosis pupuk NPK.Sinta Dewi 06140110532015-08-25T07:16:33Z2015-08-25T07:16:33Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12060This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120602015-08-25T07:16:33ZPENGARUH VOLUME MEDIA TANAM DAN JUMLAH TANAMAN
INANG Pueraria javanica PER POT PADA PERKEMBANGAN
DAN PRODUKSI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULARAbstrak
Produksi mikoriza sangat dipengaruhi oleh tanaman inang dan juga volume
media tanam yang digunakan. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengaturan
jumlah tanaman inang dan perbedaan volume media agar mikoriza dapat
berkembang dengan baik dan selanjutnya produksi spora dapat meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk (1 ) mendapatkan jumlah tanaman inang per pot
yang paling sesuai untuk memproduksi FMA, (2) Bagaimanakah respon tanaman
inang dalam memproduksi spora mikoriza terhadap setiap peningkatan volume
media yang digunakan, (3) menentukan volume media yang paling sesuai untuk
memproduksi FMA, dan (4) untuk mengetahui apakah jumlah tanaman inang per
pot yang paling sesuai untuk produksi FMA ditentukan oleh volume media yang
digunakan.
Ramadian Budi Santoso
Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi
Perkebunan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Bandar Lampung, dari
bulan Februari 2010 sampai Mei 2010. Perlakuan diterapkan pada petak
percobaan dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan 4
ulangan. Faktor pertama adalah jumlah tanaman inang per pot terdiri atas 1, 2, 3,
4, dan 5 tanaman inang per pot. Faktor kedua adalah volume media tanam terdiri
atas 200 ml, 400 ml, 600 ml, 800 ml, dan 1100 ml. Pengelompokkan didasarkan
atas perbedaan waktu tanam. Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlett dan
aditivitas data diuji dengan Uji Tukey. Selanjtnya data dianalisis ragam dan
perbedaan nilai tengah diuji denga Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%
dan uji Regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 5 tanaman inang Pj per pot dan
volume 200 ml lebih sesuai untuk produksi FMA karena menghasilkan jumlah
spora yang terbanyak dari pada jumlah tanaman inang yang lain. Pengaruh
jumlah tanaman inang pada produksi FMA tidak ditentukan oleh volume media
yang digunakan karena setiap jumlah tanaman inang memperlihatkan respon yang
sama untuk setiap volume media yang digunakanRamadian Budi Santoso 06140110472015-08-25T07:16:28Z2015-08-25T07:16:28Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12056This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120562015-08-25T07:16:28ZPERBANDINGAN KINERJA EMPAT KULTIVAR TETUA SELF
DENGAN TIGA KULTIVAR ZURIAT POLINASI TERBUKAAbstrak
Secara umum tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk memperbaiki sifat-sifat
tanaman, baik secara kualitatif dan kuantatif (Jumin, 2008). Pemuliaan tanaman
terutama ditujukan untuk komoditas komersiel seperti jagung manis. Jagung
manis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang disukai masyarakat dan
benilai komersial cukup tinggi. Jagung manis disukai karena rasanya yang manis.
Dengan pemuliaan tanaman diharapkan bahwa sifat-sifat vegetatif dan generatif
jagung manis dapat meningkat secara genetik. Metode pemuliaan yang dilakukan
adalah polinasi terbuka dan self. Perbedaan ini merupakan hal yang penting
karena pemuliaan polinasi terbuka sangat berbeda dengan self. Perbedaan kedua
persilangan berpengaruh terhadap struktur genetik dari populasi. Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) mengetahui perbedaan karakter vegetatif kultivar tetua dan
zuriat; (2) mengetahui karakter – karakter vegetatif dan generatif kultivar tetua
self dan kultivar zuriat OP yang sesuai dengan standar komersial; (3) mengetahui
adanya ragam genetik dan heritabilitas broad-sense sifat yang dapat diwariskan
seluruh kultivar jagung manis.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data dianalisis
ragam dan dilakukan pemisahan nilai tengah (PNT) berdasarkan uji Beda Nyata
Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Ragam genetik ( σ2g) dan heritabilitas broad-sense
(h2BS) dihitung menggunakan model matematika berdasarkan Hallauer dan
Miranda. Untuk mengetahui perbedaan kultivar tetua self dan kultivar zuriat OP
sesuai dengan standar komersiel mengunkan analisis boxplot.
Berdasarkan hasil penelitian, (1) semua karakter vegetatif kultivar tetua self
berbeda dengan kultivar zuriat OP yang ditunjukkan oleh parameter tinggi
tanaman, posisi tongkol dan jumlah daun dan kultivar zuriat OP homogen, (2)
baik kultivar tetua self dan zuriat OP yang sudah memenuhi standar komersial
yang ditunjukkan dari karakter jumlah tongkol, jumlah bunga betina, diameter
tongkol, panjang tongkol dan kadar sukrosa dengan menggunakan analisis
boxplot, (3) baik kultivar tetua maupun zuriat OP sifat karakter vegetatif dan
generatif yang dapat diwariskan; ditunjukkan oleh karakter tinggi tanaman dan
posisi tongkol relatif.
1. Alumni Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2. Dosen Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Abstract
The general plant breeding objective is to improve plant’s properties both in
quantity and quality (Jumin, 2008). The plant breeding is mainly purposed to for
commercial commodity such as sweet corn. Sweet corn is one of horticulture
commodities favored by people and possesses high commercial value. Sweet corn
is favored for its sweet taste. The vegetative and generative properties of sweet
corn are expected to improve by means of plant breeding. The conducted
breeding plant method is self and cross pollinations. This difference is important
since the breeding plant method of cross pollination is different with self
pollination. The difference method of pollinations influences the genetic and
population structures. These research objectives are to find out: (1) the difference
characteristics of parental self seeding and descent self seeding cultivars; (2)
vegetative and generative characteristics of parental self seeding and descent cross
pollination self seeding cultivars correspond to commercial standards; (3) broad
sense genetic and heritability variance; the characteristics that are inherited by the
sweet corn cultivar.
This research uses randomized group design. Ata are analyzed using analysis of
variance and mean separation based on honestly significant difference test with
5% level. The genetic variance ( 2 g) and broad sense heritability (h2BS) is
estimated using Hallauer and Miranda math models. Boxplot analysis is conducted
to find out the difference of parental self seeding and descent cross pollination self
seeding cultivars corresponding to commercial standards.
The results show that: (1) all vegetative characteristics of parental self seeding
cultivars differ with descent cross pollination self seeding cultivars and this is
indicated by plant height parameter, cob position, and leaf count, and the descent
cross pollination self seeding cultivar is homogenous, (2) both parental and
descent self seeding cultivars has met the commercial standards, and this is
indicated by characteristics of cob numbers, female flower numbers, cob diameter,
cob length, and sucrose content by boxplot analysis, (3) both vegetative and
generative characteristics of parental and descent self seeding cultivars can be
inherited, and it is indicated by the plant height and relative cob position
characteristics.
1. Alumni Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
2. Dosen Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Fakultas Pertanian Universitas LampungNur Afni Uli Gultom 06140110422015-08-25T07:16:23Z2015-08-25T07:16:23Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12054This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120542015-08-25T07:16:23ZPENGARUH JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA Sawit (Elaeis guineensis jacq.) YANG DITANAM PADA
MEDIA STERIL DAN TIDAK STERIL
Abstrak
Umumnya penelitian tentang fungi mikoriza arbuskular (FMA) menggunakan media tanam yang sudah disterilisasi terlebih dahulu dengan maksud untuk mengurangi kompetisi antara FMA dengan mikroorganisme lainnya. Akan tetapi, aplikasi di lapangan sangat sulit untuk melakukan sterilisasi media tanam dalam tahap pembibitan main nursery. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) jenis FMA manakah yang memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan bibit kelapa sawit; (2) apakah sterilisasi media tanam berpengaruh pada pertumbuhan bibit kelapa sawit; (3) apakah respon bibit kelapa sawit terhadap FMA dipengaruhi oleh sterilisasi media yang digunakan.
Penelitian ini disusun dalam rancangan perlakuan faktorial (4x2) dengan lima ulangan. Faktor pertama adalah tiga jenis fungi mikoriza arbuskular yaitu Entrophospora sp. (m1), Glomus sp. (m2), Gigaspora sp. (m3), dan tanpa FMA (m0) dan faktor kedua adalah media yang disterilisasi (t1) dan media yang tidak di sterilisasi (t0). Perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS). Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan menggunakan Uji Barlett dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey, selanjutnya data dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji BNJ pada taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) jenis FMA yang digunakan tidak memberikan pengaruh pada pertumbuhan bibit kelapa sawit; (2) sterilisasi media tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit; (3) respon bibit kelapa sawit terhadap pemberian jenis FMA yang diinokulasikan tidak tergantung pada sterilisasi media.
Novalim Purlasyanko 06140110412015-08-25T07:16:19Z2015-09-11T06:59:04Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/12053This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/120532015-08-25T07:16:19ZSTUDI KONDISI VEGETASI SEBAGAI HABITAT
MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis)
DI BUKIT GUNUNG SULAH KOTA BANDAR LAMPUNGAbstrak
Bukit Gunung Sulah adalah salah satu bukit di Kota Bandar Lampung dan
dihuni oleh monyet ekor panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)
kondisi vegetasi yang sumber pakan alami monyet ekor panjang, dan (2) keadaan
umum dari komposisi jenis dan struktur vegetasi di Bukit Gunung Sulah. Data
yang diambil dari penelitian ini meliputi : (1) data vegetasi dengan menggunakan
metode jalur berpetak yang akan dianalisis menggunakan analisis vegetasi, (2)
data makanan diambil dengan cara studi pustaka dan wawancara dengan
masyarakat mengenai jenis –jenis tanaman dan bagian-bagian yang dimakan oleh
monyet ekor panjang, dan (3) Data profil vegetasi dengan mengukur tinggi total
pohon, tinggi bebas cabang, diameter pohon, diameter tajuk, lokasi pohon pada
plot. Bukit Gunung Sulah memiliki 19 spesies tanaman yang menjadi pakan
alami monyet ekor panjang dan 10 spesies yang belum diketahui secara jelas
kegunaannya bagi monyet ekor panjang. Bukit Gunung Sulah memiliki tingkat
kerapatan dan sebaran tanaman penyusun vegetasi yang termasuk dalam kategori
rapat dengan rata – rata jarak antar tanaman sebesar 0,62 m. Keadaan seperti ini
akan menguntungkan monyet ekor panjang untuk melakukan aktivitas seperti
bermain dan berlindung. Bukit Gunung Sulah memiliki 29 spesies penyusun
vegetasi yang didominasi oleh 24 spesies pohon dan 5 spesies selain pohon.
Stratifikasi tajuk di Bukit Gunung Sulah terdapat tiga stratum yaitu stratum C, D,
dan E.
Kata Kunci : monyet ekor panjang, struktur, komposisi, vegetasi, pakan.
Abstract
Gunung Sulah is one of the hills at Bandar Lampung it was habitat of long-tailed
macaque. The aimed of this study to determine (1) the condition of vegetation
which become their the natural feed sources of long-tailed macaque, and (2) the
general condition of species composition and vegetation structure at Gunung
Sulah Hill. The data’s taken were : (1) vegetation data, taken by using lane square
method and analyzed using analysis of vegetation, (2) feeding data, taken by the
literature study and public information based on interview, and (3) vegetation
profile taken by measuring the total of tree’s height, branch-free height, stem
diameter, canopy diameter, and the location of trees on the plot. In Gunung Sulah
Hill there are 19 plant species as a natural feed long-tailed macaque and 10
species that unknown clearly about their function for long-tailed macaque. The
density and distribution of vegetation at Gunung Sulah Hill was tightly, with
average distance of inter-plants 0,62 m. Gunung Sulah Hill have 29 plant species
which dominated with 24 trees species and 5 species not belonging to tree species.
There are 3 stratification of canopy at Gunung Sulah Hill, that is Stratum C, D,
and E.
Keywords: long–tailedmacaque, structure, composition, vegetation, food.NICO YOLANDA 05140810392015-02-16T03:42:02Z2015-02-16T03:42:02Zhttp://digilib.unila.ac.id/id/eprint/6736This item is in the repository with the URL: http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/67362015-02-16T03:42:02ZANALISIS EFISIENSI PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum Annum) HIBRIDA
DI KABUPATEN PRINGSEWUCabai merah merupakan salah satu jenis tanaman sayuran penting yang dapat dibudidayakan secara komersil di daerah tropis. Kabupaten Pringsewu merupakan daerah yang cukup potensial untuk pengembangan tanaman cabai merah dan mempunyai luas panen yang lebih besar dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Lampung, meskipun produktivitasnya masih lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Lampung Barat, Lampung Selatan, dan Metro. Penelitian bertujuan untuk : (1) Menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi cabai merah hibrida di Kabupaten Pringsewu, (2) Menganalisis keuntungan usahatani cabai merah yang diperoleh petani cabai merah hibrida di Kabupaten Pringsewu, dan (3) Menganalisis efisiensi pemasaran cabai merah hibrida di Kabupaten Pringsewu.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April- November 2011 di dua desa yang dipilih secara sengaja (purposive),yaitu Desa Adiluwih dan Enggal Rejo. Jumlah responden petani cabai merah sebanyak 60 petani terdiri dari 40 petani di Desa Adiluwih dan 20 petani di Desa Enggal Rejo. Responden petani diperoleh melalui teknik simple random sampling, sedangkan responden pedagang yang terlibat dalam pemasaran ditentukan dengan menggunakan teknik mengikuti alur pemasaran. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani dan pedagang dengan bantuan kuesioner dan data sekunder diperoleh dari lembaga serta instansi terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Faktor-faktor yang nyata mempengaruhi produksi cabai merah hibrida di Kabupaten Pringsewu adalah benih/ luas lahan, pupuk SP36, dan pestisida. (2) Usahatani cabai merah hibrida di Kabupaten Pringsewu menguntungkan dengan R/C > 1. R/C atas biaya tunai dan biaya total adalah 6,17 dan 3,95.(3) Sistem pemasaran cabai merah hibrida di Kabupaten Pringsewu sudah efisein dilihat dari pangsa produsen (PS >70%), walaupun struktur pasar yang terjadi adalah pasar oligopsoni. Perilaku pasar menunjukkan bahwa harga lebih banyak ditentukan oleh pedagang. Keragaan pasar menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran dengan penyebaran marjin dan rasio profit margin (RPM) yang tidak merata antar lembaga pemasaran, korelasi harga antara produsen dan konsumen relatif erat (r=870), dan nilai elastisitas transmisi harga lebih kecil dari satu (Et=0,88).
Kata kunci : usahatani, efisiensi produksi, dan efisiensi pemasaran0714021040 Ariep Budi Prayitno